Anda di halaman 1dari 13

Kerajaan bali

Kerajaan Bali terletak pada sebuah Pulau kecil yang


tidak jauh dari daerah Jawa Timur. Dalam
perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai
hubungan erat dengan Pulau Jawa. Karena letak
pulau itu berdekatan, maka sejak zaman dulu
mempunyai hubungan yang erat. Bahkan ketika
Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit
yang melarikan diri dan menetap di sana. Sampai
sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari
masyarakat Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit.
• Informasi tentang raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Bali
diperileh terutama dari prasasti Sanur yang berasal dari 835 Saka
atau 913. Prasasti Sanur dibuat oleh Raja Sri Kesariwarmadewa. Sri
Kesariwarmadewa adalah raja pertama di Bali dari Dinasti
Warmadewa. Setelah berhasil mengalahkan suku-suku pedalaman
Bali, ia memerintah Kerajaan Bali yang berpusat di
Singhamandawa.
Pengganti Sri Keariwarmadewa adalah Ugrasena. Selama masa
pemerintahannya, Ugrasena membuat beberapa kebijakan, yaitu
pembebasan beberapa desa dari pajak sekitar tahun 837 Saka atau
915. Desa-desa tersebut kemudian dijadikan sumber penghasilan
kayu kerajaan dibawah pengawasan hulu kayu (kepala kehutanan).
Pada sekitar tahun 855 Saka atau 933, dibangun juga tempat-
tempat suci dan pesanggrahan bagi peziarah dan perantau yang
kemalaman.
• Pengganti Ugrasena adalah Tabanendra Warmadewa
yang memerintah bersama permaisurinya, ia berhasil
membagun pemandian suci Tirta Empul di Manukraya
atau Manukaya, dekat Tampak Siring. Pengganti
Tabanendra Warmadewa adalah raja Jayasingha
Warmadewa. Kemudian Jayasadhu Earmadewa. Masa
pemerintahan kedua raja ini tidak diketahu secara pasti.
Pemerintahan kerajaan Bali selanjutnya dipimpin oleh
seorang ratu. Ratu ini bergelar Sri Maharaja Sri Wijaya
Mahadewi. Ia memerintah pada tahun 905 Saka atau
938. Beberapa ahli memperkirakan ratu ini adalah putrid
Mpu Sindok dari kerajaan Mataram Kuno.
• Pengganti ratu ini adalah Dharma Udayana
Warmadewa. Pada masa pemerintahan
Udayana, hubungan Kerajaan Bali dan Mataram
Kuno berjalan sangat baik. Hal ini disebabkan
oleh adanya pernikahan antara Udayana
dengan Gunapriya Dharmapatni, cicit Mpu
Sendok yang kemudian dikenal sebagai
Mahendradata. Pada masa itu banyak
dihasilkan prasasti-prasasti yang menggunakan
huruf Nagari dan Kawi serta bahasa Bali Kuno
dan Sangsekerta.
• Setelah Udayana wafat, Marakatapangkaja naik tahta
sebagai raja Kerajaan Bali. Putra kedua Udayana ini
menjadi raja Bali berikutnya karena putra mahkota
Airlangga menjadi raja Medang Kemulan. Airlangga
menikah dengan putrid Darmawngasa dari kerajaan
Medang Kemulan. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan
terlihat bahwa Marakatapangkaja sangat menaruh
perhatian pada kesejahteraan rakyatnya. Wilayah
kekuasaannya meliputi daerah yang luas termasak
Gianjar, Buleleng. Tampaksiring dan Bwahan (Danau
Batur). Ia juga mengusahakn pembangunan
• candi di Gunung Kawi.
Pengganti raja Marakatapangkaja adalah
adiknya sendiri yang bernama Anak Wungsu. Ia
mengeluarkan 28 buah prasasti yang
menunjukkan kegiatan pemerintahannya. Anak
Wungsu adalah raja dari Wangsa Warmadewa
terakhir yang berkuasa di kerajaan Bali karena
ia tidak mempunyai keturunan. Ia meninggal
pada tahun 1080 dan dimakamkan di Gunung
Kawi (Tampak Siring).
di Samprang, kemudian dipindah ke Gelgel dan
Klungkung.
