Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah, Pada siang ini, kita kembali melaksanakan
ibadah shalat Jumat dalam keadaan sehat wa al-‘afiat. Kita harus mengucapkan alhamdulillah
dan bersyukur kepada Allah, atas segala nikmat Iman, Islam, Kesehatan dan Kesitiqomahan
sehinga membuat kita tetap bisa melaksakan ibadah Wajib ini bagi seorang laki-laki muslim.
Sidang Jumat Rahimakumullah..Judul khutbah pada siang ini adalah Hikmah Memuliakan
Tamu bagi Seorang Muslim’ Yang saya sadur dari tulisan Safwannur, Alumnus Ponpes
Ihyaaussunnah Lhokseumawe, Aceh dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM)
Yogyakarta. Pengajar di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir hendaklah ia memuliakan tamunya.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu Hajar rahimahullah berkomentar: “Hadits ini termasuk jawami’ul kalim (ucapan yang
singkat dan padat). Mencakup tiga hal yang menghimpun berbagai akhlak terpuji, baik dalam
perbuatan maupun ucapan.”
َ َوَﻻ ﯾَْﺴﺘ َِﻘﯿُﻢ ﻗَْﻠﺒُﮫُ َﺣﺘ ﱠﻰ ﯾَْﺴﺘ َِﻘﯿَﻢ ِﻟ،َُﻻ ﯾَْﺴﺘ َِﻘﯿُﻢ ِإﯾَﻤﺎُن َﻋْﺒٍﺪ َﺣﺘ ﱠﻰ ﯾَْﺴﺘ َِﻘﯿَﻢ ﻗَْﻠﺒُﮫ
ﺴﺎﻧُﮫُ )رواه أﺣﻤﺪ
“Iman seorang hamba tidak lurus sehingga hatinya lurus dan hatinya tidak akan lurus sehingga
lidahnya lurus.” (HR. Ahmad)
Hadits diatas mengajarkan kita untuk menjaga lidah dari berbagai ucapan yang tidak
mengandung nilai kebaikan sama sekali atau ucapan yang tidak diperbolehkan. Sebagai
seorang muslim, hendaklah berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Perlu
mempertimbangkan matang-matang efek dari kata yang meluncur dari lisan kita.
Mengutamakan diam daripada berbicara yang tidak bermanfaat itu lebih baik.
ﻈْﺮ أ َْھَﻞ
ُ ﺛ ُﱠﻢ اْﻧ،ﺖ َﻣَﺮﻗَﺔً ﻓَﺄ َْﻛﺜِْﺮ َﻣﺎَءَھﺎ
َ ﺻﻨَْﻌ َ إِذَا:ﺳﻠﱠَﻢ
َ ﻋﻠَْﯿِﮫ َو ﺻﻠﱠﻰ ﱠ
َ ُ< ُ ﻗَﺎَل ِﻟﻲ َر: ﻗَﺎَل،ﻋْﻦ أ َﺑِﻲ ذَ ٍ ّر
َ ِﺳﻮُل ﷲ َ
( )أ َْﺧَﺮَﺟﮫُ ُﻣْﺴِﻠٌﻢ.ف ٍ ﺻْﺒُﮭْﻢ ِﻣْﻨَﮭﺎ ﺑَِﻤْﻌُﺮو ِ َ ﺖ ِﻣْﻦ ِﺟﯿَﺮاﻧَِﻚ ﻓَﺄٍ ﺑَْﯿ
Dari Abu Dzar berkata: Rasulullah bersabda kepadaku: “Apabila engkau memasak gulai, maka
perbanyaklah kuahnya, lalu perhatikanlah tetanggamu dan berikanlah pada mereka dengan cara
yang baik.” (H.R. Muslim)
Ketiga, memuliakan tamu. Memuliakan tamu adalah menyambutnya dengan wajah berseri-seri
dan segera menghidangkan jamuan serta melayani dengan baik. penyambutan yang baik
dengan tutur kata yang bijak tentu akan menyenangkan hatinya dan mempererat ukhuwah
Islamiyah. Al-Qur’an menginformasikan kisah ketika nabi Ibrahim menerima dengan baik
kedatangan tamu beliau yaitu para Malaikat.
“Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak
sapi gemuk.” (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 26).
ﺳﻠﱠَﻢ
َ ﻋﻠَْﯿِﮫ َو ﺻﻠﱠﻰ ﱠ
َ ُ< َ ِﺳﻮَل ﷲ ُ ﺖ َر َ :ﻋْﻨﮫُ ﻗَﺎَل
ُ ﺳِﻤْﻌ َ ُﻲ ﷲ َ ﺿ ِ ﻲ ِ َر ّ ﻋْﻤٍﺮو اْﻟُﺨَﺰاِﻋ ُ ﻋْﻦ أ َﺑِﻲ
َ ﺷَﺮْﯾﺢٍ ُﺧَﻮْﯾِﻠِﺪ ْﺑِﻦ َ
َ
ُ ﯾَْﻮُﻣﮫ:ﺳْﻮَل ﷲِ؟ ﻗﺎَل ُ ُ َ
ُ َوَﻣﺎ َﺟﺎﺋَِﺰﺗﮫُ ﯾَﺎ َر: ﻗﺎﻟﻮا،ُﺿْﯿﻔَﮫُ َﺟﺎﺋَِﺰﺗ َﮫ ْ ْ ْ ْ
َ ِ َواﻟﯿَْﻮِم اﻵِﺧِﺮ ﻓَﻠﯿُﻜِﺮْمl َﻣْﻦ َﻛﺎَن ﯾُْﺆِﻣُﻦ ﺑِﺎ:ﯾَﻘْﻮَل ُ
( )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ.ٌﺻﺪَﻗَﺔ َ ﻓََﻤﺎ َﻛﺎَن َوَراَء ذَِﻟَﻚ ﻓَُﮭَﻮ،ﻀﯿَﺎﻓَﺔُ ﺛ ََﻼﺛ َﺔُ أ َﯾﱠﺎٍمّ ِ َواﻟ،َُوﻟَْﯿﻠَﺘ ُﮫ
Abu Syuraih, Khuwailid bin ‘Amr Al-Khuza’i ra berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah menghormati
tamunya dengan memberinya jaizah (hadiah).” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa
hadiahnya tamu?” Beliau menjawab: “Melayaninya sehari semalam. Masa melayani tamu itu
tiga hari. Jika lebih dari tiga hari, termasuk shadaqah.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Para ulama terdahulu telah memberi contoh teladan dalam memuliakan tamu. Mereka
menyambut tamu dengan baik, lalu menghidangkan jamuan semampu mereka. Bahkan
Rosullullah memberikan contoh bagaimana menjamu tamu non muslim. Dari Abu Hurairah
berkata, “Seorang kafir datang bertamu kepada Rasulullah SAW. Maka beliau memerintahkan
untuk mendatangkan seekor kambing untuk diperah, orang kafir itu lalu meminum perahan
susunya. Lalu diperahkan dari kambing yang lain, dan ia meminumnya. Lalu diperahkan dari
kambing lain lain, dan ia meminumnya lagi, hingga menghabiskan susu dari tujuh kambing.
Keesokkan harinya orang itu masuk Islam. Rasulullah SAW menyuruh agar kambing beliau
diperah. Dia pun minum air susunya, kemudian beliau memerahkannya lagi namun dia tidak
sanggup menghabisinya. Sehingga Rasulullah SAW bersabda: “Seorang mukmin minum
dengan satu usus sedangkan orang kafir minum dengan tujuh usus.” (HR. Malik no 1443).
ِ ﺑَﺎَرَك ﷲُ ِﻟْﻲ َوﻟَُﻜْﻢ ِﻓﻲ اْﻟﻘُْﺮآِن اْﻟَﻜِﺮْﯾِﻢ َوﻧَﻔَﻌَِﻨْﻲ َوِإﯾﱠﺎُﻛْﻢ ِﺑَﻤﺎ ِﻓْﯿِﮫ ِﻣَﻦ اْﻵﯾَﺎ
ت
َواﻟ ِﺬّْﻛِﺮ اْﻟَﺤِﻜْﯿِﻢ َوﺗ َﻘَﺒﱠَﻞ ِﻣﻨِّﻲ َوِﻣْﻨُﻜْﻢ ِﺗَﻼَوﺗ َﮫُ ِإﻧﱠﮫُ ُھَﻮ اﻟ ﱠ
ﺴِﻤْﯿُﻊ اْﻟﻌَِﻠْﯿﻢ
Khutbah Kedua :
Bila tamu telah menikmati jamuan yang disajikan, menyelesaikan hajatnya, dan berpamitan
hendak pulang, kita sebaiknya mengucapkan kata-kata perpisahan yang menyenangkan,
berterima kasih atas kunjungannya, dan menunjukkan raut wajah yang berseri-seri. Untuk
menunjukkan keakraban, antarkan tamu hingga halaman rumah, dan pandanglah hingga ia
telah keluar dari halaman rumah. Abu Ubaid Qasim bin Salam pernah mengunjungi Ahmad
bin Hambal. Abu Ubaid berkata: “Tatkala aku hendak pergi, dia bangun bersamaku. Aku pun
berkata (karena malu atas penghormatannya itu): “Jangan kau lakukan ini, wahai Abu
Abdillah!”
Di akhir khutbah kedua ini marilah kita berdoa kepada Allah semoga Allah mengampuni kita
atas segala dosa dan kesalahan. Dan menjadikan kita sebagai ahli surga.
ﺳِﻠُّﻣوا ﺗ َْﺳِﻠﯾًﻣﺎ
ﺻﻠﱡوا َﻋﻠَْﯾِﮫ َو َ
ﻲ ِ ﯾَﺎ أ َﯾﱡَﮭﺎ اﻟﱠِذﯾَن آ ََﻣﻧ ُوا َ
ﺻﻠﱡوَن َﻋﻠَﻰ اﻟﻧﱠِﺑ ّ
& َوَﻣَﻼِﺋَﻛﺗ َﮫ ُ ﯾ ُ َ
ِإﱠن ا ﱠ َ