Anda di halaman 1dari 6

Kerajaan bali

Proses munculnya kerajaan di bali di pengaruhi oleh factor dari luar masyarakat dan juga
factor dari perkembangan internal masyarakat bali sendiri seperti contoh ekologi yang sering
di anggap sebagai factor yang mendorong munculnya kerajaan atau negara perbedaan
kesuburan tanah dan iklim akan dapat menyebabkan kesenjangan sosial maka dari itu di
perlukan suatu tatanan masyarakat atau kerajaan yang dapat mengatur ketersediaan air yang
cukup guna mendorong terjadinya sebuah pertanian yang Makmur dengan sistem irigasi yang
baik dimana pertanian ini dapat meningkatkan perekonomian penduduk sehingga jumlah
penduduk naik dan memadai untuk menjadi faktor terbentunya kerajaan bali pada masa lalu,
para ahli juga berpendapat bahwa unsur yang tidak kalah penting untuk mendirikan kerajaan
adalah ideologi atau konsep etika guna mengatur tatanan masyarakat dalam negara tersebut
karna semakin komplek perkembangan dari suatu masyarakat, maka pada saat yang
bersamaan di perlukan pula ideologi yang dapat memberikan arahan atau mengatur
masyarakat untuk mencapai tujuan Bersama

kerajaan bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah jawa timur, tepatnya di
sebelah timur pulau jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya, bali mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan pulau jawa. ketika kerajaan majapahit runtuh, banyak dari rakyat
majapahit yang melarikan diri kemudian menentap di bali. sehingga sampai saat ini masih
ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat bali adalah pewaris tradisi majapahit.
kerajaan bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau berukuran kecil yang tak
jauh dari pulau jawa dan berada di sebelah timur. kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil
yang dahulu masih dinamakan dengan pulau jawa sehingga bisa dikatakan pulau ini masih
dianggap sebagai bagian dari pulau jawa.
Beberapa sumber sejarah yang di peroleh dari jawa dan bali
1. Prasasti Sanur menunjukkan adanya kekuasaan raja-raja dari Wangsa atau Dinasti

Warmadewa.

2. Prasasti Calcuta, India (1042) dalam prasasti ini dikemukakan tentang asal-usul Raja

Airlangga yang merupakan keturunan raja-raja Bali, Dinasti Warmadewa. Raja

Airlangga lahir dari hasil perkawinan Raja Udayana dari Kerajaan Bali dengan

Mahendradata (putri Kerajaan Medang Kamulan adik raja Dharmawangsa)

3. Komplek Candi Gunung Kawi (Tampak Siring) merupakan makam dari raja-raja Bali.

Komplek candi tersebut dibangun pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu.
Ada juga prasasti yang tertulis dalam bahasa Sanskerta. Pada abad ke- 11 sudah ada berita
dari Cina yang menjelaskan tentang tanah Po-Li ( Bali ). Berita Cina itu menyebutkan bahwa
adat istiadat penduduk di tanah Po-Lihampir sama dengan masyarakat Ho-ling(Kalingga).
Penduduknya menulis di atas daun lontar. Bila orang meninggal, mulutnya di
masukan emas kemudian dibakar. Adat semacam ini masih berlangsung di Bali. Adat itu
dinamakan ''Ngaben''.

Kehidupan politik
Struktur Kerajaan Bali berdasarkan pada prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Udayana adalah sebagai

berikut :

1. Raja berperan sebagai kepala pemerintahan, jabatan raja diwariskan secara turun-temurun.

2. Badan penasihat raja disebut "pakirakiran i jro makabehan" yang beertugas memberi

nasihat dan pertimbangan kepada raja dalam pengambilan keputusan penting. Badan ini

terdiri dari beberapa senapati dan beberapa pendeta agama Hindu (dang acarya) dan

Buddha (dang upadyaga).

3. Pegawai kerajaan membantu raja dalam bidang pemerintahan, penarikan pajak, dan

administrasi.

Inilah raja-raja yang pernah berkuasa di bali antara lain

1. Raja Sri Kesari Warmadewa yang memiliki istana di Singhadwala. Buktinya terdapat

pada prasasti Sanur (913 M).1 Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Sri Kesari

Warmadewa berhasil mengalahkan musuh-musuhnya di daerah pedalaman. Raja Sri

Kesari Warmadewa adalah raja pertama dan merupakan pendiri Dinasti Warmadewa.

2. Raja Urganesa yang memerintah daritahun 915 M-942 M. Memerintah Kerajaan Bali

untuk menggantikan Raja Sri Kesari Warmadewa. Pusat pemerintahannya terdapat di

Singhadwala. Masa pemerintahan Raja Urganesa meninggalkan 9 buah prasasti yang

ditemukan di Babahan, Sembiran, Pentogan, dan Batunhya. Dalam prasasti-prasasti


1
Paul Michel Munoz, Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula (2006) hal 424.
itu berisi tentang pembebasan pajak terhadap daerah-daerah tertentu dalam

kekuasaannya dan menunjukkan bahwa otoritasnya meliputi area yang cukup luas.

Selain itu juga terdapat prasasti yang berisi tentang pembangunan tempat-tempat suci.

Sistem dan bentuk pemerintahan pada masa pemerintahan Raja Urganesa telah teratur

terutama tentang pemberian tugas kepada pejabat-pejabat istana.

3. Raja Tabanendra Warmadewa yang menggantikan Raja Urganesa sebagai raja

Kerajaan Bali selanjutnya. Raja Tabanendra Warmadewa memerintah bersama

permaisurinya yang bernama sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharadewi. Keadaan

pada masa pemerintahan Raja Tabanendra Warmadewa tidak dapat diketahui karena

kurangnya berita-berita dan sumber-sumber dari prasasti.

4. Raja Jayasingha Warmadewa atau Raja Sri Candrabhayasingha Warmadewa. Masa

pemerintahannya tidak dapat diketahui karena tidak adanya sumber yang terkait

dengannya.

5. Raja Jayasandhu Warmadewa. Masa kekuasaan dan pemerintahannya juga tidak dapat

diketahui dengan pasti.

6. Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi memerintah pada tahun 983. Kerajaan Bali pada

masa ini diperintah oleh seorang raja putri. Beberapa ahli menafsirkan bahwa dia raja

putri ini adalah putri dari Mpu Sindok (Dinasti Isyana).

7. Dharma Udayana Warmadewa memerintah setelah masa pemerintahan Sri Maharaja

Sri Wijaya Mahadewi. Masa pemerintahan Udayana 989-1022 M. Dia memerintah

bersama permaisurinya yang bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapadni) yang

merupakan putri dari Raja Jawa Timur Makutawamsawardhana, dan karena hal

tersebut, hubungan Kerajaan Bali dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur berjalan

dengan baik dan pada masa ini penulisan prasasti-prasasti dengan menggunakan huruf
dan bahasa Jawa Kuno dimulai. Udayana dan Mahendradata dikaruniai tiga orang

anak lelaki, yaitu Airlangga, Dharmawangsa, dan Anak Wungsu.2

8. Raja Marakata kemudian menggantikan Udayana setelah kematiannya. Namun dia

hanya memerintah sebentar hingga tahun 1025.

9. Raja Anak Wungsu adalah Raja Bali yang memerintah setelah Marakata. Dan Anak

Wungsu adalah Raja Bali yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah Bali. Pada

masa pemerintahannya, kehidupan rakyat Bali aman dan sejahtera. Rakyat Bali pada

masa itu sudah mulai bervariasi, mereka hidup dari bercocok tanam, pande besi,

tukang kayu, dan pedagang. Raja Anak Wungsu juga memberikan perhatian besar

pada masalah-masalah keagamaan dengan jalan menjamin kesejahteraan para pertapa.

Anak Wungsu menjadi raja termasyur karena pada masa pemerintahannya, dibangun

kompleks candi-candi dan gua-gua meditasi di tebing-tebing jurang sungai Pakerisan

dan situs Gunung Kawi.

10. Raja Jaya Sakti yang kemudian memerintah Bali adalah keturunan dari Airlangga

yang pada masa itu Airlangga telah menjadi penguasa Jawa Timur.

11. Raja Bedahulu adalah Raja Bali yang terakhir memerintah pada tahun 1343 M. Raja

Bedahulu juga dikenal dengan sebutan Sri Astasura Ratna Bhumi Banten. Raja

Bedahulu dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh dua orang patih yaitu

Kebo Iwa dan Pasunggrigis.

KEADAAN MASYARAKAT
Sosial
Pada masa Kerajaan Bali Kuno, struktur masyarakat didasarkan pada sistem kasta, sistem
pewarisan, sistem kesenian, serta agama dan kepercayaan. Sistem keluarga Bali memiliki hal
yang menarik tentang penamaan anak, misalnya Wayan, Made, Nyoman dan Ketut. Di kelas
Brahmana dan Ksatria, anak pertama disebut Putu. Pemberian nama tersebut diperkirakan

2
Ibid hal
dimulai pada masa pemerintahan Raja Anak Wungsu dan terkait dengan upaya pengendalian
populasi penduduk

ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat Kerajaan Bali adalah pertanian. Hal ini terlihat pada beberapa
tulisan Bali yang menyebutkan sawah, palak (sawah kering), gaja (ladang), kebwan (kebun),
dan kasuwakan (sawah beririgasi).

budaya
Dalam prasasti-prasasti sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu disebutkan beberapa jenis
kesenian pada masa itu. Namun baru pada masa Raja Anak Wungsu ia berhasil membagi
bentuk kesenian tersebut menjadi dua kelompok besar, yaitu kesenian keraton dan kesenian
rakyat, yang sebagian besar ditujukan untuk hiburan rakyat. Berikut adalah jenis-jenis
kesenian yang berkembang saat itu antara lain
Patapukan (atapuk/topeng), Pamukul (amukul, penabuh gamelan), Abanwal (permainan
badut), Abonjing (bujing musik angklung), Bhangin (peniup suling), Perbwayang (permainan
wayang)

Kepercayaan

Orang Bali sangat dipengaruhi oleh budaya India, khususnya agama Hindu. Sampai hari ini,
banyak orang Bali menganut agama Hindu. Namun, agama Hindu yang mereka anut
bercampur dengan budaya asli Bali sebelum agama Hindu

Orang Bali pra-Hindu adalah sekelompok orang yang terikat oleh ikatan keluarga yang
menyembah roh nenek moyang yang mereka yakini dapat membantu dan melindungi
kehidupan keluarga yang masih hidup. Melalui proses sinkretisme inilah lahir agama Hindu
Bali yang disebut Hindu Dharma.

Referansi :

Buku idas II
Nerawati, N. G. A. A. (2020). Pluralisme Ajaran Agama pada Masa Kerajaan Bali Kuna. Sanjiwani:
Jurnal Filsafat, 11(1), 12-23.

https://www.academia.edu/10450814/Makalah_Tentang_Kerajaan_Bali

Anda mungkin juga menyukai