Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

BIDANG STUDY BAHASA INDONESIA SEMSETER GANJIL


2021-2022

INSTRUKSI

1. BACALAH TEKS CERITA SEJARAH BERIKUT “SEJARAH SINGKAT KERAJAAN


WUNA”!
2. IDENTIFIKASILAH STRUKTUR DARI TEKS CERITA TERSEBUT,
BERDASARKAN:
1) ORIENTASI
2) RANGKAIAN PERISTIWA
3) REORIENTASI

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN WUNA

Wilayah Kerajaan Muna (pada peta berwarna merah)


Ibu kota Kotano Wuna
Bahasa Muna
Animisme dan Dinamisme (1371 - 1527)
Agama
Islam (1527 - sekarang)
Bentuk pemerintahan Monarki Kerajaan

Raja
-
1371-1395 La Eli gelar Bheteno ne Tombula
-
1517-1520 Lakilaponto
-
1947-1956 La Ode Pandu
Sejarah
- Pengangkatan La Eli
menjadi Raja 1371
-
Dibubarkan
1956
Bendera

Dahulu Pengganti

Kerajaan Muna 1956-sekarang Indonesia


1371–1956

Kerajaan Muna atau Wuna merupakan salah satu kerajaan besar yang berada di wilayah
Sulawesi Tenggara, yang didirikan pada tahun 1371 hingga tahun 1956. Kerajaan ini terletak di
Bagian Utara Pulau Muna dan beribukota di Kotano Wuna (kini Kecamatan Tongkuno), dengan
Raja pertamanya La Eli alias Baidhuldhamani gelar Bheteno ne Tombula Alias Remang
Rilangi yang menikah dengan Watandriabeng adik sawerigading (Epic I Lagaligo)

Sebelum terbentuknya kerajaan Muna, di Muna telah terbentuk delapan kampung. Walaupun
masih sangat sederhana, kedelapan kampung yang telah terbentuk mengikat diri dalam sebuah
‘Union’ dengan mengangkat Mieno Wamelai sebagai pemimpin tertinggi. Kedelapan kampung
itu kemudian dibagi menjadi dua wilayah utama yang terdiri atas 4 kampung. Empat kampung
pertama dipimpin oleh kamokula, terdiri atas:

1. Tongkuno,pemimpinya bergelar Kamokulano Tongkuno


2. Barangka,pemimpinnya bergelar Kamokulano Barangka
3. Lindo, pemimpinnya bergelar Kamokulano Lindo
4. Wapepi, pemimpinnya bergelar Kamokulano Wapepi

Sedangkan empat kampung lainnya dipimpin oleh mieno yakni:

1. Kaura, pemimpinnya bergelar Mieno Kaura


2. Kansitala,pemimpinnya Mieno Kasintala
3. Lembo,pemimpinnya bergelar Mieno Lembo
4. Ndoke, pemimpinnya bergelar Mieno Ndoke.
Peta Kotano Wuna Masjid Kota Muna Yang terletak di dalam
benteng Kota Wuna

Rumah Adat Kerajaan Muna

Sejarah peradaban manusia di Muna dimulai ketika Sawerigading dan pengikutnya yang
berjumlah 40 orang terdampar di suatu daratan di Pulau Muna yang saat ini di kenal dengan
nama ‘Bahutara’.
Sawerigading dan para pengikutnya, kemudian berbaur dengan penduduk yang telah dahulu
menetap dan membentuk komunitas di Pulau Muna. Lama kelamaan komunitas itu berkembang.
Sawerigading dan empat puluh pengkutnya di Daratan Muna telah membawa nuansa baru dalam
pembangunan peradaban dalam kehidupan Orang Muna. Suatu waktu dipilihlah suatu pemimpin
untuk memimpin komunitas itu. Pemimpin yang dipilih adalah yang dianggap sebagai primus
intervares.
Sejarah kerajaan Muna dimulai setelah dilantiknya La Eli alias Baidhuldhamani gelar Bheteno ne
Tombula sebagai Raja Muna pertama.

Setelah dilantiknya La Eli bergelar Bheteno Ne Tombula sebagai Raja Muna I, Kerajaan Muna
baru dapat dikatakan sebagai sebuah kerajaan berdaulat karena telah memenuhi syarakat-syarat
sebagai sebuah negara yaitu telah memiliki Rakyat, Wilayah dan Pemerintahan yang berdaulat
dan seluruh perangkat masyarakat bersepakat untuk mengikat diri dalam sebuah pemerintahan
dengan segala aturannya yang bernama Kerajaan Muna.

Masa Pemerintahan Sugi

Setelah pemerintahan Bheteno Ne Tombula berakhir, Kerajaan Muna dipimpin oleh Sugi. Sugi
bagi masyarakat Muna berarti Yang Dipertuan atau Yang Mulia.
Sepanjang sejarah Kerajaan Muna ada lima orang Sugi yang perna memimpin Kerajaan Muna.
Mereka itu adalah Sugi Patola, Sugi Ambona, Sugi Patani, Sugi La Ende dan Sugi Manuru.
Dari kelima sugi yang pernah memimpin kerajaan Muna, Sugi Manuru-lah yang dianggap
berhasil membawa banyak perubahan di kerajaan Muna dalam berbagai aspek.

Masa Pemerintahan Lakilaponto

Setelah masa pemerintahan sugi berakhir pemerintahan kerajaan Muna dijalankan oleh
Lakilaponto. Lakilaponto menjadi raja Muna VII setelah menggantikan ayahandanya, Sugi
Manuru sebagai raja Muna. Selama menjadi raja Muna, Lakilaponto terkenal akan
keberaniannya. Pada masa pemerintahannya dibangunlah benteng mengelilingi ibu kota kerajaan
Muna, untuk menghalau dan menghadang ancaman serangan yang datang dari luar. Lakilaponto
memerintah kerajaan Muna selama kurang lebih 3 tahun (1517-1520) sebelum digantikan oleh
adiknya sendiri, La Posasu.

Sejarah Perjuangan Menentang Penjajahan

Kerajaan Muna melakukan konfrontasi dengan Penjajah di mulai dengan keterlibatan


Lakilaponto Raja Muna ke VII (1517-1520) menumpas Armada bajak laut Banggai Labolontio
yang selalu menggangu keamanan kerajaan-kerajaan tetangga di sekitarnya. Selain itu,
Lakilaponto juga Setelah Bertahta di Buton tahun (1520-1564) dan mememeluk Islam yang
dibawah oleh Syeid Abdul wahid dari Mekah ( Daulah Turky Usmani), dia berperan aktif
menghalau Portugis di Tenggara Sulawesi, Banggai, selayar, Maluku, dan Solor NTT, sehingga
Penjajahan Portugis tidak terlihat di Tenggara Sulawesi . Pada Masa Raja Wuna ke X La
Titakono (1600-625) Kerajaan Muna menolak Campur tangan VOC di Buton karena dapat
mengancam keutuhan dan persatuan Kesultanan Butuni Darusalam setalah mengetahui gelagat
VOC di Buton. Namun pada akhirnya Sultan Buton tetap melakukan perjanjian Abadi tersebut
pada tahun 1613 di bawah pimpinan Sultan Dayanu Iksanudin alias Laelangi. Dampak dari
perjajian tersebut merenggangkan hubungan persaudaraan yang telah dibina oleh para pendahulu
kedua kerajaan ini. Efek domino dari kerja sama tersebut menimbulkan peperangan antara Muna
dan Buton di bawah pimpinan Raja Muna XII Sangia Kaendea (1626-1667). Mula-mula
Kerajaan Muna memenangi Peperangan tersebut, namun setelah Buton mendapat bantuan dari
VOC maka pasukan kerajaan Muna harus mundur. Selang beberapa waktu pasukan Buton yang
diperkuat oleh armada Kapal VOC berlabu di peraiaran pulau lima tepatnya di depan lohia.
Pihak Buton dan VOC mengirim utusan untuk menemui Raja Wuna dengan alasan perundingan
perdamaian di antara kedua bela pihak. Mula-mula La Ode Ngakdiri/ Sangia Kaendea
meragukan hal tersebut, namun karena terbujuk oleh alasan persaudaraan akhirnya ia pun turut
serta dalam melakukan perundingan itu. Sesampainya di pulau lima Raja Wuna tersebut tidak
diajak untuk berunding seperti apa yang diberitahukan semula, dia ditangkap dengan tipu
muslihat oleh Buton dan VOC dan diasingkan ke Ternate, setelah beberapa lama kemudian Raja
Wuna tersebut diselamatkan kembali oleh pihak kerajaan Muna dan kembali menduduki tahta
Kerajaan Muna. Perlawanan Raja Muna berikutnya dilakukan oleh La Ode Saete (1816-1630)
yang melakukan peperangan dengan pihak Belanda dan Buton sehingga banyak menghancurakan
kapal-kapal Belanda dan Buton di Muna. selain itu Raja Muna tersebut mengorganisir semua
kekuatan tempur yang ada dan melakukan perang semesta melawan penjajah sehingga dia
mampu mempertahankan kerajaan Muna dari serangan musuh yang datang bertubi-tubi.
Perjuangan Kerajaan Muna berikutnya dipelopori oleh La Ode Pulu (1914-1918), dia menentang
keras perjanjian Korte Verklaring Tahun 1906 Antara Buton dan Belanda. Raja Muna mengagap
perjanjian tersebut adalah ilegal dan sepihak yang tidak sesui dengan peraturan adat di Muna
sehingga dia melakukan perlawanan rakyat secara gerilya dan banyak mematahkan serangan
pasukan Belanda. Walau demikian dia akhirnya tetap terbunuh dalam peperangan tersebut karena
minimnya jumlah persenjataan dan logistik perang. Hal tersebut menandai awal runtuhnya
kedaulatan Kerajaan Muna dan makin kuatnya cengkaraman Belanda dan Buton di Muna. Walau
demikian, para Raja-Raja Wuna berikutnya tetap menolak isi perjanjian tersebut sehingga
pergantian Raja-raja Muna berikutnya selalu tidak berlangsung lama. Perjuangan Rakyat Muna
terus bergolak menentang penjajahan Belanda hingga akhirnya membentuk banyak laskar-laskar
Rakyat dan beberapa Batalion tempur diantaranya Batalion Sadar yang merupakan embrio
berdirinya Kodam Wirabuana di Makassar dan mendukung kesepakatan Malino untuk bergabung
dengan Pemerintahan Pusat di Jakarta dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
LKPD 1
Penilaian Pengetahuan

