Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk meniup makanan atau minuman,
sekalipun masih panas. Ada solusi lain yang bisa menjadi alternatif, agar tidak melanggar larangan
ini.
Pertanyaan:
Dari: Ika/Novi
Jawaban:
Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan larangan meniup makanan atau minuman. Diantaranya,
1. Hadis dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan ketika buang hajat, janganlah
menyentuh kemaluan dengan tangan kanan… (HR. Bukhari 153).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam gelas atau meniup isi gelas. (HR.
Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
Mengapa dilarang ditiup?
An-Nawawi mengatakan,
والنهي عن التنفس في اإلناء هو من طريق األدب مخافة من تقذيره ونتنه وسقوط شئ من الفم واألنف فيه ونحو ذلك
Larangan bernafas di dalam gelas ketika minum termasuk adab. Karena dikhawatirkan akan
mengotori air minum atau ada sesuatu yang jatuh dari mulut atau dari hidung atau semacamnya.
(Syarh Shahih Muslim, 3/160)
فأنفاس النافخ: وأما النفخ في الشراب فإنه يكسبه من فم النافخ رائحة كريهة يعاف ألجلها وال سيما إن كان متغير الفم وبالجملة
تخالطه ولهذا جمع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم بين النهي عن التنفس في اإلناء والنفخ فيه
Meniup minuman bisa menyebabkan air itu terkena bau yang tidak sedap dari mulup orang yang
meniup. Sehingga membuat air itu menjijikkan untuk diminum. Terutama ketika terjadi bau mulut.
Kesimpulannya, nafas orang yang meniup akan bercampur dengan minuman itu. Karena itulah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan larangan bernafas di dalam gelas dengan
meniup isi gelas. (Zadul Ma’ad, 4/215).
Larangan Meniup Makanan dan Minuman
“Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan ketika buang
hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan (HR. Bukhari 153).”