Anda di halaman 1dari 6

Raja, Dan Peninggalan Beserta Kehidupan Politiknya Secara

Lengkap
Tahukah anda tentang Kerajaan Bali ??? Jika anda belum mengetahuinya anda tepat sekali
mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada kesempatan kali ini akan membahas tentang
sejarah Kerajaan Bali, raja-raja Kerajaan Bali, peninggalan Kerajaan Bali, dan kehidupan politik
Kerajaan Bali secara lengkap. Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut
ini.

Sejarah Singkat Kerajaan Bali

Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur, tepatnya
di sebelah timur Pulau Jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan Pulau Jawa. Ketika kerajaan Majapahit runtuh, banyak dari rakyat
Majapahit yang melarikan diri kemudian menentap di Bali. Sehingga sampai saat ini masih ada
kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali adalah pewaris tradisi Majapahit.

Kerajaan Bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau berukuran kecil yang tak
jauh dari Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil yang
dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa sehingga bisa dikatakan pulau ini masih dianggap
sebagai bagian dari Pulau Jawa.

Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu walau pada
perkembangannya nanti ternyata tidak hanya agama Hindu yang dominan, tapi juga
kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Ini bisa terjadi karena kentalnya
budaya nenek moyang pada saat itu walau kerajaan ini sudah berdiri.
Letak Kerajaan Bali

Kerajaan Bali merupakan sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau kecil yang tak jauh dari
Jawa Timur dengan nama yang sama. Kerajaan Bali umumnya bercorak agama Hindu. Dalam
perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena letak
kedua pulau ini berdekatan.

Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan
menetap disana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali
dianggap sebagai pewaris tradisi Majapahit.

Bali yang dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala, sebelum kedatangan
majapahit terdapat sebuah kerajaan yang muncul pertama kali di bali yaitu sekitar 914 M yang
diketahui dari sebuah prasasti yang ditemukan di desa blanjong dekat Sanur yang memiliki
pantai matahari terbit.

Prasasti itu berangka tahun 836 saka yang menyebutkan nama rajanya “Khesari Warmadewa”
memiliki istana yang ada di Singhadwala. Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915
M – 942 M.

Setelah meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan di Air Madatu, lalu beliau
digantikan oleh mahkota Jayasingha Warmadewa (960 M – 975 M).

Dikatakan bahwa raja Jayasingha membangun dua pemandian di desa Manukraya, yang letaknya
sekarang. Pusat Kerajaan Bali pertama di Singhamandawa. Raja pertama Sri Ugranesa. Beberapa
prasasti yang ditemukan tidak begitu jelas menggambarkan bagaimana pergantian diantara 1
keluarga raja dengan keluarga raja yang lain. Prasasti yang ditemukan di Jawa Timur hanya
menerangkan bahwa Bali pernah dikuasai Singasari pada abad ke – 10 & Majapahit abad ke –
14.

Peninggalan Kerajaan Bali

 Prasasti Blanjong
 Prasasti Panglapuan
 Prasasti Gunung Panulisan
 Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
 Candi Padas di Gunung Kawi
 Pura Agung Besakih
 Candi Mengening
 Candi Wasan.

Raja Kerajaan Bali

Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Bali antara lain yaitu sebagai berikut :
1. Sri Kesari Warmadewi
Berdasarkan Prasasti Blanjong yang berangka tahun 914. Istananya berada di Singhadwalawa

2. Ratu Sri Ugrasena


Raja berikutnya adalah Sang Ratu Sri Ugrasena. Ia memerintah tahun 915–942, istananya berada
di Singhamandawa. Sang Ratu Sri Ugrasena meninggalkan sembilan prasasti. Pada umumnya,
prasasti itu berisi tentang pembebasan pajak pada daerah-daerah tertentu. Selain itu, ada juga
prasasti yang memberitakan tentang pembangunan tempat-tempat suci. Setelah wafat, Sang Ratu
Sri Ugrasena didharmakan di Air Mandatu.

