Anda di halaman 1dari 4

1.

2. KERAJAAN GOWA-TALLO
Kerajaan ini juga dikenal dengan sebutan kerajaan Makassar. Kerajaan Gowa dan Tallo
terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah Sulawesi Selatan ini memilik
posisi yang sanagat bagus. Karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangna Nusantara.
KERAJAAN WAJO
Kerajaan Wajo adalah sebuah kerajaan yang didirikan sekitar tahun 1399, di wilayah yang
menjadi Kabupaten Wajo saat ini di Sulawesi Selatan. Penguasanya disebut "Raja Wajo".
Wajo adalah kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yaitu Cinnotabi.
KERAJAAN TERNATE-TIDORE
Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi
dan Papua.
KERAJAAN TERNATE
Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke 13 di Maluku. Ibu kota kerajaan Ternate terletak di
Sampalu (Pulau Ternate). Selain kerajaan Ternate, di Maluku juga ada kerajaan lain, seperti
Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi.
KERAJAAN TIDORE
Kerajaan Tidore terletak disebelah Selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan
Tidore, raja pertama Ternate adalah Muhammad Naqal yang naik kedudukan pada tahun
1081 M. Agama Islam masuk di kerajaan Ternate pada tahun 1471 M, yang dibawa oleh
Ciriliyah (raja Tidore ke-9). Proses Islamisasi kerajaan Tidore dilakukan oleh Syekh Mansur
dari Arab.
3. LATAR BELAKANG KERAJAAN WAJO
Kerajaan Wajo adalah sebuah kerajaan yang didirikan sekitar tahun 1399, di wilayah yang
menjadi Kabupaten Wajo saat ini di Sulawesi Selatan. Penguasanya disebut "Raja Wajo".
Wajo adalah kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yaitu Cinnotabi.

Ada tradisi lisan yakni pau-pau rikadong dianggap sebagai kisah terbentuknya [[Wajo]]. yaitu
putri dari Luwu, We Tadampali yang mengidap sakit kulit kemudian diasingkan dan
terdampar di Tosora. Selanjutnya dia bertemu dengan putra Arumpone Boneyang sedang
berburu. Akhirnya mereka menikah dan membentuk dinasti di Wajo. Ada juga tradisi lisan
lain yaitu kisah La Banra, seorang pangeran Soppeng yang merantau ke Sajoanging dan
membuka tanah di Cinnotabi.

Sejarah Wajo berbeda dengan sejarah kerajaan lain yang umumnya memulai kerajaannya
dengan kedatangan To Manurung. Sejarah awal Wajo menurut Lontara Sukkuna
Wajodimulai dengan pembentukan komunitas dipinggir Danau Lampulung. Disebutkan
bahwa orang-orang dari berbagai daerah, utara, selatan, timur dan barat, berkumpul dipinggir
Danau Lampulung. Mereka dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui namanya yang
digelari dengan Puangnge Ri Lampulung. Puang ri Lampulung dikenal sebagai orang yang
bijak, mengetahui tanda-tanda alam dan tatacara bertani yang baik. Adapun penamaan danau
Lampulung dari kata sipulung yang berarti berkumpul.

MASA KEJAYAAN KERAJAAN WAJO


Wajo sebagai Kerajaan
Wajo mengalami perubahan struktural pasca Perjanjian Lapadeppa yang berisi tentang
pengakuan hak-hak kemerdekaan orang Wajo. Posisi Batara Wajo yang bersifat monarki
absolut diganti menjadi Arung Matowa yang bersifat monarki konstitusional. Masa keemasan
Wajo adalah pada pemerintahan La Tadampare Puangrimaggalatung. Wajo menjadi anggota
persekutuan Tellumpoccoe sebagai saudara tengah bersama Bone sebagai saudara tua
danSoppeng sebagai saudara bungsu.
Wajo memeluk Islam secara resmi pada tahun 1610 pada pemerintahan La Sangkuru patau
mulajaji sultan Abdurahman dan Dato Sulaiman menjadi Qadhi pertama Wajo. Setelah Dato
Sulaiman kembali ke Luwu melanjutkan dakwah yang telah dilakukan sebelumnya, Dato ri
Tiro melanjutkan tugas Dato Sulaiman.
MASA KEMUNDURAN
Pada zaman Ishak Manggabarani, persekutuan [[Wajo]] dengan [[Bone]] membuat
keterlibatan Wajo secara tidak langsung pada Rumpa'na Bone. Saat itu Belanda melancarkan
[[politik pasifikasi]] untuk memaksa semua kerajaan di [[Sulawesi Selatan]] tunduk secara
totalitas. Kekalahan Bone melawan Kompeni juga harus ditanggung oleh [[Wajo]] sehingga
[[Wajo]] harus membayar denda perang pada Kompeni dan menandatangani Korte Veklaring
sebagai pembaruan dari Large Veklaring. [[Wajo]] dibawah Republik Indonesia Serikat, atau
tepatnya Negara Indonesia Timur, berbentuk swapraja pada tahun 1945-1949. Setelah
Konferensi Meja Bundar, Wajo bersama swapraja lain akhirnya menjadi kabupaten pada
tahun 1957. Antara tahun 1950-1957 pemerintahan tidak berjalan secara maksimal
disebabkan gejolak pemberontahan DI/TII. Setelah 1957, pemimpin di Wajo adalah seorang
Bupati. Wajo yang dulunya kerajaan, kemudian menjadi Onderafdeling, selanjutnya
Swapraja, dan akhirnya menjadi kabupaten.
EKONOMI
Pada pemerintahan La Salewangeng to tenrirua Arung Matowa ke 30, ia membangun Wajo
pada sisi ekonomi dan militer dengan cara membentuk koperasi dan melakukan pembelian
senjata serta melakukan pelatihan penggunaan senjata. La Maddukkelleng kemenakan La
Salewangeng menjadi Arung Matowa 31 dilantik di saat perang. Pada zamannya ia
memajukan posisi wajo secara sosial politik di antara kerajaan-kerajaan di sulsel.
PENINGGALAN KERAJAAN WAJO
 Messid Tello,e dan Makam Assyiekh Al-Habib Jamaluddin Al-Akbar Al-Husein
Mesjid kuno tosora merupakan mesjid yang dibangun sekitar tahun 1621 oleh Syeckh
Jamaluddin Akbar Husain yang diduga oleh penduduk setempat punya hubungan
darah dengan Nabi Muhammad S.A.W
 Sumur jodoh adalah sumur yang dipercaya apabila kita mandi atau membasuh muka
dengan air dari sumur itu maka cepat atau lambat akan mendapatkan jodoh. Namun,
menurut salah satu warga disana mengatakan bahwa sebagian warga di tosora tidak
atau kurang mempercayai sumur jodoh ini, hanya orang yang dari luar pulau terutama
orang dari pulau Jawa saja yang banyak datang ke sumur jodoh ini dan meminta untuk
mendapatkan jodoh.
 Geddongnge (Gedug Mesiu). Timbul beberapa pendapat tentang nama Geddongnge.
Ada yang mengatakan bahwa Geddongnge adalah sebuah bangunan tempat
menyimpan barang-barang seperti alat-alat perang dan hasil bumi penduduk.
 Mushola Tua Menge dibangun sekitar tahun 1621 M. Setelah selesai mesjid Tua
Tosora dibangun. Perjalanan sejarah Islam sejak masuknya hingga sekarang cukup
banyak mencatat kenangan yang tak mudah dilupakan. Dalam sejarah masuknya
Islam di Wajo sekitar tahin1610 M. Agama islam berkembang terus sampai sekarang.
Mushola Tua yang dibangun pada tahun yang sama masa pembangunan mesjidnya
Tua Tosora tercatat ada tujuh buah dengan bahan baku yang sama yaitu batu gunung,
pasir, dan telur.
 Makam Lasalewangeng Tenriruwa beliau merupakan arung matoa Wajo ke 30. Beliau
pernah menjadi raja di Limpo atau Negeri Kampiri (arung Kampiri). Lasalewangeng
memperkuat persenjataan Wajo dan memprsiapkan peperangan terhadap Bone dan
Belanda kira-kira tahun 1715 sampai 1736.
 Keberadaan Goa Nippon merupakan bukti sejarah peninggalan tentara Jepang pada
perang dunia II, ada goa yang berbentuk huruf “L, I, U” dan lainnya
Pelajaran yang saya dapat dari kerajaan wajo adalah saya bisa mengetahui gimana sih budaya
atau tradisi yang terdapat pada kerajaan wajo dan jangan asal bekerjasama dengan orang lain
yang dapat memicu peperangan

Anda mungkin juga menyukai