Namun demikian masih ada beberapa peninggalan sejarah yang masih terawat hingga saat ini.
Bagi yang tinggal di sekitar Sumatra Utara pasti sudah tahu apa saja peninggalan dari kerajaan
ini. Tapi bagi yang belum tahu berikut ini adalah beberapa peninggalan yang bisa kita lihat
langsung apabila datang ke Aceh diantaranya:
Cakra Donya
Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun 1409 M. Ukurannya
tinggi 125cm sedangkan lebarnya 75cm. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat beberapa hiasan
serta simbol-simbol kombinasi aksara Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat
Tong Juut Kat Yat Tjo, sedangkan aksara Arab sudah tidak terbaca lagi.
Kerajaan Aceh yaitu suatu Kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia pada
akhir abad ke 14 Masehi. Kerajaan Aceh ada di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar
Aceh Darussalam.
Dalam sejarahnya, Kerajaan Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, memiliki
komitmen untuk menentang imperialisme bangsa Eropa, serta mewujudkan pusat-pusat
pengkajian ilmu pengetahuan. Selain itu, Kerajaan Aceh juga memiliki sistem pemerintahan
yang teratur serta sistematik, serta menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Berikut ini
adalah 9 peninggalan kerajaan Aceh pada jaman dahulu.
1. Masjid Raya Baiturrahman
Peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama serta yang paling terkenal yaitu Masjid Raya Baiturrahman.
Masjid yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun 1612 Masehi ini terletak di pusat Kota
Banda Aceh. Ketika agresi militer Belanda II, masjid ini pernah dibakar. Tetapi pada selang 4 tahun
setelahnya, Belanda membangunnya kembali untuk meredam amarah rakyat Aceh yang akan berperang
merebut syahid. Ketika bencana Tsunami menimpa Aceh pada 2004 lalu, masjid peninggalan sejarah
Islam di Indonesia satu ini jadi pelindung untuk sebagian masyarakat Aceh. gambar via: Fimadani
Peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama serta yang paling terkenal yaitu Masjid Raya
Baiturrahman. Masjid yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun 1612 Masehi ini
terletak di pusat Kota Banda Aceh. Ketika agresi militer Belanda II, masjid ini pernah dibakar.
Tetapi pada selang 4 tahun setelahnya, Belanda membangunnya kembali untuk meredam amarah
rakyat Aceh yang akan berperang merebut syahid. Ketika bencana Tsunami menimpa Aceh pada
2004 lalu, masjid peninggalan sejarah Islam di Indonesia satu ini jadi pelindung untuk sebagian
masyarakat Aceh. Kekokohan bangunannya tidak dapat digentarkan oleh sapuan ombak laut
yang saat itu meluluhlantahkan kota Banda Aceh.
2. Taman Sari Gunongan
Taman Sari Gunongan yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tak dapat
terselamatkan karena pasukan Belanda yang menyerbu Aceh. Taman ini dibangun pada saat
pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar Muda berhasil
menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka. gambar via: Pujiono
Taman Sari Gunongan yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tak
dapat terselamatkan karena pasukan Belanda yang menyerbu Aceh. Taman ini dibangun pada
saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar
Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka.
Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Boyongan dari Pahang karena akhlakhnya yang
sangat mempesona serta cantik parasnya, sampai pada akhirnya menjadikannya sebagai
permaisuri. Karena cintanya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia untuk memenuhi
keinginan Putri Boyongan untuk membangun sebuah taman sari yang indah yang dilengkapi
dengan Gunongan.
3. Masjid Tua Indrapuri
Masjid Indrapuri adalah bangunan tua berbentuk segi empat sama sisi. Mempunyai bentuk yang khas
seperti candi, karena di masa lalu bangunan ini bekas benteng sekaligus candi Kerajaan Hindu yang lebih
dulu menguasai Aceh. Pada tahun 1300 Masehi, diperkirakan pengaruh Islam di Aceh mulai menyebar
dan perlahan-lahan penduduknya telah mengenal Islam. Pada akhirnya bangunan yang awalnya candi ini
berubah fungsi menjadi masjid. Bangunan bekas candi ini dirubah jadi masjid pada masa Sultan Iskandar
Muda yang berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi. gambar via: TripTrus
Masjid Indrapuri adalah bangunan tua berbentuk segi empat sama sisi. Mempunyai bentuk yang
khas seperti candi, karena di masa lalu bangunan ini bekas benteng sekaligus candi Kerajaan
Hindu yang lebih dulu menguasai Aceh.
Pada tahun 1300 Masehi, diperkirakan pengaruh Islam di Aceh mulai menyebar dan perlahan-
lahan penduduknya telah mengenal Islam. Pada akhirnya bangunan yang awalnya candi ini
berubah fungsi menjadi masjid. Bangunan bekas candi ini dirubah jadi masjid pada masa Sultan
Iskandar Muda yang berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi.
4. Benteng Indra Patra
Setelah Kerajaan Hindu, muncul Kerajaan Islam yang pada masa jayanya dipimpin oleh Sultan Iskandar
Muda. Pada masa ini, benteng masih dipakai sebagai tempat pertahanan melawan penjajah Portugis.
Sultan Iskandar Muda memberi tugas pada Laksamana Malahayati, ia merupakan seorang laksamana
perempuan pertama di dunia yang memimpin pasukan di wilayah pertahanan ini. gambar via:
KSMTour.com
Setelah Kerajaan Hindu, muncul Kerajaan Islam yang pada masa jayanya dipimpin oleh Sultan
Iskandar Muda. Pada masa ini, benteng masih dipakai sebagai tempat pertahanan melawan
penjajah Portugis. Sultan Iskandar Muda memberi tugas pada Laksamana Malahayati, ia
merupakan seorang laksamana perempuan pertama di dunia yang memimpin pasukan di wilayah
pertahanan ini.
Benteng ini merupakan benteng yang dibangun oleh Kerajaan Lamuri, yaitu sebuah Kerajaan
Hindu pertama di Aceh. Walau pada akhirnya Islam mendominasi di Aceh, tetapi sultan serta
ratu yang memimpin Aceh tak pernah berniat sekalipun menghancurkan jejak peninggalan nenek
moyangnya.
5. Pinto Khop
Pinto Khop berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh. Tempat ini
adalah sejarah Aceh jaman dulu yang dibangun pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selain
itu, tempat ini juga adalah pintu penghubung antara istana serta taman putroe phang. Pinto khop ini
merupakan pintu gerbang yang berbentuk kubah. Pinto khop ini juga adalah tempat beristirahat putri
pahang jika telah selesai berenang, posisinya tak jauh dari gunongan. gambar via: Kekunaan
Pinto Khop berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh.
Tempat ini adalah sejarah Aceh jaman dulu yang dibangun pada saat pemerintahan Sultan
Iskandar Muda. Selain itu, tempat ini juga adalah pintu penghubung antara istana serta taman
putroe phang.
Pinto khop ini merupakan pintu gerbang yang berbentuk kubah. Pinto khop ini juga adalah
tempat beristirahat putri pahang jika telah selesai berenang, posisinya tak jauh dari gunongan.
Nah, disanalah dayang-dayang membersihkan rambut permaisuri. Selain itu, di sana juga ada
sebuah kolam yang dipakai permaisuri untuk mandi bunga.
6. Meriam Kesultanan Aceh
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa pembuat senjata serta teknisi dari
Turki ke Aceh. Lalu Aceh menyerap kemampuan ini serta dapat memproduksi meriam sendiri dari
kuningan. Perlu anda ketahui, meriam ini digunakan untuk mempertahankan Aceh dari serangan
penjajah. gambar via: kisahasalusul.blogspot.com
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa pembuat senjata serta teknisi
dari Turki ke Aceh. Lalu Aceh menyerap kemampuan ini serta dapat memproduksi meriam
sendiri dari kuningan. Perlu anda ketahui, meriam ini digunakan untuk mempertahankan Aceh
dari serangan penjajah.
7. Hikayat Prang Sabi
Hikayat Prang Sabi merupakan suatu karya sastra dalam sastra Aceh yang berupa hikayat. Adapun isi
dari hikayat ini yaitu membicarakan mengenai jihad. Karya sastra ini ditulis oleh para ulama yang berisi
ajakan, nasehat, serta seruan untuk terjun ke medan jihad untuk menegakkan agama Allah dari
serangan kaum kafir. Bisa jadi, mungkin saja hikayat inilah yang menghidupkan semangat juang rakyat
Aceh dahulu untuk mengusir penjajah. gambar via: peradabandunia.com
Hikayat Prang Sabi merupakan suatu karya sastra dalam sastra Aceh yang berupa hikayat.
Adapun isi dari hikayat ini yaitu membicarakan mengenai jihad. Karya sastra ini ditulis oleh para
ulama yang berisi ajakan, nasehat, serta seruan untuk terjun ke medan jihad untuk menegakkan
agama Allah dari serangan kaum kafir. Bisa jadi, mungkin saja hikayat inilah yang
menghidupkan semangat juang rakyat Aceh dahulu untuk mengusir penjajah.
