Menyoal etika makan, dapat dipastikan banyak dari kaum muslimin belum
mempraktekkannya.
Bukti konkrit, kerap kali kita saksikan di berbagai lokasi dan kesempatan. Misal,
seorang muslim makan sambil berjalan, atau makan dengan tangan kirinya tanpa ada
beban kekeliruan. Beragam jamuan makan ala barat, semisal standing party banyak
digandrungi orang. Banyak faktor yang menjadi latar belakang. Ketidaktahuan,
mungkin satu sebab diantaranya. Ironisnya, mereka yang telah mengetahui etika Islam
justru meremehkan dan menganggapnya bukanlah satu hal urgent dan mendasar.
Celaka lagi bila mereka meninggalkannya karena tertarik etika barat, dengan asumsi
etika mereka lebih beradab dan lebih moderen. Wal ‘iyadzu billah.
Padahal, sebagaimana yang telah disepakati oleh para ulama, salah satu pembatal
keislaman seseorang, ialah apabila ia meyakini ada petunjuk yang lebih baik dan lebih
sempurna dari petunjuk Nabi صلى اهلل عليه وسلمSeyogyanya setiap muslim senantiasa
berupaya mengejewantahkan nilai-nilai islami, termasuk adab makan ini. Karena
adab-adab tersebut merupakan bagian dari risalah Rasulullah صلى اهلل عليه وسلم.
َت يَ ِدي تَ ِطيشُ فِي الصَّحْ فَ ِة ْ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َكان َ ِ ُول هَّللا
ِ ت ُغاَل ًما فِي َحجْ ِر َرس ُ ُك ْن
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَا ُغاَل ُم َس ِّم هَّللا َ َو ُكلْ بِيَ ِمينِكَ َو ُكلْ ِم َّما يَلِيكَ فَ َما
َ ِ ال لِي َرسُو ُل هَّللا
َ َفَق
ك ِط ْع َمتِي بَ ْع ُد َ ت تِ ْل
ْ َزَال
Ketika aku berada dalam bimbingan Rasulullah, pernah suatu kali tanganku
bergerak di atas piring ke segala arah, hingga Rasulullah pun berkata
kepadaku,”Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu
serta makanlah dari apa yang dekat denganmu.” Maka demikianlah cara makanku
sejak saat itu. [ HR Al Bukhari (Al Fath 9/521) dan Muslim (2202)
Dari Ummul mu’minin A’isyah Radhiyallahu 'anha ia berkata Rasulullah صلى اهلل عليه
وسلمbersabda,
ْإِ َذا أَ َك َل أَ َح ُد ُك ْم فَ ْليَ ْذ ُك ِر ا ْس َم هَّللا ِ تَ َعالَى فَإ ِ ْن نَ ِس َي أَ ْن يَ ْذ ُك َر ا ْس َم هَّللا ِ تَ َعالَى فِي أَ َّولِ ِه فَ ْليَقُل
1
Maraji :
- Riyadhus Shalihin tahqiq Abdul aziz Rabaah dan Ahmad Yusuf Ad-Daqaaq
- Bahjatun Nazhirin Syarhu Riyadhis Shalihin
- Adabuz Zifaaf
- Hishnul Muslim
- As-Sunnah Edisi 01/Tahun VII/1420H/1999M
ُبِس ِْم هَّللا ِ أَ َّولَهُ َوآ ِخ َره
Jika salah seorang kalian makan, maka sebutlah nama Allah. Jika ia lupa untuk
menyebutnya di awal, hendaklah ia membaca : ُره َ (بِس ِْم هَّللا ِ أَ َّولَهُ َوآ ِخdengan
menyebut nama Allah pada awal dan akhirnya). (Hadits shahih dengan beberapa
syawahidnya)2.
Berkenaan dengan hadits di atas, Syaikh Salim bin Ied Al Hilali mengemukakan,
tasmiyyah ialah membaca lafadz bismillah. Adapun pendapat yang mengatakan
tasmiyyah dengan membaca bismillahir rahman nir rahim, merupakan pendapat yang
tidak memiliki hujjah. Demikian juga pendapat yang mengatakan tasmiyyah dibaca
pada setiap suapan, adalah pendapat yang batil. Karena tasmiyyah ini hanya dibaca
pada awal makan.3
Adapun doa yang disunnahkan setelah selesai makan, ialah sebagaimana dijelaskan
dalam hadits-hadits berikut.
3. Wajib makan dengan tangan kanan, berdasarkan perintah Rasulullah صلى اهلل عليه
وسلم,
4. Disunnahkan makan dengan tiga jari dan menjilatinya selesai makan serta
mengambil suapan yang jatuh
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َسأ َ َل أَ ْهلَهُ اأْل ُ ُد َم فَقَالُوا َما ِع ْن َدنَا إِاَّل
َ ي َّ ِع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللا ِ أَ َّن النَّب
َُّخلٌّ فَ َدعَا بِ ِه فَ َج َع َل يَأْ ُك ُل بِ ِه َويَقُو ُل نِ ْع َم اأْل ُ ُد ُم ْالخَلُّ نِ ْع َم اأْل ُ ُد ُم ْالخَل
Dari Jabir bin Abdillah, bahwasanya Nabi bertanya kepada keluarganya tentang
lauk. Mereka menjawab,”Kita tidak memiliki lauk, kecuali cuka.” Maka Beliaupun
minta untuk dibawakan. Kemudian Beliau makan dengan cuka tadi dan
berkata,”Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” [ HR Muslim,
2052]
5
Bahjatun Nazhirin hal. 239
َض ْع أَ ْي ِديَنَا َحتَّى يَ ْبدَأَ َرسُو ُل َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم طَ َعا ًما لَ ْم ن
َ ضرْ نَا َم َع النَّبِ ِّي
َ ال ُكنَّا إِ َذا َح
َ َع َْن ُح َذ ْيفَةَ ق
َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَي
ُض َع يَ َده َ ِ هَّللا
يض َح َر ٌج َوالَ َعلَى ِ ج َح َر ٌج َوالَ َعلَى ْال َم ِر ِ ْس َعلَى ْاألَ ْع َمى َح َر ٌج َوالَ َعلَى ْاألَ ْع َر َ لَّي
ْت إِ ْخ َوانِ ُك ْم أَوِ ت أُ َّمهَاتِ ُك ْم أَوْ بُيُو ِ أَنفُ ِس ُك ْم أَن تَأْ ُكلُوا ِمن بُيُوتِ ُك ْم أَوْ بُيُو
ِ ت َءابَآئِ ُك ْم أَوْ بُيُو
ت َخاالَتِ ُك ْم ِ ت أَ ْخ َوالِ ُك ْم أَوْ بُيُوِ ت َع َّماتِ ُك ْم أَوْ بُيُو ِ ت أَ ْع َما ِم ُك ْم أَوْ بُيُو
ِ ت أَخَ َواتِ ُك ْم أَوْ بُيُوِ بُيُو
ْ ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن تَأْ ُكلُوا َج ِميعًا أَوْ أَ ْشتَاتًا فَإ ِ َذا د
َخَلتُم َ ص ِديقِ ُك ْم لَي َ ْأَوْ َما َملَ ْكتُم َّمفَاتِي َحهُ أَو
تِ ك يُبَي ُِّن هللاُ لَ ُك ُم ْاألَيَا َ َبُيُوتًا فَ َسلِّ ُموا َعلَى أَنفُ ِس ُك ْم ت َِحيَّةً ِّم ْن ِعن ِد هللاِ ُمب
َ ِار َكةً طَيِّبَةً َك َذل
َلَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula)
bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama
mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu,
di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang
perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-
saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki,
di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki
kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu.Tidak ada halangan bagi kamu makan
bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah
dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada penghuninya salam
yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberkati lagi baik.Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. [An-Nuur/24:61]
Namun ada anjuran Nabi صلى اهلل عليه وسلمuntuk makan berjamaah seperti yang
diriwayatkan dalam satu hadits, para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah صلى اهلل
عليه وسلم,” Wahai Rasulullah sesungguhnya kami sudah makan namun mengapakah
kami tidak merasa kenyang? Beliau berkata,” Mungkin kalian makan dengan
terpisah” Mereka menjawab,”Ya” Maka beliau pun bersabda,
10. Jika diundang dalam jamuan makan, selayaknya kita memperhatikan adab-
adab berikut:
Bagi yang berpuasa sunnah ia boleh berbuka dan tidak wajib mengqadhanya,
berdasarkan hadis Nabi berikut:
اآلخ ِر قَالَ يَ ْق ُعد ََّن على َمائِ َد ٍة تُدَا ُر َعلَ ْيهَا بِالخَ ْم ِر
ِ َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِم ُن بِاهلل و اليَوْ ِم
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir janganlah ia sekali-kali
duduk di meja hidangan yang di situ dihidangkan minuman keras”8
6
H.R An Nasai dalam Al Kubra (64/2), Al Hakim (1/439), Al Baihaqi (4/276) dari jalan Samak bin
Harb dari Abu Shalih dari Umu Hani’ dengan marfu’
7
H.R Ahmad 93/138), Abu ali Ash Shafar dalam haditsnya (11/1), Ath Thahawi dalam Al Musykil (1/
498-499), Al Baihaqi ( 7/287), ibnu Asakir (7/59-60) dan sanad mereka shahih
8
H.R Ahmad dari Umar, At Tirmidzi, di hasankan oleh Al Hakim dan ia juga mensahihkannya dari
Jabir dan disepakatioleh Adz Dzahabi, At Thabrani dari Ibnu Abbas.
D. Disunnahkan untuk memulai makan dari tepi wadah dan bukan dari tengah
Dari Abdullah bin Bisr ia berkata,”Nabi memiliki mangkuk besar yang dinamai Al
Gharra’ yang diangkat oleh empat orang lelaki, tatkala para sahabat selesai shalat
duha, mangkuk tersebut dihidangkan penuh berisi kuah dan roti, para sahabat
berkerumun mengelilinginya. Ketika jumlah sahabat yang datang semakin banyak,
Nabi duduk berlutut dengan menduduki punggung telapak kaki beliau. Seorang lelaki
badui bertanya,”Duduk macam apakah ini? Rasulullah menjawab,”Sesungguhnya
Allah telah menjadikanku sebagai hamba yang mulia dan tidaklah Ia menjadikanku
seorang yang sombong lagi durhaka”Kemudian beliau bersabda,”Makanlah dari
sisi-sisinya dan tinggalkanah puncaknya niscaya Allah memberikan berkah pada
makanan ini 9
E. Tidak boleh bagi orang yang tidak diundang untuk ikut makn kecuali dengan
seizin tuan rumah.
ِ ْين فَ َم ْن لَ ْم يَأ
ت ال َّد ْع َوةَ فَقَ ْد ُ ك ْال َم َسا ِك
ُ َشرُّ الطَّ َعا ُم طَ َعا ُم ْال َولِي َم ِة يُ ْدعَى إِلَ ْي ِه اأْل َ ْغنِيَا ُء َويُ ْت َر
َُصى هَّللا َ َو َرسُولَه َ ع
“Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah yang diundang untuk
menghadirinya hanya golongan kaya saja sedangkan orang-orang miskin dilarang”10
Berikut ini kami kemukakan point-point yang berkaitan dengan adab makan :
9
H.R Abu Daud (3773), Ibnu Majah (3263 & 3275) dengan sanad shahih
10
H.R Muslim (4/154) dan Al Baihaqi (7/262) dari hadits Abu Hurairah
11
HR Ahmad 6/38 dan 40, At Tirmidzi dalam Al Jami’ (1896) dan dalam Asy Syamail 1/302 dengan
sanad shahih. Dishahihkan oleh Al Hakim 1/337 dan disepakati oleh Adz Dzahabi.
Penuturan Aisyah di atas memiliki beberapa ihtimal (kemungkinan). Bisa jadi, yang
dimaksud ialah air yang dicampur madu, rendaman kismis ataupun kurma,
sebagaimana tercantum dalam riwayat Muslim berikut.
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ ْنبَ ُذ لَهُ ال َّزبِيبُ فِي ال ِّسقَا ِء
َ ِ ال َكانَ َرسُو ُل هَّللا َ َس ق ٍ ع َِن اب ِْن َعبَّا
ض َل َش ْي ٌءَ َفَيَ ْش َربُهُ يَوْ َمهُ َو ْال َغ َد َوبَ ْع َد ْال َغ ِد فَإ ِ َذا َكانَ َم َسا ُء الثَّالِثَ ِة َش ِربَهُ َو َسقَاهُ فَإ ِ ْن ف
ُأَهَ َراقَه
Dari Ibnu Abbas Radhiyalahu 'anhu, ia berkata,”Rasulullah صلى اهلل عليه وسلمpernah
dibuatkan rendaman kismis dalam satu bejana, kemudian beliau minum rendaman
tersebut pada hari itu, juga esok harinya dan keesokannya harinya. Pada sore hari
ketiga beliau memberi minuman tersebut kepada yang lain, jika masih ada yang
tersisa , beliaupun menuangnya.” [HR Muslim ]
Ibnul Qayyim rahimahullah mengungkapkan dalam kitab Zaaduul Ma’ad, jika dua
sifat dingin dan manis terhimpun dalam satu minuman, akan memberikan manfaat
yang sangat besar bagi tubuh, membantu proses pencernaan dan penyaluran saripati
makanan dengan sempurna, mencairkan dahak, mencuci dan membasmi bibit
penyakit di lambung, menetralisir sisa-sisa makanan , serta menstabilkan kehangatan
lambung. Di samping itu juga sangat bermanfaat bagi hati, ginjal dan kandung kemih.
