Anda di halaman 1dari 21

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari

2500 gram pada waktu lahir (Huda dan Hardhi, 2013). Bayi berat badan lahir

rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa

memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan

(kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan

(intrauterine growth retriction) (Wong, 2008).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi

yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2004).

Pada tahun 1961 oleh WHO menetapkan bahwa semua bayi yang baru

lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth

Weight Infants (LBWI atau BBLR). Pada tahun 1970, kongres European

Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga mengusulkan definisi

untuk mendapatkan keseragaman batasan tentang maturitas bayi lahir

(Proverawati 2010), sebagai berikut :


1. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari)

2. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu

sampai 42 minggu (259-293 hari)

3. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu

atau lebih (294 hari atau lebih)

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
B. Klasifikasi
Klasifikasi BBLR menurut Proverawati, 2010 antara lain:
1. Menurut masa gestasi
a. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10
(kurva pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2
Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc.
Lean).
2. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
3. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
b. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1000 gram.
c. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1500 gram.
d. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
e. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva
pertumbuhan intra uterin.
f. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan
yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva
pertumbuhan intra uterin.
g. Retardasi pertumbuhan intra uterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang
pertumbuhan intra uterinnya mengalami retardasi (terkadang
digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk
usia gestasinya).
h. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan
lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

C. Etiologi BBLR
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2004)
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
b. Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
4) Keadaan sosial ekonomi
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

D. Manifestasi klinis
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai
berikut (Wong, 2004) :
1. Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar dada 30
cm, lingkar kepala 33 cm.
2. Masa gestasi 37 minggu (Merenstein, 2002).
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi;
kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo,
lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura
lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi,
sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk
belum sempurna

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena faktor ibu, janin, plasenta, ataupun
lingkungan.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janintidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
denganberat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksinormal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan
lebihsehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengankondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi
BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila
ibumenderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi
sehinggahanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untukmetabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkangangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupunsel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalamkandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkanmorbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermaknalebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematurejuga lebih besar (Nelson, 2010)
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang
belum stabil (Surasmi, dkk., 2002)
1. Termoregulasi
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36C- 37C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan
panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otototot yang belum cukup memadai,
ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi
panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.
2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
3. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek menghisap dan
menelan, motilitas usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung,
absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim
laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein,
dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing
Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan
penurunan berat badan bayi.
5. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar
gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi
juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon
bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi
paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan
glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat
menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu
timbulnya hipoglikemi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks
pada bayi dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan
surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan
bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white
lung (Masjoer, dkk, 2007).
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau
perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur
otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein,
2002).

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,
kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung
kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1). (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk
cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2). (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak
permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3). Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir
rendah(Mitayani, 2011) :
1. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-
paru sebelum atau sekitar waktukelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).
2. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosaserum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjad pada BBLR, karena cadangan
glukosa rendah ,terutama padalaki-laki.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
3. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membranesurfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udaradalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggiuntuk pernafasan berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahiryang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelahlahir.
5. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalahmeningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnyaberwarna kuning.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BBLR Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang
belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang
bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik
maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008;
Pillitteri, 2003) :
1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR
beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang
pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan
tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan
penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema
paru dan retinopathy of prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi
adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas
pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan
proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan
metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral
Neutral Thermal Environment/NTE yaitu suhu yang diperlukan untuk
konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas
(1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah
36,7C 37,3C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
b. Pemancar pemanas
c. Ruangan yang hangat
d. Inkubator
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat
Berat bayi Suhu inkubator (C)

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
Perawatan pada inkubator

Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu


lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikansuhu yang normal
dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Padaumumnya terdapat dua
macam inkubator yaitu incubatortertutup dan inkubator terbuka (Hidayat,
2005).

a. Perawatan bayi dalam inkubator tertutup


4). Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, danapabila membuka inkubator
usahakan suhu bayitetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
5). Tindakan perawatan dan pengobatan diberikanmelalui hidung.
6). Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakaipakaian) untuk
memudahkan observasi.
Rahmawati, S. Kep (70900116064)
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
7). Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badandan kondisi
tubuh.
8). Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
9). Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yanghangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
b. Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaanterbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikankeseimbangan
suhu normal dan kehangatan.
3) Membungkus dengan selimut hangat.
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yanglain untuk
mencegah aliran udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panasyang hilang melalui
kepala.
6) Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan denganberat badan sesuai
dengan ketentuan.
3. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
dengan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
infeksi antara lain :
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan
secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga
kebersihannya.
c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh
memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker
ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi
(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik
diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm menuntut
waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan
dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu
oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak
membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima
makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan
stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi
mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi,
dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami
distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
6. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian. Bayi yang tidak menggunakan
energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu
tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya
yang tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan
sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup
merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih
teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih
sedikit bila diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman
pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi
stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
7. Stimulasi Sensori Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori
yang khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan
yang diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi
visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter,
perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong,
atau membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan suara dan
sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan
PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan
mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik
untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan
mencegah periodik apnea.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
8. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga Kelahiran bayi preterm merupakan
kejadian yang tidak diharapkan dan membuat stress bila keluarga tidak
siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap
kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus
mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua
mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi,
dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan
dari perawat. Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR
dalam menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi
kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam
perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena
melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa
lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain
yang dapat diberikan perawat adalah dengan menginformasikan kepada
orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang
tua bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua
selalu mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya

I. Prognosis
Winknjosastro (2008) menyebutkan bahwa prognosis bayi BBLR
tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi
(makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi angka
kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan
intraventrikuler, displasia brokopulmonal, retrolental fibriplasia, infeksi,
gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis
ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan post natal.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Anamnesa riwayat kehamilan
Usia kehamilan < 37 minggu, ANC, riwayat hamil resiko tinggi.
b. Anamnesa riwayat persalinan
Melahirkan BBLR/gemeli sebelumnya, cara melahirkan, lama nifas,
komplikasi nifas.
c. Anamnesa riwayat keluarga
Riwayat kelahiran dengan BBLR/gemeli, ststua sosial-ekonomi.
d. Tanda-tanda vital.
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur .
e. Pengkajian fisik.
1) Pengkajian umum
a) Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm,
lingkar dada 30 Cm, lingkar kepala 33 Cm.
b) Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau
lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan.
2) Pernafasan
a) Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea.
b) Refleks batuk belum sempurna.
c) Tangisan lemah.
3) Kardiovaskuler
a) Pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi perifer.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
b) Bayi dapat tampak pucat/sianosis.
c) Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada bayi
dengan kelainan jantung/penyakit jantung bawaan.
4) Gastrointestinal
a) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna sehingga
masih lemah.
b) Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan
fungsi pankreas berupa hipoglikemia.
c) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari adanya
muntah.
5) Genitourinaria
a) Genetalia immatur.
6) Neurologis-Muskoloskeletal
a) Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan
kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
b) Lebih banyak tidur daripada bangun.
c) Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna
(lemah).
d) Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar.
7) Suhu
a) Pusat pengaturan suhu tubuh (hipothalamus) belum matur
dimanifestasikan dengan adanya hipotermi atau hipertermi.
8) Kulit
a) Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit.
b) Tekstur dan turgor kulit; kering dan pecah terkelupas, turgor
kulit dalam rentang baik s/d jelek.

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas organ
pernafasan, penurunan ekspansi paru
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas
peristaltik gastrointestinal
c. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal berhubungan dengan
prematuritas, ketidakadekuatan/imatur aktivitas peristaltik di dalam
sistem gastrointestinal
d. Diskountinitas Pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas
e. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
bilirubin
f. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan BBLR,
usia kehamilan kurang, paparan lingkungan dingin/panas
g. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak
adekuat, imaturitas fungsi imunologik
h. Defisiensi pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang
terpajan informasi

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2004. Bayi berat lahir rendah. Dalam :
standar pelayanan medis kesehatan anak. Ed I. Jakarta.

Kosim Sholeh, M. 2003. Buku panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI Depkes RI.

Kliegman, R. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. EGC. Jakarta

Mansjour, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


AeusCalpius.

Merenstein, G.B. et all. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika.
Jakarta

Pilliteri Adele. 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The
Childbearing Family. Fourth Edition . Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins.

Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. 2010. BBLR : Berat Badan Lahir
Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Surasmi, dkk. 2002. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta:EGC

Wong, L. D. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta

Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, Jakarta: EGC

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
PATHWAY
BBLR Faktor Plasenta
Faktor Ibu : Faktor lingkungan :
Faktor Janin: Penyakit ibu
4. Prematur 1. Plasenta Dataran tinggi,
previa (Toksemiagravidarum,perdarahanantep Radiasi
5. Kehamilan
2. Solusio artum dan zat racun
ganda
6. Kelainan plsenta ,trauma fisik,DM,
kromosom 3. KDP Usia ibu< 20 thn &
Multigravida dng jrk
kehamilan < 2 thn
Sosial Ekonomi ,perokok,alcohol( Pengawasan
anteatal & giziBBL
bumil
R Perubahan Kecemasa
status Hospitali n
Fungsi organ kesehatan sasi
immature

Sistem Sistem Sistem Sistem Sistem Sistem


respirasi termoregulasi integumen imunitas saraf
gastrointestinal
Cadangan
Imaturi Struktur immunoglobulin
tas paru kulit maternal (igM, IgG)
Pusat Imaturitas produksi Pusat
immatur menurun,
enzim,p asam
pengaturan suhu Sum-sum tulang , refleks
Surfakt jaringan limfoid hirokolik ( absorpsi Medula
di hipotalamus
Ketidakseimbangan lemak & vit),
an luas permukaan
immatur kelenjar timus spinalis
immatur immaturitas sfingter
belumt tubuh dg BB kardia belum
erbentu lambung,Melemahny sempurna
k Risiko a refleks mengisap
Tegangan ketidakseimbanga dan refleks Reflek hisap
pemukaan dan n temperatur Lapisan menelan, Kapasitas lemah
resistensi serta tubuh Lemak perut kecil, Otot
kolaps alveolus Subcutan otot abdomen Reflek
sedikit, lemah fisiologis
Pengemban terganggu
gan paru
terganggu
Kulit tipis/
Rahmawati, S. Kep (70900116064) barier
Profesi Ners UIN Alauddin Makassar tdksempurna
Risiko
gangguan
integritas kulit Resiko Intake
infeksi nutrisi
inadekuat

Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Pola nafas
tidak
efektif

Rahmawati, S. Kep (70900116064)


Profesi Ners UIN Alauddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai