Penetapan agama Islam sebagai agama resmi kerajaan membawa pengaruh secara psikologis bagi
masyarakat mulai dari kalangan istana hingga masyarakat biasa. Masyarakay mau tidak mau harus
mengikuti apa yang di perintahkan rajanya.Setelah islam resmi di terima oleh Raja lakidendi II,
maka secara kebiasaan-kebiasaan masyarakat sebelumnya secara perlahan mulai di tinggalkan dan
menjalankan ajaran agama islam.
Masyarakat di ajarkan untuk dapat membedakan mana yang halal dan yang
haram , dalam hal jual beli harus sesuai syari,at Islam.
Pada aspek pemerintahan nampak adanya pengaruh Islam, di mana struktur pemerintahan yang di
susun oleh raja Lakidende II di sesuaikan dengan syariat islam dengan di adakannya jabatan2
sarea, Oima (imam), Okate (Khatib), Bilalo (Bilal), Ododo (doja).(Alhadza, 2009 :124
Silsilah kerajaan di sulawesi
Kerajaan Buton sudah berdiri sejak 1332 Pada 1605 M, kerajaan Gowa-Tallo resmi menjadi Kerajaan Wajo berubah menjadi
M.Akan tetapi, kerajaan ini resmi menjadi kerajaan bercorak Islam dan sejak saat itu kesultanan yang menganut ajaran
kerajaan bercorak Islam sejak kepemimpinan statusnya berubah menjadi kesultanan. islam berkat pengaruh dari kesultanan
Lakilaponto yang di kenal sebagai Sultan Gowa-Tallo pada 1610.
Murhum (1538-1584).
Sama seperti Wajo, kerajaan soppeng berubah Kerajaan bone mulai mengenal Ilsam sejak
menjadi kerajaan bercorak islam akibat era wetenriputtu (1602-1611M).Akan tetapi
pengaruh dari kesultanan Gowa- Tallo, tepatny
islam baru resmi menjadi agama kesultanan
pada 1609 M.
Bone mulai masa kepemimpinanan La
lenripale (1616-1631).
Peninggalan Kerajaan di sulawesi
kerajaan soppeng
Kerajaan Wajo Peninggalan makam kuno Islam di
. Kabupaten soppeng masih dapat kita
Makam la Maddukkelleng, Mushola Tua temukan di kompleks Makam Raja2
Menge , dan Benteng Tosoro. soppeng Jerra Lompoe, Jerra Caddi’e dan
kompleks makam syekh abdul Madjid di
Bila.Makam jennae dan Makam pattojo
di liliriaja Makam Kallokoe Watu,
makam petta jangko dan kompleks
makam Datu Mario di Marioriwawo
Kerajaan bone
1. Museum Lapawawoi
2. Makam Raja-raja Bone
3. Bola-soba
4. Patung Arung Palakka Bone
Sejarah runtuhnya kerajaan islam di sulawesi
Kerajaan buton
pertengahan abad ke-19 dua kerajaan yang menandatangani perjanjian dengan pihak Belanda. Yaitu Kerajaan Konawe-
Laiwui dan Kerajaan Mekongga. Belanda mulai menguasai Sulawesi Tenggara sejak diadakannya perjanjian antara Belanda
dengan Sultan Buton pada 1873, dengan Raja Konawe-Laiwui pada tahun 1858 dan 1885, serta dengan Datu Luwu yang
dianggap penguasa Mekongga pada tahun 1861 dan 1887.
kerajaan Gowa-Tallo
Upaya belanda untuk mengakhiri peperengan dengan makasar yaitu dengan melakukan adu domba antara makassar dan
kerajaan Bone. Raja bone yaitu aru pelaka yang merasa di jajah oleh makassar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk
melepaskan diri dari kekuasaan makasar.Sebagai akibat Aru pelaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan
Makar.Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibu kota kerajaan makassar.Dan secara terpaksa
kerajaan makassar harus mengakui kekalahannya dan mendatangai perjanjian bongaya tahun 1667 yang isisnya tentu
sangan merugikan kerajaan makassar.
Kerajaan wajo
Di akhir masa pemerintahan la Maddukelleng, Wajo mulai mengalami kerusuhan yang berlanjut hingga abad ke
18.Memasuki abad ke 19, islam semakin mengakar di Wajo, gejolak di kerajaan juga tidak berakhir karena anggota
dewan tidak setuju untuk memilih arung Matoa yang baru. Pada tahun 1905, kerajaan Wajo akhirnya menaklukan
belanda dan menyerahkan segala urusannya kepada pemerintahan sosia.
Kerajaan shoppeng
Jauh sebelum terbentuknya kerajaan soppeng, telah ada kekuasaan yang mengatur daerah shppeng, yaitu sebuah
pemerintahan berbenentuk demokrasi karena berdasar ata kesepakatan 60 pemuka masyarakat, namun saat itu
shoppeng masih merupakan daerah yang terpecah belah sebagai suatu kerajaan kecil.
Kerajaan bone
Kesoltanan bone mulai mengalami kemunduran setelah sultan Ismail Muhtajuddin, raja ke -24, wafat pada tahun
1823 M. Setelah itu kekuasaan di lanjutkan oleh Arung Datu (1823- 1835 M).Arung Datu mencoba merevisi
perjanjian bongaya yang di sepakati oleh pemerintah Gowa dan VOC, yang akhirya memicu kemarahan Belanda.Dari
sinilah awal keruntuhan kerajaan Bone.