Anda di halaman 1dari 3

Adab Makan Penuh Barokah (1)

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  Follow on TwitterSend an emailFebruary 5, 2011

4 10,985 3 minutes read


Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Reddit VKontakte Odnoklassniki Pocket
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Berkuliner ria sungguh menyenangkan. Bisa menyantap berbagai menu masakan setiap
harinya dengan berbagai variasi benar-benar sesuatu hal yang menyenangkan hati sebagian
orang. Namun satu hal yang patut diingat seorang muslim bahwasanya dalam kita
menyantap makanan, Islam telah memberikan kita contoh bagaimanakah adab yang harus
dilakukan. Dengan melakukan adab ini, acara santap makan yang awalnya sekedar untuk
mengenyangkan perut dan menguatkan badan, tentu akan lebih bertambah berkah
(barokah). Kebaikan yang banyak akan diperoleh saat itu karena merutinkan adab dalam
makan ini. Ditambah lagi ia akan lepas dari gangguan musuhnya yaitu setan ketika ia
menyantap secuil makanan. Apa sajakah adab-adab makan yang diajarkan oleh Islam?
Berikut beberapa adab di antaranya:

Pertama: Mengucapkan tasmiyah


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س َم اللَّ ِه تَعَالَى ِفى َأوَّ ِل ِه َف ْل َيقُلْ ِبس ِْم اللَّ ِه َأوَّ لَ ُه وَ آ ِخرَ ُه‬
ْ ‫ى َأنْ َي ْذ ُكرَ ا‬
َ ‫ِإ َذا َأ َك َل َأ َح ُد ُك ْم َف ْل َي ْذ ُك ِر اسْ َم اللَّ ِه تَعَالَى َفِإنْ نَ ِس‬
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah
Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan:
‘Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)’.“[1]
Dari Hudzaifah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ستَ ِح ُّل الطَّعَا َم َأنْ الَ يُ ْذ َكرَ اسْ ُم اللَّ ِه عَ لَ ْي ِه‬
ْ َ‫ش ْيطَانَ ي‬
َّ ‫ِإنَّ ال‬
“Sungguh, setan menghalalkan makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya.”[2]
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan tasmiyah ketika
makan adalah bacaan ‘bismillah’.”[3] Ibnu ‘Allan Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika
disebut tasmiyah, maka yang dimaksud adalah ucapan “bismillah”. Sedangkan jika
disebut basmalah, maka yang dimaksud adalah ucapan “bismillahir rohmaanir rohiim”.[4] Al
Fakihaani rahimahullah mengatakan, “Tidak perlu menambahkan ‘ar rohman ar rohiim’.
Namun jika terlanjur mengucapkannya, maka tidak kena dosa apa-apa.”[5]
Kedua: Makan dengan tangan kanan
Dalam Shahih Muslim disebutkan sebuah riwayat,
ْ ‫ش ْيطَانَ يَْأ ُك ُل ِب ِشمَا ِل ِه وَ ي‬
.» ‫َشرَ بُ ِب ِشمَا ِل ِه‬ َّ ‫شرَ بْ ِبيَ ِمي ِن ِه َفِإنَّ ال‬ َ ‫« ِإ َذا َأ َك َل َأ َح ُد ُك ْم َف ْليَْأ ُكلْ ِبيَ ِمي ِن ِه وَ ِإ َذا‬
ْ َ‫ش ِربَ َف ْلي‬
“Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan tangan
kanannya. Jika minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena setan
makan dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kirinya pula.”[6]
Ketiga: Tidak makan yang di hadapan orang lain (ketika makan dalam satu nampan)
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,
َ‫ وَ ُك ْل ِبيَ ِمي ِنكَ وَ ُك ْل ِممَّا يَ ِليك‬، ‫س ِ ّم اللَّ َه‬
َ ‫يَا ُغالَ ُم‬
“Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah
yang ada di hadapanmu.”[7]
Keempat: Makan dari sisi luar (pinggir), tidak dari tengah
Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫َام َف ُكلُوا ِمنْ َحا َفتَ ْي ِه وَ الَ تَْأ ُكلُوا ِمنْ وَ س‬
‫َط ِه‬ ِ ‫سط َ الطَّع‬
َ َ‫ِإنَّ ا ْلبَرَ َك َة تَ ْن ِز ُل و‬
“Barokah itu turun di tengah-tengah makanan, maka mulailah makan dari pinggirnya dan
jangan memulai dari tengahnya.”[8]
Kelima: Tidak makan dalam keadaan bersandar
Dari hadits Abu Juhaifah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َأمَّا َأنَا َفالَ آ ُك ُل ُمتَّ ِكًئا‬
“Adapun saya tidak suka makan sambil bersandar.”[9] Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan
bahwa bersandar di sini sifatnya umum, tidak dikhususkan bentuk bersandar dengan sifat
tertentu.[10]
— bersambung insya Allah —
www.rumaysho.com

[1] HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi mengatakan hadits tersebut
hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih
[2] HR. Muslim no. 2017
[3] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 9/521, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379.
[4] Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘ala Adzkar An Nawawiyah, Ibnu ‘Allan, 5/120, Darul Kutub Al
‘Ilmiyyah,cetakan pertama, 1424 H.
[5] Al Futuhaat Ar Robbaniyah ‘ala Adzkar An Nawawiyah, 5/128-129.
[6] HR. Muslim no. 2020
[7] HR. Bukhari no. 5376
[8] HR. Tirmidzi no. 1805 dan Ibnu Hibban no. 5245. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih.
[9] HR. Tirmidzi no. 1830 dan Ibnu Hibban no. 5240. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih.
[10] Tuhfatul Ahwadzi, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdirrahim Al Mubarakfuri Abul
‘Alaa, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut, 5/454

Sumber https://rumaysho.com/1550-adab-makan-penuh-barokah-1.html

Anda mungkin juga menyukai