8. Makam Sultan Iskandar Muda
Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya yaitu Makam dari Raja Kerajaan Aceh yang paling terkenal,
Sultan Iskandar Muda. Makam yang terdapat di Kelurahan Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh
ini sangat kental dengan nuansa Islami. Ukiran serta pahatan kaligrafi pada batu nisannya sangat indah
serta menjadi salah satu bukti sejarah masuknya Islam ke Indonesia. gambar via: 담다미 (ZAMZAMI)’s
blog
Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya yaitu Makam dari Raja Kerajaan Aceh yang paling
terkenal, Sultan Iskandar Muda. Makam yang terdapat di Kelurahan Peuniti, Kec. Baiturrahman,
Kota Banda Aceh ini sangat kental dengan nuansa Islami. Ukiran serta pahatan kaligrafi pada
batu nisannya sangat indah serta menjadi salah satu bukti sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
9. Uang Emas Kerajaan Aceh
Aceh ada di jalur perdagangan serta pelayaran yang sangat strategis. Berbagai komoditas yang datang
dari penjuru Asia berkumpul di sana pada saat itu. Hal semacam ini membuat kerajaan Aceh tertarik
untuk membuat mata uangnya sendiri. Uang logam yang terbuat dari 70% emas murni inilalu dicetak
lengkap dengan nama-nama raja yang memerintah Aceh. Koin ini masih sering ditemukan serta menjadi
harta karun yang sangat diburu oleh beberapa orang. gambar via: Kaskus
Aceh ada di jalur perdagangan serta pelayaran yang sangat strategis. Berbagai komoditas yang
datang dari penjuru Asia berkumpul di sana pada saat itu. Hal semacam ini membuat kerajaan
Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri. Uang logam yang terbuat dari 70% emas
murni inilalu dicetak lengkap dengan nama-nama raja yang memerintah Aceh. Koin ini masih
sering ditemukan serta menjadi harta karun yang sangat diburu oleh beberapa orang. Koin ini
dapat juga dianggap sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang pernah berjaya pada
masanya.
Home » Indonesia » Kerajaan » 14 Peninggalan Kerajaan Demak Beserta Penjelasan dan Gambarnya
14 Peninggalan Kerajaan Demak Beserta
Penjelasan dan Gambarnya
written by Adara Primadia
Demak merupakan Kerajaan Islam di Jawa Tengah yang berdiri tahun 1475 Masehi sesudah
Kerajaan Hindu Buddha di daerah Jawa dan ini merupakan Kerajaan Islam pertama di Pulau
Jawa yang mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam di seluruh wilayah
Indonesia dan dahulunya,Kerajaan ini bernama Glagah atau Bintoro. Kerajaan ini didirikan oleh
Raden Patah yang mendapatkan dukungan dari wali songo. Pada mulanya, Demak hanya sebuah
Kadipaten bagian dari Kerajaan Majapahit. Akan tetapi saat Kerajaan Majapahit mulai
mengalami keruntuhan dan Islam mulai bertumbuh, maka Kdipaten ini juga berkembang menjadi
sebuah Kerajaan Islam paling besar. Kerajaan Demak ini ditandai dengan beberapa bukti
peninggalan sejarah yang akan kami ulas secara lengkap berikut ini lengkap dengan sejarah
Kerajaan Demak selengkapnya.
Artikel terkait:
Pangeran Sekar Seda Lepen lalu dibunuh oleh utusan dari kemenakan lain yakni Raden Mukmin,
anak dari Pangeran Trenggana yang kemudian naik tahta serta mendapatkan gelar Sultan
Trenggana dimana Demak mencapai masa kejayaan dan mencakup wilayah yang luas yakni
Jawa Barat yaitu Banten, Cirebon dan Jayakarta, Jawa Tengah dan juga sebagian wilayah Jawa
Timur.
Sesudah Sultan Trenggana maka Demak mulai menunjukkan kemunduran dan terjadi perebutan
kekuasaan Arya Panangsang, anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan Prawoto, putra
tertua dari Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kalah oleh Arya Penangsang, namun Arya
Penangsang juga akhirnya dibunuh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana yang kemudian
menjadi Adipati Pajang. Joko Tingkir yang kemudian diberi gelar Sultan Hadiwijaya
memindahkan pusat Kerajaan Demak ke daerah Pajang.
Artikel terkait:
Keberadaan dari Kerajaan Demak ini diperkuat dengan bukti yang ditemukan, sebagian berupa
bangunan dan sebagian lagi berupa properti nuansa Islam. Peninggalan-peninggalan ini adalah
Pintu Bledeg, Masjid Agung Demak, Soko Guru, Kentongan, Bedug, almaksurah, situs kolam
wudhu dan juga makan sunan Kalijogo dan beberapa peninggalan lainnya. Semuanya ini
berkumpul pada satu tempat yakni Masjid Agung Demak dan berikut penjelasannya.
1. Pintu Bledek
Pintu Bledek atau Pintu Petir merupakan pintu
yang dilengkapi dengan pahatan yang dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo. Dari cerita yang
beredar, Pintu Bledek ini dibuat oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang tersambar memakai
kekuatan supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah.
Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian pintu ini dipakai untuk
pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang keadaannya sudah mulai rusak sehingga di
simpan dalam Museum dalam Masjid Agung Demak tersebut.
Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran Kerajaan Demak Bintoro.
Secara geografis, Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota,
Kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur
masjid yang ada di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi gaya budata
Jawa Tengah yang sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak ini juga
melukiskan tentang hubungan antara Jawa dengan Islam.
Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian sisi
Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan panjang
keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan total
128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama, sementara tiang
penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi berjumlah 28 serta tiang
keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat
lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga memakai material kayu
lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.
Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit kayu
yang berasal dari sisa pahatan dari 3 soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru memakai
kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah yang menyebabkan soko guru diberi
istilah soko tatal.
Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat sekitar
Masjid untuk menandai masuknya waktu sholat. Kedua benda ini ditemukan dalam Masjid
Agung Demak dengan bentuk seperti tapal kuda dengan folosofi saat dibunyikan atau dipukul
maka rakyat sekitar masjid harus datang untuk menunaikan sholat. Bedug dan kentongan ini
menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Demak yang juga masih bisa dilihat hingga sekarang.
Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di pakai untuk tempat wudhu para
musyafir dan juga santri yang akan melaksanakan sholat, akan tetapi sekarang kolam wudhu ini
tidak lagi dipergunakan sebagai tempat berwudhu pada saat ingin melaksanakan sholat.
Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi peziarah dan
juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi salah satu peninggalan dari
Kerajaan Demak.
Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan
kemudahan dan juga keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh pengelolanya,
agar pengunjung atau peziarah nyaman saat berdoa dan bersholawat.
7. Maksurah
Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding
Masjid Agung Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang
merupakan adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan Allah.
8. Dampar Kencana
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana merupakan
singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian digunakan sebagai mimbar khotbah pada
Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan disimpan pada museum
Masjid Agung Demak agar terhindar dari kerusakan.
9. Piring Campa
Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah yang saat ini dipasang pada interior
dinding Masjid Agung Demak. Seperti namanya, piring ini merupakan hadiah dari putri Campa
yakni ibu dari Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
Serambi yang ada di Masjid Agung Demak ini terlihat sangat indah dengan arsitektur unik dan
antik yang memiliki arti sejarah didalamnya. Dari sejarah Kerajaan Demak, serambi Majapahit
ini memiliki 8 buah tiang pendopo yang berasal dari Kerajaan Majapahit, akan tetapi saat
Kerajaan Majapahit runtuh, beberapa peninggalannya tidak lagi terawat sehingga Adipati Unus
membawa benda pusaka tersebut menuju Demak yang sekarang ditempatkan di serambi Masjid
Agung Demak dan masih bisa dilihat sampai sekarang.
11. Mihrab
Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak yang
didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro Sengkolo
ini mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini
membuat kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab atau
pengimaman yang berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam dan juga
Jawa.
Jika dilihat dari sejarah, Dampar Kencono merupakan Peninggalan Kerajaan Majapahit, sebab
Dampar adalah hadiah yang diberikan Prabu Bhrawijaya ke V yakni Raden Kertabumi untuk
Raden Patah yang merupakan raja pertama Kerajaan Demak sehingga ahli sejarah mengatakan
jika di masa akhir Kerajaan Majapahit, banyak rakyat yang sudah memeluk agama Islam.
13. Pawestren
Dari sejarah Kerajaan Demak dikatakan jika faham Islam sudah maju pada saat tersebut dan
jamaah sholat laki-laki serta perempuan sudah dipisahkan. Tempat sholat berjamaah perempuan
ini dinamakan pawestren.
Pawestern ini merupakan bangunan dengan 8 tiang penyangga yang 4 tiang uatam di topang
belandar balok bersusun tiga lengkap dengan ukiran motif Majapahit. Motif maksurah tahun
1866 Masehi ini diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit merupakan
gambar dekorasi bentuk segi delapan yang sangat terkenal di era Majapahit. Beberapa sejarawan
memperkirakan jika benda tersebut merupakan lambang Kerajaan Majapahit, sementara Surya
Majapahit yang terdapat di Masjid Agung Demak tersebut dibuat tahun 1401 tahun saka atau
1479 Masehi.
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
Sumber : traveling-kiancantik.blogspot.co.id
Berikut ini beberapa bukti peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang sampai saat ini masih bisa
kita temukan. Ulasannya sebagai berikut:
Masjid Kotagede
Kerajaan Mataram Islam sebagai kerajaan bercorak Islam tentunya memiliki masjid utama
sebagai pusat penyebaran agama. Masjid peninggalan Kerajaan Mataram Islam hingga kini
masih dapat ditemukan di Kota Gede.
Masjid Kota Ggede merupakan Masjid Peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang dibangun
pada tahun 1640. Terlihat akulturasi budaya pada desain arsitektur bangunannya yang bercorak
Hindu Budha. Hingga saat ini masjid Kota Gede masih sering digunakan untuk kegiatan dakwah
Islam oleh masyarakat disekitar Kota Gede.
Meriam Segara Wana dan Syuh Brata
Segara Wana dan Syuh Brata merupakan nama dari 2 buah meriam berukuran besar. Meriam
tersebut merupakan pemberian dari JP Coen. Pimpinan militer Belanda tersebut
menghadiahkannya kepada Sultan Agung.
Kedua meriam tersebut diberikan sebagai hadiah kepada Kerajaan Mataram Islam. Dikarenakan
sang Sultan Agung telah berjanji untuk tidak menyerang Batavia. Kedua meriam peninggalan
Kerajaan Mataram Islam sampai saat ini digunakan sebagai hiasan depan Keraton Surakarta.
Kembang Lampir merupakan sebuah tempat yang dulunya digunakan Ki Ageng Pemanahan
bertapa untuk mencari wahyu bagi kemajuan Keraton Mataram.
Petilasan pertapaan ini terletak Desa Giri Sekar, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul. Letak
petilasan ini tidak jauh dari Jalan Raya Panggang-Baron. Ditempat tersebut terdapat patung para
pendiri Kesultanan Mataram Islam, yaitu Panembahan Senapati, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki
Juru Mertani.
Kerajaan Mataram Islam memiliki peninggalan berupa sebuah karya sastra bernama Kitab
Sastra Gending. Kitab ini ditulis oleh Sultan Agung yang berisi mengenai ajaran filsafat tentang
menjadi manusia yang berakhlak. Menurut beberapa kisah, kitab Sastra Gending ditulis oleh
Sultan Agung setelah melakukan penyerangan ke Batavia.
Pasar Legi Kotagede
Sumber : indicafisha.blogspot.co.id
Pasar Legi Kotagede merupakan sebuah pasar yang ada sejak berdirinya Kerajaan Mataram
Islam. Pasar peninggalan Kerajaan Mataram Islam sudah beberapa kali mengalami renovasi dan
perbaikan. Ada beberapa bagian bangunan kono yang sampai saat ini masih dipertahankan
keasliannya.
Pasar Legi memiliki tata wilayah yang merupakan bagian dari konsep Catur Gatra Tunggal.
Konsep ini memiliki arti adanya 4 wahana berbeda. Wahana tersebut memiliki kaitan satu sama
lain dalam mendorong kehidupan sosial masyarakat Jawa. Keempat wahana tersebut adalah
Masjid sebagai pusat peribadatan, Keraton sebagai pusat pemerintahan. Kemudian, alun-alun
sebagai pusat budaya, dan pasar sebagai pusat ekonomi.
Rumah Tradisional
Satu lagi peninggalan Kerajaan Mataram Islam adalah rumah tradisional, berupa pemukiman
kuno. Pemukiman ini terkesan sangat etnis. Sampai saat ini tempat tersebut menjadi cagar
budaya dengan pengawasan dari pemerintahan Provinsi Yogyakarta.
Budaya
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam tidak hanya berupa benda-benda. Ada juga berupa
kebudayaan masyarakat Mataram Islam. Beberapa diantaranya seperti tradisi membakar
peninggalan orang yang telah meninggal atau lebih dikenal dengan nama tradisi Kalang Obong.
Kemudian ada juga makanan khas Kota Gede bernama Kue Kipo, teknik kerajinan perak, dan
masih banya lagi yang dapat kita temukan.