X JB 3
KELOMPOK 4
[SAJINDO]
Kelompok 4
No Nama Tugas
2. Masjid Katangka
Untuk bisa mengenali berbagai makam di area ini cukuplah mudah, dimana
makam raja-raja diatapi dengan kubah. Sementara makam para pemuka
agama serta keturunan raja hanya diberikan tanda dengan batu nisan biasa
saja.
Kerajaan Bone
Tanah Bone adalah gabungan dari unit-unit politik inti atau persekutuan
masyarakat kaum yang disebut anang yang dipimpin oleh matoa anang (ketua
kaum). Selanjutnya anang terbentuk menjadi wanua (negeri), seperti wanua
Ujung, Tibojong, Ta’, Tanete Riattang, Tanete Riawa, Ponceng, dan Macege.
Setiap pembentukan kelompok wanua didorong oleh ikatan rasa seketurunan
dari satu nenek moyang yang sama dan membentuk persekutuan teritorial yang
tertutup terhadapa persekututan teritorial hidup lainnya dalam sistem kehidupan
patrimonial (garis keturuann dari pihak ayah). Hal seperti itu menciptakan
permusuhan di antara satu wanua dengan wanua lainnya. Seperti halnya
kelahiran Kerajaan Gowa, proses sejarah berdirinya Kerajaan Bone juga diawali
dengan kisah kehadiran Tomanurung. Jika Tomanurung di Kerajaan Gowa
adalah wanita, Tomanurung di Kerajaan Bone adalah laki-laki. Kehadiran
Tomanurung sebagai penguasa sentral di Kerajaan Bone diawali oleh sebuah
ikrar antara Tomanurung dan penguasa unit-unit politik setempat. Sebelum
kehadiran Tomanurung selalu ditandai dengan fenomena alam yang
mengerikan. Tulisan dalam lontarak mengisahkan bahwa sebelum kedatangan
Tomanurung, terjadi hujan dan petir sambung- menyambung tanpa putus
selama tujuh hari tujuh malam. Setelah hujan reda, muncullah seseorang disuatu
tempat. Orang tersebut mengenakan jubah putih dan berdiri ditengah-tengah
padang Bone. Oleh karena mereka tidak mengetahui asal-usulnya; orang
menyebutnya Tomanurung (orang yang turun dari kahyangan).maka
berkumpullah orang Bone dan mengadakan perundingan demi sebuah
kesepakatan untuk berangkat menemui orang tersebut dan diangkat menjadi
Raja Bone. Setelah mereka sampai di hadapan orang tersebut, mereka memohon
agar orang tersebut mau menjadi Raja di Bone. Akan tetapi, orang tersebut
menolak untuk menjadi Raja, karena ia juga hanya seorang budak raja. Tapi
orang terbut menawarkan jika rakyat Bone menginginkan Raja, maka ia bisa
membawa mereka bertemu langsung dengan calon Raja tersebut. Selanjutnya,
orang tersebut membawa mereka pergi ke daerah Matajang. Sesampainya
disana, terlihatlah seorang lelaki duduk berpakaian kuning di batu ”napara”
beserta tiga pengikutnya, yang masing-masing bertugas memang kipas, payung
dan membawakan salendrang (tempat sirih). Para pemohon dari Bone pun,
langsung memohon kepada lelaki yang duduk di atas batu napara agar kiranya
bersedia menjadi Raja di Bone. Maka raja itu menyahut, “teddua nawa-nawao”
artinya “orang setia” dan “temmaballecoko” artinya tidak memungkiri segala
janji”.Sesudah perjanjian tersebut terlaksana, maka raja tersebutpun “nalekkeni
ManurungE” artinya “memindahkan Manurung itu ke Bone. Dan menjadi Raja
Bone I di sana. Sesampainya di sana, rakyat Bone lalu mendirikan istana untuk
“ManurungE” (raja). Pendirian istana itu lekas selesai dimana “bulisa” artinya
kayu “potongan belum kering”, raja sudah mendiami istana itu.
B. Proses Awal Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Bone
Raja Bone I atau Arung Pone yaitu Tomanurung ri Matajang, yang bergelar
MatasimpoE. Ia memerintah kurang lebih 40 tahun, dari tahun 1330 M
sampai tahun 1370 M. MatasilompoE kawin dengan Tomanurung ri Toro,
yang bernama Tenriawaru. Dari perkawinan ini lahirlah lima orang anak
yang masing-masig bernama: La Umasa, Patanra Wanua, Tenri Salogo, We
Arattiga dan Isamateppa
Data tersebut menunjukkan bahwa Bone pada masa itu telah menguasai
wilayah yang cukup luas (menurut ukuran pada masa itu), sehingga
organisasi pemerintahan perlu pula ditingkatkan. Untuk itu La Saliu
membagi wilayah pemerintahan Kerajaan Bone menjadi tiga wilayah
administratif, sesuai dengan pembagian warna bendera Kerajaan Bone.
Pertama,Negeri – negeri yang memakai bendera Woromporongnge’ :
Matajang, Mattoanging, Bukaka Tengah, Kawerrang, Pallengoreng, Maloi.
Semuanya dibawah koordinasi Matoa Matajang. Kedua, Negeri – negeri
yang memakai umbul merah di sebelah kanan Woromporongnge’ : Paccing,
Tanete,. Lemo, Masalle, Macege, Belawa, Semuanya dibawah koordinasi
Kajao Ciung dan Ketiga, Negeri – negeri yang memakai umbul merah di
sebelah kiri Woromporongnge’ : Arasong, Ujung, Ponceng, Ta’, Katumpi,
Padaccennga, Madello. Semuanya dibawah koordinasi Kajao Arasong”.
(Lontaraq Akkarungeng ri Bone ; Kasim, 2002)
3. Bola Soba
[Selesai]