Anda di halaman 1dari 2

Nama : Teysha Aurangga Mafri

NIM : J011191013
Fakultas Kedokteran Gigi

Ringkasan Artikel :

Jalan Menuju Poros Maritim Dunia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang tersusun atas lebih dari
17.000 pulau, dirangkai oleh 95.181 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada), dan
sekitar 70% wilayahnya berupa laut. Di wilayah pesisir dan laut itu terkandung beragam SDA
(Sumber Daya Alam) dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang sangat besar dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Kekayaan SDA dan jasa-jasa lingkungan kelautan
tersebut dapat kita dayagunakan untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa melalui 11 sektor
ekonomi kelautan: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan hasil
perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan, (5) pertambangan dan energi (ESDM), (6)
pariwisata bahari, (7) hutan mangrove, (8) perhubungan laut, (9) sumberdaya wilayah pulau-
pulau kecil, (10) industri dan jasa maritim, dan (11) SDA non-konvensional.

Pemerintah bersinergi dengan swasta dan masyarakat harus mengembangkan ekonomi


kelautan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata diatas 7%/tahun),
berkualitas (menyerap banyak tenaga kerja dan mensejahterakan rakyat), dan ramah
lingkungan secara berkelanjutan (sustainable) dengan berbagai cara, diantaranya yang pertama
yaitu Penyusunan dan implementasi RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) darat-pesisir-laut
secara terpadu yang mengalokasikan sedikitnya 30% dari total ruang wilayah pesisir dan laut
sejauh 12 mil dari garis pantai untuk kawasan lindung, dan maksimal 70% sisanya untuk
kawasan pembangunan. Kedua, revitalisasi (peningkatan produktivitas, efisiensi,
dan sustainability) seluruh usaha ekonomi kelautan yang sudah berjalan (existing marine
economic sectors), mulai dari usaha perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata bahari,
perhubungan laut sampai galangan kapal. Ketiga, dengan mengaplikasikan kelima prinsip
ekonomi itu, kita kembangkan berbagai sektor (usaha) ekonomi kelautan baru seperti industri
bioteknologi kelautan, industri nanoteknologi kelautan, energi terbarukan dari laut, deep-sea
water industri, deep sea mining, dan coastal and ocean engineering. Keempat, memperbaiki
dan mengembangkan konektivitas maritim yang meliputi: (1) akselerasi pembangunan TOL
Laut (pelabuhan, kapal barang dan penumpang), dan (2) jaringan informasi dan telekomunikasi
(broadband internet). Kelima, rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut yang telah rusak,
pengendalian pencemaran, konservasi keanekaragaman hayati baik secara in situ (seperti
Kasawan Konservasi Laut atau Marine Protected Areas) maupun ex situ (sea world, akuarium,
dan pemuliaan genetik ataugenetic improvement), dan pengkayaan stok ikan dan biota laut
lainnya untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung serta kelestarian SDA dan
lingkungan pesisir dan lautan. Keenam, bersama dapat memanfaatkan laut beserta SDA yang
terkandung di dalamnya untuk kemajuan, kesejahteraan, dan perdamaian bersama secara
berkelanjutan. Ketujuh, peningkatan kualitas dan jumlah SDM berbagai bidang kelautan sesuai
kebutuhan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal (pelatihan dan penyuluhan).
Kedelapan, peningkatan penelitian dan pengembangan (R & D) supaya kita mampu menguasai,
menghasilkan, dan menerapkan inovasi teknologi dan non-teknologi (seperti business
models dan strategi pemasaran) untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan
keuntungan (profit) ekonomi kelautan nasional secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai