Anda di halaman 1dari 2

Nama :Siti nur fadillah

Kls:XII-Keperwatan

Sejarah Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak merupukan Masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan
Demak di bantu oleh para Walisongo pada abad ke-15 Masehi. Masjid ini masuk dalam salah
satu jajaran masjid tertua di Indonesia. Lokasi Masjid Agung Demak terletak di Kampung
Kauman, Kelurahan Bintoro,Kabupaten Demak,Jawa Tengah. Berada di tepat di alun-alun dan
pusat keramaian Demak,Masjid Agung Demak tak sulit untuk ditemukan

Masjid Agung Demak pada awal masa berdirinya ,menurut cerita yang beredar di masyarakat,
Masjid Agung Demak dahulunya adalah tempat berkumpulnya Walisongo yang menyebarkan
agama islam di tanah Jawa. Raden Patah bersama dengan Walisongo membangun Masjid ini
dengan member gambar serupa bulus yang merupakan Candra Sengkala memet yang bermakna
Sarira Sunyi Kiblating Gusti.Secara filosofis bulus menggambarkan tahun pembangunan Masjid
Agung Demak yaitu 1401 saka. Bulus yang terdiri atas kepala memiliki makna1,empat kaki
bulus bermakna 4,badan bulus yang bulat bermakna 0, dan ekor bulus bermakna 1.Hewan bulus
memang menjadi symbol Masjid Agung Demak,di buktikan dengan adanya berbagai ornament
bergambar bulus di dinding Masjid.

Gambar hewan bulus di mihrab imam Masjid Agung Demak. Dari sisi arsitektur tradisional
Indonesia yang khas serta makna. Tetap sederhana namun terkesan megah,anggun,indah,dan
sangat berkarismatik. Atap Masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gamabaran
akidah Islam yakni Iman,Islam,dan Ihsan. Empat tiang utama di dalam Masjid yang disebut saka
Tatal/Saka Guru di buat langsung oleh walisongo. Masing-masing di sebelah Barat Laut oleh
Sunan Bonang , Sebelah Barat Daya oleh Sunan Gunung Jati, Sebelah Tenggara oleh Sunan
Apel, dan Sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga. Pintu Masjid Agung Demak yang dikenal
dengan nama pintu Bledheg dianggap mampu menahan petir. Pintu yang di buat oleh Ki Ageng
Selo juga merupakan prasasti Candra Sengakal yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani,
Maknanya tahun 1386 saka atau 1466 Masehi.

Bagian teras Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut Saka
Majapahit. Saka Majapahit ini merupakan hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi
kepada Raden Patah saat menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak tahun 1475
Masehi.

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat
tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari
serpihan-serpihan kayu, sehingg,pada dinamai saka tatal. Bangunan serambi merupakan
bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka
Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga lbagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2)
Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu bledeg”, mengandung candra sengkala,
yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau
887 H.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa dmakam raja-raja
Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan Fattah yang merupakan raja pertama
Kesultanan Demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung
Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.

Masjid Agung Demak dicalonkan untuk menjadi Situs Warsan Dunia UNESCO pada tahun
1995.l

Anda mungkin juga menyukai