Anda di halaman 1dari 3

KEJAYAAN KERAJAAN MARITIM GOWA MAKASSAR

TEYSHA AURANGGA MAFRI


J011191013

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan
saling berhubungan dengan baik. Orang kemudian mengenal keduanya sebagai
Kerajaan Makasar, yang sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang disebut
Ujungpandang.

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan maritim, penghasil rempah-rempah.


Membentuk jalur perdagangan Nusantara yang sangat terkenal pada abad ke-16 dan
17 Masehi dan mempunyai hubungan diplomasi yang baik dengan kerajaan Ternate di
Maluku.

Sebelum abad 16 M, raja-raja Makasar belum memeluk Islam, setelah kedatangan


Dato’ Ri Bandang, seorang penyiar Islam dari Sumatra, Makasar berkembang menjadi
kerajaan Islam. Sultan Alaudin adalah raja Makasar pertama yang memeluk agama
Islam, yang berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638 M.

Nama asli Sultan Alaudin adalah Karaeng Ma’towaya Trumamenanga Ri Agamanna.


Di bawah kekuasaannya Makasar tumbuh menjadi kerajaan maritim. Para pelaut
mengembangkan perahu jenis Pinisi dan Lambo.

Setelah Sultan Alaudin meninggal, digantikan oleh Muhammad Said pada tahun 1638
– 1653 M. Raja berikutnya adalah Sultan Hasanuddin yang berkuasa dari tahun 1653.
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin Makasar menjadi gemilang, majunya
perdagangan dan melakukan ekspansi.

Kerajaan yang berhasil dikuasai Makasar di Sulawesi Selatan adalah Lawu, Wajo,
Soppeng dan Bone. Sultan Hasanuddin berniat menguasai jalur perdagangan Indonesia
bagian timur, sehingga harus menghadapi VOC sebelum menguasai Maluku yang
kaya akan lada.

Keberanian Hasanuddin melawan Belanda menyebabkan ia mendapatkan julukan


Ayam Jantan dari Timur. Kisah tentang keberanian Hasanuddin silahkan baca di
artikel sejarah Sultan Hasanuddin Ayam jantan dari timur
Pada tahun 1667 dengan bantuan Raja Bone, Belanda berhasil menekan Makasar
untuk menyetujui Perjanjian Bongaya. Perjanjian ini berisi 3 kesepakatan, yaitu:

1. VOC mendapat hak monopoli perdagangan di Makasar.


2. Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makasar, dan Makasar harus melepas
kerajaan daerah yang dikuasainya seperti Bone, Soppeng.
3. Mengakui Aru Palaka sebagai raja Bone.

Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669 Map Somba putranya berusaha
meneruskan perjuangan ayahnya melawan Belanda. Belanda yang sangat menghargai
tindakan kooperatif dari Mapa Somba harus mempersiapkan armada perang.

Pelaut Makasar sangat tangguh ini ditunjang dengan keahlian mendesain berbagai
kapal yang kuat dan indah seperti Pinisi, Lambo dan Padewalang yang dapat
mengarungi daerah nusantara bahkan sampai ke India dan Cina.

Makasar memiliki hukum perdagangan yang disebut Ade Alloping Bicaranna


Pabbahi’e, juga mengadopsi hukum-hukum Islam dan menjalin kerjasama dengan
Kerajaan Islam seperti Demak dan Malaka.

Anda mungkin juga menyukai