Anda di halaman 1dari 30

MEDIA SOSIAL DAN PROFESIONALISME

MATA KULIAH PROFESIONALISME

DOSEN YASINTA DEWI KRISTIANTI,S.SiT.,M.Kes

Di Susun Oleh :

Siti Nur Fadillah K (1052201006)

PROGRAM STUDI SARJANAKEBIDANAN DANPENDIDIKAN


PROFESI BIDAN
FAKULTAS KESEHATANUNIVERSITAS MH. THAMRIN
TAHUN AJARAN
2020/ 202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah
Profesionalisme yang berjudul “Makalah Media social dan Profesionalisme“
dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan tugas Kelompok
matakuliah Profesionalisme prodi Sarjana Kebidanan dan Profesi Bidan
Universitas Muhammad Husni Thamrin.
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan baik secara teknis
maupun materi. Oleh karena itu, kami memohon saran dan kritik yang bersifat
membangun dari dosen, rekan – rekan, dan pembaca untuk menyempurnakan
penyusunan makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang sudah mendukung
dan membantu saya dalam menyusun makalah ini, khususnya kepada dosen yang
sudah memberikan tugas sebagai penambah wawasan saya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat
dalam pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi para
pembaca mengenai media social dan profesioalisme

Bekasi , 25 maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1.Latar Belakang...............................................................................................1
I.2Rumusan Masalah............................................................................................2
I.3Tujuan..............................................................................................................2
I.4Manfaat............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
II.1 Definisi media social dan profesionalisme................................................3
II.2 PERKEMBANGAN MEDIA SOSIAL.....................................................4
II.3 PERAN MEDIA SOSIAL.........................................................................6
II.4 Efek media social terhadap pasien.............................................................6
II.5. Efek media social terhadap Hubungan pasien dengan Bidan...................7
II.6 Memahami dasar social media bagi tenaga kesehatan...............................7
II.7 Definisi profesinalisme bidan....................................................................8
II.8 Ciri-ciri jabatan profesional bidan.............................................................9
II.9 Profesionalisme bidan dalam pelayanan kebidanan................................10
II.10 Tahap pencapaian profesionalisme bidan..............................................10
II.11 Standar penampilan dan etika Kompetensi yang terjamin.....................11
II.12 Tanggungjawab sebagai bidan profesinal..............................................11
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
III.1 Kesimpulan.............................................................................................12
III.2 Saran.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perkembangan tekhnologi sangat pesat di jaman era globalisasi saat ini.
Tekhnologi menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam mempermudah setiap
pekerjaan manusia. Salah satunya dalam hal komunikasi. Mudahnya setiap orang
untuk berkomunikasi saat ini dimana pun dan kapanpun membawa dampak besar
bagi kehidupan. Media sosial dalam review ini dibatasi sebagai aplikasi berbasis
internet yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user generated content.
Melalui pembatasan ini, media sosial dapat berupa blog, komunitas, situs jejaring
sosial, proyek kolaboratif, game virtual, dan dunia sosial virtual. Aplikasi-aplikasi
ini memungkinkan para pengguna, dalam hal ini pasien, untuk bertukar informasi
dengan alasan kesehatan atau kondisi kesehatan. Di Indonesia, terdapat beberapa
aplikasi yang sangat sering dan intens digunakan secara luas untuk berbagi
informasi kesehatan pasien pengguna sehat maupun pasien.
Saat ini, media sosial yang sering digunakan oleh orang Indonesia terutama adalah
situs jejaring sosial seperti misalnya Twitter, Facebook, Path, Instagram, dan
beberapa situs lain yang kurang populer. Orang Indonesia secara bebas saling
bertukar informasi melalui media sosial ini, bahkan untuk berbagai kondisi
kesehatan pribadi.Dan terdapat pengertian dari Bidan adalah profesi yang diakui
secara nasional maupun internasional oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia.
Tugas utama yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan memiliki tujuan
untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.Bidan harus dapat memberikan
supervise, perawatan dan saran yang diperlukan kepada ibu selama periode
kehamilan, persalinan dan pasca partum, membantu kelahiran sebagai
tanggungjawabnya, dan merawat bayi serta bayi baru lahir. Perawatan ini
mencangkup tindakan preventif, deteksi keadaan abnormal pada ibu dan anak,
upaya mendapatkan bantuan medis dan pelaksanaan tindakan kedaruratan bila
bantuan medis tidak tersedia.

1
I.2Rumusan Masalah
1) Apa pengertian media sosial ?
2) Apa fungsi dan peran media sosial ?
3) Apa dasar social media bagi tenaga kesehatan ?
4) Apa yang dimaksud profesionalisme bidan ?
5) Apa yang menjadi ciri-ciri profesionalisme bidan ?
6) Apa saja Profesionalisme bidan dalam pelayanan kebidanan?

I.3Tujuan
1) Dapat mengetahui tentang apa itu media sosial
2) Untuk memenuhi tugas kuliah profesionalisme
3) Mengetahui tata cara seorang bidan menjadi profesionalisme
4) Untuk menambah pengetahuan menjadi bidan yang professional

I.4Manfaat
1) Sebagai masukan untuk mengetahui efek penggunaan media sosial oleh pasien
terhadap hubungan antara pasien dan tenaga kesehatan terutama bidan.
2) Mengetahui tata cara berprofesi yang baik dan benar .
3) Mengetahui tata cara seorang bidan menjadi profesionalisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi media social dan profesionalisme


Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual.Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang
mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis
web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.Andreas Kaplan dan
Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok
aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi
Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated
content”.Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web
page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi
dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar
antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan
media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet.
Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan
memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta
membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.Saat teknologi
internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh
dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile
phone. Demikian cepatnya orang bias mengakses media sosial mengakibatkan
terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara

3
maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai
tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan
berita-berita.Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang
seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti
televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang
banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa
mengakses menggunakan social media dengan jaringan internet bahkan yang
aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan
sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa
mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
berbagai model content lainnya.Dan profesionalisme adalah keandalan dalam
pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat,
cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti. Menurut
Soedijarto mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atribut-atribut yang
diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar kerja yang
diinginkan. Menurut Philips memberikan definisi profesionalisme sebagai
individu yang bekerja sesuai dengan tandar moral dan etika yang ditentukan oleh
pekerjaan tersebut.Profesionalisme adalah komitmen para profesionalterhadap
profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai
tenaga profesional, usaha terusmenerus untuk mengembangkan kemampuan
profesional, dst.Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu.

II.2 PERKEMBANGAN MEDIA SOSIAL


 1978 Awal dari penemuan Sistem papan buletin yang memungkinkan untuk dapat
berhubungan dengan orang lain menggunakan surat elektronik , ataupun
mengunggah dan mengunduh Perangkat lunak , semua ini dilakukan masih
dengan menggunakan saluran telepon yang Terhubung dengaan modem
 1995 Kelahiran dari situs GeoCities, situs ini melayani Web Hosting yaitu layanan
penyewaan penyimpanan data - data website agar halaman website tersebut bisa
di akses dari mana saja, dan kemunculan GeoCities ini menjadi tonggak dari
berdirinya website - website lain.

4
 1997 Muncul situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com walaupun
sebenarnya pada
 tahun 1995 terdapat situs Classmates.com yang juga merupakan situs jejaring
sosial namun, di anggap lebih menawarkan sebuah situs jejaring sosial di banding
 1999 Muncul situs untuk membuat blog pribadi, yaitu Blogger. situs ini
menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri.
sehingga pengguna dari Blogger ini bisa memuat hal tentang apapun. termasuk hal
pribadi ataupun untuk mengkritisi pemerintah. sehingga bisa di katakan blogger
ini menjadi tonggak berkembangnya sebuah Media sosial.
 2002 Berdirinya Friendster, situs jejaring sosial yang pada saat itu menjadi
booming, dankeberadaan sebuah media sosial menjadi fenomenal.
 2003 Berdirinya LinkedIn, tak hanya berguna untuk bersosial, LinkedIn juga
berguna untuk mencari pekerjaan, sehingga fungsi dari sebuah Media Sosial
makin berkembang.
 2003 Berdirinya MySpace, MySpace menawarkan kemudahan
dalammenggunakannya,sehingga myspace di katakan situs jejaring sosial yang
user friendly.
 2004 Lahirnya Facebook, situs jejaring sosial yang terkenal hingga sampai saat
ini, merupakan salah satu situs jejaring sosial yang memiliki anggota terbanyak.
 2006 Lahirnya Twitter, situs jejaring sosial yang berbeda dengan yang lainnya,
karena pengguna dari Twitter hanya bisa mengupdate status atau yang bernama
Tweet ini yang hanya di batasi 140 karakter.
 2007 Lahirnya Wiser, situs jejaring social pertama sekali diluncurkan bertepatan
dengan peringatan Hari Bumi (22 April) 2007. Situs ini diharapkan bisa menjadi
sebuah direktori online organisasi lingkungan seluruh dunia termasuk pergerakan
lingkungan baik dilakukan individu maupun kelompok.
 2011 Lahirnya Google+, google meluncurkan situs jejaring sosialnya yang
bernama google, namun pada awal peluncuran. google+ hanya sebatas pada orang
yang telah di invite oleh google. Setelah itu google+ di luncurkan secara umum.

5
II.3 PERAN MEDIA SOSIAL
 Sebagai sarana diskusi dengan jangkauan yang luas
 Media untuk bertukar informasi
 Sebagai sarana hiburan
 Sebagai sarana berkomunikasi
 Mempererat pertemanan dengan teman satu sekolah, atau teman kuliah
 Menjalin silaturahmi yang sudah lama putus dengan teman lama atau kerabat
lama
 Mendapat banyak informasi terbaru
 Mengisi waktu luang
 Menambah wawasan
 Tempat pembelajaran online
 Administrasi
 Mendengarkan dan Belajar
 Membangun Hubungan
 Jangkauan Global

II.4 Efek media social terhadap pasien


Efek penggunaan media sosial terhadap para pasien secara umum dibagi menjadi
dua, yaitu pemberdayaan pasien dan efek yang lain. Pemberdayaan pasien adalah
penemuan dan pengembangan kapasitas inheren pasien untuk bertanggung jawab
terhadap hidupnya sendiri. Hal ini akan meningkatkan kondisi secara subjektif,
psikologis, dan perbaikan manajemen dan pengendalian diri. Walau demikian,
terdapat empat efek lain penggunaan media sosial oleh pasien. Keempat efek itu
adalah berkurangnya kondisi secara subjektif, hilangnya privasi, menjadi target
promosi, dan kecanduan media sosial. Menurunnya kondisi secara subjektif
adalah akibat perasaan khawatir dan cemas. Kecanduan media sosial juga terjadi,
dengan keluhan bahwa pasien yang menggunakan media sosial kerap
mengakibatkan terbengkalainya urusan yang lain akibat terlalu sering
menggunakan media sosial.

6
II.5. Efek media social terhadap Hubungan pasien dengan Bidan
Terdapat empat macam efek penggunaan media sosial oleh pasien terhadap
hubungan antara pasien dan Bidan profesional. Keempatnya adalah komunikasi
yang makin sejajar, hubungan yang lebih harmonis, dan interaksi yang
suboptimal. Dengan penggunaan media sosial, pasien merasa lebih percaya diri
ketika berdiskusi dengan para bidan. Hal ini karena pasien merasa telah
mendapatkan tambahan informasi mengenai kondisi dan berbagai pilihan
pengobatannya. Pasien juga merasa bahwa media sosial memungkinkan mereka
lebih siap ketika bertemu dengan bidan sehingga tahu mana pertanyaan yang
harus diajukan dalam diskusi, Penggunaan media sosial dapat meningkatkan
kesempatan belajar dan meningkatkan komunikasi kesehatan. dengan demikian
juga dimungkinkan sebagai akibat penggunaan media sosial oleh pasien. Diskusi
mengenai bagaimana bidan menangani kondisi tertentu secara langsung akan
berpengaruh pada pilihan pasien.

II.6 Memahami dasar social media bagi tenaga kesehatan


 Jaga kehidupan pribadi dan kehidupan profesional anda terpisah secara online
a. Anda harus memastikan Anda melindungi identitas pribadi Anda secara online. 
b.  Lakukan : Pikirkan baik-baik tentang informasi apa yang Anda ingin  bagi
tentang diri Anda secara online dan bagaimana rincian ini dapat dilihat oleh orang
lain. Ini mungkin termasuk mengidentifikasi diri sebagai perawat atau bidan dan
di mana Anda bekerja atau kuliah.
c. Jangan menggunakan layanan anda atau menggunakan layanan orang lain; 
d.  mengambil foto atau video di tempat kerja kecuali bagian dari persetujuan
pelatihan profesional, mengajar atau belajar; 
e.  melampiaskan atau menyampaikan keluhan secara online, dan 
f. Lihat situasi, kolega atau pengguna jasa anda. Selalu hormati batas-batas
profesional dan pribadi.
 Hormati privasi pasien/ klien dan kerahasiaannya.
media sosial adalah media terbuka, berbagi dan informal. Privasi, kerahasiaan dan
profesionalisme adalah inti dari nilai-nilai keperawatan dan kebidanan. Oleh

7
karena itu, Anda perlu menghormati hak-hak privasi dan kerahasiaan pasien dan
kolega dan menghormati nilai-nilai profesi Anda setiap saat. Postinglah yang
bijak dan benar.
 Gunakan situs media sosial dan jejaring sosial untuk pengembangan profesional
Anda
Ada banyak cara untuk menggunakan media sosial secara profesional dan NMBI (
Konsil Keperawatan dan Kebidanan Irlandia-red) mendukung penggunaan situs
media sosial yang bertanggung jawab oleh perawat, bidan dan mahasiswa. Anda
bisa, misalnya, update dengan penelitian terbaru menggunakan Twitter, update
organisasi dari Facebook, belajar dari YouTube dan membuat jaringan dengan
rekan-rekan di LinkedIn. Anda harus membuat kehadiran online Anda berharga
untuk diri sendiri dan orang lain. Cobalah untuk 'terlibat, bertukar dan
memperkaya' (Kalia, 2011).
 Berpikir sebelum Anda memposting - apakah yang anda posting tepat untuk
media sosial?
Tetap profesional setiap saat. Jangan posting pesan atau informasi tentang sesuatu
yang tidak ingin rekan-rekan Anda dan manajer anda melihatnya. Jika Anda akan
mempublikasikan sesuatu yang tidak akan Anda lakukan di ruangan yang penuh
dengan orang-orang, maka jangan lakukan.

II.7 Definisi profesinalisme bidan


Profesinalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh seorang bidan.
Bidan profesinal termasuk rumpun kesehatan , untuk menjadi jabatan profesional
memiliki 9 syarat bidan profesinal, meliputi :

a) Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik,
kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
b) Asuhan ibu hamil
c) Asuhan kebidanan ibu melahirkan
d) Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
e) Asuhan bayi lahir

8
f) Asuhan pada bayi balita
g) Keluarga berencana
h) Gangguan reproduksi
i) Kebidanan komunitas

II.8 Ciri-ciri jabatan profesional bidan


 Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
 Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan secara tenaga profesional
 Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
 Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
 Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah
 Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
 Memiliki kode etik bidan
 Memiliki etika bidan
 Memiliki standar pelayanan
 Memiliki standar praktik
 Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan
 Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi
 Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
 Sehubungan dengan profesinalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan
tergolong jabatan profesinal.

II.9 Profesionalisme bidan dalam pelayanan kebidanan


PROFESI:
Suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lebih dalam dan luas serta
adanya pengetahuan yang khusus
Terdapat 4 ciri utama profesi :

9
 Pengetahuannya
 Kode etik profesi
 Terdapat otonomi penuh dalam pelayanan, pendidikan dan penilaian
 Memberikan pelayanan yang vital dan unik

II.10 Tahap pencapaian profesionalisme bidan


 Sertifikasi (pendidikan)
Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi Bidan
yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Kebidanan. Sertifikat
Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan Praktik Kebidanan yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi.
 Registrasi (pendaftaran)
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar
penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu
melaksanakan praktik profesinya.
 Lisensi (perizinan)
Lisensi praktik kebidanan merupakan proses administrasi yang dilakukan
pemerintah dalam mengeluarkan surat izin praktik yang diberikan kepada suatu
tenaga profesi untuk pelayanan yang mandiri. Menurut IBI : Lisensi adalah
pemberian ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
ditetapkan.
 Akreditasi (evaluasi)
Akreditasi atau pentauliahan adalah suatu bentuk pengakuan pemerintah terhadap
suatu lembaga pendidikan swasta. Salah satu contoh akreditasi adalah akreditasi
pada metode tes laboratorium dan sertifikasi spesialis yang diperbolehkan
mengeluarkan sertifikat resmi suatu yang telah memiliki standar.

II.11 Standar penampilan dan etika Kompetensi yang terjamin


Yang penting bagaimana caranya memperkuat kesan profesional seorang bidan.
Seorang bidan yang profesional dituntut sikap profesionalismenya, antara lain :

10
 Standar penampilan dan etika
 Kompetensi yang terjamin
 Pengetahuan yang luas
 Pelatihan yang ekstensif

II.12 Tanggungjawab sebagai bidan profesinal


1) Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date, terus mengembangkan
keterampilan dan kemahiran agar bertambah luas serta mencangkup semua
aspek peran seorang bidan
2) Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak
berupaya melampaui wewenangannya dalam praktik klinik
3) Menerima tanggungjawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dari
keputusan tersebut
4) Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (bidan, dokter, dan perawat)
dengan rasa hormat dan martabat
5) Memelihara kerja sama yang baik dengan staff kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal
6) Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencangkup penilaian
sejawat, pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit maternal
atau perinatal
7) Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidan praktik
8) Meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan
9) Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka
dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan kaum
wanita.

11
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual.Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang
mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis
web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Peran media sebagai
sarana diskusi dengan jangkauan yang luas,Media untuk bertukar
informasi,Sebagai sarana hiburan,Sebagai sarana berkomunikasi. dasar social
media bagi tenaga kesehatan meliputi Jaga kehidupan pribadi dan kehidupan
profesional anda terpisah secara online, Hormati privasi pasien/ klien dan
kerahasiaannya,Gunakan situs media sosial dan jejaring sosial untuk
pengembangan profesional Anda, Berpikir sebelum Anda memposting - apakah
yang anda posting tepat untuk media social.Kemudian terdapat pengertian
Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna yaitu
berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, profesionalisme juga merupakan tingkah laku, keahlian atau
kualitas dan seseorang yang professional.ciri ciri profesionalisme bidan yaitu
Memiliki organisasi profesi sebagai wadah,Memiliki kode etik bidan,Memiliki
etika bidan,Memiliki standar pelayanan,Memiliki standar praktik. Profesionalisme
bidan dalam pelayanan kebidanan meliputi Pengetahuannya ,Kode etik
profesi,Terdapat otonomi penuh dalam pelayanan, pendidikan dan
penilaian,Memberikan pelayanan yang vital dan unik.

III.2 Saran
Dalam hal siapa pun yang menggunakan teknologi berbasis mobile dan web dapat
mempublikasikan dan menerima informasi kapan saja. untuk profesi berbasis
sosial seperti kebidanan dan untuk menjadi bidan yang profesional, seorang bidan
harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan, dikarena bidan memiliki
tanggungjawab yang besar terhadap pasien yang akan diberi pelayanan. Demikian
makalah yang kami buat semoga dapa bermanfaat bagi teman teman

12
semua,Apabila terdapat kesalahan pada makalah yang kami buat mohon
dimaafkan karena kami adalah hamba Allah yang luput dari kesalahan .

DAFTAR PUSTAKA

Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Purwandari,


Atik.2008
Yulifah Surachmindari,Rita.Konsep Kebidanan untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta Selatan : Salemba Medika.2013

13
Rangkuman jurnal

Nama :Siti nur fadillah k


Nim :1052201006

Rangkuman berdasarkan jurnal dari :


PENGARUH PROFESIONALISME BIDAN TERHADAP KUALITAS
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS TATELU LIVEN
JOLANDA TUEGEH PATAR RUMAPEA HELLY F. KOLONDAM

Karakteristik Profesionalisme
Profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya. Secara
sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang
menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan professionalism apabila
pekerjannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan
Uetomo,2000 : 264 - 265).
Ada empat sifat yang dianggap mewakili sikap
profesionalisme menurut Harefa (2004).sebagai
berikut :
1. Keterampilan
Keterampilan yang tinggi yang didasarkan pada pengetahuan teoritis dan
sistematis, Kemampuan/keterampilan adalah kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Keterampilan berasal dari kata
terampil yang berarti cakap, mampu, dan cekatan dalam menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya.

2. Pemberian jasa dan pelayanan

14
Pemberian jasa dan pelayanan yang altruitis artinya lebih berorientasi kepada
kepentingan umum di bandingkan dengan kepentingan pribadi, seorang yang
profesional dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang alturitis agar
dapat menjunjung tinggi profesionalisme.
3. Pengawasan
Adanya pengawasan yang ketat atas perilaku pekerja melalui kode-kode etik yang
dihayati, sehingga setiap profesi harus siap menerima tanggungjawab atas apapun
yang ia kerjakan. Setiap profesi harus memegang teguh kode etik dan prinsip-
prinsip yang ditetapkan institusi. Pengawasan terkait erat dengan instrument untuk
kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan
menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
4. Sistem balas jasa
Sistem balas jasa yang merupakan lambang prestasi kerja seorang yang memiliki
profesi. Sistem balas jasa, merupakan sesuatu yang diterima pegawai sebagai
penganti kontribusi jasa profesi.Kualitas PelayananLewis dan Booms
mengatakan, kualitas pelayanan bisa diartikan sebagai ukuran seberapa bagus
tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. ,
terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan
relatifnya yang disebut dengan Servqual.
Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Profesionalisme merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kualitas suatu
pelayanan.
Suatu pelayanan tidak akan mampu menunjukkan eksistesi tanpa adanya
profesionalisme.
Dan bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional
oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia.

SIKAP PROFESIONAL BIDAN DALAM PENERAPAN STANDAR


ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RSUD HARAPAN INSANI
SENDAWAR
KABUPATEN KUBAR

15
Arbayah1
, Mappeaty Nyorong1
, Syamsiar Russeng
Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin,
Bagian kesahatan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan masyarakat,
Universitas Hasanuddin

Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yag memilki posisi penting dan
strategis terutama dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan
Angka Kesakitan dan Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan
kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek
perrcegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap
melayani siapa saja yang membutuhkankannya, kapan dan dimanapun dia berada.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kebidanan diperlukan suatu standar profesi
sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dari asuhan yang diberikan dalam
seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat,
baik dari aspek, input, proses dan output.
Profesi secara umum dipahami sebagai pekerjaan yang memiliki pengetahuan
khusus, melaksanakan pelayanan yang bermutu, melaksanakan cara yang
disepakati, merupakan ideologi, terikat pada kesetiaan yang diyakini dan melalui
pendidikan perguruan tinggi. Profesi sebagai suatu pekerjaan dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan tehnik dan prosedur, dedikasi, serta peluang lapangan
pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan, memiliki kode etik yang mengarah
pada orang atau subyek (Atik Purwani, 2008), Profesi dapat pula diartikan sebagai
suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Keahlian
tadi diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik
sebelum seseorang menjalani profesi itu (pendidikan/ latihan prajabatan) maupun
setelah menjalani suatu profesi Inservice training (Djam’an Satori,dkk. 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan
negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran
hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan singapura 6 per 100.000

16
kelahiran hidup (BPS, 2003). Berdasarkan (SDKI, 2007), Indonesia telah berhasil
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dari 390/100.000 kelahiran hidup (1992)
menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (1997), selanjutnya turun menjadi
228/100.000 kelahiran hidup. Meskipun telah terjadi penurunan Angka Kematian
IBU (AKI) dalam beberapa tahun terakhir akan tetapi penurunannya masih sangat
lambat (Wilopo, 2010). Hal ini sejalan dengan (Kemenkes, 2008) pernyataan AKI
memang terus menunjukkan tren menurun. Namun, melihat tren penurunan AKI
yang berlangsung lambat, dikhawatirkan sasaran MDG 5a tidak akan tecapai.
Demikian juga dengan sasaran MDG 4, perlu upaya lebih keras agar penurunan AKI
dan AKB melebihi tren yang ada sekarang. Tidak bisa lagi upaya itu dilakukan
secara business as usual. Upaya-upaya inovasi yang memiliki daya ungkit yang
tinggi harus segera dikedepankan. Sementara itu, AKI dan AKA Indonesia juga
menduduki urutan yang tak dapat dibanggakan. Sementara itu, Data menunjukkan
masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 461 per 100.000 kelahiran hidup,
dan juga Angka Kematian Balita (AKB) yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kecenderungan angka-angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG
tahun 2015 (Erri, 2010).
Penyebab kematian ibu yaitu pendarahan, Pre eklamsia, eklampsia atau
gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi
aborsi dan infeksi. Pendarahan yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi
secara mendadak, sebagian besar kasus pendarahan dalam masa infas terjadi karena
retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya
manajemen emergensi obstetric dan perawatan neonatal yang tepat waktu.
Eklampsia merupakan penyebab utama kematian ibu, yaitu 13% kematian ibu di
Indonesia, rata-rata dunia 12%. Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya
dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat
mencegah kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia 13%). Kematian ini sebenarnya
dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan
kontrasepsi serta perawatan komplikasi aborsi (Yunita, 2011).
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang tersebut adalah
Mengidentifikasi Sikap Profesional Bidan Dalam Penerapan Standar Asuhan
Persalinan Normal (APN) di Rumah Sakit Umum Harapan Insani Kabupaten Kutai
Barat.
EFEKTIFITAS REFLECTIVE LEARNING PADA

17
SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA KEBIDANAN
Andina Vita Sutanto1
, Mohammad Hakimi
,
Mubasysyir Hasanbasri

Akademi Kebidanan Yogyakarta, 2,3 Universitas Gadjah Mada

Pengembangan profesionalisme bidan saat ini masih menjadi tantangan, karena untuk
dapat menghasilkan tenaga bidan yang profesional sesuai dengan yang diharapkan

dibutuhkan model pembelajaran yang efektif dan inovatif,oleh karena itu institusi
pendidikan kebidanan harus mampu menghasilkan tenaga bidan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan profesinya1 Bidan yang kompeten akan
bekerja sesuai standar, memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan maupun keterampilannya Salah satu model pembelajaran
yang telah banyak diteliti efektif dalam meningkatkan kompetensi individu mahasiswa
maupun profesi termasuk profesi kebidanan adalah reflective learning. Pembelajaran
menggunakan model reflective learning dinilai efektif karena proses belajar dimulai dari
pengalaman individu yang digunakan untuk menghadapi, memahami, dan menyelesaikan
suatu masalahReflektif sebagai sebagian siklus belajar menggambarkan proses berpikir
secara klinis, menganalisis pengalaman dan tindakan dengan tujuan meningkatkan
praktek yang professional Pendekatan pembelajaran inovatif menggunakan reflective
learning telah diterapkan Akademi Kebidanan Yogyakarta. Proses pembelajaran dengan
metode reflective learning di Akademi Kebidanan Yogyakarta diintergrasikan kedalam
kurikulum dan perhatian utama pada pembelajaran klinis, karena terfokus pada praktek.
Reflektif yang ditulis oleh mahasiswa setiap kali selesai melaksanakan pembelajaran
klinis maupun melaksanakan kegiatan praktik klinik kebidanan, digunakan untuk menilai
kinerja klinis mahasiswa, dan harapannya metode ini mampu membentuk

PENGARUH PROFESIONALISME, KUALITAS PELAYANAN, DAN


PENGETAHUAN

DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING


TERHADAP

KOMPETENSI PEGAWAI PUSKESMAS PEMBANTU ( PUSTU ) DI DESA

KARANGASEM REMBANG

Patricia Dhiana Paramina SE MM 1Munawaroh

18
Staf Pengajar Program Studi Manajemen , Mahasiswa Jurusan Manajemen
FakultasEkonomi, Universitas Pandanaran

Dalam era globalisasi sekarang ini perkembangan sektor jasa semakin bertambah
penting dalam usaha peningkatan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
Perkembangan sektor jasa tersebut didorong oleh kemajuan pesat dalam bidang
teknologi. Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan semakin
dirasakan penting karena masyarakat semakin kritis terhadap produk jasa yang
diperolehnya. Seperti halnya pada Puskesmas Karangasem yang terletak di
Kabupaten Rembang ini setiap bulannya jumlah kunjungan pasien ke PUSTU
mengalami penurunan disetiap bulannya hal tersebut diakibatkan ketidak puasan
pasien. Katidak puasan pasien itu bermacam – macam seperti tingkat
keprofesionalan para pegawai serta kualitas pelayanan yang kurang memuaskan,
obat-obatan yang diberikan dianggap kurang manjur menyembuhkan penyakit,
Kurang detail dalam memberikan informasi kepada pada pasien, jumlah pegawai
PUSTU yang terbatas mengakibatkan antrian yang sangat panjang dan
membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan pelayanan, sementara pasien
tentu saja menginginkan pelayanan yang cepat dan tepat. Hal ini juga
mengakibatkan ketidak puasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh
PUSTU. Pelayanan yang baik dan prima akan berdampak pada terciptanya
kepuasan masyarakat terhadap jasa yang diperoleh oleh masyarakat itu sendiri dan
juga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja suatu instansi
tersebut. Masyarakat akan merasakan kepuasan apabila menerima pelayanan yang
baik dan profesional dari penyedia pelayanan. Jika mereka memperoleh kepuasan
atas layanan yang diberikan, maka akan timbul kepercayaan dari masyarakat
sebagai pengguna jasa untuk menggunakan kembali layanan tersebut. PUSTU
Karangasem hanya menangani pasien rawat jalan yang sifatnya tidak berbahaya
atau penyakit ringan, PUSTU juga tidak memiliki ruang untuk rawat inap. Jadi
jika ada pasien yang sifatnya gawat darurat harus segera dibawa ke Puskesmas
atau Rumah Sakit yang memiliki peralatan medis cukup canggih. Hal ini juga
menjadikan PUSTU Karangasem sebagai tempat memberikan rujukan pasien dan
tempat untuk melakukan kontrol pasien rumah sakit. Untuk penyakit yang ringan

19
biasanya para pasien lebih memilih untuk periksa ke Dokter Umum atau ke Klinik
Kesehatan yang lebih modern dibandingkan dengan periksa ke PUSTU.

Proceeding - The 2018 International Midwifery Scientific Conference

143

ANALISIS PENERAPAN MENTORSHIP MODEL SEBAGAI UPAYA


PENINGKATAN

SIKAP PROFESIONALISME MAHASISWA PRODI S1 KEBIDANAN


TENTANG LIFE

SKILL PROFESI BIDAN

Karakteristik Mahasiswa Terkait Life Skill Profesi Bidan Sebelum Diberikan Mentorship
Model Sebelum diberikan mentorship model mahasiswa diberikan psikotes MMPI untuk
menilai lifeskill profesi Bidan. Hasil analisis univariat terhadap karakteristik mahasiswa
terkait life skill profesi bidan sebelum diberikan mentorship model didapatkan hasil
bahwa sebagian besar mahasiswa mempunyai life skill yang adaptif yaitu sebanyak 32
(69,6%). Adanya karakteristik mahasiswa terkait life skill profesi Bidan yang sudah
adaptif sebelumdiberikannya pendekatan mentorship berhubungan dengan nilai yang
sudah dimiliki oleh pribadi masing-masing. Nilai tersebut ada tergantung juga dari
karakter pribadi tersebut dan juga lingkungan sekitarnya. Latar belakang mahasiswa yang
berbeda, daerah yang berbeda-beda, dan jalur masuk yangberbeda-beda menjadikan
karakter setiap mahasiswa juga berbeda. Karakteristik Mahasiswa Terkait Life Skill
Profesi Bidan Setelah Diberikan Mentorship Model Setelah diberikan mentorship model
selama 2 minggu mahasiswa diberikan psikotes MMPI untuk menilai kembali lifeskill
profesi Bidan. Mayoritas karakteristik mahasiswa terkait life skill profesi Bidan setelah
dilakukan mentorship model adalah adaptif dan mengalami peningkatan yaitu dari 69,6%
menjadi 84,8%. Mentorship model yang diberikan terhadap Mahasiswa S1 Kebidanan
termasuk ke dalam Formal Mentoring dimana mentoring tersebut melibatkan pendekatan
yang terstruktur dan mempunyai maksud tertentu untuk mendapatkan pengalaman dari
mentor yang sudah berpengalaman di bidangnya. Mentoring menjadi strategi yang sangat
berharga dimana menyediakan lingkungan untuk Proceeding - The 2018 International

20
Midwifery Scientific Conferencemembentuk emosi mahasiswa sehingga mendukung
mereka mendapatkan bimbingan, penguatan, dan
informasi dari mentor (Cole, 2011).
Pada penelitian terlihat bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dari karakteristik life
skill
mahasiswa tentang profesi Bidan setelah diberikan mentorship model. Orientasi dari
mentoring itu
adalah pembentukan karakter dan kepribadian seseorang sebagai mentee (peserta
mentoring) karena
adanya seseorang mentor (Dermawan, 2012). Beberapa penelitian juga menjelaskan
bahwa mentoring
mempunyai efek yang baik terhadap pengalaman belajar mahasiswa. Gandara et al (1998)
dalam Coles
(2011) menyatakan bahwa mentoring memotivasi mahasiswa untuk mendapatkan tujuan
pembelajaran
mereka. Schiosser et al (2001) dalam Cole (2011) menjelaskan bahwa mentoring
mempunyai dampak
positif terhadap pencapaian akademik mahasiswa dan membantuk mereka
mempersiapkan diri dalam
karir profesional. Mentoring juga membantu mereka mengembangkan keahlian dan
perilaku
profesional merek
PERILAKU PROFESIONAL TENAGA KESEHATAN
DAERAH PESISIR PADA PELAYANANKESEHATAN PRIMER
PUSKESMAS SELAT BARU KABUPATEN BENGKALIS
TAHUN 2014
Venni Oktary Amir
Dedi Afandi
Wiwit Ade Fidiawati
Untuk memberikan pelayanan yang optimal maka dibutuhkan perilaku
professional tenaga kesehatan tersebut. Perilaku professional adalah perilaku
berbasis pengetahuan dan/atau keterampilan juga mencerminkan standar-standar
dan nilai-nilai yang dibuktikan melalui cara bertutur kata, cara bersikap maupun

21
berpenampilan. Perilaku profesional tenaga kesehatan dicerminkan dari
profesionalismenya. Unsur-unsur profesionalisme bagi tenagakesehatan yaitu,
altruisme,akuntabilitas, keunggulan, tugas dan kewajiban, kehormatan dan
integritas serta menghormati orang lain.Adapun yang termasuk dalam tenaga
kesehatan ialah, dokter, dokter-gigi,bidan, perawat, apoteker dan sarjanasarjana
lain dalam bidangkesehatan.Dalam pengadaaan dan peningkatan mutu tenaga
kesehatan maka diterbitkan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 mengenai tenaga
kesehatan. Dalam Undang-Undang tersebut digariskan tenaga kesehatan
harus memiliki kualifikasi minimum, yaitu tenaga kesehatan harus memenuhi
kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,standar pelayanan
dan standarprosedur operasional.Profesi sebagai tenaga kesehatan adalah profesi
yang penuh harapan di mata masyarakat. Dapat dijelaskan bahwa pasien dan
keluarga pasien menyerahkan sepenuhnya harapan upaya kedokteran atas masalah
kesehatan yang dihadapinya. Ini menunjukkan mutu dan pengembangan profesi
tenaga kesehatan merupakan hal penting yang harus selalu ditingkatkan agar
mendapat kepercayaan dari masyarakat. Oleh karena itu, keberhasilan upaya
pelayanan kesehatan tidak terlepas dari perilaku professional tenaga kesehatan itu
sendiri. Daerah pesisir Riau yang peneliti ambil dalam penelitian ini adalah
Kabupaten Bengkalis.Kabupaten Bengkalis adalah salahsatu kabupaten di
Provinsi Riaudengan ibukota yang berada di Pulau Bengkalis, terpisah dari pulau
Sumatera, dengan sebagaian besar wilayah Kabupaten Bengkalismerupakan
wilayah pesisir.Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Riau,
jumlah penduduk di Kabupaten Bengkalis berjumlah 498.336 jiwadengan fasilitas
dua rumah sakit pemerintah, empat rumah sakit swasta dan empat
puskesmasperawatan serta tujuh puskesmas nonperawatan.

Vol 1, No 1 (2017) > Prawiroharjo


TINJAUAN ETIKA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL OLEH DOKTER
Media sosial merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan hampir seluruh lapisan
masyarakat, termasuk kalangan dokter. Penggunaan media sosial di kalangan dokter
cukup bervariasi, baik untuk aktivitas personal maupun keperluan profesi. Sebuah survei

22
yang dilakukan pada 4.000 dokter di sebuah situs internet menunjukkan bahwa 90%
dokter menggunakan media sosial untuk aktivitas personal dan 65% dokter menggunakan
media sosial untuk keperluan profesi Istilah “media sosial” memiliki pengertian

luas dan terus berkembang. Secara umum, media sosial merupakan perangkat berbasis
internet yang memudahkan individu atau komunitas tertentu untuk berkumpul dan
berkomunikasi, serta berbagi informasi, ide, foto, dan konten lainnya. Isu Etik yang
Timbul akibat Penggunaan Media Sosial oleh DokterMasyarakat masih menghargai
kehormatan profesi kedokteran, sehingga jika terdapat akun media sosial yang
mencampurkan edukasi kedokteran masyarakat dengan kebebasan ekspresi pribadi,
masyarakat berpotensi mempersepsikan kebebasan pribadi tersebut sebagai cerminan
profesionalitas yang dimilikinya. Persepsi ini pun semakin rumit jika dokter yang terlibat
merupakan pengurus teras dari suatu organisasi profesi, sehingga masyarakat dapat
beranggapan bahwa pendapat pribadi dokter tersebut merepresentasikan pendapat
organisasi profesi. Regulasi Penggunaan Media Sosial oleh DokterDi beberapa negara di
Eropa, penggunaan media sosial oleh dokter telah diatur oleh General Medical Council
(GMC) dalam sebuah publikasi berjudul “Doctor’s use of social media” pada tahun 2013.
Pada publikasi tersebut, GMC menegaskan bahwa dokter harus menjaga batasan dengan
pasien, menjaga kerahasiaan rekam medik dan informasi pribadi pasien, menghindari
pencemaran nama baik, serta menjaga rasa hormat terhadap sejawat

ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM PROGRAM


PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
MOEWARDI SURAKARTA
Dyah Ayu Kusumawardani1 , Kusuma Estu Werdani Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Permenkes No. 4 Tahun 2012 mengenai petunjuk teknis promosi kesehatan rumah
sakit, menyatakan bahwa setiap rumah sakit harus melaksanakan usaha
meningkatkan kesehatan melalui kegiatan promosi kesehatan rumah sakit.
Menurut Tiraihati (2017), promosi kesehatan bertujuan untuk memungkinkan
masyarakat meningkatkan maupun mempertahankan derajat kesehatannya.Depkes
RI (2008), menitikberatkan bahwa promosi kesehatan bukan hanya sekedar proses

23
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan saja, tetapi juga perubahan perilaku. Promosi kesehatan erat
kaitannya dengan media kesehatan yang digunakan. Pesan-pesan yang
disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami. Metode penyampaian pesan dan
informasi dalam promosi kesehatan diantaranya adalah metode audio visual (lihat-
dengar) dan metode cetak (buku saku) (Notoatmodjo, 2010). Menurut Setyabudi
dan Mutia (2017), media promosi kesehatan merupakan sarana atau upaya dalam
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV,radio, computer
dan lain-lain) dan media luar ruang, sehingga target sasaran yang dituju dapat
meningkatkan pengetahuannya dan diharapkan dapat berubah perilaku
kesehatannya kearah yang positif. Seiring dengan perkembangan zaman dan
teknologi berkembanglah media social yang dianggap menjadi media promosi
kesehatan yang efektif dan efisien. Media social merupakan salah satu media yang
memudahkan masyarakat mendapatkan informasi mengenai berbagai hal karena
media sosial dapat dengan mudah diakses oleh semua kalangan. Beberapa media
sosial yang telah dikenal adalah twitter, facebook, website, email, instagram, dan
masih banyak yang lainnya. RSUD Dr. Moewardi Surakarta juga memanfaatkan
media sosial sebagai metode Promosi Kesehatan Rumah Sakit. RSUD Dr.
Moewardi Surakarta berinovasi untuk memanfaatkan media sosial terutama
facebook dan instagram sebagai salah satu
sarana untuk melakukan promosi kesehatan dengan metode live interaktif yang
berupa kegiatan tanya jawab antara masyarakat dengan dokter secara langsung.
Untuk itu peneliti tertarik untuk menyusun penelitian dengan melakukan analisis
terhadap program promosi kesehatan dengan menggunakan media sosial di
Rumah Sakit UmumDaerah Dr. Moewardi Surakarta.

24
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 7, Nomor 2, Mei 2018

Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico

ISSN Online : 2540-8844

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN

GEJALA DEPRESI MAHASISWA KEDOKTERAN

(STUDI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TINGKAT AKHIR


YANG

MENGGUNAKAN KURIKULUM MODUL TERINTEGRASI)


Media sosial berkembang secarapesat seiring dengan perkembangan Komputer dan
internet. Hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
2016 menyatakan bahwa 97,4% masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk
mengakses media sosial. Beberapa konten media sosial yang sering diakses antara lain
Facebook, Instagram, Youtube, Google,Twitter, dan Linkedin. Pengguna barumedia
sosial pada kelompok mahasiswa yang mayoritas berusia 18-25 tahun memiliki jumlah
terbanyak dibandingkandengan kelompok lainnya. Kurikulum kedokteran yang dianut leh
Fakultas Kedokteran UNDIP menggunakan sistem perkuliahan Kurikulum Berbasis
Kompetesi (KBK)dengan foku SCL (Student CenteredLearning) yang terintegrasi dan
mengacu pada SPICES (Student-centered, Problembased, Integrated,Community-
based,Elective/Early Clinical Exposure,Systematic). Kurikulum modul
terintegrasimembagi tiap semester menjadi tigamodul. Masing-masing modul memiliki
berbagai kegiatan pembelajaran, diantaranya yaitu kuliah umum, praktikum, keterampilan
klinik dasar, belajar bertolak dari masalah, Interprofessional Education(IPE), dan kuliah
kerja nyata (KKN).Penelitian di Saudi menyatakan system SPICES menggunakan
metodepembelajaran yang rileks, praktis, dan menyenangkan, sehingga memotivasi
mahasiswa untuk dapat mengatur waktu dan tugas agar mampu meningkatkan
keterampilan dan menjadi pelajar mandiri. Hal ini dapat mengurangi stress serta
meningkatkan tingkat kepuasan mahasiswa kedokteran terhadap suasana lingkungan
belajar tempatnya menuntut ilmu.

25
Peran Sosial Media Sebagai Kampanye Edukasi Masyarakat
Terhadap Covid-19

Ari Dwi Prasetio , Asriningati

, Atinna Nurkamila Intan Bahtiar, Aprillia Tirtasari4

Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang , Teknik Elektro, Universitas


Negeri Semarang ,Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Universitas Negeri Semarang ,
Pendidikan Teknik Bangunan,Universitas Negeri Semarang

Kampanye media edukasi mahasiswa KKN terkait COVID-19 dilaksanakan


melalui media sosial selama Kuliah Kerja Nyata (KKN). Program kerja ini dilakukan
sebagai upaya untuk membantu warga dan masyarakat pengguna media sosial memahami
informasi terkait COVID-19. Media sosial telah menjadi salah satu media untuk edukasi,
dimulai dari banyaknya informasi dan peluang terjadinya interaksi serta arahan untuk
menuju pengembangan informasi kedalam tautan lain. Hal tersebut menandakan bahwa
selain keterkaitannya sebagai media hiburan, media sosial dapat dijadikan sebagai
alternatif sumber jawaban untuk pertanyaan keseharian, termasuk info dan pertanyaan
tentang COVID-19. Komunikasi media massa dalam hal ini adalah media sosial,
merupakan komponen mendasar dari banyak strategi promosi kesehatan yang dirancang
untuk mengubah perilaku risiko kesehatan. Media sosial memiliki kapasitas untuk
menjangkau dan mempengaruhi jutaan orang Indonesia secara bersamaan. Kekuatan
media yang paling jelas terletak pada jumlah individu yang dapat mereka jangkau. Media
sosial dapat mempengaruhi perilaku individu dan nilai nilai komunitas yang turut
mendukung lingkungan dan individu sehingga diperlukan untuk mempertahankan
kebiasaan atas perubahan perilaku untuk sadar kesehatan. Media sosial telah menjadi
salah satu media untuk edukasi, dimulai dari banyaknya informasi dan peluang terjadinya
interaksi serta arahan untuk menuju pengembangan informasi kedalam tautan lain. Hal
tersebut menandakan bahwa selain keterkaitannya sebagai media hiburan, media sosial
dapat dijadikan sebagai alternatif sumber jawaban untuk pertanyaan keseharian, termasuk
info dan pertanyaan tentang COVID-19. Metode Kegiatan ini dilakukan dalam program
Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan pada periode bulan Juli - Agustus 2020.
Kegiatan dan program-program kerja dilakukan dengan bertemu secara daring dan juga

26
langsung. Salah satu metode pada program kerja daring yaitu menggunakan media sosial
sebagai sarana edukasi. Sedangkan program kerja langsung menggunakan metode tatap
muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu kegiatan juga dilakukan
secara daring melalui kampanye edukasi terkait COVID-19 dengan memanfaatkan sosial
media. Batasan kampanye edukasi terletak pada cakupan media sosial yang dipilih, yaitu
Instagram dan Whatsapps. Data disajikan secara deskriptif-analitis untuk membahas
tentang edukasi masyarakat terhadap COVID-19 melalui media sosial dan budaya yang
ada di dalamnya. Lebih lanjut, kegiatan ini turut mengidentifikasi bagaimana media
mempengaruhi masyarakat dan dengan melibatkan komunikasi media massa dalam
strategi untuk meningkatkan kesadaran tentang usaha penanganan dan pencegahan
COVID-19. Diharapkan kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat
mengenai COVID-19.

27

Anda mungkin juga menyukai