Anda di halaman 1dari 12

Kerajaan gowa dan tallo

Anggota kelompok 5
 Alvina damayanti (5)
 Diva eka aprilia putri (12)
 Mega puji lestari (19)
 Nur fitroh afandi (26)
 Vita ratnasari (33)
X atph 3
1. Sejarah kerajaan gowa dan tallo
Pada awalnya, Kerajaan Gowa – Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar terdiri dari
beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan
Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja
Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam . Kerajaan
Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan
pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653 – 1669). Ia berhasil memperluas
pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu,
Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya
dan menjadi bandar transito di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat
julukan Ayam Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar
menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.
.Perkembangan Makassar menyebabkan VOC merasa tersaingi. Makassar tidak tunduk kepada VOC,
bahkan Makassar membantu rakyat Maluku melawan VOC. Kondisi ini mendorong VOC untuk
berkuasa di Makassar dengan menjalin kerja sama dengan Makassar, tetapi ditolak oleh Hasanuddin.
Oleh karena itu, VOC menyerang Makassar dengan membantu Aru Palaka yang telah bermusuhan
dengan Makassar. Akibatnya, benteng Borombong dan ibu kota Sombaopu jatuh ke tangan musuh,
Hasanuddin ditangkap dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).

Akibat kekalahannya, peranan Makassar sebagai penguasa pelayaran dan perdagangan berakhir.
Sebaliknya, VOC memperoleh tempat yang strategis di Indonesia bagian timur. Rakyat Makassar yang
tidak mau menerima Perjanjian Bongaya, seperti Kraeng Galesung dan Monte Merano, melarikan diri
ke Mataram. Selanjutnya, untuk memperlemah Makassar, benteng Sombaopu dihancurkan oleh
Speelman dan benteng Ujung Pandang dikuasai VOC diganti nama menjadi benteng Ford Roterdam.
Dalam bidang kebudayaan, Makassar sebagai kerajaan yang bersifat maritim sedikit meninggalkan
hasil-hasil budaya. Peninggalan budaya Makassar yang menonjol adalah perahu pinisi, lambo, dan
bercadik. Dalam bidang sastra, diperkirakan sudah lahir beberapa karya sastra. Hanya saja, karya-karya
tersebut tidak sampai ke kita. Tetapi pada saat itu sudah ada sebuah buku tentang hukum laut dan
perniagaan, yaitu Ade' Allopiloping Bicaranna Pabbalu'e dan naskah lontar karya Amanna Gappa.
2.Kondisi sosial politik
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang
dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan,
bahkan raja Makassar pun memeluk agama Islam.Raja Makassar yang pertama memeluk
agama Islam adalah Karaeng Ma’towaya Tumamenanga Ri Agamanna (Raja Gowa) yang
bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makassar tahun 1591 – 1638 dan dibantu oleh
Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin
kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa
pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653). Selanjutnya kerajaan Makassar mencapai
puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa
pemerintahannya Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan
menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan
perdagangan Makassar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan
daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Selanjutnya kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makassar berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah
yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo,
Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing.
Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah
berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makassar. Dengan kondisi tersebut maka
timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin
terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan
padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan
dengan Makassar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makassar dengan
kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah
oleh Makassar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan
Makassar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makassar.
Dan secara terpaksa kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai
perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makassar.Isi dari
perjanjian Bongaya antara lain:
• VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makassar.
• Belanda dapat mendirikan benteng di Makassar.
• Makassar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar
Makassar.
• Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin)
meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makassar,
Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makassar, dan Makassar mengalami kehancurannya.
3.Keadaan ekonomi
Seperti yang telah Anda ketahui bahwa kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan
berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh
beberapa faktor seperti letak yang strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-
pedagang yang pindah ke Indonesia Timur. Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang
sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan
ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE (ket : artinya apa), sehingga dengan
adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan
pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
• 4. sosial budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makassar adalah nelayan dan pedagang.
Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang
merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.Walaupun masyarakat Makassar memiliki
kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka
sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makassar
diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makassar
sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makassar juga
mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to
Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makassar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang
berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh
orang Makassar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.
Peninggalan kerajaan gowa dan tallo
• Istana Balla Lompoa
Istana ini teletak di Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, yang Didirikan oleh
Raja Gowa ke-35 I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonionompo Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin
Tumenangari Sungguminasa. Saat ini, istana dengan 54 tiang, enam jendala di sisi kiri dan empat jendela di
depan difungsikan sebagai Museum Balla Lompoa yang menyimpan benda-benda kerajaan.  
• Masjid Katangka
Masjid al-Hilal atau lebih dikenal dengan Masjid Katangka merupakan Masjid Kerajaan Gowa yang dibangun
pada abad ke-18. Penamaan Katangka berasal dari bahan dasar masjid yang dibuat dari pohon katangka. 
• Benteng Ujung Pandang
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang merupakan benteng peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang
terletak di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada 1545
oleh Raja Gowa kesembilan I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Pada masa
pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng inidiganti menjadi batu padas dari
Pegunungan Karst, Maros.

 
5.Penyebab kerajaan gowa tallo runtuh
• Runtuhnya kerajaan gowa-tallo
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya.
Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia
menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk
itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh
adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin
dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah
Maluku. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak.
Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam
Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan
melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja
Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar.
Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai
perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan
Makasar.Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda
tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra
Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan
rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda
dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

Anda mungkin juga menyukai