Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


“KERAJAAN WAJO”

GURU PEMBIMBING
Usth. Ratnaningsih A.Md.

DISUSUN OLEH
Aisyah A’la Amanina (X mipa 1)

SMA IT Islahul Ummah Tasikmalaya


2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Bahasa Indonesia ini dengan
baik serta tepat waktu. Seperti yang kita ketahui bahwa sejarah merupakan merupakan
kejadian masa lalu yang harus kta ketahui. Oleh karena itu sejarah sangat perlu dan layak
untuk dijadikan modul belajar.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang kerajaan Indonesia salah
satunya adalah Kerajaan Wajo. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberi informasi
tentang Kerajaan Wajo sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari sejarah. Kami menyadari
kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Usth. Guru mata
pelajaran Sejarah Indonesia. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam
penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.

II
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................................II
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………. III
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................1
Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Berdirinya Kerajaan Wajo................................................................................................2
2.2 Perkembangan Kerajaan Wajo.........................................................................................2
2.3 Pembentukan Persekutuan Tellumpoccoe........................................................................2
2.4 Masuknya Islam ke Kerajaa Wajo....................................................................................2
2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Wajo........................................................................................3
2.5 Keruntuhan Kerajaan Wajo..............................................................................................3
2.6 Peninggalan Kerajaan Wajo.............................................................................................4
BAB III......................................................................................................................................5
PENUTUP.................................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................5
3.2 Saran.................................................................................................................................5

III
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya menganut agama islam.
Tentunya masuknya islam ke Indonesia telah melalui banyaknya perjalanan yg Panjang.
Masuknya islam ke Indonesia juga tidak luput dengan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia
yang memiliki peranan-peranan dalam penyebaran islam di Indonesia hingga Indonesia
menjadi negara dengan mayoritas muslim.
Kerajaan Wajo adalah salah satu kerajaan bercorak Islam yang terletak di Sulawesi
Selatan. Berbeda dari kerajaan di Sulawesi Selatan lainnya, Wajo bukan kerajaan feodal
murni, tetapi kerajaan elektif atau demokrasi terbatas. Kerajaan ini didirikan pada sekitar
abad ke-15 dan berubah menjadi kesultanan Islam setelah ditaklukkan Kesultanan Gowa-
Tallo pada abad ke-17. Memasuki abad ke-18, Kerajaan Wajo mencapai puncak kejayaan
ketika berhasil menggantikan kebesaran Kesultanan Bone. Kerajaan Wajo berperan penting
dalam persebaran islam, keadaan perekonomian, budaya, serta politik pemerintahan di
nusantara.

Tujuan

 Untuk mengenali kerajaan islam di Indonesia


 Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Wajo
 Untuk mengenali peranan wajo dalam penyebaran islam

IV
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berdirinya Kerajaan Wajo
Sejarah berdirinya Kerajaan Wajo dikatakan masih gelap karena terdapat beberapa
versi cerita. Di antara cerita tersebut ada yang menghubungkan kemunculannya dengan
pendirian kampung Wajo oleh tiga anak raja dari kampung tetangga, yaitu Cinnotabi. Kepala
keluarga dari mereka kemudian menjadi raja di seluruh Wajo dengan gelar Batara Wajo.
Akan tetapi, Batara Wajo yang ketiga dipaksa untuk turun takhta dan dibunuh karena
kelakuan buruknya. Sejak saat itu, pengangkatan raja di Wajo tidak lagi turun-temurun, tetapi
melalui pemilihan oleh Dewan Perwakilan menjadi Arung Matoa. Maksud dari Arung Matoa
di Kerajaan Wajo adalah raja utama atau raja yang dituakan.
2.2 Perkembangan Kerajaan Wajo
Ketika Kerajaan Wajo dipimpin oleh La Tadampare Puang ri Maggalatung, Arung
Matoa IV yang memerintah pada tahun 1491-1521, wilayah kekuasaannya terus meluas
hingga menjadi salah satu negeri Bugis yang besar.
Memasuki abad ke-16, posisi Wajo dapat dikatakan setara dengan Luwu, salah satu
kekuatan utama di Sulawesi Selatan. Pasalnya, Wajo berhasil mendapatkan sebagian wilayah
Sindenreng dan Cina. Namun, keadaan kembali berubah ketika Luwu ditaklukkan oleh
Kerajaan Bone. Terlebih lagi, Bone juga bersekutu dengan Gowa-Tallo atau Kerajaan
Makassar untuk melawan Wajo.
Memasuki pertengahan abad ke-16, Bone dan Gowa-Tallo berubah menjadi lawan
karena perebutan hegemoni Sulawesi Selatan. Kala itu, Wajo yang telah jatuh ke tangan
Gowa-Tallo, akhirnya turut mendukung perang melawan Bone.

2.3 Pembentukan Persekutuan Tellumpoccoe


Kerajaan Gowa-Tallo ternyata gemar berlaku keras terhadap negeri Bugis
bawahannya. Akibatnya, Wajo dan Soppeng justru membentuk Persekutuan Tellumpoccoe
bersama Bone pada 1582 M.
Persekutuan ini bertujuan untuk meraih kembali kedaulatan tanah Bugis dan
menghentikan laju Kerajaan Gowa-Tallo. Upaya ketiga negeri Bugis ini pun berhasil
mematahkan serangan Gowa-Tallo ke Wajo (1582), begitu pula dengan serangan Ke Bone
(1585 dan 1588), dan serangan 1590.

2.4 Masuknya Islam ke Kerajaa Wajo


Terlepas dari beberapa serangannya yang mengalami kegagalan, Kerajaan Gowa-
Tallo tetap berkembang menjadi kekuatan utama di Semenanjung Sulawesi Selatan yang
menyokong perdagangan internasional dan menyebarkan Islam. Pada akhirnya, Kerajaan

5
Gowa-Tallo berhasil menundukkan dan mengislamkan Soppeng (1609), Wajo (1610), dan
Bone (1611).
Akan tetapi, Kerajaan Gowa-Tallo tidak membubarkan Persekutuan Tellumpoccoe
dan membiarkan Wajo mengatur urusan dalam negerinya. Selain itu, dari sumber hikayat
lokal diketahui bahwa seorang ulama terkenal dari Minangkabau bernama Dato ri Bandang
memberikan pelajaran agama Islam kepada raja-raja Wajo dan rakyatnya.
2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Wajo
Menjelang akhir abad ke-17, Kerajaan Wajo sempat mengalami masa suram saat
memilih mendukung Kerajaan Gowa-Tallo menghadapi armada gabungan Bone, Soppeng,
Buton, dan VOC. Ketika Kerajaan Gowa-Tallo menyerah, Wajo menolak menandatangani
Perjanjian Bongaya dan memilih untuk tetap melawan.
Perjuangan pun harus terhenti pada 1670, saat ibu kota Kerajaan Wajo yang berlokasi
di Tosora jatuh ke pihak VOC dan Bone yang dipimpin oleh Arung Palakka. Setelah itu,
rakyat Wajo memilih untuk bermigrasi karena tidak sudi dijajah. Pada 1726, muncul sosok
bernama La Maddukelleng, yang menjadi musuh bebuyutan Belanda.
Melihat tekad dan usaha-usahanya untuk membebaskan Wajo dan Sulawesi Selatan
dari kekuasaan Belanda, La Maddukelleng kemudian diangkat menjadi Arung Matoa ke-31
pada 1736. Di bawah kekuasaan La Maddukelleng, rakyat dapat memenangkan perang
melawan Bone dan Kerajaan Wajo dapat direbut kembali dari Belanda. La Maddukelleng pun
sempat memajukan kehidupan sosial dan politik Wajo di antara kerajaan-kerajaan di
Sulawesi Selatan sebelum akhirnya mengundurkan diri pada 1754.

2.5 Keruntuhan Kerajaan Wajo


Pada akhir pemerintahan La Maddukelleng, Wajo mulai mengalami pergolakan yang
terus berlangsung hingga abad ke-18. Memasuki abad ke-19, Islam semakin mengakar kuat di
Wajo. Akan tetapi, kemelut di kerajaan juga tidak kunjung usai karena para anggota
dewannya tidak dapat bersepakat untuk memilih Arung Matoa yang baru. Pada 1905,
Kerajaan Wajo akhirnya takluk kepada Belanda dan menyerahkan semua urusannya kepada
pemerintahan kolonial.

6
2.6 Peninggalan Kerajaan Wajo

Gambar 1.1: Makam La Maddukeleng

Gambar 1.2: Mushola Tua Menge

Gambar 1.3: Masjid Tolle

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama islam. Dimana islam dating
ke Indonesia melalui jalir barat yaitu Aceh Darussalam hingga bisa sampai ke Sulawesi
Selatan, antara lain di bawa oleh kerajaan-kerajaan islam yg memperluas kekuasaannya.
Salah satunya adalah kerajaan Wajo yg mulai bercorak islam semenjak jatuh ke kerajaan
Gowa-Tallo. Dimana kerajaan Gowa-Tallo tetap berkembang menjadi kekuatan utama di
Semenanjung Sulawesi Selatan yang menyokong perdagangan internasional dan
menyebarkan Islam.
Namun, Kerajaan Gowa-Tallo tidak membubarkan persekutuan Tellumpoccoe dan
membiarkan Wajo mengatur urusan dalam negrinya. Sehingga kerajaan-kerajaan itu menjadi
kekoatan utama dalam Penyebaran islam di Sulawesi.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat Indonesia di manapun kita berada kita harus mengenal dan belajar dari
Sejarah yang ada untuk membangun Indonesia yang lebih maju. Tidak hanya itu, sebagai
anak bangsa kita juga harus terus melestarikan budaya yang kita miliki, serta menjaganya
sepenuh hati.

Anda mungkin juga menyukai