Nama Siswa : Ade Widya Cahyani Liana Putri


Kelas/Keahlian : XII TKJ 5
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat mengidentifikasi struktur teks cerita/novel sejarah

1. Bacalah teks cerita sejarah yang berjudul “Sejarah Singkat Kerajaan Muna”!
di atas, kemudian tentukan struktur ceritanya!

No. STRUKTUR CERITA SEJARAH URAIAN CERITA

1. Orientasi Kerajaan ini terletak di Bagian Utara Pulau


Muna dan beribukota di Kotano Wuna (kini
Kecamatan Tongkuno), dengan Raja pertamanya
La Eli alias Baidhuldhamani gelar Bheteno ne
Tombula Alias Remang Rilangi yang menikah
dengan Watandriabeng adik sawerigading (Epic
I Lagaligo). Sejarah peradaban manusia di Muna
dimulai ketika Sawerigading dan pengikutnya
yang berjumlah 40 orang terdampar di suatu
daratan di Pulau Muna yang saat ini di kenal
dengan nama ‘Bahutara’.
Sawerigading dan para pengikutnya, kemudian
berbaur dengan penduduk yang telah dahulu
menetap dan membentuk komunitas di Pulau
Muna. Lama kelamaan komunitas itu
berkembang. Sawerigading dan empat puluh
pengkutnya di Daratan Muna telah membawa
nuansa baru dalam pembangunan peradaban
dalam kehidupan Orang Muna. Suatu waktu
dipilihlah suatu pemimpin untuk memimpin
komunitas itu. Pemimpin yang dipilih adalah
yang dianggap sebagai primus intervares.
2. Rangkaian Peristiwa Setelah dilantiknya La Eli bergelar Bheteno Ne
Tombula sebagai Raja Muna I, Kerajaan Muna
baru dapat dikatakan sebagai sebuah kerajaan
berdaulat karena telah memenuhi syarakat-syarat
sebagai sebuah negara yaitu telah memiliki
Rakyat, Wilayah dan Pemerintahan yang
berdaulat dan seluruh perangkat masyarakat
bersepakat untuk mengikat diri dalam sebuah
pemerintahan dengan segala aturannya yang
bernama Kerajaan Muna.
3. Reorientasi Raja Muna mengagap perjanjian tersebut adalah
ilegal dan sepihak yang tidak sesui dengan
peraturan adat di Muna sehingga dia melakukan
perlawanan rakyat secara gerilya dan banyak
mematahkan serangan pasukan Belanda. Walau
demikian dia akhirnya tetap terbunuh dalam
peperangan tersebut karena minimnya jumlah
persenjataan dan logistik perang. Hal tersebut
menandai awal runtuhnya kedaulatan Kerajaan
Muna dan makin kuatnya cengkaraman Belanda
dan Buton di Muna
4. Koda Perjuangan Rakyat Muna terus bergolak
menentang penjajahan Belanda hingga akhirnya
membentuk banyak laskar-laskar Rakyat dan
beberapa Batalion tempur diantaranya Batalion
Sadar yang merupakan embrio berdirinya
Kodam Wirabuana di Makassar dan mendukung
kesepakatan Malino untuk bergabung dengan
Pemerintahan Pusat di Jakarta dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Penilaian Pengetahuan
�����ℎ ���� ���� ��������ℎ
Nilai = �����ℎ ���� ��������
x 100

a. Penilaian menganalisis informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang


saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam cerita sejarah lisan atau tulis.
Jumlah soal ada 4

Setiap soal yang benar bernilai 25,Skor maksimal 100

�����ℎ ���� ���� ��������ℎ


Nilai = �����ℎ ���� ��������
x 100

Anda mungkin juga menyukai