Anda di halaman 1dari 8

KERAJAAN BALI

Oleh :
RIZKY TEGUH PRIYADI
X MS 4
Makalah Kerajaan Bali
 Sejarah Singkat Kerajaan Bali

Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur, tepatnya di sebelah timur
Pulau Jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
Pulau Jawa. Ketika kerajaan Majapahit runtuh, banyak dari rakyat Majapahit yang melarikan diri
kemudian menentap di Bali. Sehingga sampai saat ini masih ada kepercayaan bahwa sebagian dari
masyarakat Bali adalah pewaris tradisi Majapahit.

Kerajaan Bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau berukuran kecil yang tak jauh dari
Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil yang dahulu masih
dinamakan dengan Pulau Jawa sehingga bisa dikatakan pulau ini masih dianggap sebagai bagian dari
Pulau Jawa.

Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu walau pada perkembangannya
nanti ternyata tidak hanya agama Hindu yang dominan, tapi juga kepercayaan-kepercayaan seperti
animisme dan dinamisme. Ini bisa terjadi karena kentalnya budaya nenek moyang pada saat itu walau
kerajaan ini sudah berdiri.

 Letak Kerajaan Bali

Kerajaan Bali merupakan sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau kecil yang tak jauh dari Jawa
Timur dengan nama yang sama. Kerajaan Bali umumnya bercorak agama Hindu. Dalam perkembangan
sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena letak kedua pulau ini berdekatan.

Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap
disana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali dianggap sebagai
pewaris tradisi Majapahit.

Bali yang dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala, sebelum kedatangan majapahit
terdapat sebuah kerajaan yang muncul pertama kali di bali yaitu sekitar 914 M yang diketahui dari
sebuah prasasti yang ditemukan di desa blanjong dekat Sanur yang memiliki pantai matahari terbit.

Prasasti itu berangka tahun 836 saka yang menyebutkan nama rajanya “Khesari Warmadewa” memiliki
istana yang ada di Singhadwala. Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915 M – 942 M.

Setelah meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan di Air Madatu, lalu beliau digantikan
oleh mahkota Jayasingha Warmadewa (960 M – 975 M).

Dikatakan bahwa raja Jayasingha membangun dua pemandian di desa Manukraya, yang letaknya
sekarang. Pusat Kerajaan Bali pertama di Singhamandawa. Raja pertama Sri Ugranesa. Beberapa prasasti
yang ditemukan tidak begitu jelas menggambarkan bagaimana pergantian diantara 1 keluarga raja
dengan keluarga raja yang lain. Prasasti yang ditemukan di Jawa Timur hanya menerangkan bahwa Bali
pernah dikuasai Singasari pada abad ke – 10 & Majapahit abad ke – 14.

 Peninggalan Kerajaan Bali

1. Prasasti Blanjong

2. Prasasti Panglapuan

3. Prasasti Gunung Panulisan

4. Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu

5. Candi Padas di Gunung Kawi

6. Pura Agung Besakih

7. Candi Mengening

8. Candi Wasan.

 Raja Kerajaan Bali

Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Bali antara lain yaitu sebagai berikut :

1. Sri Kesari Warmadewi

Berdasarkan Prasasti Blanjong yang berangka tahun 914. Istananya berada di Singhadwalawa

2. Ratu Sri Ugrasena

Raja berikutnya adalah Sang Ratu Sri Ugrasena. Ia memerintah tahun 915–942, istananya berada di
Singhamandawa. Sang Ratu Sri Ugrasena meninggalkan sembilan prasasti. Pada umumnya, prasasti itu
berisi tentang pembebasan pajak pada daerah-daerah tertentu. Selain itu, ada juga prasasti yang
memberitakan tentang pembangunan tempat-tempat suci. Setelah wafat, Sang Ratu Sri Ugrasena
didharmakan di Air Mandatu.

3. Tabanendra Warmadewa

Raja ini yang memerintah tahun 955–967 M.


4. Jayasingha Warmadewa

Ada yang menduga bahwa Jayasingha Warmadewa bukan keturunan Tabanendra karena pada tahun
960 M (bersamaan dengan pemerintahaan Tabanendra) Jayasingha Warmadewa sudah menjadi raja.
Akan tetapi, mungkin juga ia adalah putra mahkota yang telah diangkat menjadi raja sebelum ayahnya
turun takhta. Raja Jayasingha telah membuat telaga (pemandian) dari sumber suci di Desa Manukraya.
Pemandian itu disebut Tirta Empul yang terletak di dekat Tampaksiring. Raja Jayasingha Warmadewa
memerintah sampai tahun 975 Masehi.

5. Jayashadu Warmadewa

Janasadhu Warmadewa. Ia memerintah tahun 975–983.

6. Sri Wijaya Mahadewi

Pada tahun 983 M muncul seorang raja wanita, yaitu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Menurut Stein
Callenfels, ratu itu berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, Damais menduga bahwa ratu itu adalah putri
Empu Sindok (Jawa Timur). Hal ini didasarkan atas nama-nama jabatan dalam Prasasti Ratu Wijaya
sendiri yang sudah lazim disebut dalam prasasti di Jawa, tetapi tidak dikenal di Bali, seperti makudur,
madihati, dan pangkaja.

7. Dharma Udayana Warmadewa

Peda pemerintahan Udayana, kerajaan Bali mengalami kejayaan. Ia memerintah bersama


permaisurinya, yaitu Mahendradatta, anak dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Sebelum
naik takhta diperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tercantum dalam Prasasti
Jalatunda.

Setelah pernikahan itu, pengaruh kebudayaan Jawa di Bali makin berkembang. Misalnya, bahasa Jawa
Kuno mulai digunakan untuk penulisan prasasti dan pembentuk dewan penasihat seperti di
pemerintahan kerajaankerajaan Jawa mulai dilakukan.

Udayana memerintah bersama permaisurinya hingga tahun 1001 M karena pada tahun itu Gunapriya
mangkat dan didharmakan di Burwan. Udayana meneruskan pemerintahannya hingga tahun 1011 M.
Setelah mangkat, ia dicandikan di Banuwka. Hal ini didasarkan pada Prasasti Air Hwang (1011) yang
hanya menyebut nama Udayana sendiri. Menurut Prasasti Ujung (Hyang), Udayana setelah mangkat
dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka. Raja Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga,
Marakata, dan Anak Wungsu. Airlangga tidak pernah memerintah di Bali karena menjadi menantu
Dharmawangsa di Jawa Timur.
8. Maraka

Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa. Marakata


memerintah dari tahun 1011 hingga 1022. Masa pemerintahan Marakata sezaman dengan Airlangga.

Karena persamaan unsur nama dan masa pemerintahannya, Stutterheim berpendapat bahwa Marakata
sebenarnya adalah Airlangga. Apalagi jika dilihat dari kepribadian dan cara memimpin yang memiliki
kesamaan. Marakata dipandang sebagai sumber kebenaran hukum yang selalu melindungi dan
memperhatikan rakyat. Oleh karena itu, Marakata disegani dan ditaati oleh rakyatnya. Selain itu,
Marakata juga turut membangun sebuah presada atau candi di Gunung Kawi di daerah Tampaksiring,
Bali.

9. Anak Wungsu

Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka.
Anak Wungsu adalah Raja Bali Kuno yang paling banyak meninggalkan prasasti (lebih dari 28 prasasti)
yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28 tahun
dari tahun 1049–1077. Anak Wungsu dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Anak Wungsu tidak
memiliki keturunan. Baginda mangkat pada tahun 1077 dan dimakamkan di Gunung Kawi (dekat
Tampaksiring)

10. Jaya Sakti

Jayasakti memerintah dari tahun 1133–1150 M dan sezaman dengan pemerintahan Jayabaya di Kediri.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu oleh penasihat pusat yang terdiri atas para
senapati dan pimpinan keagamaan baik dari Hindu maupun Buddha. Kitab undang-undang yang
digunakan adalah kitab Utara Widdhi Balawan dan kitab Rajawacana.

11. Bedahulu

Memerintah tahun 1343 M adalah Sri Astasura Ratna Bhumi Banten. Raja Bedahulu dibantu oleh kedua
patihnya, Kebo Iwa dan Pasunggrigis. Ia adalah raja terakhir karena pada masa pemerintahannya Bali
ditaklukkan oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah taklukan Kerajaan Majapahit.

 Kehidupan Ekonomi Kerajaan Bali


Kegiatan ekonomi masyarakat Bali dititikberatkan pada sektor pertanian. Hal itu didasarkan pada
beberapa prasasti Bali yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam.
Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), dan
kasuwakan (irigasi).

Di luar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan sebagai berikut.

1. Pande (Pandai = Perajin) :

Mereka mempunyai kepandaian membuat kerajaan perhiasan dari bahan emas dan perak, membuat
peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, dan senjata.

2. Undagi :

Mereka mempunyai kepandaian memahat, melukis, dan membuat bangunan.

3. Pedagang :

Pedagang pada masa Bali Kuno dibedakan atas pedagang laki-laki (wanigrama) dan pedagang
perempuan (wanigrami). Mereka sudah melakukan perdagangan antarpulau (Prasasti Banwa Bharu).

 Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Bali

Struktur masyarakat yang berkembang pada masa Kerajaan Bali Kuno didasarkan pada hal sebagai
berikut.

1. Sistem Kesenian

Kesenian yang berkembang pada masyarakat Bali Kuno dibedakan atas sistem kesenian keraton dan
sistem kesenian rakyat.

2. Sistem Kasta (Caturwarna)

Sesuai dengan kebudayaan Hindu di India, pada awal perkembangan Hindu di Bali sistem
kemasyarakatannya juga dibedakan dalam beberapa kasta. Namun, untuk masyarakat yang berada di
luar kasta disebut budak atau njaba.

3. Sistem Hak Waris

Pewarisan harta benda dalam suatu keluarga dibedakan atas anak laki-laki dan anak perempuan. Anak
laki-laki memiliki hak waris lebih besar dibandingkan anak perempuan.

4. Agama dan Kepercayaan


Masyarakat Bali Kuno meskipun sangat terbuka dalam menerima pengaruh dari luar, mereka tetap
mempertahankan tradisi kepercayaan nenek moyangnya. Dengan demikian, di Bali dikenal ada
penganut agama Hindu, Buddha, dan kepercayaan animisme.

 Masa Kejayaan Kerajaan Bali

Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, system pemerintahan Kerajaan Bali semakin
jelas. Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putri dari raja
Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan Kerajaan Bali semakin kuat.

 Penyebab Keruntuhan Kerajaan Bali

Dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang dikenal dengan nama
Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa.

Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di bawah
pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke
jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-
hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara
yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada
akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh.
Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343.

Patih Kebo Iwa yang berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit, sesampainya di Majapahit Kebo Iwa
dibunuh.

Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali, lalu ia
menangkap raja Bali yaitu Gajah Waktra sehingga kerajaan Bali berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Pendapat saya :
Dari keberadaanya Kerajaan Bali di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya.
Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong
rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika
kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri
bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya
bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua.

Nama : Rizky Teguh Priyadi

Kelas : X MS 4
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-bali/

Anda mungkin juga menyukai