Anda di halaman 1dari 25

Setelah resmi menjadi kerajaan

Islam (kerajaan bercorak Islam


pertama di Indonesia), Samudera
Pasai berkembang pesat menjadi
pusat perdagangan dan pusat studi
Islam yang ramai. Pedagang dari
India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina
serta daerah di sekitarnya banyak
berdatangan di Samudera Pasai.

Samudera Pasai setelah


pertahanannya kuat segera
meluaskan kekuasaan ke daerah
pedalaman, meliputi Tamiang, Balek
Bimba, Samerlangga, Beruana,
Simpag, Buloh Telang, Benua,
Samudera, Perlak, Hambu Aer,
Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan
Pasai. Dalam rangka islamisasi,
Sultan Malik al Saleh menikah
dengan putri Raja Perlak.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada
tahun 1297 dan dimakamkan di
Kampung Samudera Mukim Blang
Me dengan nisan makam berciri
Islam. Jabatan Sultan Pasai
kemudian diteruskan oleh putranya,
Sultan Malik al Thahir. Sultan ini
memiliki dua orang putra, yaitu
Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur. Ketika masih kecil,
keduanya diasuh oleh Sayid Ali
Ghiatuddin dan Sayid Asmayuddin.
Kedua orang putranya itulah yang
kemudian mewarisi takhta kerajaan.
Sementara itu, kedua pengasuhnya
itu diangkat menjadi perdana
menteri. Ibu kota kerajaan pernah
dipindahkan ke Lhok seumawe.
Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh,
Samudra Pasai diperintah oleh
Malik al-Zahir I (1297 — 1302). Ia
sering mendapat sebutan Sultan
Muhammad. Pada masa
pemerintahannya, tidak banyak
yang dilakukan. Kemudian takhta
digantikan oleh Ahmad yang
bergelar Al Malik az-Zahir II. Pada
masanya, Samudra Pasai
dikunjungi oleh Ibnu Batutah,
seorang utusan dari Delhi yang
sedang mengadakan perjalanan ke
Cina dan singgah di sana. Menurut
Ibnu Batutah, Samudra Pasai
memiliki armada dagang yang
sangat kuat. Baginda raja yang
bermazhab Syafi'i sangat kuat
imannya sehingga berusaha
menjadikan Samudra Pasai sebagai
pusat agama Islam yang
bermazhab Syafi'i.
Pada abad ke-16, bangsa Portugis
memasuki perairan Selat Malaka
dan berhasil menguasai Samudera
Pasai pada 1521 hingga tahun
1541. Selanjutnya wilayah
Samudera Pasai menjadi
kekuasaan Kerajaan Aceh yang
berpusat di Bandar Aceh
Darussalam. Waktu itu yang
menjadi raja di Aceh adalah Sultan
Ali Mughayat.

Berikut ini adalah urutan para raja


yang memerintah di Samudera
Pasai, yakni:

Ÿ Sultan Malik as Saleh (Malikul


Saleh).

Ÿ Sultan Malikul Zahir, meninggal


tahun 1326.

Ÿ Sultan Muhammad, wafat tahun


1354.
Ÿ Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al
Malik Jamaluddin, meninggal tahun
1383.

Ÿ Sultan Zainal Abidin, meninggal


tahun
1405.

Ÿ Sultanah Bahiah (puteri Zainal


Abidin), sultan ini meninggal pada
tahun 1428.

Kehidupan Politik
Kerajaan Samudra Pasai

Bagaimana kehidupan politik


kerajaan samudra pasai ada saat
itu? Tentunya kehidupan politik
samudra pasai menjadi salah satu
pertanyaan bagi sobat, bukan?
Apakah sudah ada kehidupan politik
samudera pasai saat itu?
Jawabannya tentu saja sudah
ada kehidupan politik kerajaan
pasai.
Nah, dibawah ini akan dijelaskan
kehidupan politik kerajaan
samudera pasai!

Raja Yang Menggunakan


Gelar Sultan

Kerajaan samudra pasai kehidupan


politiknya mengikuti seperti
kerajaan islam pada umumnya.
Kehidupan politik di kerajaan
samudra pasai menggunakan gelar
sultan kepada orang yang
memimpin kerajaan atau
Kesultanan Samudra Pasai. Selain
itu, Kehidupan politik kerajaan
samudera pasai dimana Sultan atau
Raja dipilih berdasarkan garis
keturunan.
Sultan Mahmud Malik Az-Zahir

Terakhir, dijelaskan kehidupan


politik kerajaan samudra pasai ada
masa pemerintahan Sultan
Mahmud Malik Az-Zahir pada 1326
sampai 1345. Perkembangan politik
kerajaan samudra pasai tetap stabil,
bahkan lebih baik. Hal ini dibuktikan
dengan kehidupan ekonomi
kerajaan samudra pasai banyak
dipengaruhi oleh aktivitas
perdagangan, seperti pedagang
Arab, Gujarat, China, dan Persia. 
Bahkan, Kerajaan Samudra Pasai
mampu menyaingi Kerajaan
Sriwijaya dalam aktivitas
perdagangan. Hal ini
Kerajaan samudera pasai mampu
menjadi bandar dagang yang ramai
dan menyaingi kerajaan sriwijaya
karena stabilnya politik pada saat
itu. Selain itu, tentunya didukung
juga oleh faktor lainnya.

Sehingga dapat disimpulkan,


bahwasannya aspek politik kerajaan
samudra pasai sangat penting bagi
perkembangan Kerajaan Samudra
Pasai untuk semakin baik ke
depannya. 

Kondisi politik samudera pasai


dengan penggunaan gelar sultan
terus bertahan hingga runtuhnya
kerajaan samudra pasai.
Bahkan, sistem politik kerajaan
samudra pasai yang menggunakan
gelar ini diikuti juga oleh kerajaan
Islam lainnya di Indonesia.
Sistem Pemerintahan
Kesultanan 

Selain penggunaan gelar pada


seseorang yang memimpin
kerajaan. Keadaan sosial politik
kerajaan samudra pasai
menggunakan nama kesultanan
pada kerajaannya tersebut.
Sehingga jika disebutkan akan
menjadi Kesultanan Samudra
Pasai. Hal ini untuk menandakan
bahwasannya Samudra Pasai
bercorak agama Islam.
Kondisi Sosial Politik Di
Kerajaan Samudra Pasai
Kondisi sosial politik kerajaan
samudra pasai pada masa awal
berdiri sangat bagus dan stabil. Hal
ini dibuktikan dengan masa
kejayaan kerajaan samudera pasai
sejak awal berdiri hingga 78 tahun
lamanya. Lantas, siapa saja raja
masa kejayaan samudra pasai
tersebut?

Sultan Malik As - Shaleh

Pada masa pemerintahan Sultan


Malik Al Saleh tahun 1267 sampai
1297 membawa kemajuan
di kondisi sosial politik kesultanan
samudera pasai. Salah satunya
adalah berhasil menguasai selat
malaka. Dimana pada saat itu selat
malaka menjadi jalur internasional
perdagangan. 
Selain membawa kemajuan
pada kehidupan politik kerajaan
samudera pasai, akan tetapi
berpengaruh juga pada kehidupan
ekonomi samudra pasai. Pengaruh
terhadap kondisi sosial ekonomi
kerajaan samudera pasai yaitu
penguasaan ekspor barang
kebutuhan dan pelabuhan di selat
malaka berstandar internasional.

Kerajaan samudra pasai juga


melakukan perluasan wilayah yaitu
Tamiang, Balek Bimba,
Samerlangga, Beruana, Simpag,
Buloh Telang, Benua, Perlak,
Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas,
dan Pekan dalam rangka islamisasi,
Sultan Malik al Saleh juga menikah
dengan seorang putri Raja Perlak.
Sultan Muhammad Az Zahir

Pada masa pemerintahan Sultan


Muhammad Az Zahir tahun 1297
sampai 1326 membawa perubahan
dan kemajuan di kondisi politik
kerajaan samudra pasai. Hal ini
dibuktikan dengan penggunaan
mata uang koin di kerajaan
samudra pasai. Penggunaan mata
uang koin ini sangat
memengaruhi perkembangan
ekonomi dan politik kerajaan
samudra pasai. Pada saat inilah
keadaan politik kerajaan samudra
pasai berkembang sangat maju.

Anda mungkin juga menyukai