3. Tabanendra Warmadewa
Raja ini yang memerintah tahun 955–967 M.

4. Jayasingha Warmadewa
Ada yang menduga bahwa Jayasingha Warmadewa bukan keturunan Tabanendra karena pada
tahun 960 M (bersamaan dengan pemerintahaan Tabanendra) Jayasingha Warmadewa sudah
menjadi raja. Akan tetapi, mungkin juga ia adalah putra mahkota yang telah diangkat menjadi
raja sebelum ayahnya turun takhta. Raja Jayasingha telah membuat telaga (pemandian) dari
sumber suci di Desa Manukraya. Pemandian itu disebut Tirta Empul yang terletak di dekat
Tampaksiring. Raja Jayasingha Warmadewa memerintah sampai tahun 975 Masehi.

5. Jayashadu Warmadewa
Janasadhu Warmadewa. Ia memerintah tahun 975–983.

6. Sri Wijaya Mahadewi


Pada tahun 983 M muncul seorang raja wanita, yaitu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi.
Menurut Stein Callenfels, ratu itu berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, Damais menduga
bahwa ratu itu adalah putri Empu Sindok (Jawa Timur). Hal ini didasarkan atas nama-nama
jabatan dalam Prasasti Ratu Wijaya sendiri yang sudah lazim disebut dalam prasasti di Jawa,
tetapi tidak dikenal di Bali, seperti makudur, madihati, dan pangkaja.

7. Dharma Udayana Warmadewa


Peda pemerintahan Udayana, kerajaan Bali mengalami kejayaan. Ia memerintah bersama
permaisurinya, yaitu Mahendradatta, anak dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur.
Sebelum naik takhta diperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tercantum
dalam Prasasti Jalatunda.Setelah pernikahan itu, pengaruh kebudayaan Jawa di Bali makin
berkembang. Misalnya, bahasa Jawa Kuno mulai digunakan untuk penulisan prasasti dan
pembentuk dewan penasihat seperti di pemerintahan kerajaankerajaan Jawa mulai
dilakukan.Udayana memerintah bersama permaisurinya hingga tahun 1001 M karena pada tahun
itu Gunapriya mangkat dan didharmakan di Burwan. Udayana meneruskan pemerintahannya
hingga tahun 1011 M. Setelah mangkat, ia dicandikan di Banuwka. Hal ini didasarkan pada
Prasasti Air Hwang (1011) yang hanya menyebut nama Udayana sendiri. Menurut Prasasti
Ujung (Hyang), Udayana setelah mangkat dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka. Raja
Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Airlangga
tidak pernah memerintah di Bali karena menjadi menantu Dharmawangs di Jawa Timur.
8. Maraka
Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa. Marakata
memerintah dari tahun 1011 hingga 1022. Masa pemerintahan Marakata sezaman dengan
Airlangga.Karena persamaan unsur nama dan masa pemerintahannya, Stutterheim berpendapat
bahwa Marakata sebenarnya adalah Airlangga. Apalagi jika dilihat dari kepribadian dan cara
memimpin yang memiliki kesamaan. Marakata dipandang sebagai sumber kebenaran hukum
yang selalu melindungi dan memperhatikan rakyat. Oleh karena itu, Marakata disegani dan
ditaati oleh rakyatnya. Selain itu, Marakata juga turut membangun sebuah presada atau candi di
Gunung Kawi di daerah Tampaksiring, Bali.

9. Anak Wungsu
Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i
Banu Wka. Anak Wungsu adalah Raja Bali Kuno yang paling banyak meninggalkan prasasti
(lebih dari 28 prasasti) yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu
memerintah selama 28 tahun dari tahun 1049–1077. Anak Wungsu dianggap sebagai penjelmaan
Dewa Wisnu. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan. Baginda mangkat pada tahun 1077 dan
dimakamkan di Gunung Kawi (dekat Tampaksiring)

10. Jaya Sakti


Jayasakti memerintah dari tahun 1133–1150 M dan sezaman dengan pemerintahan Jayabaya di
Kediri. Dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu oleh penasihat pusat yang terdiri
atas para senapati dan pimpinan keagamaan baik dari Hindu maupun Buddha. Kitab undang-
undang yang digunakan adalah kitab Utara Widdhi Balawan dan kitab Rajawacana.

11. Bedahulu
Memerintah tahun 1343 M adalah Sri Astasura Ratna Bhumi Banten. Raja Bedahulu dibantu
oleh kedua patihnya, Kebo Iwa dan Pasunggrigis. Ia adalah raja terakhir karena pada masa
pemerintahannya Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah taklukan Kerajaan
Majapahit.

Peninggalan Kerajaan Bali

 Prasasti Blanjong
 Prasasti Panglapuan
 Prasasti Gunung Panulisan
 Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
 Candi Padas di Gunung Kawi
 Pura Agung Besakih
 Candi Mengening
 Candi Wasan.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Bali

Kegiatan ekonomi masyarakat Bali dititikberatkan pada sektor pertanian. Hal itu didasarkan pada
beberapa prasasti Bali yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bercocok tanam.
Beberapa istilah itu, antara lain sawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang),
dan kasuwakan (irigasi).

Di luar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupan sebagai berikut.

 Pande (Pandai = Perajin)


Mereka mempunyai kepandaian membuat kerajaan perhiasan dari bahan emas dan perak,
membuat peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, dan senjata.

 Undagi
Mereka mempunyai kepandaian memahat, melukis, dan membuat bangunan.

 Pedagang
Pedagang pada masa Bali Kuno dibedakan atas pedagang laki-laki (wanigrama) dan
pedagang perempuan (wanigrami). Mereka sudah melakukan perdagangan antarpulau
(Prasasti Banwa Bharu).

Kehidupan Sosial-Budaya Kerajaan Bali

Struktur masyarakat yang berkembang pada masa Kerajaan Bali Kuno didasarkan pada hal
sebagai berikut.

 Sistem Kesenian
Kesenian yang berkembang pada masyarakat Bali Kuno dibedakan atas sistem kesenian
keraton dan sistem kesenian rakyat.

 Sistem Kasta (Caturwarna)


Sesuai dengan kebudayaan Hindu di India, pada awal perkembangan Hindu di Bali
sistem kemasyarakatannya juga dibedakan dalam beberapa kasta. Namun, untuk
masyarakat yang berada di luar kasta disebut budak atau njaba.

 Sistem Hak Waris


Pewarisan harta benda dalam suatu keluarga dibedakan atas anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki memiliki hak waris lebih besar dibandingkan anak
perempuan.

 Agama dan Kepercayaan


Masyarakat Bali Kuno meskipun sangat terbuka dalam menerima pengaruh dari luar,
mereka tetap mempertahankan tradisi kepercayaan nenek moyangnya. Dengan demikian,
di Bali dikenal ada penganut agama Hindu, Buddha, dan kepercayaan animisme.

Masa Kejayaan Kerajaan Bali

1. Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, system pemerintahan


Kerajaan Bali semakin jelas.
2. Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putri dari
raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan Kerajaan Bali
semakin kuat.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Bali

Dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang dikenal dengan
nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa.

Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di
bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih Majapahit itu mengajak
Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo
Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak
dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur
balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya
untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan
oleh Gadjah Mada pada tahun 1343.

1. Patih Kebo Iwa yang berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit, sesampainya di
Majapahit Kebo Iwa dibunuh.
2. Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali,
lalu ia menangkap raja Bali yaitu Gajah Waktra sehingga kerajaan Bali berada di bawah
kekuasaan Majapahit.

Dari keberadaanya Kerajaan Bali di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita wajib
mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati
yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara
budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti
kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama
menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua

Anda mungkin juga menyukai