Anda di halaman 1dari 11

KULTUM

ADAB ADAB MAKAN DALAM ISLAM

Islam menganjurkan umatnya untuk makan yang halal dan bergizi. Halal berarti
tidak ada larangan syar’i untuk menikmatinya, baik karena sifat benda yang
dimakan atau cara mendapatkannya. Bergizi artinya mengandung zat-zat yang
dibutuhkan tubuh seperti vitamin, karbohidrat, protein, dan lemak. Dengan kita
memilih makanan yang baik, diharapkan dapat menjadi sumber energi yang akan
mendorong kita untuk berbuat kebajikan. Dengan demikian, makanan tersebut
memiliki keberkahan bagi hidup kita. Selain memilih makanan yang baik, ketika
kita makan juga dianjurkan dengan beradab yang baik. Firman Allah SWT :
“Makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah “. (An Nahl :114)

Makanan dan Minuman yang masuk dalam tubuh kita haruslah makanan dan
minuman yang halal dan baik, yaitu makanan yang bermanfaat bagi tubuh kita.
Makanan dan minuman yang halal dan baik akan berdampak baik pula bagi pikiran
dan aktivitas manusia sehari-hari. Makanan yang baik akan bermanfaat bagi tubuh
dan dapat menghasilkan pikiran yang baik pula. Begitu pula sebaliknya, makanan
yang haram akan berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran. Allah SWT memberi
kebebasan bagi manusia untuk menikmati segala makanan dan minuman yang baik
yang ada di muka bumi ini, selama tidak ada batasan yang melarangnya. Firman
Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa
yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".
(Ali-Imran : 147)
Adab Sebelum Makan dan Minum

 Mencuci kedua tangan


 Mencuci mulut atau berkumur
 Membaca basmalah ketika hendak makan dan mengakhirinya dengan
membaca hamdalah, hadist yang menjelaskan tentang membaca basmalah
sebelum makan dan minum adalah : “Dari Aisyah ra, ia berkata :
“Rasulullah SAW telah bersabda, ‘apabila salah seorang di antara kalian
makan, hendaklah menyebut asma Allah ta’ala. Dan apabila lupa menyebut
asma Allah ta’ala pada awalnya, hendaklah ia mengucapkan bismillahi
awwalahu wa akhirahu”. (HR. Abu Dawud)
 Membaca doa, salah satu doa yang dibaca sebelum makan dan minum
adalah : “Ya Allah, jadikanlah rezeki yang telah Engkau limpahkan kepada
kami rezeki yang berkah, serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka”.

1. Makan dan Minum dengan Menggunakan Tangan Kanan

Dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“Jika salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan


menggunakan tangan kanan, dan jika ia minum, maka minumlah dengan
menggunakan tangan kanan, karena sesungguhnya setan itu makan dan
minum dengan menggunakan tangan kiri.” 3

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, ternyata menggunakan tangan


ketika makan bisa menjadi jauh lebih sehat dari pada menggunakan sendok.
Hal ini disebabkan karena pada tangan kita ternyata ada sebuah enzim, yaitu
enzim yang bernama RNase. Enzim ini memiliki kemampuan untuk
menurunkan aktivitas dari banyak bakteri yang ada di tangan saat kita
makan. Enzim RNAase disekresikan oleh tangan kita. Enzim ini berfungsi
untuk kekebalan tubuh kita dan proteksi terhadap bakter, Enzim ini juga
ternyata mampu melakukan proses depolarisasi pada RNA, tapi tetap harus
diingat bahwa kita harus mencuci bersih dulu tangan kita sebelumnya.
Masya Allah, betapa luar biasa manfaat makan memakai tangan.

2. Bernafas di Luar Bejana ketika Hendak Minum


Dari Anas r.a berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bernafas
tiga kali ketika hendak minum dan bersabda,

“Sesungguhnya yang demikian itu lebih segar, lebih steril dan lebih
memuaskan.” 4

3. Cara Memberi Minum Orang Lain

Dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam diberi
susu penuh, sedang di sebelah kanannya seorang Arab Badui dan di sebelah
kirinya Abu Bakar. Beliau meminumnya kemudian memberikannya kepada
Arab Badui seraya beliau bersabda, “Dari kanan kemudian ke kanannya.” 5

4. Tidak Minum Sambil Berdiri

a. Dari Abu Said Al-Khudri r.a, Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam


melarang minum sambil berdiri. 6

b. Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat


seorang lelaki minum sambil berdiri, kemudian bersabda, “Muntahkanlah”
Ia berkata, “Kenapa?” Beliau bersabda, “Apakah kamu suka minum bersama
seekor kucing?” Ia menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya
ikut minum bersama kamu sesuatu yang lebih buruk dari seekor kucing,
yaitu setan.” 7

Dalam sebuah kajian kesehatan akupuntur yang diadakan salah satu ahli
akupuntur, membuktikan bahwa air minum yang masuk dengan cara minum
sambil duduk lebih baik dibandingkan kita minum dengan cara berdiri. Air
putih yang kita minum saat duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer
adalah suatu struktur maskuler(berotot) yang bisa membuka (sehingga air
kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan
pada pos-pos penyaringan yang berada diginjal. Sebaliknya, jika kita minum
air putih dengan cara berdiri, makaair yang kita minum itu masuk tanpa
disaring lagi. Air itu bisa langsung menuju kandung kemih. Ketika langsung
menuju kandung kemih, maka terjadi pengendapan di saluran ureter.
Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter maka hal inibisa
menyebabkan penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal
yangberbahaya. Susah kencing itu penyebabnya. Apabila minum sambil
berdiri ini tidak kita hindari akan makaberiap-siaplah menerima efek buruk
lain pada organ ginjal anda, kita tahu salahsatu fungsinya yakni menyaring
racun ke dalam tubuh.

5. Tidak Makan dan Minum dari Tempat yang Terbuat dari Emas dan
Perak

Dari Hudzaifah r.a, ia berkata, “Aku mendengar Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa


Sallam bersabda, ‘Janganlah kamu memakai sutra dan kain diibaj ‘sutra
yang lebih halus’; dan janganlah minum dengan menggunakan bejana yang
terbuat dari emas atau perak. Janganlah makan dengan menggunakan
piring dari emas atau perak, karena perabot itu untuk mereka (orang-orang
kafir) di dunia, dan untuk kita di akhirat.” 8

7. Kadar (Ukuran) Makan yang Baik

Dari Miqdam bin Ma’dikarib r.a, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah


Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidaklah anak Adam memenuhi
bejana lebih buruk dari memenuhi perutnya. Cukuplah bagi bani Adam
makanan yang dapat menegakkan tulang rusuknya, kalau tidak boleh tidak
(harus memenuhi perutnya) hendaklah 1/3 (perutnya) untuk makanan, 1/3
untuk minuman dan 1/3 lagi untuk nafasnya.” 13

8. Tidak Mencaci Makanan

Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa


Sallam tidak pernah mencaci makanan sama sekali, jika beliau tidak
menyukainya maka beliau memakannya, jika beliau tidak suka beliau
meninggalkannya.” 14

9. Tidak Makan Secara Berlebihan

Dari Ibnu Umar r.a, Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ َو ْال َكافِ ُر يَأ ْ ُك ُل فِ ْي‬،ٍ‫احد‬


ٍ‫س ْبعَ ِة أ َ ْمعَاء‬ ِ ‫ا َ ْل ُمؤْ ِم ُن يَأ ُك ُل فِي ِم ًع َو‬

“Orang kafir makan dengan tujuh usus, sedangkan orang mukmin makan
dengan satu usus.” 15
Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan,

‫فليس المراد حقيقة األمعاء وال خصوص األكل وإنما المراد التقلل من الدنيا واالستكثار منها‬

“Bukanlah maksudnya adalah makna hakiki berupa usus bukan juga


pengkhususan makan. Maksudnya adalah sedikit keinginan terhadap dunia dan
tidak memperbanyaknya.”[2]

10. Keistimewaan Makan dan Membaginya

a. Dari Jabir bin Abdullah r.a, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘(Jatah) makanan satu orang cukup untuk dua
orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat
orang cukup untuk delapan orang.” 16

b. Dari Abdullah bin Amr r.a, seorang lelaki bertanya kepada Nabi Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam tentang perbuatan yang paling baik dalam Islam. Beliau
bersabda,

“Memberi makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau


kenal dan orang yang tidak engkau kenal.” 17

c. Dari Abu Ayyub Al-Anshari r.a, ia berkata, “Jika Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam menerima makanan beliau memakan sebagian dan
mengirimkan sisanya kepadaku.” 18

11. Memuji Hidangan

Dari Jabir bin Abdullah r.a, Nabi SAW bertanya kepada tuan rumah tentang
lauk-pauk yang dihidangkan. Mereka berkata, “Kita tidak memiliki makanan
kecuali khal (cuka, sejenis asinan).” Kemudian beliau minta agar dibawakan
khal, dan memakannya seraya bersabda, “Sebaik-baik lauk-pauk adalah khal
dan sebaik-baik lauk pauk adalah khal.” 19

12. Tidak Meniup Minuman

Dari Abu Said Al-Khudri r.a, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa


Sallam melarang minum dari lubang tempat air, dan melarang meniup
minuman.” 20 Apabila kalian (sedang) minum, maka jangan bernapas di dalam
gelas, dan saat membuang hajat, maka jangan sentuh kemaluan menggunakan
tangan kanan." kebiasaan ini tidak dibenarkan oleh Nabi sekitar 14 abad lalu
atau sekitar tahun 550an masehi. Ternyata, larangan tersebut mengandung
hikmah dalam ilmu pengetahuan yang baru diteliti di era kontemporer-modern
sekarang ini.

Bahaya asam karbonat Fakta ilmiah pertama, bahwa bertemunya H2O (air
dalam gelas) dengan karbondioksia atau CO2 (udara yang kita tiupkan melalui
mulut) akan menghasilkan asam karbonat atau H2CO3.

Partikelberbahaya
Di dalam mulut kita terdapat partikel berbahaya. Apakah itu? Sisa-sisa makanan
dalam mulut akan membusuk sehingga menyebabkan bau mulut tidak sedap.
Bau ini apabila ditiupkan dalam air panas yang akan kita minum, maka akan
menempel dan sangat tidak baik jika kita minum lagi.

Mikroorganisme
Selain itu, di dalam mulut terdapat mikro organisme tak kasat mata yang
bersifat mutualisme (baik) dan juga ada yang patologi (buruk). Maka, makhluk
kecil tak kasat mata dalam mulut akan menempel pada makanan panas apabila
kita tiup dan kemudian masuk ke dalam perut.

13. Pemberi Air Minum Hendaknya Meminum Terakhir Kali

Dari Abu Qatadah r.a berkata, “Rasulullah berkhutbah kepada kami dan di
akhir khutbahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang memberi minum
suatu kaum maka dialah yang minum terakhir kali.” 21

14. Berkumpul untuk Makan Bersama

Dari Wahsyi bin Harb, dari bapaknya, dari kakeknya, “Para sahabat
Rasulullah berkata, ‘Ya Rasulullah, kami makan namun tidak merasa
kenyang.’ Beliau bersabda, ‘Mungkin kalian berpencar-pencar (ketika
makan).’ Mereka berkata, ‘Benar.’ Beliau bersabda, “Berkumpullah ketika
makan, dan sebutlah nama Allah atasnya, maka Dia akan memberikan makan
kalian.” 22

15. Menghormati Tamu dan Melayaninya Sendiri


a. Firman Allah Ta’ala, “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita
tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah)
ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”.
Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak
dikenal”. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian
dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka.
Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan“. (QS. Adz-Dzariyat: 24-27)

b. Dari Abu Syuraih Al-Ka’bi r.a, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam


bersabda,

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
menghormati tamunya, masa pelayanannya sehari semalam, masa bertamunya
tiga hari dan setelah itu adalah sedekah, tidak halal baginya (tamu) untuk
menetap di tempatnya sampai membuat tuan rumah terganggu.” 23

16. Posisi Duduk ketika Makan

a. Dari Abu Juhaifah r.a, ia berkaa, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam


bersabda, “Sesungguhnya aku makan tidak dengan bersandar.” 24

b. Dari Anas r.a berkata, “Aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa


Sallam duduk dengan menegakkan kedua betis dan paha (muq’i) ketika
makan kurma.” 25

c. Dari Abdullan bin Bisr r.a, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa


Sallam diberi hadiah daging kambing, saat memakan daging tersebut, beliau
duduk bersimpuh. Seorang Badui berkata, ‘Duduk (pertemuan) apa ini?
Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menjadikanku hamba yang mulia,
tidak menjadikanku sebagai orang yang diktator dan pembangkang.” 26

Dari Anas dan Qatadah, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:


Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri, Qotadah
berkata: Bagaimana dengan makan? Beliau menjawab: Itu lebih buruk lagi.
(HR. Muslim dan Turmidzi). Bersabda Nabi dari Abu Hurairah, Jangan
kalian minum sambil berdiri. Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia
muntahkan. (HR. Muslim). Dr. Ibrahim Al-Rawi melihat bahwa manusia
pada saat berdiri, ia dalam keadaan tegang, organ keseimbangan dalam pusat
saraf sedang bekerja keras, supaya mampu mempertahankan semua otot
pada tubuhnya, sehingga bisa berdiri stabil dan dengan sempurna. Ini
merupkan kerja yang sangat teliti yang melibatkan semua susunan syaraf
dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai
ketenangan yang merupakan syarat tepenting pada saat makan dan minum.
Ketenangan ini bisa dihasilkan pada saat duduk, dimana syaraf berada dalam
keadaan tenang dan tidak tegang, sehingga sistem pencernaan dalam
keadaan siap untuk menerima makanan dan minum dengan cara cepat.

TERNYATA RISET membuktikan makanan yang dimakan sambil duduk akan


berjalan secara perlahan dan lembut menuju dinding usus. Lain halnya
apabila makan dan minum dengan berdiri, makanan atau minuman yang
dimakan akan jatuh secara keras kedasar usus serta menabraknya dengan
keras. Dan apabila hal ini terjadi terus – menerus akan menyebabkan
melarnya usus, dan resiko disfungsi pencernaan. Yaitu gangguan system
pencernaan. Yaitu susahnya lambung dalam mencerna makanan.

Menyehatkan ginjal.

Ketika kita makan atau minum sambil duduk, cairan atau makanan yang kita
telan, disaring terlebih dahulu oleh sfringer yang bisa terbuka atau tertutup
sesuai dengan jalurnya. Bila kita minum sambil berdiri, cairan akan langsung
menuju kandung kemih tanpa adanya penyaringan. Selain penyerapan cairan
jadi tidak maksimal, kebiasaan ini bisa menyebabkan masalah di ginjal.
Makanan dan minuman terasa lebih nikmat dan sehat dengan cara duduk.
Terhindar dari penyakit asam lambung.
Dr. Ana Budi Rahayu, SpS, juga menjelaskan bahwa makan sambil berdiri
akan menyebabkan terjadinya reflux asam lambung, asam lambung akan naik
ke esofagus dan membuat sel-sel kerongkongan teriritasi. Karena itu cara
mencegah reflux asam lambung ini dengan makan sambil duduk.
Terhindar dari dehidrasi.
Tulangpun mengandung air sebanyak tiga puluh sampai empat puluh persen.
Sebagian besar darah terdiri dari air dimana terdapat larutan bahan-bahan
selain sel-sel darah. Akibatnya bilamana pembuangan air dari dalam tubuh
lebih besar daripada pemasukannya, terjadilah dehidrasi yaitu kekurangan zat
cair dalam tubuh. Begitu juga kadar air dalam jaringan tubuh diatur dengan
tepat. Jika terdapat selisih sepuluh persen saja maka gejala-gejala serius akan
timbul. Kalau selisih ini mencapai dua puluh persen maka orangnya akan
mati. Oleh karena itu, dianjurkan memuntahkan air apabila terlanjur minum
sambil berdiri seperti yang disebut dalam hadits di atas. Para ahli hikmah juga
memberi jalan keluar bila terpaksa minum sambil berdiri yaitu menggerak-
gerakan dua ibu jari kaki insya Allah akan dapat menolak efek-efek negatif
seperti yang disebut di atas.
Menyegarkan tubuh.
Menurut Ibnul Qoyyim ada beberapa afat (akibat buruk) bila minum sambil
berdiri. Apabila minum sambil berdiri, seperti pendapat Ibnul Qoyyim, maka
di samping tidak dapat memberikan kesegaran pada tubuh secara optimal juga
air yang masuk kedalam tubuh akan cepat turun ke organ tubuh bagian bawah.
Hal ini dikarenakan air yang dikonsumsi tidak tertampung di dalam maiddah
(lambung) yang nantinya akan dipompa oleh jantung untuk disalurkan
keseluruh organ-organ tubuh. Dengan demikian air tidak akan menyebar ke
organ-organ tubuh yang lain. Padahal menurut ilmu kedokteran tujuh puluh
persen dari tubuh manusia terdiri dari zat cair.

17. Sifat Makan Orang Sibuk

Dari Anas r.a, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam diberi kurma,


kemudian Rasulullah membaginya sambil berjalan tergesa-gesa, kemudian
memakannya dengan cepat. Dalam riwayat Zuhair, “Makan dengan terburu-
buru.” 27

18. Kencangkan (Tutup) Minuman dan Menyebut Nama Allah Saat Tidur

Dari Jabir r.a, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tutuplah


pintumu, sebutlah nama Allah, matikan lampu dan sebutlah nama Allah,
kencangkan (tutup) minumanmu dan sebutlah nama Allah, tutuplah bejanamu
dan sebutlah nama Allah, meski kamu menutupinya dengan sesuatu (yang
bukan tutupnya).” 28

19. Makan Bersama Pembantu

Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika
pembantu salah seorang di antara kalian datang membawa makanan, jika
kalian tidak memintanya duduk bersama maka hendaklah mengambilkan
untuknya satu makanan atau dua makanan, sesuap atau dua suap. Karena
dialah yang menangani panasnya makanan dan pengolahannya.” 29

20. Mendahulukan Makan Malam dari pada Shalat Isya


Dari Anas bin Malik r.a, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau
bersabda,

“Jika makan malam telah dihidangkan sedang shalat (Isya) sudah didirikan
maka dahulukanlah makan malam.” 30

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫عشَائِ ُك ْم‬ ِ ‫صالَة َ ْال َم ْغ ِر‬


َ ‫ َوالَ ت َ ْع َجلُوا‬، ‫ب‬
َ ‫ع ْن‬ َ ُ ‫ِإذَا قُد َِم ْال َعشَا ُء فَا ْبدَ ُءوا ِب ِه قَ ْب َل أ َ ْن ت‬
َ ‫صلُّوا‬

“Apabila makan malam sudah tersaji, maka dahulukanlah makan malam tersebut
dari shalat maghrib. Dan janganlah kalian tergesa-gesa dari makan kalian .” (HR.
Bukhari no. 672 dan Muslim no. 557)

[Bukhari: 15-Kitab Al Jama’ah wal Imamah, 14-Bab Apabila Makanan Telah


Dihidangkan dan Shalat Hendak Ditegakkan. Muslim: 6-Kitab Al Masajid, 17-Bab
Terlarangnya Mendahulukan Shalat Sedangkan Makan Malam Telah Tersaji dan
Ingin Dimakan Pada Saat Itu Juga]

Pertama; apabila waktu shalat maghrib telah tiba, sedangkan makanan telah tersaji,
maka hendaklah seseorang mendahulukan santap makan -jika pada saat itu dalam
kondisi sangat lapar-. Yang lebih utama ketika itu adalah mendahulukan makanan
sebelum menunaikan shalat. Hal ini berlaku untuk shalat Maghrib dan juga shalat
yang lainnya.

Kedua; apa hikmah di balik ini?

Hikmahnya: Di dalam shalat, seseorang perlu menghadirkan hati yang khusyu’.


Sedangkan jika seseorang sangat lapar dan butuh pada makanan, kondisi semacam
ini akan membuat ia tidak konsentrasi saat shalat, hatinya tidak tenang, dan pikiran
akan melayang ke sana-sini. Kondisi semacam ini berakibat seseorang tidak
khusyu’ dalam shalat. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk menyantap makanan sebelum menunaikan shalat sehingga
hati bisa hadir ketika itu.

Ketiga; hendaklah seseorang ketika shalat selalu menghadirkan hati dan


menjauhkan diri dari segala hal yang dapat melalaikan dari mengingat Allah ketika
shalat. Hendaklah pula dia menghayati shalat, bacaan dan dzikir-dzikir di
dalamnya.
Keempat; mayoritas ulama berpendapat bahwa mendahulukan makanan di sini
adalah anjuran (sunnah, bukan wajib) dan inilah pendapat yang rojih (yang
lebih kuat). Berbeda dengan pendapat Zhohiriyah (Ibnu Hazm, dkk) yang
menganggap bahwa hukum mendahulukan makanan dari shalat di sini adalah
wajib.

Kelima; jika waktu shalat wajib sangat sempit, sebentar lagi waktu shalat akan
berakhir dan seandainya seseorang mendahulukan makan, waktu shalat akan habis,
untuk kondisi semacam ini, ia harus mendahulukan shalat agar shalat tetap
dilakukan di waktunya. Inilah pendapat mayoritas ulama.

Adapun para ulama yang mewajibkan khusyu’ dalam shalat, maka mereka
berpendapat dalam kondisi semacam ini, santap makan lebih didahulukan daripada
shalat (walaupun shalatnya telat hingga keluar waktu). Namun pendapat yang lebih
tepat, khusyu’ dalam shalat tidak sampai dihukumi wajib.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah berpendapat bahwa


hukum khusyu’ dalam shalat adalah sunnah mu’akkad (sangat ditekankan).

Keenam; santap makan lebih utama dari shalat dilakukan ketika seseorang sangat
butuh pada makan (yaitu ketika sangat lapar).

22. Bacaan Setelah Makan

Dari Muadz bin Anas r.a, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata,
“Siapa yang usai makan, kemudian berdoa, “Alhamdulilahil Ladzii Ath’amani
Hadzath Tha’sama wa Razaqanihi Min Ghairi Haulim Minnii Walaa Quwwah’
(Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan memberi
rezekiku ini tanpa kesusahan dan kekuatan dariku), maka akan dimaafkan
segala dosa yang telah lalu darinya.” 32

Anda mungkin juga menyukai