Anda di halaman 1dari 82

Khutbah Idul Fitri 1429 H: Ramadhan, untuk Esok yang Lebih Cerah

Asfuri Bahri, Lc 26/09/08 | 06:39 Khutbah Idul Fitri Ada 36 komentar 21.661 Hits

ِ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫َّحي ِْم‬

ً‫ هللا أ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْحانَ هللاِ بُ ْك َرة‬،ُ‫ هللا أَ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْمد‬،ُ‫ الَ ِإلَهَ إِالَّ هللاُ هللا أ ْكبَر‬،ُ‫ هللاُ أ ْكبَر‬،ُ‫ هللاُ أ ْكبَر‬،ُ‫هللاُ أ ْكبَر‬
ُ‫د إِالَّ إِيَّاه‬Jُ ُ‫ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا َوالَ نَ ْعب‬،ُ‫اب َوحْ َده‬
َ ‫ َوأ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَ َز َم األحْ َز‬،ُ‫ص َر َع ْب َده‬ َ َ‫ َون‬،ُ‫ق َو ْع َده‬ َ ‫ص َد‬ َ ،ُ‫ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َده‬،ً‫ص ْيال‬
ِ ‫َوأ‬
‫ هللا أ ْكبَ ُر َوهلل ْال َح ْم ُد‬،ُ‫ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا هللا أ ْكبَر‬، َ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ َولَوْ َك ِرهَ ْال َكافِرُوْ ن‬ ‫ل‬
ِ ِ ُ‫خ‬ْ ‫م‬ .

‫ نَبِيِّنَا‬، َ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َسيِّ ِد األ ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْين‬
َّ ‫ْال َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َو ْال َعاقِبَةُ ِل ْل ُمتَّقِ ْينَ َوالَ ُع ْد َوانَ إِالَّ َعلَى الظَّالِ ِم ْينَ َوال‬
َ‫صحْ بِ ِه أجْ َم ِع ْين‬ َ َ
َ ‫ َو َعلى آلِ ِه َو‬،‫و َموْ الَنا ُم َح َّم ٍد‬. َ

dakwatuna.com – “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada tuhan
selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah. Allah
Maha Besar sebesar-besarnya, segela puji bagi-Nya sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah
dari pagi hingga petang hari. Tiada tuhan selain Allah, sendiri. Yang benar janji-Nya, yang
memberi kemenangan kepada hamba-Nya, yang memuliakan prajurit-Nya sendirian. Tiada
tuhan selain Allah, dan kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, mengikhlaskan
agama hanya kepada-Nya, walaupun orang-orang kafir membenci. Tiada tuhan selain Allah.
Allah Maha Besar, bagi Allah-lah segala puji.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…

Pada pagi hari ini kita menyaksikan ratusan juta manusia mengumandangkan takbir, tahlil,
tasbih, dan tahmid. Semilyar mulut menggumamkan kebesaran, kesucian, dan pujian untuk
Allah Subahanhu wa Ta’ala, sekian banyak pasang mata tertunduk di hadapan kemaha-
besaran Allah Azza wa Jalla, sekian banyak hati diharu-biru oleh kecamuk rasa bangga, haru,
bahagia dalam merayakan hari kemenangan besar ini. Sebuah kemenangan dalam
pertempuran panjang dan melelahkan, bukan melawan musuh di medan laga, bukan melawan
pasukan dalam pertempuran bersenjata. Namun, pertempuran melawan musuh-musuh yang
ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat serta syetan yang cenderung ingin menjerumuskan
kita. Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan jiwa, “Aku tidak pernah mempunyai
urusan yang lebih pelik ketimbang urusan jiwa.” Hasan Bashari berkata, “Binatang binal
tidak lebih membutuhkan tali kekang ketimbang jiwamu.”

Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan, inilah kemenangan terbesar,
kemenangan utama yang akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam semua
kancah kehidupan dunia yang kita arungi. Kita membutuhkan kemenangan seperti ini untuk
memenangkan semua pertarungan yang kita hadapi dalam hidup ini. Betapa banyak
perangkat-perangkat meteri kemenangan dikuasai oleh seseorang, kelompok, dan bangsa.
Namun ternyata mereka harus menelan kekalahan dengan sederet perangkat materi itu.
Mereka memiliki ilmu dan teknologi, senjata, perlengkapan, dan sarana lainnya, namun itu
semua tidak berdaya di hadapan seseorang, kelompok, atau bangsa yang memiliki
ketangguhan jiwa, kekuatan mental, dan kematangan pribadi.

َ‫ت فِئَةً َكثِي َرةً بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ َوهَّللا ُ َم َع الصَّابِ ِرين‬


ْ َ‫َك ْم ِم ْن فِئَ ٍة قَلِيلَ ٍة َغلَب‬
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 249).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Selama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci, bulan penuh keberkahan dan nilai. Bulan
yang mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan
nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan Ramadhan melatih kita untuk
memberi perhatian kepada waktu, di mana banyak manusia yang tidak bisa menghargai dan
memanfaatkan waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu
shalat, yang barangkali di luar Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat.
Adzan berkumandang di samping kanan kiri telinga kita, namun kita tetap dengan segala
kesibukan kita, tak tergerak bibir kita untuk menjawabnya apa lagi untuk memenuhi
panggilan itu…

Dan kita membiarkan suara Muadzin itu memantul di tembok rumah dan kantor kita, lalu
pergi bersama angin lalu.

Sedangkan pada bulan Ramadhan ini kita selalu menunggu suara adzan, minimal adzan
Maghrib, kita tempel di rumah kita bahkan kita hapal jadwal Imsakiyyah…

Mudah-mudahan selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu shalat selalu kita pelihara.
Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyia-nyiakan waktunya berarti ia menyiakan-
nyiakan hidupnya.

Ada survei tahun 1980 bahwa Jepang adalah negara pertama yang paling produktif dan
evektif dalam menggunakan waktu, disusul Amerika dan Israel. Subhanallah, ternyata
negara-negara itu kini menguasai dunia. Sebagai seorang muslim, mestinya kita menjadi
orang yang paling disiplin dengan waktu kita. Al-Qur’an yang kita baca di bulan Ramadhan
mengisyaratkan pentingnya waktu bagi kehidupan. Bahkan pada banyak ayat Allah
bersumpah dengan waktu.

Maka jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat
di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang produktif, baik untuk
kepentingan dunia atau akhirat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah; masjid, mushalla,
dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah ini, kita kerahkan anak istri
kita untuk meramaikan tempat suci ini. Hingga ketika menyaksikan pemandangan indah ini
seseorang sempat berkhayal, “Andai Ramadhan datang dua belas kali setahun.” Begitu indah
pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari pengeras suara di antara masjid-
masjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan istighfar.

Suasana ini perlu kita pertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu mengerahkan keluarga
kita untuk memakmurkan masjid-masjid Allah. Sehingga kita layak mendapatkan janji Allah,
bahwa,

ِ ‫ق بِ ْال َم َس‬
‫اج ِد‬ ٌ َّ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعل‬..…ُ‫َس ْب َعةٌ يُ ِظلُّهُ ُم هللا فِى ِظلِّ ِه يَوْ َم الَ ِظ َّل إِالَّ ِظلُّه‬
“Ada tujuh golongan manusia yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya di hari dimana tidak
ada naungan selian naungan Allah….dan seseorang yang hatinya terikat dengan masjid.”

Ramadhan juga melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah dengan
mengorbankan tenaga dan kepentingan kita, saat-saat kita masih lelah bekerja seharian,
setelah sepanjang siang kita bertahan dengan rasa lapar dan dahaga, saat kita mestinya
beristirahat dari kepenatan, namun, justru kita ruku’ dan sujud dalam shalat tarawih atau
qiyamu Ramadhan dengan satu harapan, mudah-mudahan kita mendapatkan keridhaan Allah,
itulah satu-satunya yang paling berharga dalam hidup kita selaku Muslim.

Semangat ini juga mestinya kita jaga setelah Ramadhan, kita perlu mempersembahkan apa
yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah. Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini
hanya amanah dari Allah Ta’ala, apakah kita dapat menunaikannya atau tidak. Hendaknya
keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita, tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan
berayun, dan kaki melangkah kecuali kita harus mengirinya dengan satu pertanyaan, “Apakah
dengan apa yang saya ucapkan dan saya lakukan ini saya akan mendapatkan ridha Allah.”
Hingga dengan demikian serasilah apa yang sering kita ikrarkan,

َ‫اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬


َ َ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ ي‬
َ ‫إِ َّن‬

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta
alam.”

Ramadhan juga melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia, dengan rasa
lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-saudara kita yang kurang
beruntung di dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga.
Apalagi, rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya
hedonisme mulai menjangkiti manusia modern, dimana mereka hanya disibukkan oleh urusan
pribadi, nafsi-nafsi, urusanku urusanku sendiri, silahkan urus urusanmu sendiri. Hal ini
diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai
satu-satunya tujuan. Bahkan, terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela
menghalalkan segala cara.

Solidaritas semacam ini perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam hubungan dengan
sesama manusia dengan melakukan shiyam-shiyam sunnah, di mana Islam telah
mensyariatkannya. Manusia modern perlu melakukan puasa untuk melatih kepekaan
sosialnya, para pejabat perlu melakukan puasa sunnah untuk merasakan derita yang dialami
sebagian besar bangsa ini. Sehingga, muncullah kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada
masyarakat miskin. Atau, minimal dapat menurunkan gaya hidup kelas tinggi mereka di
tengah bangsa yang menangis ini.

Kita menyambut adanya itikad baik dari pemimpin negeri ini untuk membudayakan hidup
sederhana. Alangkah indahnya jika ajakan hidup sederhana ini diterapkan oleh semua pihak,
terutama para pejabat, menteri, anggota dewan, dirjen-dirjen dan lain sebagainya. Ini akan
menggurangi anggaran negara dan dapat dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.

Bangsa ini masih terpuruk, rakyat masih menderita. Kemiskinan menjadi pemandangan
utama di setiap sudut kota dan pelosok desa. Tidaklah pantas memamerkan kemewahan di
hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas negara.
Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Az-Zuhri ditanya
tentang makna zuhud dan dia menjawab, “Zuhud bukanlah pakaian yang kumal dan badan
yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat dunia.” Orang mukmin boleh kaya
dan berjaya, namun yang ada di hatinya hanyalah Allah semata. “Letakkan harta di tanganmu
dan jangan letakkan di hatimu.” Demikian nasihat ulama.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Sungguh banyak pelatihan yang diberikan oleh Diklat Ramadhan kepada kita, itulah
barangkali di antara hikmah disyariatkannya shiyam selama sebulan agar sebelas bulan
sisanya kita lalu dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Agar suasana spiritual yang
dilatih selama sebulan ini menjadi energi kita dalam mengarungi sebelas bulan berikutnya.
Agar predikat takwa itu benar-benar terjaga dalam diri kita. Sebab ketakwaan itulah bekal
hidup dan modal kita untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla.

ِ ‫َوتَزَ َّودُوا فَإ ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى َواتَّقُو ِن يَاأُولِي اأْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

“Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

‫إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم‬

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Demikianlah Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari
sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Mestinya ini
semua menjadi bekal kita untuk melakukan perubahan-perubahan di masa depan, perubahan
yang mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik. Sebagai pribadi maupun bangsa.

Sungguh kehidupan yang kita lalui masih sulit, beban yang kita pikul semakin berat. Baik
sebagai pribadi atau sebagai bangsa, kita sekarang belum juga bisa berkelit dari krisis multi
dimensi yang cukup pelik. Pekerjaan kian sulit dicari, harga-harga masih membumbung
tinggi, angka pengangguran masih tinggi, bencana alam, kejahatan meraja-lela. Demi sesuap
nasi, nilai-nilai yang semestinya dijunjung dan dijaga tidak diindahkan lagi. Bahkan, nyawa
yang begitu mahal dan berharga oleh semua agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang
sangat murah. Dari layar TV dan media cetak kita sering menyaksikan peristiwa pembunuhan
yang sungguh mendirikan bulu kuduk kita; seorang anak membantai ayahnya, suami
mencincang istrinya, tetangga menghabisi tetangganya, saudara menggorok saudaranya, yang
rata-rata motifnya sama, ekonomi.

Tidak ada bekal terbaik untuk menghadapi kondisi sulit ini selain ketakwaan. Barangkali
semua orang sepakat bahwa kita semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang
melanda kita dan bangsa kita dewasa ini. Untuk itu di hari yang fitri ini, di tengah kita
merayakan kemenangan besar ini. Di mana kita baru saja selesai melakukan pelatihan selama
sebulan penuh, di mana nuansa kesucian tengah kita rasakan saat ini, sehingga pikiran dan
hati kita tengah mengalami pencerahan karena nilai-nilai ketakwaan. Marilah kita menatap
hari esok dengan semangat berubah ke arah yang lebih baik dan penuh optimisme, dan
memang seorang Mukmin, seorang Muttaqi, seorang yang bertakwa pantang kehilangan asa
dalam kondisi apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi
berbagai kesulitan ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Ada beberapa variabel untuk membangun optimisme dalam diri kita.

Pertama, Husnudzan kepada Allah.

Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah ini harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita
sepakat bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah,
termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Dan seorang Mukmin selalu
menghadapi semua ketentuan Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa
apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak
menggerutu kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena keputusan Tuhannya, dan ia
selalu menatap semua ujian itu dengan senyum. Ia yakin akan mendapatkan dua keuntungan
dari ujian itu:

1. Diangkat dan dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya

2. Dan tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla

ُ َ‫ص ْب ُر َو َم ْن َج ِز َع فَلَهُ ْال َجز‬


‫ع‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل إِ َذا أَ َحبَّ قَوْ ًما ا ْبتَاَل هُ ْم فَ َم ْن‬
َّ ‫صبَ َر فَلَهُ ال‬

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa bersabar
ia mendapat (pahala) kesabarannya, dan barangsiapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena
kegundahannya.”

َ َ‫صابَ ْتهُ َسرَّا ُء َش َك َر فَ َكانَ خَ ْيرًا لَهُ َوإِ ْن أ‬


َ ُ‫صابَ ْته‬
‫ضرَّا ُء‬ َ َ‫ك أِل َ َح ٍد إِاَّل لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن إِ ْن أ‬ َ ‫َع َجبًا أِل َ ْم ِر ْال ُم ْؤ ِم ِن ِإ َّن أَ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخ ْي ٌر َولَي‬
َ ‫ْس َذا‬
َُ‫صبَ َر فَ َكانَ خَ ْيرًا له‬
َ

“Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya,
dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mendapatkan kebaikan ia
bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula
baginya.” (Muslim)

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya
selain kebaikan, kalau tidak di dunia, di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di
akhirat akibat prasangka buruk kita kepada Allah. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.

Kedua, Tidak putus berdoa.

Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa
merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla.

Sebagai bangsa, kita ini mestinya sudah hancur berantakan, mestinya negara yang bernama
Indonesia ini gulung tikar. Krisis ekonami yang berkepanjangan, krisis kepercayaan, moral,
bom meledak di mana-mana, pemerintahan yang lemah, tekanan bahkan konspirasi untuk
menghancurkan bangsa kita begitu kuat. Pertikaian dan peemusuhan antar suku, entis, dan
antar agama, pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk, hutang negara yang kian
membumbung tinggi. Mestinya, semua itu cukup membuat kita, sebagai bangsa ambruk
terkapar… akan tetapi kenyataannya tidak, apapun keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak.
Barangkali pihak-pihak yang menginginkan kehancuran negeri ini tak habis pikir, mengapa
hingga saat ini kita masih bisa bertahan. Kita yakin seyakin-yakinya, itulah berkat doa yang
dipanjatkan setiap muslim di negeri ini, bahkan di seluruh dunia, itu semua berkat ratusan
juta pasang tangan yang selalu ditengadahkan ke langit, memohon kepada yang Maha Kuat
dan Maha Perkasa, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran…

Ketiga, meneladani para nabi dan rasul.

Mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian Allah timpakan
kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang
mendapatkan gelar Uluz Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat.
Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta’ala.

Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di usianya yang
mulai senja, si buah hati yang diidamkannya belum kunjung datang. Akan tetapi hal itu tidak
membuatnya berputus asa dan kehilangan optimisme. Dengarkanlah Al-Quran menuturkan,

‫ظ ُم ِمنِّي َوا ْشتَ َع َل الر َّْأسُ َش ْيبًا َولَ ْم أَ ُك ْن‬


ْ ‫)قَا َل َربِّ إِنِّي َوهَنَ ْال َع‬3(‫)إِ ْذ نَادَى َربَّهُ نِدَا ًء خَ فِيًّا‬2(‫ك َع ْب َدهُ زَ َك ِريَّا‬َ ِّ‫ِذ ْك ُر َرحْ َم ِة َرب‬
‫ال‬ ْ ُ ُ
ِ ‫)يَ ِرثنِي َويَ ِرث ِمن َء‬5(‫ك َولِيا‬ ً ّ ْ ُ َ ْ ْ‫ب‬ َ
َ ‫ت ا ْم َرأتِي عَاقِرًا فهَ لِي ِمن لدن‬ َ َ َ ْ ْ ُ
ِ ‫)وإِني ِخفت ال َم َوالِ َي ِمن َو َرائِي َوكان‬ ْ ِّ َ 4(‫ك َربِّ َشقِيًّا‬ َ ِ‫بِ ُدعَائ‬
‫ضيًّا‬ ْ
ِ ‫وب َواجْ َعلهُ َربِّ َر‬ ُ
َ ‫يَ ْعق‬

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya,
Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan
aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya
aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang
mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku
dan mewarisi sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang
diridhai”.(Maryam: 2-6)

Orang yang sudah tua renta, istrinya mandul…lalu mengharapkan mempunyai anak? Rasanya
mustahil itu terjadi, rasanya harapannya akan tinggal harapan. Akan tetapi kekasih Allah
tidak menyandarkan harapannya kepada sebab-sebab manusiawi, karena sebab-sebab itu
merupakan kehendak Allah, Allah mampu menciptakan dari yang tiada menjadi ada. Apalagi
dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya
dan melihat ketegarannya.

‫يَا َز َك ِريَّا إِنَّا نُبَ ِّشرُكَ بِغُاَل ٍم ا ْس ُمهُ يَحْ يَى لَ ْم نَجْ َعلْ لَهُ ِم ْن قَ ْب ُل َس ِميًّا‬

“Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh)
seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan
orang yang serupa dengan dia.” (Maryam: 7).

Itu pula yang dialami Ibrahim, Khalilullah.

Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika kita tetap berusaha dan berdoa.
Pada perang Khandaq, saat sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri dari suku Quraisy dan
kabilah-kabilah Arab lainnya mengepung Madinah. Sementara Rasulullah hanya didukung
dua ribu pasukan dengan parit yang mengelilingi sebagian sisi kota. Sementara itu orang-
orang Yahudi Quraidzah yang terikat perjanjian dengan kaum Muslimin untuk melindungi
wilayah perbatasan kota Madinah, ternyata mereka membatalkan perjanjian dan bergabung
dengan pasukan sekutu. Dan dengarlah sikap Rasulullah menghadapi kondisi genting ini,

ِ ‫ أَب ِْشرُوْ ا أَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ بِفَ ْت‬،ُ‫…هللَا ُ أَ ْكبَر‬


‫ح هللاِ َونَصْ ِر ِه‬

“Allahu Akbar, bergembiralah wahai sekalian kaum Muslimin dengan kemenangan dari
Allah dan pertolongan-Nya.”

Dan ternyata Allah memperhatikan optimisme hamba terbaik-Nya, dua ribu pasukan Muslim
dapat mengalahkan sepuluh ribu pasukan sekutu plus orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Keempat, beramal dan bertawakkal.

Sebab Allah tidak menurunkan emas dari langit. Singsingkan lengan baju. Kita gunakan
seluruh potensi yang Allah karuniakan kepada kita

ِ ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو َستُ َر ُّدونَ إِلَى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
َ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang
telah kamu kerjakan”. (At-Taubah:105).

Sebab tidak ada yang mengubah kita selain kita sendiri…

‫ات ِم ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوإِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ بِقَوْ ٍم‬
ٌ َ‫لَهُ ُم َعقِّب‬
)11(‫ال‬ ٍ ‫سُو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهُ َو َما لَهُ ْم ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن َو‬

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-
Radu: 11)

Akhirnya, dengan jiwa yang suci bersih bak seorang bayi yang baru lahir. Marilah kita
tundukkan hati kita kepada kebesaran Allah, menengadah, mengharap akan karunia dan
rahmat-Nya, untuk kita keluarga kita, kaum Muslimin, dan bangsa kita.

َ‫ك َو َع ِظي ِْم س ُْلطَانِك‬


َ ‫ك ْال َح ْم ُد َك َما يَ ْنبَ ِغي لِ َجالَ ِل َوجْ ِه‬
َ َ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َح ْمدًا يُ َوافِى نِ َع َمهُ َويُ َكافِي ُء َم ِز ْي َدهُ يَا َربَّنَا ل‬.

َ َّ‫ت ِإن‬
ِ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا‬
‫ت‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫ت األحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأل ْم َوا‬ ِ ‫ألَّلهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬.
‫ك َما تُبَلِّ ُغنَا بِهَا َجنَّتَكَ َو ِمنَ ْاليَقِي ِْن َما تُهَ ِّونُ بِ ِه َعلَ ْينَا‬ َ ِ‫ك َو ِم ْن طَا َعت‬ ِ ‫ك َما تَحُوْ ُل بِ ِه بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ َم ْع‬
َ ِ‫صيَت‬ َ ِ‫اللَّهُ َّم ا ْق ِس ْم لَنَا ِم ْن خَ ْشيَت‬
َ ْ َ َ َ
‫ث ِمنا َواجْ َعلْ ثأ َرنَا َعلى َم ْن ظل َمنَا َوانصُرْ نَا َعلى‬ْ َ َّ َ ‫ار‬ ْ ْ ُ َ ‫ب ال ُّد ْنيَا َو َمتِّ ْعنَا بِأ َ ْس َما ِعنَا َوأ ْب‬
ِ ‫ارنَا َوق َّوتِنَا َما أحْ يَ ْيتَنَا َواجْ َعلهُ ال َو‬ ِ ‫ص‬ َ ِ‫صائ‬
َ ‫َم‬
‫ط َعلَ ْينَا َم ْن الَ يَرْ َح ُمنَا‬ ْ ِّ‫ص ْيبَتَنَا فِى ِد ْينِنَا َوالَ تَجْ َع ِل ال ُّد ْنيَا أَ ْكبَ َر هَ ِّمنَا َوالَ َم ْبلَغ ِع ْل ِمنَا َوالَ تُ َسل‬ ِ ‫م‬
ُ ِ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ْ‫َج‬ ‫ت‬ َ ‫ال‬‫و‬َ َ ‫ا‬ ‫َان‬
‫د‬ ‫َا‬
‫ع‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
َ
ِ

‫األخ َر ِة‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫ي ال ُّد ْنيَا َو َع َذا‬ ِ ‫اللَّهُ َّم أَحْ ِس ْن عَاقِبَتَنَا فِى األ ُم ُو ِر ُكلِّهَا َو‬
ِ ‫أجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز‬

َ ‫األخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬


ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ ِ ‫َربَّنَا آتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى‬

َ‫َو ْال َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬

Redaktur: Ardne

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/09/26/1126/khutbah-idul-fitri-ramadhan-untuk-
esok-yang-lebih-cerah/#ixzz3fAwhcbCb
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

.‫األحزاب وحده ال إله إال هللا وهللا أكبر هللا أكبر وهلل الحمد‬
‫ه إال هللا‬J‫هد أن ال إل‬J‫ أش‬.‫رورا‬J‫ هلل الذى جعل أيام األعياد ضيافة لعباده الصالحين وجعل فى قلوب المؤمنين بهجة وس‬  ‫ا الحمد‬
.‫ أما بعد‬.‫ وإياه نسنعين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الخالئق والبشر‬J‫إياه نعبد‬

× 3 ‫هللا أكبر‬

Bersama terbitnya fajar 1 syawal. Pagi ini kaum Muslimin di seantero dunia
mengumandangkan takbir dan tahmid sembari memuji dan mengagungkan kebesaran Ilahi
rabbi “‫ “ هللا أكبر‬sungguh allah Maha Besar! ‫ وهلل الحمد‬Segala puji hanya patut dipersembahkan
bagi-Mu Ya Allah Tuhan semesta alam.

Pada hari ini seluruh umat Islam tidak peduli mereka hidup di tengah gemuruh dan hiruk
pikuknya kota, maupun mereka tinggal di tengah ketenangan pelosok desa, bahkan mereka
yang terpencil di lembah sunyi, semua di dalam jiwanya berdetak denyut nadi Iman yang
dalam, setiap tarikan nafasnya berhembus semangat pengabdian ilahiyah, tua atau muda, pria
atau wanita, kaya atau miskin, berpangkat atau rakyat biasa semua mengagungkan asma
Allah, melangkahkan kaki untuk menuju suatu tempat ibadah kemudian dilanjutkan shalat
sunat dua rakaat (shalat ‘id), ruku’ dan sujud sebagai pertanda kesyukuran setelah
menyempurnakan ibadah puasanya selama sebulan, meskipun di sana sini mendapat banyak
rintangan dan godaan hawa nafsu akan tetapi semuanya itu bisa terhindarkan karena dengan
iman yang melekat dalam hati mereka.

Pagi ini kita shalat ‘idil fitri lagi. Tak terasa waktu berputar satu bulan telah kita lewati puasa
pada saat ini, kita ditinggalkan bulan suci ramadhan, bulan yang penuh berkah. Imam Ali
Zaianal Abidin cucu Rasulullah selalu meninggalkan ramadan dengan penuh kesedihan
dengan air mata yang tidak henti-hentinya membasahi wajahnya. Ia mengucapkan salam
perpisahan pada bulan ramadan. Ia berpisah dengan bulan yang telah menyertainya dalam
mengabdi kepada Allah, bulan yang menaburkan.

Perspisahan bulan ramadan ini dengan orang-orang mukmin sejati laksana perpisahan antara
orang tua dengan anak. Di mana saat-saat orang tua merelakan anaknya pergi merantau ke
seberang pulau atau daerah untuk menuntut ilmu, suatu ketika orang tua sangat merindukan
anaknya di rantauan, demikian pula sebaliknya anak merindukan kedua orang tua. Akan
tetapi saat-saat yang sangat menyedihkan di mana si anak dipanggil pulang ke kampaung
halamannya untuk menemui orang tuanya yang sementara sakit parah. Saat sampai di
rumahnya ternyata menyaksikan banyak orang yang datang berbondong-bondong memasuki
rumahnya, di depan rumah ada orang yang membelah-belah bambu dan yang lainnya
kedengaran di dalam rumah membaca tahlil dan baca qur’an. Maka sang anak mecoba
melangkahkan kaki dengan pelan-pelan memasuki rumahnya. Di ruangan tamu di dapatinya
sang orang tua yang sangat dicintainya itu berbaring dengan tubuh yang kaku, badan yang
tidak bernafas lagi, tidak bisa bergerak lagi, ditutupi kain panjang, ternyata orang tua yang
dicintainya sudah menghadap kepada Sang Pencita Allahu rabbi,

Alangkah beratnya, alangkah sedihnya si anak melihat orang tuanya yang sudah tidak ada
lagi, dia hanya mengucapakan Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un, selamat jalan orang tuaku
semoga jasa-jasamu yang engku berikan kepada kami di balas di sisi Allah dan dibarengi
dengan air mata. Demikinlah gambaran orang mukmin yang di tinggalkan ioleh ramadan
yang di cintainya itu.

‫وهلل الحمد‬  × 3 ‫ هللا أكبر‬     

Kita sampaikan salam perpisahan kepada ramadhan dengan iringan do’a dan air mata sembari
mengucapkan :

“Ya Allah! Bulan ramadhan telah hadir di tengah-tengah kami dengan kehadiran yang tepuji,
telah menemani kami dengan persahabatan sejati, telah menguntungkan kami dengan
keuntungan yang terbaik di seluruh alam. Tiba-tiba ia meninggalkan kami pada akhir
waktunya pada ujung jangkanya, Ya Allah! Bersama dengan berlepasnya ramadhan ini,
lepaskan kami dari kesalahan kami dan keluarnya bulan ramadhan ini keluarkan kami dari
kekeliruan”

Bersama dengan terbitnya mentari di ufuk timur kita bergegas datang ke tempat ini, kita
hamparkan sajadah kita di atas tanah yang lembab dan dingin. Kita mengangkat kedua tangan
berualng-ulang membesarka Allah, ‫ سبحان هللا والحمد هلل وال إله إال هللا هللا أكبر‬ kemudian bersama kita
rebahkan tubuh, kta ratakan dahi, tersungkur di hadapan Tuhan Yang Maha Agung dengan
mengucapkan  “‫ده‬JJ‫بحان ربى األعلى وبحم‬JJ‫ ”س‬Tuhanku inilah hambamu yang hina terhempas di
hadapun-Mu. Inilah ubun-ubunnya ad di tangan-Mu. Punggungnya melengkung karena
memikul besarnya dosa-dosanya. Bibirnya kelu karena tidak sanggup mensyukuri besarnya
anugerah-Mu. Di tanah lapang ini, kita semua mengakui dosa-dosa, kita memohon
perlindungan Allah yang Maha Kuasa.
Kita melakukan takbir dan shalat I’d berulangkali dalam kehidupan kita. Lebaran demi
lebaran singgah dalam perjalanan kita di dunia ini, hari demi hari kita menyaksikan berbagai
penderitaan yang dialami oleh anak manusia. jutaan orang kehilangan pekerajaan (di PHK),
jutaan orang kebingunngan bagaimana mencari makan untuk menyambung hidupnya.
Ratusan orang mati menggenaskan karena penyakit dan kesengsaraan, tidak terhitung anak-
anak yang sel-sel otaknya rusak, matanya sayu, perutnya kembung karena kekurangan gizi
dan kelaparan, kepala kita pusing, perut kita lapar, hati kita ketakutan. Hukum tidak lagi
menjadi harapan perlindungan keamanan, jaminan untuk mendapatkan keadilan adalah
sesuatu yang sanagt mahal, hukum tidak berdaya lagi, yang menjadi ukurannya adalah materi
siapa yang banyak duit habis perkara (KUHAP) “kalau ada uang habis perkara”.

 ‫وله‬JJ‫ده ورس‬JJ‫دا عب‬JJ‫هد أن محم‬JJ‫ أشهد أن ال إله إإل هللا وحده ال شريك له وأش‬،‫الحمد هلل الذى جعل شهر رمضان شهرا مباركا‬
‫المبعوث رحمة للعلمين بشيرا ونذيرا وداعيا إلى هللا بإذنه وسراجا منيرا‬,

Puasa diwajibkan bukan saja di dalam agama Islam, tetapi juga di dalam agama samawi
lainnya. Jadi tidak heran kalau hampir seluruh agama yang ada di dunia ini mensyariatkan
puasa. Apa pun bentuknya. Bahkan pada masyarakat yang tidak mengenal agama, seperti
pada bangsa-bangsa primitif, ditemukan adanya kebiasaan berpuasa.

Pertanyaan adalah mengapa puasa di syariatkan Allah swt pada seluruh agama? Pertama,
puasa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hakikat keberagamaan adalah
uapaya untuk mendekati Allah. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual atau rohani kita.

Secara filosofis, kita percaya bahwa yang membedakan kita dengan makhluk-makhluk lain
adalah ruh. Sebagian orang menyatakan bahwa hakikat kemanusian seseorang terletak di
dalam ruhnya. Ada suatu penelitian tentang puasa cdi Barat. Penelitian itu mengamati
sekelompok orang yang berpuasa. Setelah beberapa hari puasa, terjadi sesuatu yang aneh.
Pikiran mereka menjadi lebih filosofis. Mereka jadi bisa berfilisafat. Sehingga dengan
demikian orang yang berpuasa selalu berfikir yang abstrak bukan pada tataran yang kongkret
atau materi.

Salah seorang psikolog “Sigmund Freud” pernah melontarkan suatu teori tentang kesenangan
anak-anak di masa kecil. Meneurutnya, ada tiga tahap perkembangan kenikmatan anak0anak
itu. Ketiganya memiliki persamaan, yaitu semuanya bersifat kongkrut, bisa dilihat dan
pemenuhannya sesegera mungkin. Kalau orang itu lapar, ia makan. Segera puaskan dengan
kesenangan pada makan dan minum. Menurut Freud, dalam ptahap awala perkembangan
kerpribadian anak, letak kenikmatan adalah pada mulutnya. Ia menyebutnya Priode Anal.
Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya. Kesenangan
ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketiak dia menyusu pada ibunya. Dia lalu belajar
memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Pada priode ini jika anak-anak diperintahkan untuk
berjalan, dia akan berusaha  mengambil sesuatu dan mencoba memasukkanya ke mulut. Bila
tidak ada sesuatu yang bisa diraih untuk diletekkan ke dalam mulutnya, dia akan memasukan
tangannya sendiri.

Pada  perkembangan selanjutnya, kenikmatan itu tidak hanya terletak pada mulut. Dia
mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Seperti ketika dia
buang air besar atau buang air kecil. Masa itu di sebut masa Anal. Pada masa ini, aeaeorang
anak bisa berlama-lama di atas toilet. Dia senangn melihat tumpukan kotorannya dan kadang-
kadang ia permainkannya.

Sesudah itu, kepribadian berkembang lagi, kini bergeser untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi orang lebih dewasa. Priode ini disebut Priode Genital. Dia senang mempermainkan
alat kelaminnya dan memperlihatkannya pada orang tuanya.

Kebutuhan kita semakin hari semakin berkembang, semakin dewasa kita semakin abstraklah
kebutuhan kita. Pada saat-saat tertentu ada orang hanya samapai pada priode pertama, oral
saja. Walaupun swudah dewasa, dia hanay memperoleh kenikmatan pada makan dan minum
saja. Perbedaannya dia ubah makan dan minum dalam bentuk simbol, misalnya dalam bentuk
kepemilikan kekayaan.

Jika kita mengatkan teori yang dikemukakan di atas dengan perkembangan kehidupan
sebagaian manusia sekarang ini, menurutnya adalah mereka telah mengidap penyakit jiwa.
Mereka hanya mengejar kenikmatan dalam makan dan minum saja, atau paling tidak mereka
terhambat pada tingkat genital. Mereka seperti anak-anak, masih mencari kenikmatan dalam
mempermainkan alat kelaminnya. Hal sesui dengan ungkapa ulama kita :

‫الطفولة البشرية‬

“ Anak-anak yang berkumis”

Lembaga-lembaga modern sebagian dibuat untuk memenuhi kebutuhan itu, makan, minum,
dan seks. Bisnis makanan sampai sekarang adalah bisnis yang paling banyak menyedot uang
di dunia modern. Rata-rata kita orang Indonesia mengeluarkan lebih dari 75 % dari
penghasilan untuk makan dan minum. Bahkan tidak tanggung-tanggung di sebuah retoran di
Jakarta aset perbulannya mencapai puluhan milyar rupiah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa seseorang semakin abstrak
kebutuhannya. Kebutuhan yang paling tinggi adalah ketika seseorang berusaha memenuhi
kebutuhan ruhaniahnya bukan kebutuhan jasmanianya. Itulah orang-orang  sangat dewasa. Di
bulan ramadan ini kita di latih untuk mengembangkan kepribadian kita. Kita meninggalkan
tingkat oeral, anal, dan genital ke tingkat ruahaniah yang lebih tinggi. Pada siang hari di
bulan ramadan kita meninggalkan masa kanak-kanak kita, yaitu berusaha menahan diri untuk
tidak memenuhi kebutuhan oral kita dengan tidak makan dan minum. Kita pun mencoba
untuk meninggalkan tahap genital dengan mengendalikan nafsu seks kita. Pada bulan
ramadan, kita belajar menjadi dewasa. Kita berusaha meninggalkan keterikatan pada tubuh
kita dan mulai mendekati ruh kita. Kita adalah gabungan antara ruh dan tubuh; tapi dalam
kenyataan sehari-hari kita masih terikat sekali dengan tubuh kita.

Seseorang yang sudah sampai pada tingkat yang keterikatan pada ruhnya lebih besar dari
pada keterikatan pada tubuhnya, akan mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Orang yang
sangat terikat dengan tubuhnya akan mudah sekali dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Dia
bisa kedinginan kalau udara turun. Dia bisa kegerahan kalau suhu udara naik. Sedangkan
orang yang sudah lebih terikat kepada ruh, akan bisa menciptkan tubuhnya sejuk ketika udara
amat dingin.

Menurut Murthada Muthahari, salah satu tahap dalam kewalian seseorang adalah ketika ia
sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dia tidak akan marah ketika seharusnya marah.
Dia tidak ingin membalas dendam ketika semestinya ia membalas dendam. Dia tidak sakit
hati ketika orang menyakiti hatinya. Nafsunya sudah terkendalikan. Menahan makan dan
minum serta manahan diri dari perbuatan zina sudah termasuk tingkat wali yang paling awal.
Jadi pada saat bulan puasa Insya Allah kita akan menjadi wali-wali Allah pada ting yang
paling elementer.

Oleh karena pada bulan puasa ini kita selalu berusaha untuk menjadi wali-wali Allah dengan
mengendalikan hawa nafsu kita yang hanya mementingkan kepentingan tubuh tanpa
memperhatikan  kebutuhan ruhaniah kita. Janganlah terlena dengan kebutuhan jasadiahnya.
Rezki yang diberikan oleh Allah kepada  hanya kebutuhan komsumtif kita. Kita tumpuk
makanan dan minuman yang berlebih untuk santap ketika buka puasa, sekan-akan suatu
kompensasi akan ketidak makanan dan ketidak minuman di siang hari. Tetapi kita harus
melihat betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa menikmati sesuap nasi untuk
berbuka puasa, kita ulurkan bantun kepada mereka gara supaya tercipta suatu kesembangan
di antara kita.

PESAN DAN KESAN RAMADHAN YANG HARUS DIPEGANGTEGUH BERSAMA

KHUTBAH PERTAMA

َ ‫ا‬J‫رْ هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّم‬JJَ‫ائِ ٌم َواَ ْفط‬J‫ص‬َ ‫ا َم‬J‫ص‬ َ َ ‫ا‬J‫×) هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّ َما هَ َّل ِهالَ ٌل َواَ ْبد ََر هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّم‬3( ْ‫×) هللاُ اَكبَر‬3( ْ‫×) هللاُ اَ ْكبَر‬3( ْ‫هللاُ اَ ْكبَر‬
ُ‫رْ هللا‬Jَ‫هَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكب‬Jَ‫رْ الَ اِل‬Jَ‫رْ هللاُ اَ ْكب‬Jَ‫ هللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكب‬. ْ‫ط َع َم قَانِ ُع ْال ُم ْعتَر‬ ْ َ‫ات َواَ ْزهَرْ َو ُكلَّ َما ا‬ ٌ َ‫تَ َرا َك َم َس َحابٌ َواَ ْمطَرْ َو ُكلَّما َ نَبَتَ نَب‬
ْ َ َ َ
)×3( ْ‫ر‬JJَ‫ هللاُ اكب‬.‫ضانَ َوعي َد االضْ َحى بَ ْع َد يَوْ ِم ع ََرفة‬ َ ْ ْ َ ‫صيا ِم َر َم‬َ ْ
ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذى َج َع َل لِل ُم ْسلِ ِم ْينَ ِع ْي َد الفِط ِر بَ ْع َد‬ .ُ‫اَ ْكبَرْ َو هللِ ْال َح ْمد‬
ْ ْ
‫ي‬َّ ِ‫ك ْال َع ِظ ْي ُم ْاالَ ْكبَرْ َواَ ْشهَ ٌد اَ َّن َسيِّدَنا َ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّشافِ ُع فِى ال َمحْ شَرْ نَب‬
ْ ُ ِ‫ك لَهُ لَهُ ْال َمل‬ َ ‫اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
ْ‫َّر‬
. ‫س َوطه‬ َ َ ْ‫رِّج‬JJ‫ال‬ ْ
‫َب َعنهُ ُم‬ ْ َ ْ َّ ْ‫ص‬ َ َ َ
َ ‫ص ِّل عَل َى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلى الِ ِه َوا َحابِ ِه ال ِذينَ اذه‬ َ
َ ‫ اللهُ َّم‬.‫قَ ْد َغفَ َر هللاُ لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َو َما تَأخ َر‬
َّ
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن اِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ َّ ‫ فَيَا ِعبَا َدهللاِ اِتَّقُواهللاَ َح‬.ُ‫ اَ َّما بَ ْعد‬. ْ‫هللاُ اَ ْكبَر‬

Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid
dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa
Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:

ْ َ‫َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّ ُرهللاَ َعلَى َما َهدَا ُك ْم ولَ َعلَّ ُك ْم ت‬
َ‫ش ُك ُر ْون‬
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW bersabda:


‫َزيِّنُ ْوا اَ ْعيَا َد ُك ْم بِالتَّ ْكبِ ْير‬

“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas


kebesaran dan keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya
kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan
Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya
yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil
kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat
yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan
patuh kepada perintah-Nya.