• Setelah anak Wungsu, kerajaan Bali dipimpin oleh Sri
Sakalendukirana. Raja ini digantikan Sri Suradhipa yang
memerintah dari tahun1037 Saka hingga 1041 Saka.
Raja Suradhipa kemudian digantikanJayasakti. Setelah
Raja Jayasakti, yang memerintah adalah Ragajaya
selitar tahun 1155. Ia digantikan oleh Raja Jayapangus
(1177-1181). Raja terakhir Bali adalah Paduka Batara Sri
Artasura yang bergelar Ratna Bumi banten (Manikan
Pulau Bali). Raja ini berusaha mempertahahankan
kemerdekaan Bali dari seranggan Majapahit yang di
pimpin oleh Gajah Mada. Sayangnya upaya ini
mengalami kegagalan. Pada tahun 1265 Saka tau 1343,
Bali dikuasai Majapahit. Pusat kekuasaan mula-mula
Bukti sejarah
• 1.BUKTI SEJARAH
• 〶 Berasal dari kitab sejarah dinasti Tang.
• 〶 Di sebelah timur Ho – ling terletak P’oli dan bahwa negeri Da – pa –
tau terletak di sebelah selatan Kamboja.
• 〶 Penduduknya menulis di atas daun Patra (rontal)
• 〶 Di dalam berita Cina dikatakan bahwa mayat orang Da – pa – tau
diberi bekal berupa perhiasan (emas) dan dibakar.
• 〶 Prasasti Bali yang tertua berangka tahun 804 S (882 M) isinya :
pemberian izin kepada para biksu dan pendeta agama Buddha untuk
membuat pertapaan di bukit Cintamani.
• 〶 Prasasti berangka tahun 818 S (896 M) dan 883 S (911 M) isinya :
mengenai tempat suci dan tidak menyebutkan nama Raja.
〶 Prasasti yang ditemukan di desa Blanjong, dekat Sanur *Permukaan
prasasti ditulis sebagian dengan huruf Nagari (huruf India) dan sebagian
dengan huruf Bali kuno, sedangkan bahasanya menggunakan bahasa
sansekerta. Angka berupa Candra Sangkala dan berbunyi “Khecarawahni –
Murti artinya tahun 836 S (914 M).
• 2. BERDIRINYA KERAJAAN BALI
• 〄 Pusat Kerajaan Bali pertama di Singhamandawa.
• 〄 Raja pertama Sri Ugranesa.
• 〄 Beberapa prasasti yang ditemukan tidak begitu jelas menggambarkan bagaimana pergantian diantara 1
keluarga raja dengan keluarga raja yang lain.
• 〄 Prasasti yang ditemukan di Jawa Timur hanya menerangkan bahwa Bali pernah dikuasai Singasari pada
abad ke – 10 & Majapahit abad ke – 14.
• 3. STRUKTUR KERAJAAN
• Dalam struktur kerajaan lama, Raja – raja Bali dibantu oleh badan penasehat yang disebut “Pakirakiran I Jro
Makabehan” yang terdiri dari beberapa Senapati dan Pendeta Syiwa yang bergelar “Dang Acaryya” dan Pendeta
Buddha yang bergelar “Dhang Upadhyaya”. Raja didampingi oleh badan kerajaan yang disebut “Pasamuan
Agung” yang tugasnya memberikan nasihat dan pertimbangan kepada raja mengenai jalannya pemerintahan.
Raja juga dibantu oleh Patih, Prebekel, dan Punggawa – punggawa.
• 4. SISTEM KEPERCAYAAN
• Menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal dari dewa Hindu & Buddha tetapi juga dari kepercayaan
animisme mereka.
• 5. MATA PENCAHARIAN
• 〄 Bercocok tanam
• 〄 Peternakan & berburu
• 〄 Pedagangan
• 6. MASALAH HUKUM
• Sikap tebuka dalam mengeluarkan pendapat.
• Bali yang dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala
sebelum kedatangan majapahit terdapat sebuah kerajaan yang
muncul pertama kali di bali yaitu sekitar 914 M yang diketahui dari
sebuah prasasti yang ditemukan di desa blanjong dekat Sanur yang
memiliki pantai matahari terbit. Prasasti itu berangka tahun 836 saka
yang menyebutkan nama rajanya “Khesari Warmadewa” memiliki
istana yang ada di Singhadwala.
Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915 M - 942 M.
Setelah meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan
di Air Madatu, lalu digantikan oleh mahkota Jayasingha Warmadewa
(960 M - 975 M). Dikatakan bahwa raja Jayasingha membangun
dua pemandian di desa Manukraya, yang letaknya sekarang di
dekat istana negara Tapak Siring.

• Raja Jayasingha Warmadewa digantikan oleh Raja
Jayasadhu Warmadewa (975 M - 983 M), setelah itu
wafat digantikan oleh seorang Ratu yang bernama Sri
Maharaja Sriwijaya Mahadewi (983 M - 989 M).
Kemudian digantikan oleh Dharmodayana (989 M - 1011
M) yang disebut juga Raja Udayana. Raja Udayana
menikah dengan Gunapriayadharmapatni alias
mahendradatta dari kerajaan Medang Kemulan jawa
timur dan dari perkawinannya menghasilkan 3 orang
anak yaitu : Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu.
Kemudian Airlangga menikah dengan putri Raja
Dharmawangsa (raja jawa timur).
• Raja Marakata menggantikan Raja Udayana sebab Airlangga berada di jawa timur. Raja Udayana
wafat dan abu jenazahnya di candikan di Banu Wka. Marakata diberi gelar Dharmawangsa
Wardana Marakatta Pangkajasthana Uttunggadewa yang memerintah di bali dari 1011 - 1022.
Kemudian digantikan oleh anak Wungsu (1049 - 1077) yang memerintah selama 28 tahun dan
dikatakan selama pemerintahannya keadaan negara aman tenteram. Anak Wungsu tidak memiliki
keturunan dan meninggal tahun 1077 dan di dharmakan di Gunung Kawi dekat Tapak Siring.
Setelah Anak Wungsu meninggal, keadaan kerajaan di Bali tetap mengadakan hubungan dengan
raja-raja di Jawa dan ada dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau
yang kenal dengan nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang
bernama Ki Kebo Iwa. Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin
menaklukan Bali di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih
Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah
sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar
Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang
dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia
merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali
dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343. Setelah Bali ditaklukan oleh kerajaan
Majapahit, sebagian penduduk Bali Kuno melarikan diri ke daerah pegunungan yang kemudian
disebut penduduk “Bali Aga”. Sekarang keberadaan mereka dapat dijumpai di daerah Bali seperti
di desa tenganan (Kab. Karangasem), tengangan pengringsingan (Kab. Buleleng) dan masih
banyak lagi yang lainnya, mereka memiliki pakaian adat sendiri yang khas dimana bahan dan
bentuknya sedikit berbeda dengan pakaian adat Bali pada umumnya.
• B. Perkembangan Awal: Dari Kerajaan Badung Hingga Puri Denpasar
• Cokorda Ngurah Agung (1989) dalam tulisannya, Lintasan Babad Badung menjelaskan bahwa cikal bakal munculnya kerajaan Badung di Bali Selatan
tidak dapat dilepaskan dengan perkembangan di kerajaan Mengwi. Dalam catatan sejarah terlihat bahwa Mengwi sudah mengklaim Badung sebagai
bagian wilayahnya, sebelum Badung dikembangkan menjadi sebuah kerajaan pada abad berikutnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, daerah yang
namanya Badung itu, belumlah banyak dihuni orang, sehingga daerah itu dikatakan masih gelap yang dalam bahasa Balinya disebut “badeng” yang
berarti gelap. Inilah asal mula perkembangan kata Badung itu.
• Dari data-data sejarah sejarah dikatakan, bahwa baik interpretasi Belanda maupun Bali setuju kalau penguasa-penguasa Mengwi, maupun penguasa-
penguasa Badung yang muncul kemudian merupakan keturunan bangsawan Jawa, terutama Arya Damar yang sering dikenal sebagai Arya Kenceng
ketika Majapahit berkembang pada abad ke-14. Gelgel disebut sebagai pusat kerajaan pertama yang mempunyai pengaruh Majapahit di Bali. Pada
akhir abad ke-17 (1686-1687) pecahlah pembrontakan di Gelgel yang memberi banyak pengaruh pada peta politik kekuasaan di Bali. Antara lain dapat
disebutkan adanya struktur kekuasaan kerajaan yang terdesentralisasi, sementara dalam perkembangan selanjutnya kemunculan Klungkung dan
beberapa kerajaan yang lebih kecil lainnya seperti Badung di Bali Selatan ini lebih mendekati struktur federasi. Inilah fase awal perkembangan kerajaan
yang kemudian berkembang menjadi pusat-pusat kerajaan dan akhirnya membemtuk pusat-pusat kota di era perkembangan Bali modern.
• Nama Badung menjadi semakin terkenal dalam sejarah Bali pada waktu itu, yakni saat tampilnya tokoh Jambe Pule, bangsawan Badung yang terlibat
dalam pertempuran untuk menyerang kekuasaan Gelgel. Pada waktu itu, Badung diperkirakan hanya sebagai kerajaan kecil yang baru berkembang,
karena hanya Gelgel lah yang dipercaya menjadi satu-satunya kerajaan yang memainkan peranan penting di Bali (sesuhunan). Helen Creese, sebagai
seorang ahli sejarah Bali menyebut periode ini sebagai fase akhir dari sistem politik lama dan mulai berkembangnya sistem politik yang baru (Creese,
1991: 237). Periode ini diikuti dengan semakin munculnya kerajaan-kerajaan yang lebih besar seperti Karangasem, Buleleng dan Mengwi (Schulte-
Nordholt, 1988: 23). Sementara itu, kerajaan Badung semakin berkembang akan tetapi tetap di bawah kontrol Mengwi.
• Sekitar tahun 1700-an, kerajaan Badung dikatakan menjadi bagian dari kerajaan Mengwi. Di samping kerajaan Badung juga muncul kerajaan kecil
lainnya seperti kerajaan Tegal, kerajaan Alang Badung, (sekarang termasuk wilayah Alang Kajeng), yang pada waktu itu masih berada di bawah
supremasi kerajaan Mengwi. Pada tahun 1780 telah muncul konflik antara Badung dengan Mengwi karena dominasi politik yang dilakukannya. Selain
itu, memang dapat diinterpretasikan konflik itu muncul sebagai akibat keinginan penguasa Badung untuk dapat mandiri terlepas dari kontrol politik
Mengwi (Geertz, 1980).
• C. Lekkerkerker dalam bukunya “Bali en Lombok: Overzicht der Litteratuur omtrent deze eilanden tot einde 1919”, menyatakan bahwa dalam kurun
waktu itulah Badung semakin berkembang di Bali Selatan (C. Lekkerkerker 1920: 192). Alasan yang diajukan oleh Lekkerkerker adalah bahwa pada
saat itu seorang yang berasal dari Dinasti Kaleran (Pamecutan) dapat membunuh seorang penguasa di Ksatria. Kemudian pada tahun 1800 ada upaya
untuk memindahkan pusat kekuasaan Badung itu oleh Dinasti Pamacutan pada suatu daerah yang masih merupakan taman bunga (Lihat: Silsilah Puri
Satria, naskah milik puri Satria Denpasar). Kemudian lokasi kerajaan ini dalam sumber-sumber arsip sejarah sering 4
• disebut dengan Puri Denpasar yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Pamacutan (C. Lekkerkerker 1923).
• Selanjutnya diupayakanlah pembenahan administrasi kerajaan, diikuti dengan berbagai interaksi yang diwakili oleh Kasiman, puri Pemecutan dan
beberapa puri lainnya sebagai kerajaan yang memainkan peranan penting dalam aktifitas perdagangan di Bali pada abad ke-19 (Schulte-Nordholt,
1988: 13). Kemunculan Kasiman ini dapat dilihat akibat sikap meremehkan yang dilakukan oleh oleh penguasa Pamacutan dan Denpasar. Itulah
sebabnya puri Kasiman yang berada di sebelah timur mengadakan kontak persahabatan dengan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai