Anda di halaman 1dari 8

Kerajaan Makassar, Ternate

Tidore,& Bukti Pengaruh


Islam Yang Masih Ada
Pelajaran sejarah
Kerajaan Makassar

Kerajaan Makassar bermula dari bersatunya dua kerajaan berbeda di tanah


Sulawesi, yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Kerajaan Makassar juga biasa
dikenal dengan Kerajaan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makassar.
Pada awalnya, di wilayah Gowa terdapat sembilan komunitas yang dikenal dengan
nama Bate Salapang atau Sembilan Bendera. Dengan berbagai cara, baik damai
maupun paksaan, sembilan komunitas itu membentuk Kerajaan Gowa. Tomanurung
kemudian diangkat menjadi raja dan mewariskan Kerajaan Gowa kepada putranya,
Tumassalangga.

Kerajaan Gowa pernah terbelah menjadi dua karena adanya perebutan takhta
hingga terjadilah perang saudara hingga akhirnya terbentuk Kerajaan Tallo.
Bertahun-tahun, dua kerajaan ini tidak pernah akur hingga akhirnya Gowa dan Tallo
bersatu dalam kesepekatan "dua raja tapi satu rakyat" pada 1656.
Setelah bersatu kembali, kerajaan ini disebut Kerajaan Makassar atau
Gowa-Tallo dengan sistem pembagian kekuasaan.
Ini artinya, Raja dipilih dari garis keturunan Gowa, sementara itu perdana
menterinya dari keturunan Tallo.
Seiring berkembangnya Kerajaan Makassar menjadi pusat perdagangan,
para saudagar muslim mulai berniaga ke wilayah ini.
Pada akhir abad ke-16, Kerajaan Makssar ini memasuki masa Islam dan
berubah menjadi kesultanan. Agama Islam mulai masuk di Sulawesi
Selatan karena dakwah dari Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaiman dari
Minangkabau. Penguasa Kerajaan Makassar yang pertama memeluk Islam
adalah I Mangarangi Daeng Manrabbia dengan gelar Sultan Alauddin I.
Setelah menjadi Kerajaan Makassar yang bercorak Islam, rakyatnya sangat
terikat pada norma adat yang didasarkan pada ajaran agama Islam
Ternate Tidore

Kerajaan Ternate atau dikenal Kerajaan Gapi dan Kerajaan Tidore


berdiri pada abad ke-14. Dalam buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan
Nusantara (2009) karya Deni Prasetyo, Kerajaan Ternate dan Tidore
sangat terkenal dengan hasil rempah-rempahnya, seperti pala, lada,
cengkeh dan sejenisnya. Pada masa itu, rempah-rempah umumnya
diperlukan bangsa-bangsa Eropa. Sehingga harganya cukup tinggi dan
telah membuat makmur rakyat Maluku. Pada pertengahan abad ke-
15, kegiatan perdagangan rempah-rempah di Maluku semakin
berkembang. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab, dan China
yang datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Kedatangan
mereka sebaliknya membawa beras, tenunan, perak, gading, dan
barang-barang lainnya. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab
menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa.
Bahkan pedagang Maluku sering berkunjung ke Jawa dan
sebaliknya pedagang Jawa sering datang ke Maluku untuk membeli
rempah-rempah. Hubungan tersebut berpengaruh terhadap proses
penyebaran Islam di Kerajaan Ternate dan Tidore. Agama Islam
pertama kali masuk di kepulauan Maluku dibawa oleh pedagang-
pedagang dari Malaka dan para mubaligh dari pulau Jawa. Raja
Ternate yang pertama kali menganut Islam adalah Zainal Abidin
(1465-1486) yang berganti nama menjadi Sultan Marhum.
Sementara Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah
Ciriliyah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaludin.
Kerajaan Ternate dan Tidore awalnya hidup
berdampingan secara damai.
Bukti-Bukti Pengaruh Islam Yang Ada
Sampai Sekarang
Bukti bukti pengaruh islam yang masih ada sam[pai sekarang adalah :
1. bangunan masjid yg arsitektur nya Antara
hindu, budha dan islam.
2. adanya tradisi atau upacara adat budaya islam
contohnya grebeg maulid.
3. adanya keraton atau istana kerajaan Islam yang
masih ada sam[ai sekarang.

4. adanya karya sastra peninggalan kerajaan Islam,


seperti suluk , hikayat, dan babad.

5. makam makam tokoh tokoh Islam seperti makam


wali Sembilan.
Itulah yang dapat kami sampaikan..
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai