D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 4
FAHRUN NISA
MAULIZAN
SHAKIRA ANANDA IMARA
SYIFA NABILA
B.
1) Kerajaan Gowa-Tallo
Pada awalnya, Kerajaan Gowa-Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan
Makassar terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo,
Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato' ri Bandang dan
Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk
Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam.
Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama
Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin
(1653-1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos,
Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.
Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar
transit di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam
Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar
menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.
Faktor-faktor penyebab Kerajaan Makassar menjadi besar:
Letaknya strategis, baik sekali untuk pelabuhan
1.
2.
3.
memimpin
tentara
dalam
perang
disebut
Anrong
Guru
Lompona
Tumanurunga (+ 1300)
Tumassalangga Baraya
Puang Loe Lembang
I Tuniatabanri
Karampang ri Gowa
Tunatangka Lopi (+ 1400)
Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
Daeng Matanre Karaeng Tumapa' ri si' Kallonna (awalabad ke-16)
I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-
11.
12.
13.
14.
1565)
I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590).
I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593).
I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminangari Gaukanna
Berkuasa mula itahun 1593 wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa
Gowa pertama yang memeluk agama Islam.
15.
16.
17.
18.
19.
Mei 1681
I Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminangari Passiringanna
Sultan
Mohammad
Ali
(Karaeng
Bisei)
Tumenangari
Jakattara
Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15
20.
Agustus1681
I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
pada tahun1735)
I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminangari Tompobalang (1767-
29.
1769)
I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminangari Mattanging
30.
31.
(1770-1778)
I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminangri Katangka
32.
33.
(1816-1825)
La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminangari Suangga (1825-1826)
I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminangari
34.
35.
Desember 1895.
Belanda pada
tanggal 19
Ia
melakukan
perlawanan
diberhentikan
terhadap Hindia
dengan
paksa
oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal akibat jatuh di Bundukma,
36.
37.
2) Suku Bugis
Suku Bugis merupakan kelompok etnik yang tempat asalnya berada di Sulawesi
Selatan. Suku Bugis juga biasa disebut dengan Suku Deutro-Melayu yang daerah
asalnya di Yunan setelah bermigrasi. Kata bugis diambil dari kata To Ugi yang berarti
orang bugis. To Ugimerupakan julukan bagi Raja pertama disalah satu Kerajaan di
jazirah Sulawesi selatan dan nama aslinya yaitu La Sattumpugi. Orang bugis juga
banyak yang merantau ke mancanegara seperti ke Brunei, Malaysia, Fillipina, dan
Thailand.
Perkembangan suku bugis pada tempo dulu sangat siginifikan dan membentuk
beberapa kerajaan yang terkenal seperti kerajaan Makassar (Gowa dan Tallo), Kerajaan
Luwu, Kerajaan Soppeng, Kerajaan Sawitto, Kerajaan Bone, Kerajaan Wajo, Kerajaan
Rappang, Kerajaan Suppa, Kerajaan Sidenreng.
Peperangan Antar Kerajaan
Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng
serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi
politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga
bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu
Luwu di Sungai Walennae. Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah.
Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru. Perang antara Luwu
dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian
mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari
Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan
posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah
Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai
Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan
Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo
dan Soppeng. Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng
membuat aliansi yang disebut "tellumpoccoe".
Masuknya Agama Islam
Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau atas
perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul Makmur (Datuk ri
Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo, Suleiman (Datuk Patimang)
menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan
Islam di Bulukumba.
Masa Pemerintahan Kolonialisme Belanda
Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Gowa dengan
VOC hingga terjadi beberapa kali pertempuran. Sementara Arumpone ditahan di Gowa
dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang
Arung Palakka. Arung Palakka didukung oleh Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang
berhianat pada kerajaan Gowa. Sementara Sultan Hasanuddin didukung oleh
menantunya La Tenri Lai Tosengngeng Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan
Datu Luwu. Perang yang dahsyat mengakibatkan banyaknya korban di pihak Gowa &
sekutunya. Kekalahan ini mengakibatkan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang
merugikan kerajaan Gowa.
Pernikahan Lapatau dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa
adalah sebuah proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu
tidak adalagi perang yang besar sampai kemudian pada tahun 1905-1906 setelah
perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri
Arumpone dipadamkan, maka masyarakat Makassar dan Bugis baru bisa betul-betul
ditaklukkan Belanda. Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda
2.
Mesjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami
beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh: [a] Sultan
Mahmud (1818); [b] Kadi Ibrahim (1921); [c] Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa
(1948); dan [d] Andi Baso, Pabbicarabutta GoWa (1962). Sangat sulit mengidentifikasi
bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.
Yang masih menarik adalah ukuran tebal tembok kurang lebih 90 cm, hiasan
sulur-suluran dan bentuk mimbar yang terbuat dari kayu menyerupai singgasana
dengan sandaran tangan. Hiasan makhuk di samarkan agar tidak tampak realistik. Pada
ruang tengah terdapat empat tiang soko guru yang mendukung konstruksi bertingkat di
atasnya. Mimbar dipasang permanen dan diplaster. Pada pintu masuk dan mihrab
terdapat tulisan Arab dalam babasa Makassar yang menyebutkan pemugaran yang
dilakukan Karaeng Katangka pada tahun 1300 Hijriah.
3.
sangat
ramai
mengunjungi
tokoh
ulama
(panrita)
dan
intelektual
Benteng Tallo
Benteng Tallo terletak di muara sungai Tallo. Benteng dibangun dengan
menggunakan bahan batu bata, batu padas/batu pasir, dan batu kurang. Luas benteng
diperkirakan 2 kilometer. Berdasarkan temuan fondasi dan susunan benteng yang
masih tersisa, tebal dinding banteng diperkirakan mencapai 260 cm.
Akibat perjanjian Bongaya (1667) benteng dihancurkan. Sekarang, sisa-sisa
benteng dan bekas aktivitas berserakan. Beberapa bekas fondasi, sudut benteng
(bastion) dan batu merah yang tersisa sering dimanfaatkan penduduk untuk berbagai
keperluan darurat, sehingga tidak tampak lagi bentuk aslinya. Fondasi itu mengelilingi
pemukiman dan makam raja-raja Tallo.
D.
Dalam catatan Lontara Bilang tertulis bahwa raja pertama yang memeluk agama Islam
tahun 1603 adalah Kanjeng Matoaya, Raja ke-4 dari Kerajaan Tallo. Penyiar agama
Islam di daerah ini berasal dari Demak, Tuban, dan Gresik. Oleh karena itu Islam
2.
3.
4.
Nisan, berupa tanda yang terbuat dari kayu, batu atau logam yang diletakkan di
atas kijing. Nisan ada yang dipasang pada bagian kepala saja, atau kepala dan
kaki.
Cungkup, berupa bangunan pelindung beratap untuk melindungi makam dari
5.
hujan.
Benda bersejarah yang berkaitan dengan masuknya agama Islam di Lembah Palu,
Sulawesi Tengah, tidak hanya berupa Al-Quran kuno saja. Ada sejumlah naskah yang
hadir di tengah masyarakat lembah Palu bersamaan dengan masuknya Islam. Naskah
6.