Fungsi Makanan
Bagi seorang muslim hendaknya memiliki kesadaran sepenuhnya bahwa makanan yang
dikonsumsi memiliki fungsi untuk mempertahankan hidupnya. Hidup yang dijalani dalam
kerangka mengabdi (beribadah) kepada Allah, oleh karenanya untuk memperoleh tenaga dan
mempertahankan hidupnya di perlukan makanan. Prinsip yang mendasar bahwa makan untuk
hidup dan bukan sebaliknya hidup untuk makan.
Selanjutnya makanan yang dikonsumsi untuk tenaga ibadah hendaknya memiliki nilai halal
dan thoyib. Halal dalam arti jenis dan cara perolehannya. Thoyib dalam arti memiliki nilai
kebaikan dan kemanfaatan pada tubuhnya. Jenis yang dimakan dan cara perolehannya mungkin
halal namun karena dikonsumsi secara berlebihan akan berdampak tidak baik atau berakibat
buruk pada tubuhnya (tidak thoyib).
Konsumsi makanan meliputi tiga kondisi: mendesak, kebutuhan dan kelebihan. Mendesak
adalah kebutuhan minimal nutrisi yang harus dipenuhi untuk tidak mengalami kelaparan.
Kebutuhan adalah jumlah nutrisi yang lebih dari keperluan mendesak untuk menghilangkan
lapar yang diperlukan agara dapat menjaga kesehatan optimal. Kelebihan merupakan kondisi
di mana konsumsi yang melebihi kebutuhan. Kegemukan terjadi karena kelebihan konsumsi
makanan. Kegemukan akan mengganggu aktifitas maupun ibadah ritual. Konsumsi berlebihan
merupakan bentuk pemborosan. Makanan hanya lewat dalam pencernaan. Pemborosan (isrof)
merupakan perbuatan yang dilarang Allah SWT. Puasa wajib dan sunnah membantu
mengontrol nafsu makan dan kelebihan makanan. Merelakan diri lapar pada saat puasa
memberikan pengalaman yang nyata agar memahami penderitaan orang miskin dan
Adab makan-minum
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW melihat salah seorang
cucunya mengambil makanan dengan tangan kirinya, beliau memberikan nasihat, ''Makanlah
dengan menyebut nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang paling
dekat darimu.'' (HR Bukhari Muslim).
Ajaran Islam adalah ajaran yang mulia dan sempurna, termasuk mengatur norma di dalam
mengonsumsi makanan dan minuman. Ini membuktikan bahwa kualitas spiritual seorang
Muslim juga dinilai dari kesempurnaan akhlaknya dalam mengonsumsi makanan dan
minuman.
Paling tidak, ada lima poin penting berkenaan dengan akhlak mengkonsumsi makanan dan
minuman.
4. menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum. Dalam Islam, kanan adalah simbol
kebajikan yang mengandung nilai terpuji. Karena itu, Rasulullah SAW senantiasa
membiasakan yang kanan (al-tayamun) dalam setiap aktivitas kesehariannya, baik yang
berhubungan dengan ibadah maupun akhlak. Secara kontekstual, pembiasaan tangan kanan
dalam makan dan minum ini, dapat dimaknai pula sebagai perintah untuk selalu
mendapatkan makanan dan minuman dengan cara yang baik dan terpuji. Makanan dan
minuman harus mengandung kehalalan sempurna. Rasulullah SAW bersabda, ''Daging apa
saja dalam tubuh manusia yang tumbuh dari makanan yang tidak halal, maka neraka lebih
pantas baginya.''
5. tidak meniup makanan dan minuman. Salah satu adab makan adalah dilarang bernafas di
dalam wadah dan juga dilarang meniup-niup saat minum. Adab ini kadang tidak
diperhatikan oleh kita karena ingin buru-buru segera menikmati minuman yang sedang
panas. Padahal menunggu sebentar atau tanpa meniup-niup, itu lebih selamat bahkan lebih
sehat. Karena perlu diketahui bahwa saat meniup-niup seperti itu, sejatinya yang keluar
adalah udara yang tidak bersih. Dengan alasan inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarangnya.
