Anda di halaman 1dari 5

Candi Penataran Blitar

Candi Penataran adalah salah satu peninggalan sejarah dari kerajaan Kediri/Kadiri yang
terletak di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Walaupun candi ini memiliki nama asli Candi
Palah, namun hingga saat ini nama Candi Penataran lebih terkenal dibandingkan nama
aslinya. Bahkan jarang ada yang mengetahui nama asli dari candi ini.

1. Letak Candi Penataran


Lokasi Candi Penataran terletak di desa Penataran, salah satu desa di kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Letak Candi Penataran ini juga berada di lereng barat daya
Gunung Kelud, pada ketinggian 450 meter diatas permukaan laut. Candi termegah maupun
terluas di provinsi Jawa Timur ini berada di sebelah utara kota Blitar.

2. Sejarah Candi Penataran

Candi Penataran dibangun pada tahun 1194 M oleh raja Srengga (Syrenggra/rnga) yang
bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita rengalancana
Digwijayottungadewa. Raja tersebut merupakan raja kerajaan Kadiri yang berkuasa pada

tahun 1190 1200 M. Fungsi dari Candi Penataran yang dibangun sebagai candi gunung ini
adalah untuk digunakan sebagai tempat upacara pemujaan, salah satu upaya untuk menangkal
mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering sekali meletus.
Pada tahun 1286 tepatnya pada masa pemerintahan Kertanegara, Candi Naga yang juga
terletak di dalam kompleks Candi Penataran dibangun. Di Candi Naga ini terdapat relief 9
orang yang menyangga seekor naga, yang merupakan lambang candrasengkala atau tahun
1208 Saka.
Candi Penataran kembali mendapatkan perhatian saat pemerintahan Jayanegara, yang
selanjutnya diteruskan oleh Tribuanatunggadewi serta Hayam Wuruk. Candi Penataran
menjadi candi negara yang resmi dengan status dharma lepas.
Candi Penataran disebut bangunan suci Palah dalam kitab Negarakertagama (Desawarnana)
yang ditulis pada tahun 1365 oleh Mpu Prapanca. Dalam kitab tersebut, diceritakan bahwa
Raja Hayam Wuruk (memerintah kerajaan Majapahit pada tahun 1350 1389 M)
mengunjungi candi ini dalam perjalanannya berkeliling Jawa Timur untuk bertamasya.
Tujuan Raja Hayam Wuruk ke Candi ini agar dapat melakukan pemujaan kepada Hyang
Acalapat, yang merupakan perwujudan Siwa sebagai Girindra (raja penguasa gunung).
Dalam sebuah kronik dari abad XV yang menceritakan kisah perjalanan Bujangga Manik
dalam bahasa Sunda, dikatakan oleh salah seorang bangsawan kerajaan Sunda bahwa Candi
Penataran (dalam kronik tersebut disebut sebagai Rabut Palah) masih dijadikan sebagai
tempat belajar agama serta juga menjadi tempat ziarah yang selalu ramai dikunjungi orang. Si
penulis kronik tersebut mengaku terpaksa meninggalkan tempat itu setelah setahun tinggal
disitu, oleh karena para peziarah yang datang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat
duniawi.
Pada tahun 1815, Candi Penataran untuk pertama kalinya dilaporkan keberadaannya dalam
catatan Inggris yang ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles (1781 1826), seorang
gubernur jenderal pemerintah kolonial Inggris yang dulunya pernah berkuasa di Nusantara.
Namun, hingga tahun 1850, Candi Penataran belum terlalu banyak dikenal orang. Candi
Penataran yang sempat diabaikan selama bertahun-tahun, mulai mendapatkan perhatian dari
pemerintah sehingga akhirnya dipugar dan saat ini telah menjadi salah satu tempat wisata
menarik di Blitar Jawa Timur.
Pada 19 Oktober 1995, Candi Penataran diajukan sebagai salah satu calon situs warisan dunia
UNESCO dalam kategori budaya yang berasal dari Indonesia. Candi Penataran hingga saat
ini masih berada dalam daftar tentatif (usulan calon nominasi), yang masih menunggu proses
evaluasi untuk layak tidaknya menjadi Situs Warisan Dunia.

3. Bagian-Bagian dalam Kompleks Candi Penataran

Kompleks Candi Penataran terdiridari gugusan beberapa bangunan yang membujur dari barat
laut hingga tenggara, dengan pola linear dan menempati tanah seluas 12.946 m2. Di belakang
Candi Utama dibatasi oleh sebuah sungai di sebelah timur yang berhulu di gunung Kelud. Di
depan candi utama, terdapat juga beberapa candi perwara dan balai pendopo. Pola Candi
Penataran berbeda dengan candi-candi Jawa Tengah, dimana Candi utama berada di tengah
dan dikelilingi oleh candi-candi perwara. Pola susunan candi yang linear tak beraturan ini
merupakan ciri khas candi langgam Jawa Timur, yang telah berkembang sejak zaman Kediri
hingga Majapahit.
Halaman kompleks percandian di bagi menjadi tiga bagian. Agar lebih mudahnya, Candi
Penataran di bagi menjadi halaman depan, tengah dan belakang. Berikut ini adalah penjelasan
untuk masing-masing halaman tersebut:
Halaman depan
Di halaman depan kompleks Candi Penataran terdapat dua buah arca Dwarapala, sisa-sisa
pintu gerbang, Bale Agung, Pendopo Teras dan Candi Angka Tahun. Masing-masing
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pintu Gerbang Utama
Pintu gerbang utama terletak di halaman depan, tepatnya di sisi barat laut.
2. Arca Dwarapala
Ini merupakan arca yang mengapit pintu gerbang, oleh karena itu disebut sebagai penjaga
pintu. Masyarakat setempat menyebut Arca Dwarapala ini sebagai Reco Pentung. Di arca ini
terpahat angka tahun 1242 Saka (1320 Masehi).
3. Sisa Pintu Gerbang
Sisa pintu gerbang di kompleks Candi Penataran ini terbuat dari batu bata, yang lokasinya
tepat berada di sebelah timur dari dua arca Dwarapala di pintu gerbang utama.
4. Bale Agung
Selanjutnya di halaman depan ada Bale Agung yang dapat dikatakan sebagai bagian terdepan
dari Candi Penataran, setelah berjalan melalui bekas pintu gerbang. Bale Agung terletak agak
menjorok ke depan, tepatnya disisi barat laut halaman depan, berbatasan langsung dengan
pagar depan dan jalan raya. Bale Agung terbuat dari batu seluruhnya dengan dinding yang
masih polos disertai dua tangga di sebelah tenggara, satu tangga di sisi timur laut dan satunya
lagi disisi barat daya. Bale Agung berfungsi sebagai tempat musyawarah bagi para pendeta

(menurut N.J. Krom). Dimensi dari bangunan ini adalah 37 m x 18,84 m x 1,44 m (panjang,
lebar, tinggi).
5. Pendopo Teras
Setelah Bale Agung, terdapat Pendopo Teras yang merupakan batu berbentuk persegi panjang
dengan dimensi 29,05 m x 9,22 m x 1,5 m. Pendopo Teras berada di sebelah tenggara dari
Bale Agung. Fungsi dari Pendopo Teras ini diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesajen
dalam berbagai upacara keagamaan yang diadakan atau tempat peristirahatan raja maupun
bangsawan lainnya. Pendopo Teras seperti Bale Agung, yang dililit oleh teras ular, dan
kepalanya tersembul diantara pilar bangunan. Relief-relief yang terdapat pada tembok
Pendopo Teras bercerita mengenai kisah Bubhuksah dan Gagang Aking (dalam cerita rakyat
dikenal sebagai Bela-Belu dan Dami Aking), Sri Tanjung dan Sang Setyawan.
6. Candi Angka Tahun
Dengan jarak 20 meter dari Pendopo Teras, kita dapat melihat Candi Angka Tahun, yang juga
berada pada halaman depan. Candi Angka Tahun juga dikenal sebagai Candi Brawijaya,
namun tidak jarang ada yang menyebutnya sebagai Candi Ganesha. Candi Angka Tahun
dapat dikatakan sebagai bangunan paling terkenal dalam kompleks Candi Penataran. Candi
ini berangka tahun 1291 Saka (1369 Masehi). Candi Angka Tahun memiliki pintu masuk di
sisi barat laut, yang artinya candi ini menghadap ke arah barat laut. Di dalam relung candi
terdapat arca Ganesha yang terbuat dari batu dengan posisi duduk di padmasana. Terdapat
relief Surya Majapahit di bagian atas bilik candi, tepatnya di batu penutup cungkup.
Halaman tengah
Pada halaman tengah kompleks Candi Penataran, terdapat dua arca Dwarapala (seperti di
halaman depan), enam sisa bangunan terbuat dari batu dan bata di timur laut, Candi Naga
serta sebuah pondasi bata di sisi timur.
1. Arca Dwarapala
Di halaman tengah kompleks Candi Penataran, juga terdapat dua arca Dwarapala seperti di
pintu masuk candi, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Angka tahun yang dipahat di arca
ini setahun lebih tua daripada di arca di pintu masuk utama, yaitu tahun 1214 Saka (1319
Masehi).
2. Sisa bangunan dari batu dan bata
Sisa-sisa bangunan dari batu dan bata di halaman tengah ada sejumlah 6, diantaranya ada
candi tanpa penutup di atasnya sejumlah satu, batur ada dua serta sisa pondasi dari bata ada
tiga.
3. Candi Naga
Pemberian nama Candi Naga oleh karena bangunan candi ini dililit oleh naga disekeliling
tubuhnya. Terdapat juga penyangga berupa tokoh-tokoh yang berbusana bak raja sejumlah
buah, yang terletak di masing-masing sudut bangunan (ada 4), bagian tengah dinding (ada 3)
dan di sebelah kanan dan kiri pintu masuk (ada 2). Relief-relief buatan (motif medalion)
menghiasi dinding tubuh candi. Pintu masuk candi Naga berada di sisi barat laut candi.
Dimensi Candi Naga adalah 6,57 m x 4,83 m x 4,7 m.
4. Pondasi Bata
Pondasi bata ini terletak di sebelah timur candi dan terkesan menghadap ke arah barat daya,
yang diperkirakan berdasarkan bidang menjorok ke sisi barat daya serta membentuk pintu

masuk. Dua buah sisa bangunan terdapat di bagian barat daya dengan masing-masingnya
berupa pondasi dari bata dengan dimensi 10 m x 20 m dan satu lagi mirip bujur sangkar
dengan ciri yang hampir sama dengan pondasi di timur laut.
Halaman belakang
Halaman belakang kompleks Candi Penataran dimulai setelah melalui pintu gerbang
paduraksa (hanya tersisa pondasinya) yang dijaga juga oleh dua dwarapala. Halaman ini
terletak di tanah yang lebih tinggi dibandingkan halaman lainnya dan berada di ujung
tenggara dalam kompleks candi Penataran. Di halaman belakang ini terdapat 9 bekas
bangunan yang posisinya tidak beraturan, termasuk candi utama dalam kompleks Candi
Penataran. Selain itu terdapat juga prasasti Palah berupa linggapala, lima sisa bangunan di
sisi barat laut dimana salah satu diantaranya merupakah sebuah batur yang memuat reliefrelief cerita candi dengan tinggi sekitar 1 meter.
1. Candi utama
Di halaman belakang (halaman tiga) dalam kompleks candi terdapat candi utama (induk)
yang berupa 3 teras tersusun dengan tinggi mencapai 7,19 meter. Arca mahakala yang
terdapat di sisi tangga terpahat angka tahun 1269 Saka (1347 Masehi). Pada teras pertama,
terdapat relief cerita Ramayana di sekeliling dinding candi. Pembacaan relief ini perlu
mengikuti arah prasawiya yang dimulai dari sudut barat laut. Pada teras kedua, terdapat relief
cerita Krnayana, yang dibaca searah jarum jam (cara pradaksina). Pada teras ketiga yang
bentuknya menyerupai bujur sangkar terdapat relief naga dan singa bersayap. Di sisi sebelah
barat daya halaman Candi Utama terdapat dua buah sisa bangunan yaitu berupa candi kecil
dari batu (disebut klein heligdom atau bathara kecil oleh orang Belanda dulu) serta satu lagi
berupa pondasi bata. Dua sisa bangunan ini masing-masingnya menghadap ke arah barat
daya. Terdapat juga sebuah lingga dari batu yang disebut prasasti palah yang terletak sederet
dengan dua bangunan diatas. Ada juga sebuah kolam dengan angka tahun 1337 Saka (1415
Masehi) yang lokasinya berada dibelakang candi utama sebelah tenggara dekat aliran sungai.
2. Prasasti Palah
Prasasti ini dibuat oleh Raja Srengga dengan angka tahun 1119 Saka (1197 Masehi).
Bangunan ini berfungsi untuk menyembah Bathara Palah, yang tertuang dalam prasasti
dengan bunyi:
sdangnira ri Maharaja sanityangkn pratidina i sira paduka bhatara palah"
Dalam bahasa Indonesia berarti:
"Ketika dia Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat Bathara Palah"

Anda mungkin juga menyukai