Lebih jauh lagi beliau menjelaskan, air dingin yang telah dienapkan memiliki
kelembaban yang mampu menetralisir panas tubuh, sekaligus menjaga
kelembabannya, serta mengganti sebagian zat yang telah terurai dari tubuh. Karena
itulah Rasulullah amat menggemarinya, sebagaimana tercantum dalam riwayat
Bukhari,
َىر ُج ٍل ِمن َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل َعل
َ ي َّ ِضي هَّللا ُ َع ْنهُ َما أَ َّن النَّبِ ع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِدهَّللا ِ َر
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ ْن
َ احبٌ لَهُ فَقَا َل لَهُ النَّبِ ُّي ِ ص َ ُار َو َم َعه ِ ص َ ار َر ُج ٍل ِمنَ اأْل َ ْن ِ ص َ اأْل َ ْن
َكانَ ِع ْندَكَ َما ٌء بَاتَ هَ ِذ ِه اللَّ ْيلَةَ فِي َشنَّ ٍة َوإِاَّل َك َر ْعنَا
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi
صلى اهلل عليه وسلمmasuk ke rumah salah seorang laki-laki Anshar bersama seorang
sahabatnya, seraya berkata kepadanya,”Adakah engkau mempunyai air yang telah
diinapkan dalam bejana kulit? Jika tidak kami akan minum langsung dari mulut
kami.”
Selain memberitahukan jenis minuman yang bermanfaat bagi tubuh kita, Rasulullah
صلى اهلل عليه وسلمjuga memberitahukan dan melarang kita mengkonsumsi semua jenis
minuman yang memabukkan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar.
2. Minum dengan tangan kanan dan tidak menggunakan tangan kiri. Rasulullah صلى
اهلل عليه وسلمbersabda.
ب فَ ْليَ ْش َربْ بِيَ ِم ْينِ ِه فَإ ِ َّن ال َّش ْيطَانَ يَأْ ُك ُل بِ ِش َمالِ ِه
َ إِ َذا أَ َك َل أَ َح ُد ُك ْم فَ ْليَأْ ُكلْ بِيَ ِم ْينِ ِه َوإِ َذا َش ِر
َويَ ْش َربُ بِ ِش َمالِ ِه
Apabila salah seorang diantara kalian makan, maka hendaklah dia makan dengan
tangan kanannya dan apabila salah seorang diantara kalian minum maka hendaklah
dia minum dengan tangan kanannya, karena syaitan makan dengan tangan kirinya
dan minum dengan tangan kirinya. [HR. Muslim no. 5233]
5236]
3. Minum dengan duduk, dan beliau melarang dengan tegas minum dalam keadaan
berdiri. Dari Abu Hurairah ia berkata Rasullah صلى اهلل عليه وسلمbersabda,
Imam Nawawi ketika menjelaskan makna larangan minum dalam keadaan berdiri
berkata, “Bahwa larangan yang terdapat dalam hadits-hadits tersebut dibawa
pengertiannya kepada hukum makruh tanzih”13
12
Lihat keterangan Syaikh Salim Al Hilali tentang hal ini dalam Bahjatun nazhirin 2/73-74
13
Syarah Shahih Muslim juz 13 hal. 192
Berdasarkan adab-adab diatas, kita bisa mengambil satu faidah yaitu bathilnya
kebiasaan yang disuguhkan musuh Islam berupa makan dan minum sambil berdiri,
dengan menggunakan tangan kiri.
4. Tidak bernafas di dalam gelas, dan dianjurkan untuk bernafas tiga kali ketika
minum.
ب ِم ْن فَ ِم ْالقِرْ بَ ِة أَ ِو
ِ ْصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َِن ال ُّشر
َ ِ عن أ َبُو هُ َري َْرةَ نَهَى َرسُو ُل هَّللا
ال ِّسقَا ِء
Dari Abu Hurairah ia berkata,”Rasulullah melarang minum lansung dari mulut teko
ataupun qirbah (wadah minum dari kulit).” [HR Mutaffaqqun alaih ]
6. Tidak minum dengan menggunakan bejana dari emas ataupun perak, karena
adanya larangan Rasulullah tentang hal tersebut.
ْب أَو
ٍ َب فِي إِنَا ٍء ِم ْن َذهَ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َش ِر
َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا ْ َع َْن أُ ِّم َسلَ َمةَ قَال
َ َت ق
طنِ ِه نَارًا ِم ْن َجهَنَّ َمْ َض ٍة فَإِنَّ َما ي َُجرْ ِج ُر فِي ب
َّ ِف
Dari Umu Salamah Radhiyallahu 'anha , ia berkata, Rasulullah bersabda,”Orang
yang minum menggunakan wadah emas atau perak, sesungguhnya ia ibarat menelan
api neraka ke dalam perutnya.” [HR Mutaffaqqun alaih ]
َطوا اإْل ِ نَا َءُّ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل غ َ ِ ُول هَّللا
َ ْت َرس ُ ال َس ِمع َ َع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللا ِ ق
ْس َعلَ ْي ِه ِغطَا ٌء أَوْ ِسقَا ٍء َ َوأَوْ ُكوا ال ِّسقَا َء فَإ ِ َّن فِي ال َّسنَ ِة لَ ْيلَةً يَ ْن ِز ُل فِيهَا َوبَا ٌء اَل يَ ُمرُّ بِإِنَا ٍء لَي
ك ْال َوبَا ِء َ ِْس َعلَ ْي ِه ِو َكا ٌء إِاَّل نَ َز َل فِي ِه ِم ْن َذل
َ لَي
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, aku mendengar Rasululah bersabda,” Tutuplah
bejana-bejana dan wadah air. Karena dalam satu tahun ada satu malam, ketika itu
14
HR At Tirmidzi (1888), Abu Daud (3728), Ibnu Majah (3428 & 3429
turun wabah, tidaklah ia melewati bejana-bejana yang tak tertutup, ataupun wadah
air yang tidak diikat melainkan akan turun padanya bibit penyakit.” [HR Muslim.]
Inilah beberapa adab yang diajarkan Rasulullah صلى اهلل عليه وسلمkepada umatnya.
Sebagai seorang muslim, kita berkewajiban untuk mengikuti adab-adab tersebut.
Janganlah kita tergiur dengan berbagai kebiasan yang banyak di pamerkan oleh
musuh Islam meskipun dihiasi dengan berbagai slogan-slogan indah. Mereka hanya
ingin melihat kita ingkar kepada Rasulullah dan ikut bersama mereka dalam kesesatan
dan kedurhakaan. Mereka ingin melihat kita sengsara sementara Rasulullah sangat
ingin melihat kita bahagia di dunia dan akhirat dan beliau sangat susah ketika melihat
kita sengsara. Musuh-musuh Allah ini akan terus berusaha dengan berbagai cara
untuk menyesatkan kita, hendaklah kita selalu waspada. Dan hanya kepada Allah kita
mohon petunjuk dan perlindungan.
Latihan :
1. Jika seseorang hendak makan maka sebutlah nama Allah, Jika ia lupa untuk
menyebutnya di awal, hendaklah ia membaca …
2. Tuliskan do’a sesudah makan !
3. Tuliskan Dalil yang mewajibkan makan dengan tangan kanan !
4. Tuliskan 3 adab Minum !
5. Tuliskan maksud hadits berikut :
Orang Muslim meyakini bahwa tetangga mempunyai hak-hak atas dirinya, dan
etika-etika yang harus dijalankan seseorang terhadap tetangga mereka dengan
sempurna, berdasarkan dalil-dalail berikut:
15
Ensiklopedi Muslim(terjemah: Minhajul Muslim), Abu Bakr Jabir Al-Jazairi. Penerjemah: Fadhli
Bahri, Lc. Penerbit: Darul Falah, Jakarta. Cetakan Pertama: Rajab 1421 H /Oktober 2000 M, hal. 148-
151
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’aala:
ِ َوا ْعبُ ُدوا هَّللا َ َوالَ تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِك
ين
.)36 :ب (النساء ِ ب بِ ْال َج ْن
ِ ب َوالصَّا ِح ِ ُار ْال ُجن
ِ ار ِذي ْالقُرْ بَى َو ْال َج ِ َو ْال َج
Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat den tetangga yang jauh. (An Nisa':36)
1. Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka. Rasulullah صلى اهلل عليه
وسلمbersabda, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu :
2. Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat
mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui
batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti
perasaannya.
Kita jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya
kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan,
serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.
5. Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya
kita ajak mereka berbuat yang ma`ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana
(hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
Rasulullah صلى اهلل عليه وسلمbersabda kepada Abu Dzarr: “Wahai Abu Dzarr, apabila
kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan berilah
tetanggamu”. (HR. Muslim).
7. Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita
di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia tidak ada,
bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang untuk datang ke rumah.
Hal-hal seperti itu mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada kita.
8. Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan / kekeliruan mereka dan jangan pula
bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan
kealpaan mereka.
9. Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.
bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang dicintai صلى اهلل عليه وسلمRasulullah
Allah.... –Disebutkan di antaranya- :Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu
disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu hingga
keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya”. (HR. Ahmad)