https://rumaysho.com/6930-meniup-niup-minuman-yang-panas.html
اإلنَاءِ أ َ ْو يُ ْنفَ َخ فِي ِه َ أ َ ْن يُتَنَ هف-صلى هللا عليه وسلم- َّللا
ِ س فِى ِ نَ َهى َرسُو ُل ه
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari bernafas di dalam wadah air (bejana) atau
meniupnya.” (HR. Tirmidzi no. 1888, Abu Daud no. 3728, dan Ibnu Majah no. 3429. Al Hafizh
Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
https://rumaysho.com/6930-meniup-niup-minuman-yang-panas.html
6. mengutamakan makanan atau minuman yang paling dekat. Adalah sangat indah dan
santun ketika seorang Muslim lebih mengutamakan makanan yang paling mudah diraihnya
daripada yang jauh dan sulit diraihnya walaupun lebih lezat dan menarik. Akhlak ini
sesungguhnya mengandung esensi bahwa setiap Muslim dilarang bersikap tamak dan
serakah sehingga selalu mengharap sesuatu yang tidak dimilikinya.
Setiap Muslim diperintahkan untuk selalu menghiasi dirinya dengan sifat qana'ah, yaitu
menerima dan merasa cukup sekaligus mensyukuri apa yang dimilikinya sebagai nikmat dari
Allah. Rasulullah SAW bersabda, ''Bukanlah kekayaan itu dengan melimpahnya harta dan
benda, melainkan kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.'' (HR Abu Ya'la).
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Minum dianjurkan saat cuaca panas dan banyak keringat. Tidak diperkenankan membuang air
secara percuma. Minum tidak langsung satu tegukan. Dilarang minum seperti cara anjing.
Minum dengan tangan kiri merupakan cara yang tidak sopan. Tidak diperbolehkan minum
dengan cangkir dari emas atau perak. Minum tidak sambil berdiri. Dilarang bernafas ke dalam
bejana dan juga dilarang meniup ke dalam air. Minum dari bejana langsung juga dilarang.
Cairan etanol yang digunakan sebagai pelarut obat digunakan bila memang ada kebutuhan
mendesak. Minuman / makanan yang berasal dari karbohidrat yang terfermentasi akan
mengandung sedikit alkohol, merupakan makanan yang tidak baik. Minuman yang membuat
ketagihan dianggap kurang baik. Persediaan air untuk masyarakat harus dijaga dan dipelihara
agar tidak tercemar.
Rasulullah bersabda :
“Orang yang paling banyak kenyang di dunia adalah yang paling lama lapar di
akhirat.” (HR. Al-Bazzar )
Manfaat lapar terhadap kesehatan badan adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnu
Masiwaih :
“Sekiranya manusia mau mengamalkan hadits ini (riwayat Tirmidzi) mereka akan
selamat dari sakit dan berbagai penyakit, menutup rumah sakit dan mengistirahatkan
toko obat/apotik. Hal itu karena sumber segala penyakit adalah kenyang.”
Mereka makan dan minum sekedar dapat melaksanakan ibadah, karena hanya untuk
itu (untuk beribadah) diciptakannya jin dan manusia.
Mengkonsumsi makanan yang halal adalah keharusan sebagaimana firman Allah SWT:
ِ ي َ ا أ َ ي ُّ ه َ ا ا ل ه ذِ ي َن آ َم ن ُ وا ك ُ ل ُ وا ِم ْن ط َ ي ِ ب َ ا
ت مَ ا َر َز ق ْ ن َا ك ُ ْم َو ا شْ ك ُ ُر و ا ِ ه
ّلِل ِ إ ِ ْن ك ُ ن ْ ت ُمْ إ ِ ي ها ه ُ ت َ ع ْ ب ُ د ُو َن
Dampak mengkonsumsi makanan yang haram adalah ancaman siksa dan mudharat dari segi
kesehatan.
Sabda Rasulullah SAW, ''Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka
lebih utama baginya.'' Artinya, makanan yang haram itu akan mendorong perilaku yang jahat,
yang menyebabkan kecelakaan yang bersifat abadi di akhirat nanti.
Makanan haram berdampak menghalangi terkabulnya do'a.
Rasul bersabda :
"Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik dan sesungguhnya Allah
memerintahkan orang-orang beriman serupa dengan apa yang diperintahkan kepada para
Rasul. Kemudian Rasul SAW menceritakan seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya,
berambut kusut penuh debu, dia mengangkat kedua tangannya kelangit dan berdo'a :"Ya Rabb,
ya Rabb! sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan
dikenyangkan dengan barang yang haram, bagaiamana ia akan diterima do'anya" (H.R Muslim)
Atau
Bacaan Doa Sesudah Makan
“Hai orang-orang yang beriman makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu
musuh yang nyata bagimu.” (QS.Al-Baqarah [2]:168).
“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah), makanlah dengan tangan
kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya
makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022).
Imam al-Baihaqi berkata, “Hadits mencuci tangan setelah makan adalah hasan. Dan tidak ada
hadits yang shahih tentang mencuci tangan sebelum makan.” (Al-Adab asy-Syar’iah 3/371).
Namun mencuci tangan dianjurkan apabila sekadar untuk menghilangkan kotoran yang
melekat pada tangan. Demikian yang ditegaskan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Tahdzib as-
Sunan (10/166). (Lihat pula perinciannya dalam al-Adab asy-Syar’iah 3/369).
Walhasil, mencuci tangan sebelum makan bukan sunnah secara mutlak, juga jangan
ditinggalkan secara mutlak. Apabila ada kotoran melekat, maka hendaklah dicuci, jika tidak
ada, maka tidak mengapa makan tanpa mencuci tangan.
Dari Anas pula, ia berkata: “Dari Nabi Saw. di mana beliau melarang seseorang minum
sambil berdiri.” Qotadah berkata bahwa mereka kala itu bertanya (pada Anas), “Bagaimana
dengan makan (sambil berdiri)?” Anas menjawab, “Itu lebih parah dan lebih jelek.” (HR.
Muslim no. 2024).
Para ulama menjelaskan, dikatakan makan dengan berdiri lebih jelek karena makan itu
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada minum.
Kalau beliau menyukainya, maka akan beliau makan. Dan jika tidak menyukainya, beliau
meninggalkannya. (HR al-Bukhâri dan Muslim).
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau
bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau
bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka
kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764. Kata Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan).
11. Makan dengan tiga jari dan menjilati makanan dan sisa makanan
Di antara petunjuk Nabi Saw. adalah makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-
jari tersebut sesudah selesai makan.
Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah Saw. itu makan dengan
menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim no.
2032 dan lainnya).
“Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam.” Tidak aku
dapatkan pendapat lain dari Imam Ahmad yang secara tegas menyelisihi nukilan ini.
Demikian juga tidak aku temukan dalam pendapat mayoritas ulama pengikut Imam Ahmad
yang menyelisihi pendapat beliau di atas.
Kemungkinan besar Imam Ahmad berbuat demikian karena mengikuti dalil, sebab di antara
kebiasaan beliau adalah berupaya semaksimal mungkin untuk sesuai dengan dalil.” (Adab
Syariyyah, 3/177).
14. Tidak makan dan minum dengan wadah dari emas dan perak
Disebutkan dalam hadits Hudzaifah bin al-Yaman, Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah
kamu minum dengan gelas (yang terbuat) dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan
Abu Hurairah mengatakan, “Makanan itu tidak boleh disantap kecuali jika asap makanan
yang panas sudah hilang.” (Dalam Irwa’ul Ghalil no. 1978 Syaikh al-Albani mengatakan
shahih diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, 7/2580).
Dalam riwayat yang lain dinyatakan, “Sesungguhnya setan bersama kalian dalam segala
keadaan, sampai-sampai setan bersama kalian pada saat makan. Oleh karena itu jika
makanan kalian jatuh ke lantai maka kotorannya hendaknya dibersihkan kemudian dimakan
dan jangan dibiarkan untuk setan. Jika sudah selesai makan maka hendaknya jari jemari
dijilati karena tidak diketahui di bagian manakah makanan tersebut terdapat berkah.” (HR
Muslim no. 2033 dan Ahmad 14218).
10 | A d a b m a k a n & m i n u m
20. Penyuguh itu terakhir minum
Dari Abu Qatadah Nabi Saw. mengatakan, “Sesungguhnya orang yang menyuguhkan
minuman kepada sekelompok orang adalah orang yang minum terakhir kali.” (HR Muslim
no. 281).
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Maksud hadits orang yang menyuguhkan minuman baik
berupa air, susu, kopi atau teh seyogyanya merupakan orang yang terakhir kali minum untuk
mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Supaya jika minuman tersebut ternyata
kurang maka yang kurang adalah orang yang menyuguh tadi.
Tidak diragukan lagi bahwa sikap seperti ini merupakan sikap yang terbaik karena
melaksanakan perintah dan adab yang diajarkan oleh Nabi. Akan tetapi jika penyuguh
tersebut tidak berkeinginan untuk minum maka dia tidaklah berkewajiban untuk minum
sesudah yang lain minum. Dalam hal ini penyuguh boleh minum boleh juga tidak meminum.
(Syarah Riyadhus Shalihin VII/273).
Dari Mu’adz bin Anas, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang memakan
makanan lalu ia mengucapkan, “Alhamdulillah alladzi ath’amanaa hadza wa razaqaniihi min
ghairi haulin minni wa laa quwwatin..”
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan memberikan rizki
dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku.”
Atau
11 | A d a b m a k a n & m i n u m
Maka akan diampuni baginya dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian”. (HR Abu
Dawud: 4023, at-Turmudziy: 3458, Ibnu Majah: 3285, Ahmad: III/ 439, Ibnu as-Sunniy dan
al-Hakim. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan).
12 | A d a b m a k a n & m i n u m
HUKUM DASAR MAKANAN
Pada dasarnya semua makanan hukumnya adalah halal, kecuali yang di haramkan oleh dalil,
firman Allah:
ِ ت ۚ َو ه ُ َو ب ِ ك ُ ل َ ج ِم ي ع ً ا ث ُم ه ا سْ ت َ َو ٰى إ ِ ل َ ى ال س ه َم ا ِء ف َ س َ هو ا ه ُ هن س َ ب ْ َع س َ َم
ٍ او ا ِ اْل َ ْر
َ ض َ َ ه ُ َو ا ل ه ذِ ي خَ ل
ْ ق ل َ ك ُ ْم َم ا ف ِي
ٌ ي ٍء ع َ ل ِي م
ْ َش
"Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu." (QS Al Baqarah : 29).
Syeikh Abdurrahman As-Sa'dy berkata :"Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa pada dasarnya
segala sesuatu itu halal dan suci karena ayat tersebut konteksnya adalah menyebutkan nikmat".
1. Suci, bukan najis atau yang terkena najis, sebagaimana firman Allah:
2. Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak langsung,
sebagaimana firman Allah:
3. Tidak memabukkan, sabda Rasul yang artinya :"Setiap yang memabukkan adalah
khamar dan setiap khamar adalah haram". (HR.Muslim ).
4. Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari'at jika makanan itu
berupa daging hewan.
ASAL-USUL MAKANAN
1. Makanan nabati: hukum asalnya adalah halal, dalilnya adalah surat Al Baqarah ayat 29 dan
hadits Salman, Rasulullah SAW bersabda :
13 | A d a b m a k a n & m i n u m
"Yang halal adalah yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan yang haram adalah
yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan yang diidamkan maka itu
dimaafkan". (HR At Tirmidzi).
2. Makanan hewani:
a. Hewan air: hukum dasarnya adalah halal, dalilnya adalah firman Allah yang artinya:
"Dihalalkan bagimu binatang buruan laut". (QS Al Maidah : 96).
Juga sabda Rasulullah SAW:
"(air laut) itu suci dan bangkainya halal". (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
kecuali buaya karena ia termasuk hewan bertaring dan buas juga ular dan kodok.
Abdurrahman bin Utsman ra berkata:"telah datang seorang tabib kepada Rasulullah
SAW meminta izin menjadikan kodok sebagai ramuan obat, maka Rasulullah SAW
melarangnya untuk membunuh kodok". (H.R Abu Dawud, Nasaa'i).
b. Hewan darat
Binatang buas
Ibnu Abbas ra berkata: "Rasul melarang memakan binatang buas yang bertaring dan
burung yang bercakar". (Muslim ).
Berpijak dari hadits ini maka binatang buas yang diharamkan adalah yang bertaring.
Binatang jinak
Hukum asalnya adalah halal, dalilnya adalah firman Allah:
"Dihalalkan bagimu binatang ternak". (QS Al Maidah : 1)
Binatang jinak halal dikonsumsi, kecuali keledai, ia diharamkan dalam hadits Jabir ia
berkata :"Rasulullah SAW melarang pada perang khaibar untuk makan daging keledai
dan mengizinkan memakan daging kuda". (Al Bukhary, dan Muslim )
Unggas
Hukum dasarnya adalah halal,
Zahdam Al Jarmi berkata :"Saya pernah datang kepada Abu Musa Al Asy'ari ra dan ia
sedang makan daging ayam, lalu ia berkata :"Mendekat dan makanlah ! karena aku
melihat Rasulullah memakannya". (At Tirmidziy )
Kecuali burung pemangsa dengan cakar sebagai senjatanya, sebagaimana dalam
hadits Ibnu Abbas di atas, juga burung pemakan bangkai seperti gagak sebagaimana
sabda Nabi yang artinya :"Lima fawaasiq dibunuh baik dalam wilayah haram atau
diluar wilayah haram : gagak, elang, tikus, kalajengking, dan anjing penggigit". (Al
Bukhari dan Muslim).
Hewan yang halal tidak dibunuh melainkan disembelih, karena jika dibunuh maka ia
menjadi bangkai.
Serangga
Serangga yang menjijikkan haram hukumnya, dalilnya adalah firman Allah:
14 | A d a b m a k a n & m i n u m
"Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan segala yang
buruk". (QS Al A'raaf : 157)
Dan sesuatu yang buruk dan menjijikkan tidak termasuk dalam kategori ath thayyibaat,
sebagaimana firman Allah yang artinya :"Katakanlah dihalalkan bagi kalian yang baik-
baik". (QS Al Maidah : 4).
Belalang
Belalang bersifat halal tanpa ragu,
Abdullah bin Abi Aufa bekata :"Kami telah berperang sebanyak tujuh peperangan
dengan memakan belalang bersama Rasulullah SAW ". (Al Bukhary dan Muslim).
Makanan Haram
1. BANGKAI
Yaitu hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu. Hukumnya jelas haram dan
bahaya yang ditimbulkannya bagi agama dan badan manusia sangat nyata, sebab pada
bangkai terdapat darah yang mengendap sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan.
Bangkai ada beberapa macam sbb :
a. Al-Munkhaniqoh yaitu hewan yang mati karena tercekik baik secara sengaja atau
tidak.
b. Al-Mauqudhah yaitu hewan yang mati karena dipukul dengan alat/benda keras hingga
mati olehnya atau disetrum dengan alat listrik.
c. Al-Mutaraddiyah yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat tinggi atau jatuh ke
dalam sumur sehingga mati.
d. An-Nathihah yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya
Sekalipun bangkai haram hukumnya tetapi ada yang dikecualikan yaitu bangkai ikan dan
belalang berdasarkan hadits : "Dari Ibnu Umar berkata: "Dihalalkan untuk dua bangkai
dan dua darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua darah yaitu hati
dan limpa."
Rasululah juga pernah ditanya tentang air laut, maka beliau bersabda:
2. DARAH
Yaitu darah yang mengalir sebagaimana dijelaskan dalam ayat lainnya : "Atau darah yang
mengalir" (QS. Al-An'Am: 145). Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Sa'id bin
Jubair. Diceritakan bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang di antara mereka
merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam yang terbuat dari tulang atau
sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong unta atau hewan yang kemudian darah yang
keluar dikumpulkan dan dibuat makanan/minuman. Oleh karena itulah, Allah
15 | A d a b m a k a n & m i n u m
mengharamkan darah pada umat ini. Sekalipun darah adalah haram, tetapi ada pengecualian
yaitu hati dan limpa berdasarkan hadits Ibnu Umar di atas tadi. Demikian pula sisa-sisa
darah yang menempel pada daging atau leher setelah disembelih. Semuanya itu hukumnya
halal. Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: " Pendapat yang benar, bahwa darah
yang diharamkan oleh Allah adalah darah yang mengalir. Adapun sisa darah yang
menempel pada daging, maka tidak ada satupun dari kalangan ulama yang
mengharamkannya”.
3. DAGING BABI
Babi baik peliharaan maupun liar, jantan maupun betina. Dan mencakup seluruh anggota
tubuh babi sekalipun minyaknya. Tentang keharamannya, telah ditandaskan dalam al-
Qur'an, hadits dan ijma' ulama.
16 | A d a b m a k a n & m i n u m
8. KHIMAR AHLIYYAH (KELEDAI JINAK)
Hal ini berdasarkan hadits : "Dari Jabir berkata: "Rasulullah melarang pada perang khaibar
dari (makan) daging khimar dan memperbolehkan daging kuda"(HR Bukhori dan
Muslim). Riwayat lain disebutkan begini : "Pada perang Khaibar, mereka meneyembelih
kuda, bighal dan khimar. Lalu Rasulullah melarang dari bighal dan khimar dan tidak
melarang dari kuda". (Shahih. HR Abu Daud , Nasa'i, Ahmad )
9. AL-JALLALAH
Hal ini berdasarkan hadits : "Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah melarang dari jalalah unta
untuk dinaiki". (HR. Abu Daud). "Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah melarang
dari memakan jallalah dan susunya." (HR. Abu Daud : Tirmidzi dan Ibnu Majah). "Dari
Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah melarang dari keledai
jinak dan jalalah, menaiki dan memakan dagingnya " (HR Ahmad ).
Maksud Al-Jalalah yaitu setiap hewan baik hewan berkaki empat maupun berkaki dua yang
makanan pokoknya adalah kotoran-kotoran seperti kotoran manuasia/hewan dan
sejenisnya.
Sebab diharamkannya jalalah adalah perubahan bau dan rasa daging dan susunya. Apabila
pengaruh kotoran pada daging hewan yang membuat keharamannya itu hilang, maka tidak
lagi haram hukumnya, bahkan hukumnya halal secara yakin dan tidak ada batas waktu
tertentu. Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan : "Ukuran waktu bolehnya memakan hewan
jalalah yaitu apabila bau kotoran pada hewan tersebut hilang dengan diganti oleh sesuatu
yang suci menurut pendapat yang benar.". Pendapat ini dikuatkan oleh imam Syaukani
dalam Nailul Authar.
10. AD-DHAB (HEWAN SEJENIS BIAWAK) BAGI YANG MERASA JIJIK DARINYA
Berdasarkan hadits : "Dari Abdur Rahman bin Syibl berkata : Rasulullah melarang dari
makan dhab (hewan sejenis biawak). (Hasan. HR Abu Daud).
"Dari Abdur Rahman bin Utsman Al-Qurasyi bahwasanya seorang tabib pernah bertanya
kepada Rasulullah tentang kodok/katak dijadikan obat, lalu Rasulullah melarang
17 | A d a b m a k a n & m i n u m
membunuhnya. (HR Ahmad, Abu Daud , Nasa'i , Al-Hakim, Baihaqi dan dishahihkan
Ibnu Hajar dan Al-Albani).
Haramnya katak secara mutlak merupakan pendapat Imam Ahmad dan beberapa ulama
lainnya serta pendapat yang shahih dari madzab Syafe'i. Al-Abdari menukil dari Abu
Bakar As-Shidiq, Umar, Utsman, dan Ibnu Abbas bahwa seluruh bangkai laut hukumnya
halal kecuali katak.
18 | A d a b m a k a n & m i n u m
anggotanya terdiri atas ahli fiqih dan ahli berbagai keahlian yang berkaitan dengan
teknologi pangan seperti ahli teknologi pangan, kimia, biokimia, dll.
Badan sertifikasi hendaknya bersifat nonprofit oriented (tidak mencari keuntungan).
Walaupun diperlukan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk menghidupi
kegiatan lembaga ini dan melengkapi sarananya, akan tetapi biaya tersebut tidak boleh
berlebihan sehingga akhirnya justru akan memberatkan konsumen.
Mempunyai jaringan yang luas melingkupi seluruh wilayah Indonesia
Harus bersifat independen, tidak mewakili atau dipengaruhi oleh produsen maupun
pemerintah.
Pemerintah jelas diperlukan perannya yaitu membuat peraturan yang mempunyai kekuatan
hukum (seperti peraturan pemerintah) dan pengawasan, akan tetapi pemerintah tidak perlu
terlibat langsung dalam proses sertifikasi karena di samping akan memperpanjang birokrasi,
juga dapat saja terjadi conflict of interest apabila unsur pemerintah masuk kedalam lembaga
pemeriksa tersebut mengingat pemerintah juga mempunyai kepentingan terhadap produsen,
misalnya dalam hal pemasukan uang negara
Ketentuan yang menyangkut ibadah pada seorang pasien dengan gangguan gastrointestinal
►lihat Kuliah Kedoteran Islam Omar hasan kasule →Bahasan Sistem Alimentari.
Sistem Alimentari
Pasien sakit perut akut dibebaskan dari kewajiban berpuasa, sampai ia sembuh. Shalat
dapat dilakukan, bila keadaan sehat. Orang berpenyakit busung lapar, bebas untuk
melaksanakan puasa. Pengaruh GIT pada neoplasma, saat puasa dan shalat, tergantung pada
faktor komplikasi. Keadaan oropharinx bergantung dengan makan dan minum, sehingga
membuat bacaan Al-Qur’an di dalam shalat menjadi baik. Pasien esophageal hendaknya
bersabar dalam berpuasa. Varises esophageal mendorong hematemesi yang dapat membatalkan
puasa. Pasien malabsorption dibebaskan untuk berpuasa, sementara mereka memerlukan diet
khusus yang harus diambil sepanjang hari atau mereka memerlukan makanan yang bergizi,
secara teratur. Diperbolehkan menggunakan dalam ibadah haji bagi orang-orang mengidap
penyakit usus hernia.
Sistem pencernaan
Penyakit usus besar, berhubungan secara langsung dengan ibadah puasa, puasanya
menjadi batal, karena muntah. Diare terus-menerus sulit untuk memelihara wudhu. Stoma yang
dibuat setelah pembedahan penyakit pada usus besar, tidak dapat berfungsi normal akan
mengganggu puasa, shalat, atau haji. Perut kembung terus-menerus akan sulit memelihara
wudhu. Dalam keadaan ini, dianjurkan untuk segera melakukan shalat setelah berwudhu. Jika
perut kembung terus-menerus, maka diperlukan usaha untuk mengatasi hal tersebut. Pada kasus
19 | A d a b m a k a n & m i n u m
pendarahan, yang berkaitan dengan ambeyen dan anal, wudhu dengan langsung mengerjakan
shalat dan wudhu hanya untuk shalat saja. Keadaan ini harus diulang, setiap melaksanakan
shalat. Harus memperhatikan kesucian setelah buang air besar, agar tidak menjadi penyebab
gangguan anal. Kegemukan membuat gerakan shalat menjadi sulit, karena berat tubuh,
kelemahan fisik, dan gerakan terbatas. Puasa baik untuk orang gemuk.
Shalat dapat ditunda guna menahan muntahan, karena muntahan sebagai najasah dan
shalat menjadi batal. Muntah membatalkan puasa, dan dianjurkan untuk melanjutkan puasa
pada hari yang lain. Tersedak pada shalat akan membuat bacaan Al-Qur’an menjadi salah. Jika
cegukan ini berlangsung hingga akhir shalat, maka lebih baik menunggu sampai hal ini
menghilang. Pasien yang terkena penyakit bisul, sebenarnya dibebaskan puasa. Orang yang
buang angin membatalkan wudhu. Pada umumnya, orang yang mengalami perut kembung,
tidak membatalkan wudhu. Ragu akan buang angin, tidak membatalkan shalat. Diare terus-
menerus, sulit untuk menjaga wudhu dan shalat berjama’ah. Bila diare terjadi, shalat pada
gerakan apapun dapat diakhiri dengan salam dan kemudian berwudhu kembali, serta
melanjutkan kembali buang air besar. Pada kasus anal yang membesar, wudhu dikerjakan, pada
setiap akan melalukan shalat. Perdarahan GIT atas, keluar darah pada anal, tidak membatalkan
wudhu. Bila hematemesi, puasa dapat dibatalkan dan harus diganti pada hari yang lain.
Pendarahan dari hemorrhoid dan anal yang terluka tidak membatalkan wudhu, namun harus
membersihkan dengan segera dan sebelum shalat akan dimulai. Beberapa penyebab gangguan
perut, seperti : sakit, kram, kejang, dan gangguan pencernaan, sehingga membuat shalat
menjadi sulit. Pada keadaan seperti ini, dianjurkan untuk menunda shalat sampai mendapatkan
kenyaman. Sakit batu empedu yang menimbulkan nyeri membuat konsentrasi shalat menjadi
sulit. Muntah disengaja membatalkan puasa. Tempat kolostomi harus dijaga kebersihannya
sejak awal dan wudhu dilakukan setiap akan shalat. Pada umumnya, hal-hal yang berkaitan
dengan puasa seperti bau mulut, buruknya kebersihan dan luka nanah pada lidah, dan radang
gusi, dapat menjadi alasan guna menjauhkan diri dari masyarakat, sampai keadaan sehat.
Penyakit menular melalui kontak individu, memerlukan perhatian khusus, dan untuk menjaga
kesehatan masyarakat, maka dilakukan proteksi terhadap pelayanan makanan industri. Islam
mengajarkan, bahwa kesehatan pribadi berperan dalam mencegah penyebaran infeksi.
Referensi
1. Muhammad Irfan Helmy, Akhlak Saat Makan dan Minum – Republika.co.id
2. Anton Apriyantono, Masalah Halal: Kaitan Antara Syar’i, Teknologi dan Sertifikasi,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
3. Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi,1993. Halal dan Haram dalam Islam. Bina Ilmu,
4. Omar Hasan Kasule. 2008. Makanan dan Minuman. Kuliah kedokteran Islam. Forum
kedokteran Islam Indonesia
5. Omar Hasan Kasule. 2008. Sistem Alimentari. Kuliah kedokteran Islam. Forum
kedokteran Islam Indonesia
6. Harun Yahya, 2002. Kejaiban di dalam Tubuh Kita. www.harunyahya.org
20 | A d a b m a k a n & m i n u m
Anjuran Mencuci Tangan Dalam Islam
Ustadz Yulian Purnama March 17, 2020
Islam adalah agama yang membawa maslahah dan mencegah mudharat bagi manusia. Di
antara bentuknya, Islam mengajarkan pola hidup bersih dan tampil indah. Contohnya, ada
beberapa waktu yang dianjurkan untuk mencuci tangan ketika itu. Siapa yang melakukan
cuci tangan dalam rangka memenuhi anjuran ini, ia mendapatkan pahala.
1. Ketika berwudhu
Disebutkan dalam hadits Humran bin Aban rahimahullah tentang cara wudhu Utsman bin
Affan radhiallahu’anhu :
ت َ
ٍ ثالث مرا فغسل َكفه ْي ِه
Mencuci kedua tangan ketika wudhu hukumnya sunnah, tidak sampai wajib. Ibnu Qudamah
dalam kitab Al Mughni mengatakan:
وليس ذلك بواجب عند غير القيام من النوم بغير خالف نعلمه
“Tidak mencuci tangan yang wajib kecuali ketika bangun tidur, hal ini tidak ada khilaf
ulama yang kami ketahui“.
فإنه ل يَد ِْري أين باتت يد ُه. س يدَه في اإلنا ِء حتى يغسلَها ثالثًا
ْ فال يَ ْغ ِم،ِإذا استيقظ أحدُكم من نو ِمه
21 | A d a b m a k a n & m i n u m
“Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka jangan mencelupkan
tangannya ke dalam bejana sebelum ia mencucinya tiga kali. Karena ia tidak mengetahui
dimana letak tangannya semalam” (HR. Bukhari no. 162, Muslim no. 278).
Ulama berbeda pendapat apakah larangan mencelupkan tangan ke dalam bejana (semua
tempat yang menyimpan air) di dalam hadits ini apakah makruh ataukah haram. Ulama
Hanabilah berpendapat hukumnya haram dan mencuci tangan hukumnya wajib. Namun
jumhur ulama berpendapat hukumnya makruh dan mencuci tangan hukumnya mustahab
(sunnah).
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub,
beliau berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua
tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i
no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i).
“Dianjurkan mencuci tangan sebelum makan dan setelah makan, walaupun dalam keadaan
punya wudhu“.
ه
إن َّللاه َ َج ِمي ٌل يُحِ بُّ ال َجما َل
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan” (HR. Muslim no.91).
22 | A d a b m a k a n & m i n u m
Terlebih jika tangan yang kotor bisa mengganggu orang lain. Dari Abu
Musa radhiallahu’anhu, ia berkata:
“Para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, amalan Islam manakah yang paling utama?’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu orang yang kaum Muslimin
selamat dari gangguan lisan dan tangannya”” (HR. Bukhari no.10, Muslim no.57).
https://muslimah.or.id/11971-anjuran-mencuci-tangan-dalam-islam.html
23 | A d a b m a k a n & m i n u m