Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN MAKASAR

Disusun oleh :

1) Asyifah Nur’Aini (04)


2) Khanif Fatoni (13)
3) Putri Riana Septianingsih (22)
4) Sekar Alifia Rahmawati (29)
5) Wahyu Herlambang (34)

XI IPS 3
SMA NEGERI 7 PURWOREJO
KERAJAAN MAKASAR

Kerajaan Makassar merupakan salah satu kerajaan


Islam di Sulawesi (selain Buton) yang menerima Islam sebagai
agama resmi kerajaan. Berdasarkan sejarahnya, kerajaan
Makassar berhasil menjadi pusat perdangan Indonesia
bagian Timur pada masa pemerintahan sultan Hasanuddin.
Tidak hanya itu saja, kerajaan Makassar juga berhasil
mengIslamkan seluruh kerajaan-kerajaan di sekitar mereka.
SEJARAH KERAJAAN MAKASSAR
Kerajaan Makassar berdiri
pada abad ke-16 Masehi

raja Gowa yaitu Daeng


Kemudian keduanya ber Raja Tallo sendiri yaitu
Manrabba. Setelah
satu dibawah pimpinan Karaeng Mattoaya yang
menganut agama Islam
raja Gowa yaitu Daeng bergelar Sultan
Ia bergelar Sultan
Manrabba. Abdullah.
Alauddin.

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam. Dalam perjalanannya
kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun.
. Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re
ata” (dua raja, seorang hamba). Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini akhirnya meleburkan Pusat
pemerintahan dari Kerajaan Makassar terletak di Sombaopu. Letak kerajaan Makassar sangat
strategis karena berada di jalur lalu lintas pelayaran antara Malak dan Maluku.
RAJA-RAJA KERAJAAN MAKASSAR
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya
(Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593 – 1639
dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan
Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai
kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad
Said (1639 – 1653).

Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa


pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
• 1. Raja Alaudin

Raja kerajaan Makasar yang pertama memeluk agama Islam ialah


Sultan Alaudin yang memerintah Makasar dari tahun 1561-1638 M. di bawah
masa pemerintahan Sultan Alaudin, kerajaan Makasar mampu menjadi
kerjaaan bercorak maritime sehingga mampu mengembangkan kerajaan
Makasar menjadi sejahtera.
• 2. Sultan Hasanudin

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin, kerajaan Makasar


mengalami masa kejayaannya. Cita-cita Sultan Hasanudin untuk menguasai
secara penuh jalur perdagangan nusantara membuat ia mampu untuk
menundukkan kepulauan Nusa Tenggara dan sebagian Flores.
• 3. Mapasomba

Setelah ayahnya Sultan Hasanudin turun tahta, maka anaknya yang


bernama Mapasomba menggantikan ayahnya tersebut. Saat itu, Sultan
Hasanudin mengharapkan anaknya Mapasomba dapat menjalin kerjasama
dengan Belanda agar kerajaan Makasar tidak dikuasai sepenuhnya oleh
Belanda. Namun, Mapasomba ternyata mempunyai watak yang lebih keras
dari Sultan Hasanudin, akibatnya, pasukan Belanda menyerang habis-habisan
kerajaan Makasar dan kerajaan Makasar berhasil dikuasai sepenuhnya oleh
Belanda dan Mapasomba tidak diketahui nasibnya.
KEJAYAAN KERAJAAN MAKASAR
Di bawah pemerintahan Sultan Hasanudin lah kerajaan Makasar mengalami
masa keemasan dan menjadi pusat perdagangan Indonesia Timur. Beberapa faktor
yang berperan dalam hal itu ialah :
• Kerajaan Makasar terletak sangat strategis yaitu terletak di muara sungai, dan di
depannya terdapat gugusan pulau yang dapat melindungi pelabuhan dari angina
maupun gelombang besar.
• Jatuhnya Malaka pada tahun 1511 M menyebabkan banyak orang memindahkan
tempat perdagangan ke daerah yang belum dikuasai oleh asing
• Politik Sultan Agung yang bersifat agraris dan non maritim banyak melemahkan
armada laut di pantai utara Jawa.
Kerajaan Makasar berkembang cepat sebagai kerajaan maritime dengan
kapal-kapal jenis Pinisi dan Lombo nya. Suku Makasar atau bugis menguasai lautan di
Indonesia, bahkan sampai ke Australia, Siam, dan Sailan.
KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN MAKASSAR
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri
Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi
Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama
memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan
Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa
pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).
Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh
karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah
berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur)
dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul
pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya
untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan
julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar
dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa
dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN MAKASSAR
Makassar tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai karena letaknya di
tengahtengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan Malaka.
Pertumbuhan Makassar makin cepat setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis
(1511). Banyak pedagang dari Malaka, Aceh, dan Maluku yang pindah ke
Makassar. Para pedagang Makassar membawa beras dan gula dari Jawa dan
daerah Makassar sendiri ke Maluku yang ditukarkan dengan rempah-rempah.
Makasar berkembang sebagai pelabuhan Internasional, sehingga banyak
pedagang Asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makasar.
Dengan jenis perahu-perahunya seperti Pinisi dan Lambo, pedagang-pedagang
Makasar memegang peranan penting dalam perdagangan di Indonesia. Hal ini
menyebabkan mereka berhadapan dengan Belanda yang menimbulkan
beberapa kali peperangan. Pihak Belanda yang merasa berkuasa atas Maluku
sebagai sumber rempah-rempah, menganggap Makasar sebagai pelabuhan
gelap; sebab di Makasar diperjualbelikan rempah-rempah yang berasal dari
Maluku. Untuk mengatur pelayaran dan perniagaan dalam wilayahnya disusunlah
hukum niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu’e
dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa.
KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA KERAJAAN MAKASSAR

Mengingat Makasar sebagai kerajaan maritim dengan sumber


kehidupan masyarakat pada aktivitas pelayaran perdagangan maka
sebagian besar kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil
kebudayaan yang terkenal dari Makasar adalah perahu Pinisi dan Lambo.
Selain itu juga berkembang kebudayaan lain seperti seni bangun, seni sastra,
seni suara dan sebagainya.
RUNTUHNYA KERAJAAN MAKASSAR
Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya
sendiri (Bone) yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu
sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa.
Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya
benteng Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan Gowa yang sudah
berlangsung berabad-abad lamanya akhirnya mengalami kemunduran.
Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk.
Dalam perjanjian itu, nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah
habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya harus dilepaskan. Apalagi sejak
Aru Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi Selatan dan
berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di
Makassar. Sejak itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di
Indonesia.
SEKIAN DAN TERIMAKAASIH

Anda mungkin juga menyukai