* sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Mesjid Tello atau dikenal juga dengan nama mesjid Tosora, adalah masjid yang didirikan
oleh Syekh Jamaluddin Akbar Husain sekitar tahun 1621. Mesjid Tello atau Tosora
merupakan satu dari sekian banyak peninggalan bersejarah yang ada di Kabupaten Wajo.
Tosora sendiri adalah sebuah wilayah yang dahulu menjadi ibu kota Kabupaten Wajo.
Struktur bangunan pada masjid ini memiliki kemiripan dengan struktur bangunan masjid
yang ditemukan dibeberapa wilayah kerajaan Islam dimana bangunannya berbentuk bujur
sangkar tanpa serambi.
Karena nilai sejarah yang dimiliki oleh masjid ini. Masjid Tosora pun menjadi salah satu
bangunan yang masuk ke dalam daftar cagar budaya yang ada di Sulawesi Selatan.
2. Makam Assyiekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husein
Peninggalan Kerajaan Wajo yang masih dapat dilihat oleh masyarakat Wajo selanjutnya
adalah Makam Assyiekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husein. Beliau adalah orang
yang berjasa dalam pembangunan masjid Tello atau Tosora yang ada di desa Tosora
Kecamatan Majauleng.
Masyarakat Wajo sendiri mempercayai bahwa Assyiekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-
Husein merupakan salah satu keturunan dari nabi Muhammad SAW. Beliau cukup berjasa
dalam penyebaran agama Islam pada masyarakat Wajo. Nah, makam ini sendiri kerap
dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari segala penjuru Nusantara.
3. Mushola Tua Menge
Peninggalan Kerajaan Wajo yang tidak kalah menarik adalah Mushola Tua Menge yang
berada di Dusun Menge, Desa Tellulimpoe, Kecamatan Majauleng, Sulawesi Selatan.
Mushola berukuran 9x10 meter ini telah berdiri sekitar tahun 1621 Masehi, yaitu sejak Islam
masuk pertama kali pada tahun 1610. Mushola Tua Menge adalah salah satu tempat
peribadatan kuno yang berusia cukup tua.
Islam sendiri menjadi agama yang mengalami perkembangan cukup pesat di wilayah
tersebut. Sama seperti bangunan masjid yang ada di Tosora, hampir keseluruhan bangunan
mushola terbuat dari campuran bahan yang sama, yaitu batu gunung, pasir dan telur.
4. Geddongnge (Gedung Mesiu)
Selain tempat ibadah, peninggalan kerajaan Wajo lainnya adalah gudang tempat menyimpan
persenjataan yang lebih dikenal dengan sebutan Geddongnge atau Gedung Mesiu. Gedung
mesiu dibangun untuk menyimpan sekaligus menyuplai persenjataan atau bahan peluru
seperti meriam atau senapan di benteng pertahanan.
Gedung mesiu sendiri pada umumnya berbentuk segi empat dengan dinding setebal 20
sentimeter. Bangunannya sendiri bergaya Eropa. Di masa lalu, Gedung Mesiu menjadi tempat
yang cukup penting dalam pertahanan kerajaan dari serangan musuh.
5. Makam Lataddampare’ Puang RI Maggalatung
Makam Lasalewangeng Tenri Ruwa adalah nama komplek pemakaman peninggalan kerajaan
Wajo yang berada di Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng.
Lasalewangeng Tenri Ruwa sendiri adalah nama Raja Bone yang pertama memeluk agama
Islam dan berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.
Masyarakat yang ada di sana memang memiliki kebiasaan untuk tidak menuliskan nama dan
waktu wafat sang raja di atas nisan. Namun, di makam itu sendiri terdapat 174 nisan dengan 5
tipe jirat makam dimana salah satunya nisan Arung Matowa beserta kerabatnya.
7. Makam Besse Idalatikka
Nah, sisa peninggalan sejarah dari Kerajaan Wajo yang menarik adalah makam Besse
Idalatikka. Besse Idalatikka diketahui sebagai wanita paling cantik yang ada di Tosora. Meski
demikian, informasi tersebut memang belum bisa dipastikan kebenarannya.
Makam Besse Idalatikka terbuat dari kayu yang di datangkan langsung dari negara Malaysia.
Sementara untuk ukiran yang terdapat pada makamnya dibuat di Kalimantan. Konon, nisan
wanita yang terkenal ramah dan sopan tersebut dibuat dua bulan sebelum dirinya wafat.
Rute Perjalanan