Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah subhanahuwata’ala, karena

berkat rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah yang bertema “kerajaan gowa

tallo”. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran sejarah . Kami

mengucapkan terima kasih pada semua anggota kelompok yang telah membantu

sehungga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat kami harapkan dari sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini

memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat untuk pengembangan

wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuanbagi kita semua.

Sengkang, 11 Februari 2023

                        Penyusun        

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang……………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah awal Kerajaan Gowa Tallo……………………….………….... ... 2

2.2 Letak Kerajaan Gowa Tallo……………………………………………… ..2

2.3 Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo……………………………………….. .3

2.4 Kondisi sosial, ekonomi dan politik Kerajaan Gowa Tallo……………… ..5

2.5 Proses kehancuran dari Kerajaan Gowa Tallo…………………………... ...7

2.6 Peninggalan-peninggalan Kerajaan Gowa Tallo………………………… ..7

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan………………………………………………………………… ..9
3.2. Saran………………………………………………………………………. ...9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. .10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan
besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir
barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa
dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan
menjadi Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja
yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan
peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda
yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya
Arung Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar suku Makassar – suku
Bugis, karena di pihak Gowa ada sekutu bugisnya demikian pula di pihak
Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et Impera Belanda,
terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar Belanda
yang pernah dilakukannya di abad itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah awal dari Kerajaan Gowa Tallo?
2. Dimana letak Kerajaan Gowa Tallo?
3. Bagaimana silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo?
4. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Kerajaan Gowa Tallo?
5. Bagaimana proses kehancuran dari Kerajaan Gowa Tallo?
6. Apa saja peninggalan Kerajaan Gowa Tallo?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah awal dari Kerajaan Gowa Tallo.
2. Mengetahui letak Kerajaan Gowa Tallo.
3. Mengetahui silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo.
4. Mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan politk di Kerajaan Gowa Tallo.
5. Mengetahui proses kehancuran dari Kerajaan Gowa Tallo.
6. Mengetahui peninggalan Kerajaan Gowa Tallo.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah awal Kerajaan Gowa Tallo


Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal
dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata,
Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan,
komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi
tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya
Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan


besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir
barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten
Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang
paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan
yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu
oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak
Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone
memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC
yang pernah dilakukannya di abad ke-17.

2.2 Letak Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan


Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya
adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis
Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur
pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat
persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur
maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan
letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan
besar dan   berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta
Sulawesi Selatan pada saat itu.

2.3 Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo


1. Tumanurunga (+ 1300)
2. Tumassalangga Baraya
3. Puang Loe Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri Gowa
 6. Tunatangka Lopi (+ 1400)
7. Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8. Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9. Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
10. I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng
(1546-1565)
11. I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
12. I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590).
13. I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593).
14. I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna
Berkuasa mulai tahun 1593 - wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa
Gowa pertama yang memeluk agama Islam.
15. I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid
Tuminanga ri Papang Batuna Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun
1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16. I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin
Tuminanga ri Balla'pangkana Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun
1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670 17. I Mappasomba Daeng
Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu' Lahir 31 Maret 1656, berkuasa
mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681.
17. I Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri Passiringanna
18. Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara Lahir 29
November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19. I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil
Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
20. La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-
1711)
21. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22. I Manrabbia Sultan Najamuddin
23. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua
kalinya pada tahun 1735)
24. I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
25. I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26. Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-
1795)
27. I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang
(1767-1769)
28. I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri
Mattanging (1770-1778)
29. I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
30. I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri
Katangka (1816-1825)
31. La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32. I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid
Tuminanga ri Kakuasanna (1826 - wafat 30 Januari 1893)
33. I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri
Kalabbiranna (1893- wafat 18 Mei 1895)
 34. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang
ri Bundu'na Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada
tanggal 5 Desember 1895. Ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda
pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia
Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat
Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.
35. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad
Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
36. Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul
Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di
Jongaya pada tahun 1978.

2.4 Kondisi sosial, ekonomi dan politik Kerajaan Gowa Tallo


a.       Kondisi sosial budaya Kerajaan Gowa Tallo
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya.  Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan
untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam
kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap
sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama
Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat
percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat
Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang
merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan
masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan
“Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-
benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai
pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama
Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat
Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

b.      Kondisi ekonomi Kerajaan Gowa Tallo


Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai
pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa
faktor :
• letak yang strategis,
• memiliki pelabuhan yang baik
• jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang
disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga
dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi
teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian
karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur
Sulawesi Selatan.

c.       Kondisi politik Kerajaan Gowa Tallo


Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk
Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam
berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama
Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin.
Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai
kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad
Said (1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya
Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai
daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan
perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara
Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh
adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan
antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri
pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya
kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin
tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu
dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone
(daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah
oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya
tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
                                                                          
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a.       VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b.      Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c.       Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
d.      Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap


Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu
Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk
menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya
secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan
Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

2.5 Proses Kehancuran Kerajaan Gowa Tallo


            Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama
napasomba. Sama seperti ayahnya, sultan ini menentang kehadiran belanda
dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan Makasar. Namun, Mapasomba
gigih pada tekadnya untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang keras
dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara
besar-besaran. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan Mapasomba sendiri
tidak diketahui nasibnya. Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas kesultanan
Makassar.

2.6 Peninggalan – Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah


sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di
pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini
dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng
Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan
dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan
Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari
Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini
berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi
bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat
maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan
maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.

Benteng Fort Rotterdam

Masjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah
mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh
Sultan Mahmud  (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi
Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit
mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa
ini.

Kompleks makam raja gowa tallo.


Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang
dipakai sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4
Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam
terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam
wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang
dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982)
ditemukan gejala bah wa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah
makam terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi
di atas bangunan makam.
Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan di dalam
bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu
dibuat dan balok¬balok ham pasir. Bangunan kubah yang berasal dari kuran
waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata. Penempatan balok batu pasir itu
semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat digunakan Proyek Pemugaran.
Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa dengan
bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan
Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan
besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir
barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang
dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene,
Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan
laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam
dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk
masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke
Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam.
Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal
yang berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar
luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan
Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam
peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya
untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan
Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka
Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak
Raja Gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak
keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai mengalami transisi setelah
bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem
pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi Idjo
Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan
bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom.
Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai
Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.

3.2 Saran
            Saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Bagi para pembaca dan teman-teman lainnya, jika ingin menambah
wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh maka kami mengharapkan dengan
rendah hati agar membaca buku-buku ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad. (2013). Silsilah Kepemimpinan Kerajaan Gowa,
http://anragogy.blogspot.com/2013/01/silsilah-kepemimpinan-kerajaan-
gowa.html, diakses 25 April 2014
Negeri 1001 Cerita, Gowa. (2013). Asal-usul Kerajaan Gowa dan Silsilah Kerajaan
Gowa, http://gowa-negeri1001cerita.blogspot.com/2013/07/asal-usul-kerajaan-
gowa-dan-silsilah.html, diakses 25 April 2014
Pacce, Siri’ na. (2012). Silsilah Raja-Raja Tallo.
http://jejakcelebes.blogspot.com/2012/06/silsilah-raja-raja-tallo.html, diakses 25
April 2014
Hapsari, Ratna, M.Adil. 2012. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai