Anda di halaman 1dari 12

KERAJAAN PERLAK/ACEH

LETAK
Kesultanan Perlak merupakan kerajaan Islam
pertama di Asia Tenggara yang berdiri pada tanggal 1
Muharam 225 H atau 804 M. Kesultanan ini terletak di
wilayah Perlak, Aceh Timur, Nangroe Aceh
Darussalam, Indonesia.

Kerajaan Perlak atau kesultanan Peureulak adalah


salah satu kesultanan Islam tertua yang ada di
Indonesia dan dunia. Kerajaan ini telah berkuasa di
seluruh wilayah Peureulak, Aceh sejak tahun 820
sampai 1292M dan setelah runtuh kerajaan tersebut Kerajaan Perlak ini berada di Perlak, Aceh
digabungkan dengan Samudera Pasai. Timur, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Nama Perlak diambil dari nama satu daerah setempat Letak kerajaan yang berada di ujung
yang banyak menghasilkan kayu perlak. Adapun kayu Sumatera dan sebagai jalur perdagangan
tersebut dikenal bagus sebagai material membuat kapal membuat wilayah tersebut berkembang
sehingga banyak yang menyebutnya sebagai Negeri semakin pesat sebagai bandar niaga.
Perlak.
RAJA PENDIRI KERAJAAN
PERLAK
Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis
Shah adalah raja pendiri sekaligus raja pertama
dari kerajaan perlak yang beraliran Syiah dan
merupakan keturunan Arab dengan perempuan
setempat, yang mendirikan Kesultanan Perlak
pada 1 Muharram 225 H (840 M). Raja Abdul
Aziz Syah diketahui memimpin sejak tahun
225 hingga 249 H atau pada 840 M hingga 964
M.
RAJA-RAJA KERAJAAN PERLAK
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840-864)
2. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)
3. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)
4. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932)
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932-956)
7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-983)
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023)
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059)
10Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-1078)
11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109)
. 12Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-1135)
13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)
14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-1173)
15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200)
16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-1230)
17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-
1267
18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292)
BUKTI SEJARAH

01 Mata Uang Tertua


Sebagai kerajaan yang bidang
perdagangannya cukup maju, tentu
Kerajaan Perlak memiliki alat transaksi
yang digunakan. Sesuai dengan penemuan
yang ada, Kerajaan Perlak ternyata
memiliki mata uangnya sendiri. Ada tiga
jenis mata uang yang dibagi kedalam tiga
jenis, yaitu uang dirham, uang kupang, dan
kuningan.
BUKTI SEJARAH

02 Stempel Kerajaan

Selain tiga jenis mata uang, temuan


peninggalan Kerajaan Perlak lainnya yaitu
sebuah stempel kerajaan. Namun hal yang
cukup menarik perhatian justru bukan karena
penemuan dari stempel kerajaan ini.
Melainkan di dalam stempel peninggalan
Kerajaan Perlak ini ternyata terdapat pola-
pola dan tulisan arab.
BUKTI SEJARAH

03 Makam Raja Benoa

Selain kedua peninggalan di atas, di temukan


juga sebuah makam salah satu raja yang terletak
di pinggir Sungai Trenggulon. Makam ini bukan
makam sembarangan karena makam ini diketahui
adalah makam dari salah satu Raja Benoa.
Keberadaan makam ini makin memperkuat
keberadaan dan eksistensi dari Kerajaan Perlak
di Aceh.
BUKTI SEJARAH

04 Buku Zhufan Zi

Buku Zhufan Zi adalah sebuah buku dari seorang


pemeriksa pabean asal negeri ginseng Cina, yaitu
Zhao Rugua tahun 1225. Di dalam buku ini
ternyata mengutip dari catatan seorang ahli
Geografi Cina yang bernama Chou Ku-Fei. Buku
ini menjelaskan adanya sebuah negeri Islam yang
jaraknya sekitar 5 hari pelayaran dari pulau Jawa
di tahun 1178.
BUKTI SEJARAH

05 Naskah Hikayat Aceh


Bukti bahwa Kerajaan Perlak di Aceh ini memang benar adanya
yaitu isi dari naskah hikayat Aceh. Dalam naskah hikayat Aceh
ini di jelaskan bahwa Kesultanan Perlak berdiri di bawah
kepemimpinan Sultan Alauddin Syah. Dimana Sultan Alauddin
Syah ini adalah raja pertama dari Kesultanan Perlak di Aceh.
Dalam hikayat ini juga mengungkapkan bagaimana penyebaran
Islan di bagian utara Pulau Sumatera ini oleh seorang ulama
asal Arab. Ulama tersebut Adalah Syaikh Abdullah Arif yang
memulai dakwahnya di sana sejak tahun 506 hijriah atau 1112
masehi. Dari sinilah awal mula lahirnya Kerajaan Perlak yang
di pimpin leh Sultan pertamanya yaitu Alauddin Syah.
KEHIDUPAN POLITIK
Adanya politik persahabatan yang dilakukan oleh Sultan Perlak ke 17, yaitu Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan. Sultan yang memerintah
pada tahun 1230 sampai 126M tersebut menikahkan kedua putrinya dengan raja yang
berasal dari kerajaan berbeda.

Putri pertamanya yang bernama Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan


seorang raja dari kerajaan Malaka bernama Sultan Muhammad Shah atau lebih
dikenal Sultan Prameswara. Sedangkan putri kedua bernama Putri Ganggang
menikah dengan raja dari kerajaan Samudera Pasai yakni Al Malik Al Saleh.

Setelah Sultan terakhir perlak meninggal yaitu Sultan Makhdum Alaiddin


Malik Abdul Aziz Johan yang memerintah 1267 sampai 1292 Kerajaan
Perlak diambil alih oleh Samudera Pasai. Dan berikutnya dipimpin oleh
keturunan Al Malik Al Saleh yang bernama Sultan Muhammad Malik Al
Zahir.
KEHIDUPAN
EKONOMI

Di bidang ekonomi, Kerajaan Perlak bisa dikatakan sangat maju karena


menjadi salah satu pusat perdagangan dan maritim. Sebagian besar
penduduk Perlak merupakan pedagang hasil alam dari kebun dan kebun.
Letak geografis dan hasil alam yang menarik membuat perkembangan
ekonomi semakin pesat bahkan para pedagang dari luar negeri pun
sukses meliriknya.
KEHIDUPAN SOSIAL-BUDAYA
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan islam yang hidup
berdampingan dengan kerajaan lain yang menganut
ajaran agama Hindu dan Buddha. Meskipun begitu, baik
keluarga kerajaan dan penduduk setempat tetap
berpegang teguh dengan Al-Quran dan hadis dalam
kehidupan sehari-harinya.

Budaya berdagang sudah mendarah daging bagi


masyarakat. Hal tersebut dibantu dengan datangnya
para saudagar dari berbagai negara yang beberapa
diantaranya menetap dan menikah dengan
perempuan pribumi.

Anda mungkin juga menyukai