Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah subhanahuwata’ala, karena

berkat rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah yang bertema “kerajaan

gowa tallo”. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran sejarah

. Kami mengucapkan terima kasih pada semua anggota kelompok yang telah

membantu dan juga kepada Ibu Lilis Sinaga yang sudah membimbing kami

sehungga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat

untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuanbagi kita

semua.

Pematang Siantar, Januari 2023

                       
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar
dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan
pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah
Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI
dimekarkan menjadi Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini
memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu
melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku
Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar
suku Makassar – suku Bugis, karena di pihak Gowa ada sekutu bugisnya
demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide
et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah
perang terbesar Belanda yang pernah dilakukannya di abad itu.

1.2  Rumusan Masalah


a.       Bagaimana sejarah awal dari Kerajaan Gowa Tallo?
b.      Dimana letak Kerajaan Gowa Tallo?
c.       Bagaimana silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo?
d.      Bagaimana kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Kerajaan Gowa Tallo?
e.       Bagaimana proses kehancuran dari Kerajaan Gowa Tallo?
f.       Apa saja peninggalan Kerajaan Gowa Tallo?

1.3  Tujuan Penulisan


a.       Mengetahui sejarah awal dari Kerajaan Gowa Tallo.
b.      Mengetahui letak Kerajaan Gowa Tallo.
c.       Mengetahui silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo.
d.      Mengetahui kondisi sosial, ekonomi, dan politk di Kerajaan Gowa Tallo.
e.       Mengetahui proses kehancuran dari Kerajaan Gowa Tallo.
f.       Mengetahui peninggalan Kerajaan Gowa Tallo.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah awal Kerajaan Gowa Tallo


Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal
dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata,
Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan,
komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa,
tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului
datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan
besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan
pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di
bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini
memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu
melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh
satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar
bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan
Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar.
Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di
abad ke-17.

2.2 Letak Kerajaan Gowa Tallo


Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan
Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar
sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujungpandang.
Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat
dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar
menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia
bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian
barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang
menjadi kerajaan besar dan   berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Berikut adalah peta Sulawesi Selatan pada saat itu.

2.3 Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo


1. Tumanurunga (+ 1300)
2. Tumassalangga Baraya
3. Puang Loe Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri Gowa
 6. Tunatangka Lopi (+ 1400)
7. Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8. Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9. Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
10. I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng
(1546-1565)
11. I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
12. I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590).
13. I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593).
14. I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna
Berkuasa mulai tahun 1593 - wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa
Gowa pertama yang memeluk agama Islam.
15. I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid
Tuminanga ri Papang Batuna Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun
1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16. I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan
Hasanuddin Tuminanga ri Balla'pangkana Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa
mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670 17. I Mappasomba
Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu' Lahir 31 Maret 1656,
berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681.
17. I Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri
Passiringanna
18. Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara Lahir 29
November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19. I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil
Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
20. La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-
1711)
21. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22. I Manrabbia Sultan Najamuddin
23. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua
kalinya pada tahun 1735)
24. I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
25. I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26. Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-
1795)
27. I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang
(1767-1769)
28. I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri
Mattanging (1770-1778)
29. I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
30. I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri
Katangka (1816-1825)
31. La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32. I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid
Tuminanga ri Kakuasanna (1826 - wafat 30 Januari 1893)
33. I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri
Kalabbiranna (1893- wafat 18 Mei 1895)
 34. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain
Tuminang ri Bundu'na Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di
Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Ia melakukan perlawanan terhadap
Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa
oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal akibat jatuh di
Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.
35. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad
Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
36. Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul
Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di
Jongaya pada tahun 1978.

2.4 Proses Masuknya Islam ke Kerajaan Gowa Tallo

2.5 Proses Kehancuran Kerajaan Gowa Tallo


            Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama
napasomba. Sama seperti ayahnya, sultan ini menentang kehadiran belanda
dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan Makasar. Namun, Mapasomba
gigih pada tekadnya untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang
keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan
pasukan secara besar-besaran. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan
Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya. Belanda pun berkuasa sepenuhnya
atas kesultanan Makassar.

2.6 Peninggalan – Peninggalan Islam Kerajaan Gowa Tallo

benteng fort Rotterdam

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah


sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di
pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini
dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau
Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini
berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14
Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang
bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung
Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke
lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu
dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang
berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng
Ujung Pandang.

Masjid Katangka

Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah


mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan
oleh Sultan Mahmud  (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo,
Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit
mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan
Gowa ini.

Kompleks makam raja gowa tallo

Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai
sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4
Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi
makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut
dalam wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang
dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982)
ditemukan gejala bah wa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih.
Sejumlah makam terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang
ditemukan fondasi di atas bangunan makam.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan
besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan
pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang
kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,
Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai
pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang
sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja
Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri
Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan
ini.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam.
Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal
yang berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Daerah kekuasaan
Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya.
Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi
asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri
pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam
Jantan dari Timur.
Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan
sejak Raja Gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak
keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai mengalami transisi setelah
bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem
pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi Idjo
Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka
dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom.
Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah
sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.

3.2 Saran
            Saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan
makalah ini. Bagi para pembaca dan teman-teman lainnya, jika ingin menambah
wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh maka kami mengharapkan dengan
rendah hati agar membaca buku-buku ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad. (2013). Silsilah Kepemimpinan Kerajaan Gowa,
http://anragogy.blogspot.com/2013/01/silsilah-kepemimpinan-kerajaan-
gowa.html, diakses 25 April 2014
Negeri 1001 Cerita, Gowa. (2013). Asal-usul Kerajaan Gowa dan Silsilah Kerajaan
Gowa, http://gowa-negeri1001cerita.blogspot.com/2013/07/asal-usul-kerajaan-
gowa-dan-silsilah.html, diakses 25 April 2014
Pacce, Siri’ na. (2012). Silsilah Raja-Raja Tallo.
http://jejakcelebes.blogspot.com/2012/06/silsilah-raja-raja-tallo.html, diakses 25
April 2014
Hapsari, Ratna, M.Adil. 2012. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai