Anda di halaman 1dari 1

Sejarah kerajaan gowa dan tallo

Kerajaan Gowa-Tallo adalah kerajaan gabungan dari Kerajaan Gowa serta Kerajaan Tallo yang dimiliki
oleh dua bersaudara. Pada pemerintahan Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi Khallona, kedua
kerajaan ini dipersatukan.Gowa dan Tallo bersatu atas dasar kesepakatan, sehingga rakyatnya tidak
memihak siapapun namun memiliki dua raja yang masing-masing punya wilayah kekuasaan.Di akhir
abad ke-16, Sultan Alauddin menjadi raja pertama yang memeluk Islam di Kerajaan Gowa Tallo. Ini
sekaligus penanda Kerajaan Gowa Tallo menjadi kesultanan.Pertumbuhan Islam di Gowa semakin
pesat. Pada tahun kedua kesultanan, semua rakyat berhasil diislamkan.

a. Kehidupan Politik
Sebetulnya ada banyak kerajaan di sekitar Makassar. Misalnya Gowa, Tallo, Bone, Soppeng, Wajo,
dan Sidenreng. Namun, hanya Gowa dan Tallo yang menggabungkan diri menjadi satu kekuatan
dengan nama Makassar. Raja Makassar yang pertama masuk Islam adalah Karaeng Matoaya dengan
gelar Sultan Alaudin (1593– 1639). Penguasa selanjutnya adalah Malekul Said (1639–1653), berhasil
membuat Kerajaan Makassar menjadi kerajaan maritim. Puncak kegemilangan Kerajaan Makassar
terjadi saat Sultan Hasanuddin memegang tampuk kekuasaan. Di tangannya, Kerajaan Makassar
berkembang menjadi sebuah kerajaan dengan jaringan perdagangan yang kuat dan pengaruh yang
luas. Sultan Hasanuddin adalah seorang raja yang antimonopoli, sehingga ketika Belanda datang ingin
menguasai jaringan perdagangan yang telah lama terbentuk, ia menentang dengan keras. Keinginan
VOC untuk memonopoli perdagangan diIndonesia bagian timur jelas tidak bisa diterima oleh sultan.
Konflik terjadi dan Hasanuddin berhasil menghalau pasukan VOC dari kawasan Maluku. Namun,
upaya Belanda untuk menguasai jaringan perdagangan di kawasan Indonesia bagian timur itu tidak
pernah surut. Dengan siasat adu domba, Belanda berhasil memanfaatkan Aru Palaka (Raja Bone)
untuk memasukkan pengaruhnya. Saat itu, Kerajaan Bone masuk dalam kekuasaan Kerajaan
Makassar. Akhirnya, pada tahun 1667 Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya
dengan Belanda. Isi perjanjian itu antara lain VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan dengan
mendirikan benteng, Makassar melepaskan wilayah-wilayah kekuasaannya, dan Aru Palaka dirajakan
di Bone.

Anda mungkin juga menyukai