َ ‫×) َو هللِ ْا‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬


‫لح ْم ُد‬

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 

Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas
karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah
sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan
sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan
rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah
hadis Qudsi:

ُ ُ‫ َمالَئِ َكتِى ُك ُّل عَا ِم ٍل يَ ْطل‬ ‫ َيا‬ :‫ضانَ َو َخ َر ُج ْوا اِل َى ِع ْي ِد ُك ْم يَقُ ْو ُل هللاُ تَ َعال َى‬
‫ا ِدى‬MMَ‫رتُ لَ ُه ْم فَيُن‬Mْ Mَ‫ ْد َغف‬M َ‫ب اُ ْج َرهُ اَنِّى ق‬ َ ‫ش ْه َر َر َم‬ َ ‫صا ُم ْوا‬ َ ‫اِ َذا‬
ُ َ َ ْ
ْ ‫ص ْمتُ ْم لِى َواَفط ْرتُ ْم لِى فق ْو ُم‬
‫وا‬MM َ
ُ ‫ يَا ِعبَا ِدى‬:‫ت فيَق ْو ُل هللاُ تَ َعالى‬ ُ َ ٍ ‫سنَا‬ ْ َ َ َ
َ ُ‫يَا اُ َّمة ُم َح َّم ٍد اِ ْر ِج ُع ْوااِلى َمنَا ِزلِ ُك ْم ق ْد بَ َدلت‬ :ٌ‫ُمنَاد‬
َ ‫سيِّئَاتِ ُك ْم َح‬
‫َم ْغفُ ْو ًرا لَ ُك ْم‬
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar
untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata:
'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian dan
meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni
mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad,
pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah
diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku,
kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah
sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.” 

َ ‫×) َو هللِ ْا‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬


‫لح ْم ُد‬
Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum


dan hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi
bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Jika bisa
diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah. Sebab 12 jam x 30 hari
mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semula sesuatu yang
halal menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia
di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan menjadi haram. 

Tapi setelah semua cobaan yg kita lewati pernahka kita memperhatikan


aspek social Ramadhan, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak
semuanya pernah merasakan lapar.

Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar,


gumedhe, jumawa seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk
dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas
segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain
adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita
berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan
dengan kasih saying Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di
dunia milik Allah ini.

Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke
masjid ?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke
tanah bersujud di hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan
dzikir dan takbir ??
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?

Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan
cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu
mendorong kepada kejelekan

Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga


sedemikan lantang kita durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…

Ma’syiral muslimin rahimakumullah…

Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh


Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku
kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita.
Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab
terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati Allah
swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman
dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa
penyesalan berkepanjangan di akherat kelak.
Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah
justru semakin jauh ?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan
membuktikan.
Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah
semestinya kita pegang teguh bersama susudah Ramadhan yang mulia
ini. 

Pesan pertama Ramadhan adalah Pesan moral atau Tahdzibun


Nafsi

Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia,
yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah
SAW bersabda: Jihad yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri.
Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri
setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri
marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang
paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.

Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia
terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia,
satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan.
Pertama, sifat kebinatangan (‫ ;)بَ ِه ْي َم ْة‬tanda-tandanya menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas ( ‫سبُ ِعيَّ ْة‬ َ ) ;
tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat
selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar.
ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu
yang menjatuhkan martabat manusia.

Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah
masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan
social (keadaan masyarakat) yang sangat mengkhawatirkan. Dimana
keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah,
undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana
yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya,
rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh
keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan
akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.

Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat


rububiyah (‫ ;) ُربُ ْوبِيَّ ْة‬ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran
yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan. Orang
yang dapat mengoptimalkan dengan baik sifat rububiyah di dalam
jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya
dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan
menjadi insan muttaqin, insan pasca Ramadhan, yang menjadi harapan
setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan tiga hal
sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af dan
berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:

ِ ‫َو ْال َكا ِظ ِميْنَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِيْنَ َع ِن النَّا‬


ِ ‫س َوهللاُ يُ ِح ُّب ْال ُم ْح‬
َ‫سنِيْن‬

"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan


(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
(QS Ali Imran: 134)

Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Pesan kedua adalah pesan social

Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah. Indah disini justru
terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan
Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah
kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat
yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak
bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata
terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang
yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati
maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran
untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-
orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan
orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya
sebab ِ‫ ُكلُّ ُك ْم ِعيَا ُل هللا‬ , kalian semua adalah ummat Allah. 

Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu
beban hidupnya sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan
dari Allah SWT; sebagaimana yang terkandung dalam hadis Qurthubi:

‫س ْت ًرا ِمنَ النَّا ِر‬


ِ ْ‫ارت‬
َ ‫ص‬َ َ‫ص َدقَتُهُ ف‬ ِ ‫اِنّ ِى َرأَيْتُ ْالبَا ِر َحةَ ع ََجا ً َرأَيْتُ ِمنْ اُ َّمتِى يَتَّقِى َوه ََج النَّا َر َو‬
َ ْ‫ش َر َرهَا بِيَ ِد ِه عَنْ َو ْج ِه ِه فَ َجائَت‬

Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan.


Aku melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari
sengatan nyala api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi
pelindung dirinya dari api neraka."
Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Pesan ketiga adalah pesan jihad

Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang


sempit; yakni berperang di jalan Allah akan tetapi jihad dalam
pengertiannya yang utuh, yaitu: 

ْ ‫بَ ْذ ُل َما ِع ْن َدهُ َو َما فِى ُو‬


ِ ‫س ِع ِه لِنَ ْي ِل َما ِع ْن َد َربِّ ِه ِمنْ َج ِز ْي ِل ثَ َوا‬
‫ب َوالنَّ َجا ِة ِمنْ اَلِ ْي ِم ِعقَابِ ِه‬

"Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan


keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."

Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah


mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun
jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah; terutama jihad melawan
diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang paling
besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat
Islam baik dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad
tetap dijalankan.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan
bukanlah jihad mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri
dan mendorong terciptanya sebuah sistem sosial yang bermartabat,
berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai agama dan
ketaatan kepada Allah. 

Mengingat adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan


senjata di negara damai Indonesia ini, maka perlu untuk ditekankan lebih
dalam bahwa jihad seharusnya dilandasi niat yang baik dan dipimpin oleh
kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok atau aliran tertentu. Jangan
sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi tidak bisa
memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah
didesain dan bergerak pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai
keridhaan Allah dan kemajuan ummat. Pengalaman pahit salah
mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai agama teroris.
Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil
alamin), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan,
kedamaian.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan
adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang
bermartabat, berkeadilan dan sehatera yang bersendikan pada ketaatan
kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal
yang dapat
merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain. 

Jama`ah Sholat Idul Fitri rahimakumullah


‫ ْل‬M‫ار ِة اَ َح ُّب اِلَى هللاِ فَنَت ََج ُّر ِف ْي َها فَنُ ِزلَتْ (يآاَ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َه‬ َ ‫ي الت َِّج‬َّ َ‫ص َحابَ ِة قَالُ ْوا َيا نَبِ َّي هللاِ لَ َو َد ْدنَا اَنْ نَ ْعلَ َم ا‬ َ ‫ى اَنَّ بَ ْع‬
َّ ‫ض ال‬ َ ‫ُر ِو‬
َ َ
‫ ٌر ل ُك ْم‬M‫ ُك ْم ذالِ ُك ْم َخ ْي‬M ‫س‬ ُ ْ
ِ ‫ا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَنف‬M ِ‫سبِ ْي ِل هللاِ ب‬
َ ‫س ْولِ ِه َوت َُجا ِهد ُْونَ فِى‬ ُ
ُ ‫ تُؤْ ِمن ْونَ بِاهللِ َو َر‬.‫ب اَلِ ْي ٍم‬ َ
ٍ ‫اَ ُدلُّ ُك ْم عَل َى تِ َجا َر ٍة تُن ِج ْي ُك ْم ِمنْ َعذا‬
ْ
‫و ُز‬M ْ Mَ‫كَ ْالف‬MMِ‫ْن َذل‬ٍ ‫ د‬M‫ت َع‬ ِ ‫ةً فِى َجنَّا‬Mَ‫ا ِكنَ طَيِّب‬M‫س‬ َ ‫ا ُر َو َم‬MM‫ا ْاالَ ْن َه‬MM‫ ِرى ِمنْ ت َْحتِ َه‬M‫ت ت َْج‬ ٍ ‫ ْد ِخ ْل ُك ْم َجنَّا‬Mُ‫وبَ ُك ْم َوي‬Mْ Mُ‫ر لَ ُك ْم ُذن‬Mْ Mِ‫يَ ْغف‬ . َ‫ون‬Mْ M‫اِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم‬
)‫ْال َع ِظ ْي ُم‬

"Diriwayatkan bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika


berjumpa, salah seorang dari mereka berkata: "Wahai Nabi Allah, kami
ingin sekali mengetahui bisnis apa yang paling dicintai oleh Allah agar
kami bisa menjadikannya sebagai bisnis kami". Kemudian diturunkan
ayat:

‫ا َ ْم َوالِ ُك ْم‬Mِ‫بِ ْي ِل هللاِ ب‬M‫س‬


َ ‫د ُْونَ فِى‬M‫ ْولِ ِه َوت َُجا ِه‬M‫س‬ ْ ُ‫ تُؤْ ِمن‬.‫ب اَلِ ْي ٍم‬
ُ ‫ونَ بِاهللِ َو َر‬M ٍ ‫ َذا‬Mَ‫ار ٍة تُ ْن ِج ْي ُك ْم ِمنْ ع‬ َ ‫َلى تِ َج‬ َ ‫يآاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َه ْل اَ ُدلُّ ُك ْم ع‬
ً
ِ ‫سا ِكنَ طيِّبَة فِى َجنَّا‬
‫ت‬ َ َ ‫ت ت َْج ِرى ِمنْ ت َْحتِ َها ْاالَ ْن َها ُر َو َم‬ ُ
ٍ ‫ يَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ذنُ ْوبَ ُك ْم َويُ ْد ِخ ْل ُك ْم َجنَّا‬. َ‫س ُك ْم َذالِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم اِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬
ِ ُ‫َواَ ْنف‬
‫َع ْد ٍن َذلِكَ ْالفَ ْو ُز ْال َع ِظ ْي ُم‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan


suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam
jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)

Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak
sektor sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad
harus mengacu pada pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab
itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan hanya
pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus
dikedepankan untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama
ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan
bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
َ ‫×) َو هللِ ْا‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬
‫لح ْم ُد‬

Jama'ah Sholat Idul Fithri rahimakumullah

Demikianlah tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab


itu, marilah kita bersama-sama memikul tanggung jawab untuk
merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam bingkai kehidupan nyata.
Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri, untuk
tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain;
menjalin hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa
membeda-bedakan status sosial, serta menyandang semangat jihad
untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan
dan sejahtera.

‫ا هللاُ َواِيَّا ُك ْم‬MMَ‫ َج َعلَن‬ .‫س َع ِن ْالَه َوى فَاِنَّ ا ْل َجنَّةَ ِه َي ْال َمأْ َوى‬ َ ‫ َواَ َّما َمنْ َخافَ َمقَا َم ربِّ ِه ونَ َه َي النَّ ْف‬.‫ش ْيطَا ِن ال َّر ِج ْي ِم‬ َّ ‫اَع ُْو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال‬
‫ي‬ ُ َ ْ َ
َّ ‫ َد‬M ِ‫تغفِ ُر لِى َولك ْم َولِ َوال‬M ‫اس‬ َ َ ُ َ
ْ ‫صالِ ِحيْنَ َواق ْو ُل ق ْولِى َهذا َو‬ َّ ‫ِمنَ ْال َعائِ ِديْنَ َو ْالفَائِ ِزيْنَ َوال َمقبُ ْولِيْنَ َوادْخلنا َواِيَّاك ْم فِى ز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال‬
ُ ُ َ َ َ َ ْ ْ
ْ ‫ت فَا‬
‫ستَ ْغفِ ْرهُ اِنَّهُ ه َُو ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ ِ ‫سلِ َما‬ْ ‫سلِ ِميْنَ َو ْال ُم‬
ْ ‫سائِ ِر ْال ُم‬
َ ِ‫َول‬
KHUTBAH KEDUA

‫ر‬Mْ Mَ‫ر هللاُ اَ ْكب‬Mْ Mَ‫ص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوالللهُ اَ ْكب‬ ْ َ‫س ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أ‬ ُ ‫لح ْم ُد هللِ َكثِ ْي ًرا َو‬ َ ‫×) هللاُ اَ ْكبَ ْر كبيرا َو ْا‬4( ‫×) هللاُ اَ ْكبَ ْر‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬
َ َ
ُ‫ه‬M‫هُ ل‬M‫ ِريْكَ ل‬M‫ش‬ َّ َ
َ َ‫ َدهُ ال‬M‫هَ اِال هللاُ َوهللاُ َو ْح‬M‫ َه ُد اَنْ الَ اِل‬M‫ش‬ َ
ْ َ‫ َوا‬ .‫ ِه‬Mِ‫َلى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنان‬ َ ‫ش ْك ُر لَهُ ع‬ ُّ ‫سانِ ِه َوال‬ َ ‫لح ْم ُد هللِ عَل َى اِ ْح‬ َ ‫ ْا‬.ُ‫لح ْمد‬ َ ‫َوهللِ ْا‬
‫ص َحابِ ِه‬ ْ َ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ ِو َعلَى اَلِ ِه َوا‬
َ ‫ص ِّل َعلَى‬ َ ‫ض َوانِ ِه الل ُه َّم‬ ْ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى اِل َى ِر‬ ُ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ َّ‫ش َه ُد اَن‬ ْ
ْ َ‫تَ ْع ِظ ْي ًما لِشَأنِ ِه َوا‬
َ َ ُ َ َ
‫ ِه‬M‫دَأ فِ ْي‬Mَ‫ا ْم ٍر ب‬Mِ‫ َرك ْم ب‬M‫وا ْعل ُم ْوا انَّ هللاّ ا َم‬. َ َ ْ َ
َ ‫اس اِتقواهللاَ فِ ْي َما ا َم َر َوانتَ ُه ْوا َع َّما ن َهى َوزَ َج َر‬ ُ َّ َّ َ َ َ
ُ ‫ ا َّما بَ ْع ُد فيا ايُّ َها الن‬.‫سلِ ْي ًما َِكث ْي ًرا‬ َ ْ َ‫سلِّ ْم ت‬
َ ‫َو‬
‫لِّ ُم ْوا‬M‫س‬ َ ‫ ِه َو‬M‫لُّ ْوا َعلَ ْي‬M‫ص‬َ ‫وا‬M ْ ُ‫ا الَّ ِذيْنَ آ َمن‬M‫آ اَيُّ َه‬M‫َلى النَّبِى ي‬ َ ‫ع‬ َ‫ن‬ ‫و‬
ْ ُّ ‫ل‬M‫ص‬ َ ُ ‫ي‬ ُ ‫ه‬َ ‫ت‬ ‫ك‬ َ ِ ‫ئ‬ ‫آل‬ ‫م‬
َ ‫و‬
َ َ ‫هللا‬ َّ‫ن‬ِ ‫ا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ َ ‫ا‬ ‫َع‬ ‫ت‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫و‬ َ ‫ه‬
ِ ‫س‬
ِ ‫د‬
ْ ُ ‫ق‬ِ ‫ب‬ ‫ه‬
ِ ِ ‫ت‬ َ
‫ك‬ ِ ‫ئ‬ ‫آل‬ ‫م‬
َِ ‫ب‬ ‫ى‬ َ ‫ن‬ ‫ـ‬َ ‫ث‬ ‫و‬
َ ‫ه‬
ِ ‫س‬ِ ‫ِبنَ ْف‬
َ ْ َ
َ‫سلِ َك َو َمآلئِك ِة ال ُمق َّربِيْن‬ ْ َ َ
ُ ‫سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى انبِيآئِكَ َو ُر‬َ َ
َ ‫سل ْم َو َعلى آ ِل‬ ِّ َ
َ ‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو‬ َّ َ ‫سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد‬ َ َ ‫ص ِّل َعلى‬َ َ ‫ الل ُه َّم‬.‫سلِ ْي ًما‬ ْ َ‫ت‬

Allahu akbar 3x Laa Ilaha illallah Allahu Akbar Walillahilhamd


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Akhirnya marilah kita berdoa, menundukkan kepala, memohon kepada


Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita dan umat
Islam dimana saja berada:

‫ك َم ْن‬ُ ‫ ُر‬J‫ ُع َونَ ْت‬J َ‫ك َون َْخل‬ َ ‫ك ْالخَ ْي َر ُكلَّهُ نَ ْش ُكرُكَ َوالَ نَ ْكفُ ُر‬
َ ‫ك َونُ ْثنِ ْي َعلَ ْي‬
َ ‫ك َونَتَ َو َّك ُل َعلَ ْي‬ َ ِ‫ك َونَعُوْ ُذ ب‬ َ ‫ك َونَ ْستَ ْه ِد ْي‬Jَ ُ‫ك َونَ ْستَ ِع ْين‬ َ ‫اَللَّهُ َّم إِنَّا نَحْ َم ُد‬
.‫ق‬ٌ ‫ار ُم ْل َح‬
ِ َّ‫ك ِإ َّن َع َذابَكَ ْال ِج َّد بِ ْال ُكف‬َ َ‫ك َون َْخ َشى َع َذاب‬ َ َ‫ك نَ ْس َعى َونَحْ فِ ُد نَرْ جُو َرحْ َمت‬ َ ‫صلِّ ْي َونَ ْس ُج ُد َوإِلَ ْي‬ َ ُ‫ك ن‬ َ َ‫د َول‬Jُ ُ‫ك نَ ْعب‬ َ ‫يَ ْف ُجرُكَ اللَّهُ َّم إِيَّا‬

Ya Allah, sesungguhnya kami memuji-Mu, meminta tolong kepada-Mu,


dan memohon petunjuk dari-Mu, kami berlindung dan bertawakal kepada-
Mu, kami memuji-Mu dengan segala kebaikan, kami bersyukur atas semua
nikmat-Mu, kami tidak mengingkari-Mu, kami berlepas diri dari siapa pun
yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah,
hanya untuk-Mu shalat dan sujud kami, dan hanya kepada-Mu kami
berusaha dan bergegas, kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan takut
akan siksa-Mu, sesungguhnya azab-Mu benar-benar ditimpakan kepada
orang-orang kafir.

ِ J‫ل َو ْال َم‬J


‫ال‬J ِ J‫ ُد بِاألَ ْه‬J‫كَ ْال َح ْم‬JJَ‫انَ َول‬J‫ض‬
َ ‫ه ِْر َر َم‬J‫ ُد بِ َش‬J‫ك ْال َح ْم‬ ْ Jِ‫ ُد ب‬J‫ك ْال َح ْم‬
َ Jَ‫القُرْ آ ِن َول‬J ِ ِ‫ ُد ب‬J‫ك ْال َح ْم‬
َ Jَ‫ا ِن َول‬JJ‫اإل ْي ِم‬ َ َ‫ك ْال َح ْم ُد بِا ِإل ْسالَ ِم َول‬
َ َ‫اَللَّهُ َّم ل‬
َ َ‫ت‬ ْ َ ُ ُ ْ
.‫ك ال َح ْمد بِك ِّل نِ ْع َم ٍة أن َع ْم بِهَا َعل ْينَا‬ َ ‫َو ْال ُم َعافَا ِة ل‬
َ

Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman,
nikmat Al-Qur’an, nikmat bulan Ramadhan, nikmat keluarga, harta dan
kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau
anugerahkan kepada kami.

ِ ‫ك ْال َح ْم ُد إِ َذا َر‬


. َ‫ضيْت‬ َ ْ‫ك فَلَكَ ْال َح ْم ُد َحتَّى تَر‬
َ َ‫ضى َول‬ َ ‫ص ْي ثَنَا ًء َعلَ ْيكَ أَ ْنتَ َك َما أَ ْثنَيْتَ َعلَى نَ ْف ِس‬
ِ ْ‫ُس ْب َحانَكَ الَ نُح‬

Maha Suci Engkau, kami tidak akan sanggup menghitung dan membatasi
pujian bagi-Mu. Keagungan-Mu hanya dapat diungkapkan dengan pujian-
Mu kepada diri-Mu sendiri, segala puji hanya bagi-Mu (dari kami) sampai
Engkau ridha (kepada kami) dan segala puji bagi-Mu setelah keridhaan-
Mu.

. َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْين‬
َ ‫ك ُم َح َّم ٍد‬
َ ِ‫ك َو َرسُوْ ل‬ َ ‫ار ْك َعلَى َع ْب ِد‬
َ ِّ‫ك ونَبِي‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
ِ َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوب‬

Ya Allah, sampaikanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba,


nabi dan rasul-Mu Muhammad saw beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya.
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ ِد ْينَا َوارْ َح ْمهُ ْم َك َما َربَّوْ نَا‬
.‫صغَارًا‬

Ya Allah, ampunilah kami dan ampuni pula kedua orang tua kami dan
sayangilah mereka seperti kasih sayang mereka saat mendidik kami di
waktu kecil.

. َ‫ظلَ ْمنَا أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِر ْين‬
َ ‫َربَّنَا‬

Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak
mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.

َ َّ‫ًّ ِللَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َربَّنـَا إِن‬Jّ‫اإل ْي َما ِن َوالَ تَجْ َعلْ فِ ْي قُلُوْ بِنَا ِغًال‬
ٌ ْ‫ك َر ُؤو‬
.‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ِ ِ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا ب‬

Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa saudara-saudara


kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau
jadikan di hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman, ya
Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

.‫َّب إِلَ ْيهَا ِم ْن قَوْ ٍل َو َع َم ٍل‬


َ ‫ار َو َما قَر‬ َ ‫ك َو ْال َجنَّةَ َو َما قَر‬
َ ِ‫َّب إِلَ ْيهَا ِم ْن قَوْ ٍل َو َع َم ٍل َونَعُوْ ُذ ب‬
ِ َّ‫ك ِم ْن َس َخ ِطكَ َوالن‬ َ ‫ضا‬ َ ُ‫اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَل‬
َ ‫ك ِر‬

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu ridha dan surga-Mu serta semua


ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami kepadanya,
dan kami berlindung kepada-Mu dari murka dan neraka-Mu serta semua
ucapan maupun perbuatan yang dapat mendekatkan kami kepadanya.

‫رْ لَهُ ْم َوارْ َح ْمهُ ْم‬Jِ‫ اَللَّهُ َّم ا ْغف‬.‫ك‬


َ Jِ‫اتُوْ ا َعلَى َذل‬J‫الَ ِة َو َم‬J‫ك بِال ِّر َس‬ Jَ ِّ‫كَ بِ ْال َوحْ دَانِيَّ ِة َولِنَبِي‬Jَ‫ ِه ُدوْ ا ل‬J‫ؤ ِمنِ ْينَ الَّ ِذ ْينَ َش‬Jْ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ َج ِمي ِْع َموْ تَى ْال ُم‬
ْ ْ ِ ‫َوعَافِ ِه ْم َواعْفُ َع ْنهُ ْم َوأَ ْك ِر ْم نزلهُ ْم َو َو ِّس ْع َمد َخلهُ ْم َواغ ِسلهُ ْم بِال َما ِء َوالثل‬
َّ َّ َ َ
ُ‫ا يُنَقى الثوْ ب‬JJ‫ا ك َم‬JJَ‫ب َوال َخطاي‬ ُ ٌّ ِّ
ِ ْ‫ج َوالبَ َر ِد َونَق ِه ْم ِمنَ الذنو‬ ْ َّ ْ ْ ْ َ ْ َ ُ ُ
.‫ت َع ْف ًوا َو ُغ ْف َرانًا‬ ِ ‫ت إِحْ َسانًا َوبِال َّسيِّئَا‬ِ ‫ازه ْم بِ ْال َح َسنَا‬ ِ ‫األَ ْبيَضُ ِمنَ ال َّدن‬
ِ ‫َس َو َج‬

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kaum mukminin yang telah wafat dan


telah bersaksi atas keesaan-Mu dan kerasulan nabi-Mu (Muhammad saw)
dan mereka meninggal dalam keadaan demikian. Ya Allah, ampuni dan
rahmatilah mereka, maafkan semua kesalahan mereka, muliakan tempat
tinggalnya, luaskan kediamannya, sucikan mereka dengan air, salju, dan
embun, bersihkan mereka dari berbagai dosa dan kesalahan sebagaimana
pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Dan balaslah amal kebaikan
mereka dengan kebaikan pula, dan amal buruk mereka dengan maaf dan
pengampunan.

ِ ‫ك يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َو‬


.‫اإل ْك َر ِام‬ َ ‫اَللَّهُ َّم أَ ِعنَّا َعلَى ِذ ْك ِر‬
َ ‫ك َو ُش ْك ِر‬
َ ِ‫ك َو ُحس ِْن ِعبَا َدت‬

Ya Allah, bantulah kami dalam berdzikir dan bersyukur serta beribadah


kepada-Mu dengan baik, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri,
Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
َ‫ك نَسْأَلُكَ اَللَّهُ َّم بِ ُكلِّ اس ٍْم ه َُو لَكَ َس َّميْت‬ َ َ‫ك َع ْد ٌل فِ ْينَا ق‬
َ ‫ضا ُؤ‬ َ ‫اض فِ ْينَا ُح ْك ُم‬
ٍ ‫ك َم‬ ِ ‫ك نَ َو‬
َ ‫اص ْينَا بِيَ ِد‬ َ ِ‫ك بَنُوْ إِ َمائ‬
َ ‫ك بَنُوْ َعبِ ْي ِد‬ Jَ ‫اَللَّهُ َّم نَحْ نُ َعبِ ْي ُد‬
ْ ُ ْ َ ْ
َ J‫دَكَ أ ْن تَجْ َع‬J‫ب ِعن‬
‫ َع‬J‫رْ آنَ ال َع ِظ ْي َم َربِ ْي‬JJ‫ل الق‬J ْ َ ْ
ِ ‫ ِه فِ ْي ِعل ِم ال َغ ْي‬Jِ‫تَأثرْ تَ ب‬J‫اس‬ َ ْ َ َّ
ْ ‫كَ أ ِو‬JJِ‫ دًا ِم ْن خَلق‬J‫ك أوْ عَل ْمتَهُ أ َح‬ َ َ ِ‫ك أَوْ أَ ْنزَ ْلتَهُ فِ ْي ِكتَاب‬َ ‫بِ ِه نَ ْف َس‬
 ‫ص ُدوْ ِرنَا‬ُ ‫قُلُوْ بِنَا َونُوْ َر‬
َّ َّ َّ َ َ َ ُ
ِ ‫َاب هُ ُموْ ِمنِا َوغ ُموْ ِمنَا َو َسائِقنَا َوقائِ َدنَا إِلى َجناتِكَ َجنا‬
.‫ت الن ِعي ِْم‬ َ ‫َو َجالَ َء أَحْ َزانِنَا َوذه‬
َ

Ya Allah, kami adalah hamba-hamba-Mu, anak dari hamba-hamba-Mu laki-


laki dan perempuan, ubun-ubun kami berada dalam tangan-Mu, telah
berlaku atas kami hukum-Mu, adil pasti atas kami keputusan-Mu, kami
memohon kepada-Mu dengan menggunakan semua nama yang menjadi
milik-Mu dan Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau nama yang
Engkau turunkan dalam kitab suci-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada
salah satu di antara hamba-Mu, atau dengan nama yang Engkau simpan
dalam rahasia ghaib di sisi-Mu, jadikanlah Al-Qur’an yang agung ini taman
bunga sepanjang musim di hati kami, jadikan ia cahaya di dada-dada
kami, pelipur lara dan penghapus gulana, jadikan pula ia pembimbing
kami menuju surga-Mu yang penuh kenikmatan.

.‫آن ْال َك ِري ِْم‬


ِ ْ‫بِ ْالقُر‬  ‫ك نُفُوْ َسنَا‬
ِّ ‫اَللَّهُ َّم طَهِّرْ قُلُوْ بَنَا بِ ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم اَللَّهُ َّم َز‬

Ya Allah, bersihkan dan sucikan hati dan jiwa kami dengan Al-Qur’an yang
mulia.

.‫ار َواجْ َع ْلهُ ُح َّجةً لَنَا الَ ُح َّجةً َعلَ ْينَا‬ ْ َ‫اَللَّهُ َّم َذ ِّكرْ نَا ِم ْنهُ َما ن َِس ْينَا َو َعلِّ ْمنَا ِم ْنهُ َما َج ِه ْلنَا َوارْ ُز ْقنَا تِالَ َوتَهُ آنَا َء اللَّي ِْل َوأ‬
ِ َ‫ط َرافَ النَّه‬

Ya Allah, ingatkan kami ayat Al-Qur’an yang terlupa, ajarkan kami darinya
apa yang  tidak kami ketahui, berikan rezki kepada kami berupa
kenikmatan membacanya malam dan siang, jadikan ia hujjah bagi kami
jangan jadikan ia hujjah atas kami.

. َ‫ك يَا أَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْين‬ َّ ‫اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِم ْن أَ ْه ِل القُرْ آ ِن الَّ ِذ ْينَ هُ ْم أَ ْهلُكَ َوخَا‬
َ ُ‫صت‬

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk ahli Al-Qur’an yang menjadi keluarga-


Mu dan hamba-hamba istimewa di sisi-Mu wahai Dzat Yang Maha
Penyayang.

ِ ‫ك يَا أَرْ َح َم الر‬


. َ‫َّاح ِم ْين‬ َ ُ‫اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِم َّم ْن يُقِ ْي ُم ُحرُوْ فَهُ َو ُح ُدوْ َدهُ َوالَ تَجْ َع ْلنَا ِم َّم ْن يُقِ ْي ُم ُحرُوْ فَهُ َوي‬
َ ِ‫ضيِّ ُع ُح ُدوْ َدهُ بِ َرحْ َمت‬

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang menegakkan huruf-


huruf Al-Qur’an dan hukum-hukumnya, dan jangan Engkau jadikan kami
golongan orang yang menegakkan huruf-hurufnya namun mengabaikan
hukum-hukumnya, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

‫ت نُفُوْ َسنَا تَ ْق َواهَا َوزَ ِّكهَا أَ ْنتَ َخ ْي ُر َم ْن َز َّكاهَا أَ ْنتَ َولِيُّهَا َو َموْ الَهَا‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم آ‬

Ya Allah, berikan kepada jiwa-jiwa kami ketakwaan kepadamu, dan


sucikan dia, Engkaulah sebaik-baik Zat Yang Menyucikan jiwa, Engkaulah
Pelindung dan Penolongnya.

‫ ِد‬J‫ ةَ َعلَى الرُّ ْش‬J‫كَ َو ْال َع ِز ْي َم‬JJِ‫ت َرحْ َمت‬ َ ُ‫ْب َد ْع َو ِة ْال ُمضْ طَ ِّر إِ َذا َدعَاكَ نَسْأَل‬
ِ ‫ك ُموْ ِجبَا‬ َ ‫اَللَّهُ َّم يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َوا ِإل ْك َر ِام يَا ُم ِجي‬
ِ ‫َوال َغنِ ْي َمةَ ِم ْن ُك ِّل بِ ٍّر َوال َّسالَ َمةَ ِم ْن ُك ِّل إِ ْث ٍم َو ْالفَوْ َز بِال َجن ِة َوالن َجاةَ ِمنَ الن‬
.‫ار‬ َّ َّ َّ ْ
Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan
dan kemuliaan, Yang Maha Mengabulkan doa orang yang berada dalam
kesulitan, kami memohon kepada-Mu berbagai penyebab turunnya
rahmat-Mu, tekad dan kekuatan untuk meniti jalan yang lurus, limpahan
segala kebajikan, keselamatan dari segala dosa, kemenangan meraih
surga dan keselamatan dari azab neraka.

.‫ك ْالهُدَى َوالتُّقَى َو ْال َعفَافَ َو ْال ِغنَى‬


َ ُ‫اَللَّهُ َّم يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َوا ِإل ْك َر ِام نَسْأَل‬

Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan
dan kemuliaan, kami memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian
diri dan kekayaan.

‫ا‬JJ‫هُ َو َم‬J‫ا ِم ْن‬JJَ‫آجلِ ِه َما َعلِ ْمن‬ ِ ‫ك ِمنَ ْالخَ ي ِْر ُكلِّ ِه عَا ِجلِ ِه َوآ ِجلِ ِه َما َعلِ ْمنَا ِم ْنهُ َو َما لَ ْم نَ ْعلَ ْم َونَعُوْ ُذ بِكَ ِمنَ ال َّش ِّر ُكلِّ ِه ع‬
ِ ‫َاجلِ ِه َو‬ َ ُ‫اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَل‬
.‫لَ ْم نَ ْعلَ ْم‬

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu segala kebaikan di dunia dan akhirat


yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui, dan kami berlindung
kepada-Mu dari semua keburukan di dunia dan akhirat yang kami ketahui
maupun yang tidak kami ketahui.

َ‫تَ َعا َذك‬J‫اس‬ َ ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو ِعبَا ُدكَ الصَّالِحُوْ نَ َونَعُوْ ُذ ب‬
ْ ‫ا‬J‫رِّ َم‬J‫ك ِم ْن َش‬ َ ‫ك ُم َح َّم ٌد‬ َ ُ‫ك َع ْب ُدكَ َو َرسُوْ ل‬َ َ‫ك خَ ْي َر َما َسأَل‬َ ُ‫اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَل‬
. َ‫ك الصَّالِحُوْ ن‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو ِعبَا ُد‬ َ ُ‫ِم ْنهُ َع ْب ُدكَ َو َرسُوْ ل‬
َ ‫ك ُم َح َّم ٌد‬

Ya Allah, kami memohon kepadamu segala kebaikan yang telah diminta


hamba dan rasul-Mu Muhammad saw dan hamba-hamba-Mu yang shalih,
dan kami berlindung kepadamu dari segala keburukan yang mereka telah
berlindung darinya kepada-Mu.

ْ َ‫نَا َوأ‬J‫اش‬
ِ ‫ا َواجْ َع‬Jَ‫ا َم َعا ُدن‬Jَ‫ا الَّتِ ْي إَلَ ْيه‬Jَ‫ا آ ِخ َرتَن‬Jَ‫لِحْ لَن‬J‫ص‬
‫ل‬J ُ ‫اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنَا الَّ ِذيْ هُ َو ِعصْ َمةُ أَ ْم ِرنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَا الَّتِ ْي فِ ْيهَا َم َع‬
.ٍّ‫ْال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِ ْي ُك ِّل خَ ي ٍْر َواجْ َع ِل ْال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل َشر‬

Ya Allah, perbaikilah agama kami yang merupakan penjaga urusan kami,


perbaikilah dunia kami yang menjadi tempat hidup kami, dan perbaikilah
akhirat kami karena dialah tempat kembali kami.  Jadikan kehidupan ini
sebagai penambah segala kebaikan bagi kami, dan jadikan kematian
sebagai kebebasan kami dari segala keburukan.

.‫ضا ِء َو َش َماتَ ِة األَ ْعدَا ِء‬


َ َ‫ك ال َّشقَا ِء َوسُوْ ِء ْالق‬
ِ ْ‫ك ِم ْن َج ْه ِد ْالبَالَ ِء َو َدر‬
َ ِ‫اَللَّهُ َّم إِنَّا نَعُوْ ُذ ب‬

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari sulitnya bencana, beratnya


penderitaan, buruknya takdir, dan tepuk tangan musuh.

ِ ‫ت َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْال َم ِسي‬


ِ ‫ْح ال َّدج‬
.‫َّال‬ ِ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْال َمحْ يَا َو ْال َم َما‬
ِ ‫ب َجهَنَّ َم َو ِم ْن َع َذا‬ َ ِ‫اَللَّهُ َّم إِنَّا نَعُوْ ُذ ب‬
ِ ‫ك ِم ْن َع َذا‬
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa Jahanam, dari siksa kubur,
dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari fitnah Dajjal.

‫ا تُ ْخفِي‬J‫ةَ األَ ْعي ُِن َو َم‬Jَ‫ك تَ ْعلَ ُم خَائِن‬


َ َّ‫ ِة إِن‬Jَ‫ا ِمنَ ْال ِخيَان‬Jَ‫ب َوأَ ْعيُنَن‬
ِ ‫ ِذ‬J‫نَتَنَا ِمنَ ْال َك‬J‫ا ِء َوأَ ْل ِس‬Jَ‫ا ِمنَ ال ِّري‬Jَ‫اق َوأَ ْع َمالَن‬J
ِ َ‫اَللَّهُ َّم طَهِّرْ قُلُوْ بَنَا ِمنَ النِّف‬
.ُ‫الصُّ ُدوْ ر‬
Ya Allah, bersihkanlah hati kami dari kemunafikan, amal kami dari riya,
lisan kami dari dusta, dan bersihkan mata kami dari khianat,
sesungguhnya Engkau mengetahui pengkhianatan mata dan apa yang
disembunyikan dalam dada.

ِ ‫ك يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َو‬


.‫اإل ْك َر ِام‬ َ ِ‫ك َوبِفَضْ ل‬
َ ‫ك َع َّم ْن ِس َوا‬ ِ ‫ك َوبِطَا َعتِكَ ع َْن َم ْع‬
َ ِ‫صيَت‬ َ ِ‫اَللَّهُ َّم ا ْكفِنَا بِ َحالَل‬
َ ‫ك ع َْن َح َرا ِم‬

Ya Allah, cukupkan diri kami dengan yang halal dari yang haram, dengan
ketaatan kepada-Mu dari maksiat kepada-Mu,  dan dengan karunia-Mu
dari selain-Mu, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri 
Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.

‫ا َذا ْال َجالَ ِل‬JJَ‫وْ ُم ي‬JJّ‫ا قَي‬JJَ‫ا َح ُّي ي‬JJَ‫س ي‬ ِ ‫قَةَ ْال ِجنِّ َو‬J‫ف َعنَّا فَ َس‬
ِ ‫اإل ْن‬ ْ ‫ق ْال َحالَ ِل َو‬
ْ ‫ ِر‬J‫اص‬ ِ ‫ ِّر ْز‬J‫ا ِمنَ ال‬JJَ‫ ْع لَن‬J‫ار َوأَوْ ِس‬
ِ َّ‫ا ِمنَ الن‬JJَ‫ ْق ِرقَابَن‬Jِ‫اَللَّهُ َّم أَ ْعت‬
.‫َوا ِإل ْك َر ِام‬

Ya Allah, bebaskan diri kami dari api neraka, lapangkan untuk kami rezki
yang halal, dan jauhkan kami dari jin dan manusia yang fasik, wahai Yang
Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.

. َ‫ارنَا خَ َواتِ َمهَا َو َخي َْر أَيَّا ِمنَا يَوْ َم لِقَائِك‬


ِ ‫اَللَّهُ َّم اجْ َعلْ خَ ي َْر أَ ْع َمالِنَا آ ِخ َرهَا َو َخ ْي َر أَ ْع َم‬

Ya Allah, jadikanlah amal kami yang terbaik adalah akhirnya, dan umur
kami yang terbaik adalah penghujungnya, dan hari terbaik kami adalah
hari bertemu Engkau.

ِ ‫ث َوالنُّ ُشوْ ِر َويَسِّرْ لَنَا يَا إِلهَنَا األُ ُموْ َر يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َو‬
.‫اإل ْك َر ِام‬ ِ ‫اَللَّهُ َّم آنِسْ َوحْ َشتَنَا فِي ْالقُبُوْ ِر َوآ ِم ْن خَ وْ فَنَا يَوْ َم ْالبَ ْع‬

Ya Allah, hiburlah kami ketika sendirian dalam kubur, hilangkan ketakutan


kami ketika dibangkitkan dari kubur, dan mudahkan semua urusan kami,
Ya Tuhan kami, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala
keagungan dan kemuliaan.

ِ ‫الِ ِح ِه ْم َو َحبِّ ْبهُ ْم إِلَى الر‬J‫ص‬


ِ ِّ‫َّعيَّ ِة َو َحب‬
‫ب‬ ِ J‫اهُ ْم َوال ِّر ْف‬JJَ‫ ْد ِل فِ ْي َرعَاي‬J‫ َو َوفِّ ْقهُ ْم لِ ْل َع‬، َ‫اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ ُوالَةَ أُ ُموْ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬
َ ‫ا ِء بِ َم‬JJَ‫ق بِ ِه ْم َوا ِال ْعتِن‬J
.‫ال َّر ِعيَّةَ إِلَ ْي ِه ْم‬

Ya Allah, perbaikilah (akhlaq) para pemimpin kaum muslimin, bimbinglah


mereka dalam menegakkan keadilan, menyayangi, dan memperhatikan
kepentingan rakyat. Tumbuhkan kecintaan rakyat kepada mereka dan
kecintaan mereka kepada rakyat.

. َ‫ك ْالقَ ِوي ِْم َواجْ َع ْلهُ ْم هُدَاةً ُم ْهتَ ِد ْينَ بِ َرحْ َمتِكَ يَا أَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْين‬ ِ ِ‫ك ْال ُم ْستَقِي ِْم َو ْال َع َم ِل بِ َوظَائ‬
َ ِ‫ف ِد ْين‬ َ ‫اط‬ ِ ِ‫اَللَّهُ َّم َوفِّ ْقهُ ْم ل‬
ِ ‫ص َر‬

Ya Allah, bimbinglah mereka ke jalan-Mu yang lurus, agar bekerja demi


agama-Mu yang benar, jadikan mereka teladan yang mendapat petunjuk-
Mu, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

َ ِ‫ك َو ْال ُح ْك ِم بِ َش ِر ْي َعت‬


.َ‫ك َوإقَا َم ِة ُح ُدوْ ِدك‬ َ ِ‫اَللَّهُ َّم َوفِّ ْقهُ ْم لِ ْل َع َم ِل بِ ِكتَاب‬
َ ِّ‫ك َو ُسنَّ ِة نَبِي‬
Ya Allah, bimbinglah mereka agar bekerja sesuai kitab-Mu, sunnah Nabi-
Mu, memutuskan dengan syariat-Mu, dan menegakkan hukum-hukum-Mu.

ِ ‫اع ْال َخي َْرا‬ ْ ِ‫ت َوإ‬


.‫ت‬ ِ ‫ار ْال َم َحا ِس ِن َوأَ ْن َو‬
ِ َ‫ظه‬ ِ ‫اَللَّهُ َّم َوفِّ ْقهُ ْم ِإل َزالَ ِة ْال ُم ْن َك َرا‬

Ya Allah, tuntunlah mereka untuk memberantas kemunkaran dan


menampilkan segala bentuk kebaikan.

ِ ‫ف فَا ِعلِ ْينَ لَهُ نَا ِه ْينَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ت‬


.ُ‫َار ِك ْينَ لَه‬ ِ ْ‫اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلهُ ْم آ ِم ِر ْينَ بِ ْال َم ْعرُو‬

Ya Allah, jadikanlah mereka para penyeru kebaikan yang


melaksanakannya, penghalang kemunkaran yang meninggalkannya.

.‫ارهُ ْم َوآ ِم ْنهُ ْم فِ ْي أَوْ طَانِ ِه ْم‬


َ ‫اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ أَحْ َوا َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوأَرْ ِخصْ أَ ْس َع‬

Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum muslimin, murahkanlah harga-harga


kebutuhan hidup mereka, dan jadikanlah mereka aman sentosa di tanah
air mereka.

َ‫يَانَ َواجْ َع ْلهُ ْم ِمن‬J‫ص‬


ْ ‫ق َو ْال ِع‬
َ ْ‫و‬J‫ َر َو ْالفُ ُس‬J‫ ِّر ْه إِلَ ْي ِه ُم ْال ُك ْف‬J‫وْ بِ ِه ْم َو َك‬JJُ‫هُ فِ ْي قُل‬J‫انَ َوزَ يِّ ْن‬JJ‫لِ ِم ْينَ َو َحبِّبْ إِلَ ْي ِه ُم ا ِإل ْي َم‬J‫اب ْال ُم ْس‬
َ َ‫ب‬J‫لِحْ َش‬J‫ص‬ ْ َ‫اَللَّهُ َّم أ‬
َ
. َ‫ك يَا أرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْين‬
َ ِ‫الرَّا ِش ِد ْينَ بِ َرحْ َمت‬

Ya Allah, perbaikilah keadaan para pemuda kaum muslimin, jadikan


mereka para pencinta keimanan dan jadikan iman itu indah dalam hati
mereka, bencikan mereka terhadap kekafiran, kefasikan dan
kemaksiatan, dan jadikan mereka orang-orang yang lurus, dengan
rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

‫ ِذ َّل‬Jُ‫لِم ْينَ َوأَ ْن ت‬J‫الَ َم َو ْال ُم ْس‬J‫ َّز ا ِإل ْس‬J‫ك أَ ْن تُ ِع‬
َ ُ‫أَل‬J‫ك ن َْس‬ ْ ‫ْب َد ْع َو ِة ْال ُم‬
َ ‫ا‬JJ‫طَ ِّر إِ َذا َد َع‬J‫ض‬ َ ‫اَللَّهُ َّم يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َوا ِإل ْك َر ِام يَا ُم ِجي‬
ْ ًّ ْ
ِ ‫ا َو َسائِ َر بِالَ ِد‬Jّ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوأَ ْن تُ َد ِّم َر أَ ْعدَا َء ال ِّدي ِْن َوأَ ْن تَجْ َع َل هَ َذا البَلَ َد آ ِمنًا ُمط َمئًِن‬
. َ‫اإل ْسالَ ِم َوال ُم ْسلِ ِم ْين‬ ْ َ ْ‫ال ِّشر‬

Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan
dan kemuliaan, Yang Maha Mengabulkan doa orang yang berada dalam
kesulitan, kami memohon kepadamu agar Engkau memuliakan Islam dan
kaum muslimin, menghinakan kemusyrikan dan orang-orang musyrik,
menghancurkan musuh-musuh agama, dan menjadikan negeri ini dan
negeri-negeri kaum muslimin lainnya aman dan tenteram.

‫ اَللَّهُ َّم‬، َ‫ اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ إِ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي فِلِ ْس ِط ْين‬.‫ان‬ ٍ ‫ك فِي ُك ِّل َم َك‬ َ ِ‫اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ ِإ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي َسبِ ْيل‬
َّ ْ ْ
‫ اَللهُ َّم‬.‫اس‬JJ‫وْ ِد َح َم‬JJُ‫ ِد ْينَ ِم ْن ُجن‬J‫لِ ِم ْينَ ال ُم َجا ِه‬J‫ا ال ُم ْس‬JJَ‫رْ إِخ َوانَن‬J‫ص‬ ْ ْ َّ
ُ ‫ اَللهُ َّم ان‬، َ‫ ِط ْين‬J‫ض فِلِ ْس‬ َ ْ‫ى َوأَر‬J‫ص‬ َ ‫ ِج َد األَ ْق‬J‫ك أَ ْن تُ َح ِّر َر ْال َم ْس‬َ ُ‫إِنَّا نَسْأَل‬
َ‫ ِد ْين‬J‫لِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه‬J‫ا ْال ُم ْس‬JJَ‫ َوإِ ْخ َوانَن‬،‫ ِم ْي َر‬J‫ َوإِ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي َك ْش‬،‫ص َْرإِ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي أَ ْفغَانِ ْستَان‬ ُ ‫ا ْن‬
َّ‫ا َرب‬JJَ‫الَ ِم ي‬J ‫اإل ْس‬ ْ ْ ْ ِّ ْ ْ
ِ ‫ائِ ِر بِالَ ِد‬J ‫ ِد ْينَ فِي َس‬J‫لِ ِم ْينَ ال ُم َجا ِه‬J ‫ا ال ُم ْس‬JJَ‫ َوإِخ َوانَن‬،‫ا ِن‬J ‫ ِد ْينَ فِي الشي َْش‬J‫لِ ِم ْينَ ال ُم َجا ِه‬J ‫ا ال ُم ْس‬JJَ‫ َوإِخ َوانَن‬،‫اق‬ ْ ْ
ِ ‫ َر‬J‫فِي ال ِع‬
. َ‫ْال َعالَ ِم ْين‬

Ya Allah, tolonglah dan menangkanlah saudara-saudara kami kaum


muslimin para mujahidin di jalan-Mu di mana pun mereka berada.
Tolonglah saudara-saudara kami kaum muslimin para mujahidin Palestina,
bebaskan Masjid Aqsha dan tanah Palestina dari perampok Yahudi,
tolonglah saudara-saudara kami kaum muslimin para pejuang Hamas. Ya
Allah, bantulah pula saudara-saudara kami kaum muslimin para mujahidin
di Afghanistan, Kasymir, Irak, Chechnya, dan negeri-negeri kaum
muslimin yang lain, wahai Penguasa alam semesta.

َ ‫ِّت أَ ْقدَا َمهُ ْم َوا ْنصُرْ هُ ْم َعلَى َعد ُِّو‬


.‫ك َو َعد ُِّو ِه ْم‬ َ ‫اَللَّهُ َّم أَ ْف ِر ْغ َعلَ ْي ِه ْم‬
ْ ‫ص ْبرًا َوثَب‬

Ya Allah, berikan kesabaran kepada mereka, teguhkan pendirian mereka,


dan tolonglah mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka.

.‫ب ال َّسالَ َمةَ َعلَى أَحْ يَائِ ِه ْم‬ ِ ُ‫اَللَّهُ َّم ا ْكت‬
ِ ُ‫ب ال َّشهَا َدةَ َعلَى َموْ تَاهُ ْم َوا ْكت‬

Ya Allah, tetapkan kesyahidan bagi yang gugur di antara mereka, dan


berikan keselamatan kepada yang masih hidup.
.‫اب َجهَنَّ َم إِ َّن َع َذابَهَا َكانَ َغ َرا ًما‬
َ ‫ف َعنَّا َع َذ‬
ْ ‫َربَّنَا اصْ ِر‬

Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya


itu adalah kebinasaan yang kekal.

. ُ‫ك أَ ْنتَ ْال َوهَّاب‬


َ َّ‫َربَّنَا الَتُ ِز ْغ قُلُوْ بَنَا بَ ْع َد إِ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً إِن‬

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada


kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau lah Maha
Pemberi (karunia).

َ ‫َربَّنَا إِنَّنَا آ َمنَّا فَا ْغفِرْ لَنَا ُذنُوْ بَنَا َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
.‫ار‬

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa


kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.

.‫ك َرحْ َمةً َوهَيِّئْ لَنَا ِم ْن أَ ْم ِرنَا َر َشدًا‬


َ ‫َربَّنَا آتِنَا ِم ْن لَ ُد ْن‬

Ya Tuhan kami, berikan rahmat kepada kami dari sisi-Mu, dan


sempurnakan bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.

ٍ ْ‫ك ِم ْن ِع ْل ٍم الَ يَ ْنفَ ُع َو ِم ْن قُلُو‬


ٍ ْ‫ب الَ ت َْخ َش ُع َو ِم ْن نُفُو‬
.‫س الَ تَ ْشبَ ُع َو ِم ْن َد ْع َو ٍة الَ يُ ْست ََجابُ لَهَا‬ َ ِ‫اَللَّهُ َّم إِنَّا نَعُوْ ُذ ب‬

Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak


bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah
kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.

. َ‫ظلَ ْمنَا أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِر ْين‬
َ ‫َربَّنَا‬

Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak
mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.

َ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
.‫ار‬

Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat,


dan peliharalah kami dari api neraka.
.‫ك أَ ْنتَ التَّوَّابُ ال َّر ِح ْي ُم‬
َ َّ‫َربَّنَا تَقَبَّلْ ِمنَّا إِنَّكَ أَ ْنتَ ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم َوتُبْ َعلَ ْينَا إِن‬

Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal dan doa kami), sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

. َ‫لِ ْين‬J ‫الَ ٌم َعلَى ْال ُمرْ َس‬J ‫ َو َس‬. َ‫فُوْ ن‬J ‫ص‬
ِ َ‫ َّز ِة َع َّما ي‬J‫ ْب َحانَ َربِّكَ َربِّ ْال ِع‬J ‫ ُس‬ . َ‫حْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْين‬J ‫ص‬
َ ‫ ِه َو‬J ِ‫يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آل‬J ‫لَّى هللاُ َعلَى َس‬J ‫ص‬ َ ‫َو‬
. َ‫َو ْال َح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬

Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad


saw, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik
kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan. Semoga salam sejahtera
selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji hanya bagi Tuhan
semesta alam.

Khutbah Idul Fitri Tolak Ukur Keberhasilan


Ramadhan

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, kiranya para hamba Allah di pagi hari ini mempunyai dua
perasaan yang berbeda yang mungkin bertolak belakang. Di satu sisi
gembira karena baru saja selesai malakukan ibadah puasanya selama
sebulan penuh; kita puasa disiang hari untuk mendirikan shalat malam
(tarawih) membaca kitab suci Al-Quran dan berbagai bentuk ibadah
lainnya. Nabi Mohammad saw bersabda:

“Barang siapa melakukan puasa di siang hari pada bulan Ramadhan


karena dorongan iman dan karena mengharap pahala dari Allah, maka
Allah swt akan memberikan ampunan atas segala dosanya dimasa yang
lalu. Barang siapa yang mendirikan shalat di malam hari di bulan
Ramadhan karena dorongan iman dan mengharap pahala dariNya, Allah
swt akan memberi ampunan atas segala dosanya dimasa yang lalu.”

Dilain pihak, saudara-saudara sekalian, mungkin kita pula khawatir sebab


kita telah banyak melakukan banyak kegiatan ibadah selama bulan puasa,
tapi kita ternyata tidak mendapat apa-apa dari bulan puasa itu.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda: “Banyak orang yang
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, tapi mereka tidak dapat
apa-apa kecuali hanya lapar dan dahaga. Banyak orang yang melakukan
shalat Tahajud dimalam bulan Ramadhan, tapi mereka tidak dapat apa-
apa kecuali rasa mengantuk.
Saya yakin bahwa setiap orang Islam sadar bahwa semua bentuk ibadah-
ibadah ritual dalam Islam memiliki dampak-dampak sosial (social impact).
dalam kehidupan kita, termasuk tentunya puasa di bulan Ramadhan.
Puasa sendiri mempunyai kedudukan yang khusus dalam islam. Seperti
halnya Allah berfirman dalam Al-Qur'an: Allah swt secara langsung
menghubungkan antara keimanan sesorang dengan ibadah puasanya,
tapi tidak dengan shalat, ibadah haji, ataupun zakat. Kenapa Allah swt
menempatkan kedudukan ibadah puasa mempunyai hubungan langsung
dengan Iman kita, ini menunjukan bahwa ibadah puasa adalah suatu
ibadah yang mempunyai hubungan pribadi antara Allah swt dengan
umatNya. Sabda Nabi Muhammad saw dalam hadits Qudsi:

“Semua kegiatan amal ibadah sudah diturunkan lewat semua keturunan


Nabi Adam saw kecuali puasa, sebab puasa hanyalah untukKU, dan akan
saya beri pahalanya langsung nanti dihari kemudian. Inilah janji Allah
swt.”

Itulah sebabnya saudara-saudara sekalian, tujuan utama dari puasa


adalah untuk meningkatkan rasa taqwa yang lebih tinggi kepada Allah
swt. Dan taqwa adalah level yang tertinggi dari karakter manusia, sebagai
sarana menuju kepada kemuliaan yang tertinggi didalam masyarakat.
Sebagaimana Allah swt katakan dalam Al-Qur'an: "Yang termulia di antara
kalian disisi Allah swt adalah yang paling bertaqwa. Nabi Muhammad saw
juga bersabda: Tiada kelebihan suku/bangsa Arab di atas suku/bangsa
yang bukan suku bangsa Arab, dan tiada superioritas non Arab di atas
Arab kecuali dengan ketaqwaan semata. Kalau hal ini kita tarik dalam
kenyataan hidup kita saat ini, maka tiadalah superioritas orang perorang
atau bangsa tertentu kecuali dengan ketakwaan semata.

Ada beberapa indikasi keberhasilan puasa yang telah kita lakukan:

Pertama: Meningkatkan keikhlasan.

Sebagaimana saya katakan tadi bahwa ibadah puasa adalah suatu ibadah
yang sangat personal sifatnya antara seorang hamba dengan Allah swt.
Untuk itu, puasa sudah seharusnya melahirkan prilaku iklhlas yang tinggi
dalam diri seorang hamba. Bahwa sungguh hidupnya, ibadahnya, segala
pengorbanannya dan bahkan matinya hanya untuk Allah semata. Prilaku
ikhlas ini akan menghindarkan seseorang dari "kesyirikan" halus,
termasuk kesyirikan kejiwaan, di mana seseorang terkadang mencita,
membenci bukan lagi karena Allah tapi demi seseorang. Padahal,
Rasulullah menggariskan bahwa prasyarat untuk mendapatkan cinta Allah
adalah karena mencintai dan atau membenci karena Allah semata. Jadi
dengan melakukan ibadah puasa itu keikhlasan kepada Allah swt akan
semakin bermutu.

Kedua: Tumbuhnya Rasa Muraqabatullah

Kita yakin bahwa Allah swt mengetahui dan melihat segala hal yang kita
lakukan. Sesungguhnya tiada yang tersembunyi dari Allah SWT. Allah swt
mempunyai kemampuan segala-galanya, Allah swt mengawasi tindak
tanduk kita. Mungkin contoh Umar dapat menjadi tauladan bagi kita,
bahwa suatu ketika beliau sedang melakukan inspeksi di saat beliau
menjabat sebagai khalifah, menemukan seorang ibu yang seolah sedang
memasak dengan kobaran api yang besar. Sementara anak-anaknya di
sekelilingnya pada menangis. Beliau mendekat dan menanyakan, apa
gerangan yang terjadi. Maka serta merta, sang perempuan yang tidak
sadar kalau yang hadir disampingnya adalah Khalifah, mencaci dan
mengutuk Khalifah Umar. Khalifah, menurut perempuan itu, tidak
bertanggung jawab, tidak punya perhatian sehingga kami kelaparan. Kami
tidak memiliki apa-apa untuk di masak. Umar bertanya: "Lalu masak
apakah kamu?" Perempuan itu menjawab:

"Saya merebus batu-batu dengan api ini agar anak-anak saya terhibur".
Mendengar jawaban itu, segera Umar kembali ke "baitul maal" mengambil
sekarung gandum dan beberapa lauk pauk. Karung itu digendong sendiri,
sehingga beberapa sahabat yang menemuinya di jalan berkeinginan agar
karung itu diambil dari sang Kahlifah. Namun dengan tegas Umar
menjawab: "Tidak, di hari kiamat nanti, anda tidak mungkin mengambil
dariku dan memikul tanggung jawab ini".

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah SWT

Umar membawa gandum tersebut ke perempuan, lalu dimasakkannya,


dan kemudian disuapinya anak-anaknya. Setelah semua itu dilakukan,
segera perempuan itu dengan rasa malu bertanya: "Siapa gerangan
engkau?". Umar menjawab: "Saya adalah orang yang engkau katakan
tidak bertanggung jawab tadi. Saya melakukan ini karena mungkin apa
yang engkau katakan tadi adalah betul. Untuk itu, mohon maaf dan
semoga Allah mengampuniku karena kelalaianku".

Itulah kiranya prilaku seorang pemimpin yang punya "sense of


Muraqabatullah". Dia akan merasa bertanggung jawab, tidak saja kepada
rakyatnya tapi lebih penting adalah kepada Allah SWT diakhirat nanti.
Bahkan sejak itu, Umar mengeluarkan pernyataan yang dicatat oleh
sejarah: "Seandainya ada seekor keledai mati karena kelaparan di daerah
Palesitina, maka aku akan bertanggung jawab di akherat nanti".

Kisah lain tentang Umar adalah suatu ketika beliau pernah melakukan
perjalanan dari Madinah ke Makkah. Di tengah jalan beliau bertemu
dengan seorang pemuda yang miskin, penggembala kambing. Umar
mencoba ke-amanahan pemuda yang miskin, tidak terdidik, dan bahkan
hidup di tengah kampung tiada jauh dari kebisingan kota. Umar berkata
kepadanya: "Maukah anda menjual satu dari kambingmu yang banyak
itu?". Pemuda dengan tegas menjawab: "Saya bukan pemilik kambing-
kambing itu. Saya hanya penggembala". Oleh Umar dicoba: "Katakan saja
kepada tuanmu kalau seeokor srigala telah datang memakannya". Tapi
dengan sangat tegas pemuda itu menjawab: "Faenallah" (lalu di mana
Allah). Umar menangis dengan ketegasan pemuda itu, dan keesokan
harinya beliau menemui tuannya dan dibelinya kambing itu sehingga
pemuda itu bisa dibebaskan dari perbudakan. Inilah seorang pemuda
yang memiliki "sense of Muraqabatullah", yaitu rasa perasaan yang
senanatiasa diawasi oleh Allah Yang maha Tahu dan Melihat.

Saudara-sudara sekalian, kisah Umar r.a ini dapat kita jadikan barometer
dari sukses tidaknya kita meraih makna puasa di masa-masa mendatang.
Kalau semangat untuk untuk jujur semakin meningkat, semangat untuk
takut karena ada "Being" yang selalu mengawasi walau tanpa inspektor
dari manusia, maka puasa telah membawa makna positif dalam
kehidupan kita. Jika tidak, maka berarti kita telah gagal untuk meraih
buah moral dari puasa Ramadhan lalu.

Ketiga: Tumbuhnya Kepedulian Sosial

Puasa adalah "riyadhah mubasyarah" (latihan langsung) untuk merasakan


kepedihan dan rintihan mereka yang kurang beruntung. Kita lapar, kita
dahaga, dan bahkan kita kurang tidur, semua itu melatih kita untuk
menumbuhkan rasa kepedualian terhadap berbagai ketidak beruntungan
hidup yang ada di sekitar kita. Islam menghendaki setiap seorang muslim
untuk mengembangkan keimananya secara pribadi, kita dituntut untuk
menjadi manusia yang sholeh secara individu. Tapi pada saat yang sama,
Allah tidak menghendaki kita menjadi seorang muslim yang egois.
Kesalehan individu tidak pernah cukup untuk dianggap menjadi kesalehan
yang sempurna dalam Islam. Oleh sebab itulah maka didalam Al-Qur'an
Allah memberikan contoh bagaimana Askhabul Kahfi ketika mereka
berada dalam gua. Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya kami
menyembah hanya Tuhan yang satu, yang meng indikasikan bahwa
setiap individu diantara mereka mengembangkan keimanan yang kuat,
personal righteousness. Tapi pada saat yang sama mereka juga
mengatakan: "Mereka itu kaumku, telah menjadikan sembahan-sembahan
selain Allah".

Artinya, seorang Muslim selain dituntut untuk menjadi hamba yang saleh
secara individu, juga dituntut untuk selalu "resah" (peduli) dengan
berbagai ketidak salehan yang ada di sekitarnya. Dan dalam persepsi
saya, ketidak salehan yang cukup meresahkan umat saat ini adalah
"kebodohan dan kemiskinan". Untuk itu, puasa seharusnya mempertajam
jiwa kita yang harus resah dengan penderitaan sesama Muslim di
sekeliling kita. Rasulullah saw mengatakan dalam haditsnya: "Tidak
beriman diantara kalian, pada saat kalian tidur nenyak karena kenyang ,
sementara tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan". Seandainya
kita menengok sekali lagi, dengan semangat salaam atau keinginan untuk
menebarkan "kesejahteraan" kepada siapa saja di sekeliling kita
(terutama di Indonesia), kita dapatkan betapa banyak tetangga kita yang
kelaparan. Puasa yang kita lakukan ini seharusnya melahirkan suatu
"Sense of Ulfah", suatu perasaan trenyuh/iba hati terhadap kemiskinan
yang diderita oleh saudara-saudara kita.

Sebagaimana saya katakan tadi, ada dua beban berat yang dialami oleh
saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia saat ini; Ignorence (Al-
jahal) dan Poverty (al Faqr). Dalam ini, Rasulullah saw sejak 15 abad yang
lalu telah mengingatkan: "Hampir saja kefakiran itu membawa kepada
kekufuran". Akibatnya, betapa di bulan Ramadhan sekalipun masih ada
Saudari-Saudari seiman kita ada yang melacurkan diri hanya karena
tuntutan sesuap nasi. Oleh sebab itulah saudara saudara sekalian, kita
dapati bahwa betapa ada orang-orang Islam yang murtad karena dua ini;
miskin dan bodoh. Sementara di di negara-negara majud seperti AS ini,
orang masuk Islam karena makmur dan pintar. Mereka belajar Islam dan
alhamdulilah mereka confinced dengan kebenaran Al Islam. Kejadian di
negara-negara Islam inilah adalah pembuktian bahwa betapa kemiskinan
sudah menjadi alat kekafiran di berbagai negara Islam, termasuk negara
kita tercinta.

Anehnya, umat islam seringkali lalai dari situasi ini. Bahkan terkadang in
the name of islam, in the name of obedience, justeru kita melanggar
ajaran mendasar dari ajaran agama kita. Kita masih sering mendengar
kalau wanita Islam tidak perlu ke masjid mendengar ceramah atau belajar
agama karena nanti menjadi fitnah? Memang betul, perlu aturan-aturan
dan adab-adab di masjid kita, tapi melarang perempuan ke masjid karena
alasan fitnah justeru semakin menjadi fitnah. Pertama, karena orang lain
akan melihat justifikasi tuduhan bahwa Islam diskriminatif terhadap kaum
wanita. Kedua, mereka adalah the first hands to handle our generation.
Kalau mereka tidak tahu, apa yang akan mereka ajarkan kepada anak-
anak kita? Untuk itu, kita harus benar jeli dalam melihat, mana ajaran
Islam yang sesungguhnya dan mana kultur setempat yang terkadang
dianggap ajaran mendasar dari adama kita. Sebab jika tidak, kita akan
terperangkap dalam sikap yang justeru merugikan ajaran Islam tapi kita
merasa memperjuangkannya. Saudara-saudara sekalian, dalam S. Al A'raf
Allah mengaskan bahwa Rasul yang "ummy" (Rasulullah SAW) punya
tugas utama dalam tiga hal yang menjadi kewajiban kita mengikutinya:

Amar ma'ruf-nahi mungkar (ya'muruhum bil ma'ruuf wa yanhahum 'anil


munkar)
Untuk tugas pertama ini, al-hamdulillah, telah banyak yang berupaya
untuk mengikutinya. Di genara kita tercinta, banyak bintang film
sekalipun yang kemudian menjadi da'i. Saya rasa patut disyukuri karena
semakin banyak berda'wah tentu akan semakin baik. Toh togas da'wah itu
bukan hanya tugas para kyai dan ustadz.

Halal-Haram (Yharrimu 'alaehil Khabaaits)

Menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang tidak baik.


Artinya, sudah pasti apa yang dilarang oleh Allah itu tidak baik, walau kita
diberikan hak untuk mencari tahu kenapa dilarang. Tapi kalau keinginan
untuk tahu itu justeru menjadikan kita ragu, maka sungguh sudah snagat
tidak masuk akal. Tugas kedua Rasul ini harus kita ikuti dalam upaya
menjadi Muslim yang bersih. Makanan, minuman, atau apa saja,
seharusnya jelas mana yang halal dan haram. Jangan sampai main
hantam kiri kanan, sehingga aturan halal dan haram terabaikan.

Meringankan beban dan kesulitan (yadha'u anhum Ishrahum wal Aghlaal)

Jelas bahwa beban utama umat ini adalah "kebodohan dan kemiskinan".
Seharusnya telah menjadi kewjiban kita untuk meringankan beban ini.
Tidak saja dalam bentuk jangka pendek, berupa sadaqah, infaq, dll. Tapi
perlu upaya sistimatis untuk membangunkan perekonomian umat yang
kuat. Sayang bahwa sebagian ulama masih sibuk berkelahi dengan
masalah-masalah khilafiyah, sementara umat menderita siang malam dan
hampir saja dimurtadkan oleh keadaan menyedihkan itu. Saya jusetru
yakin bahwa di Akhirat nanti, jika ditanya tentang keadaan umat kita saat
ini, kita tidak mungkin menjawab bahwa kami ya Allah sibuk melakukan
dzikir dan tasbih. Atau karena kesibukan kita membaca wirid dan bahkan
kesibukan kita shalat malam. Apakah kita bisa merasakan tanggung
jawab ini? Ataukah setelah keluar Ramadhan justeru kita semakin merasa
terjamin masuk syurga, sementara saudara-saudara kita strugling untuk
bisa hidup?

Keempat: Keseimbangan Hidup

Saudara-saudara sekalian, puasa seharusnya melahirkan prilaku hidup


yang bertawazun (balance of life). Kehidupan yang tidak imbang akan
melahirkan beberapa bahaya:

Betapa tidak, banyak orang lalai akan mati hanya karena terlalu cinta
dalam kehidupan ini.
Menjadikan kezaliman-kezaliman dalam hidup, termasuk zalim pada diri
sendiri.
Terjadi pengingkaran terhadap Allah swt.

Kelima: Sukses dengan Laelatul Qadr

Indikasi terakhir berhasil tidaknya puasa kita Ramadhan ini adalah,


mampukah kita keluar dari Ramadhan ini dengan "laelatul Qadr?".
Mampukah kita keluar dengan kekuatan malam itu? Tapi apakah kekuatan
malam itu? Apakah shalat sunnah kita? Apakah dzikir kita? Sebenarnya
jawaban yang paling tepat adalah kita keluar dengan sebuah "means of
power" yang didatangkan pada malam itu, dan itulah dia Al-Qur'an. Maka
seharusnya umat Islam, setelah berakhirnya Ramadhan ini kembali
melakukan "empowering" dengan kekuatan Al Qur'an. Kita maju, kuat
dengan Al Qur'an. Umat ini hanya bisa maju, sukses, bahagia dengan
petunjuk Allah SWT. Sebaliknya, umat ini tidak akan pernah maju, sukses,
bahagia dengan mengabaikan Al Qur'an.

Sayang terkadang kita memahami laelatul Qadr dengan hanya shalat


tahajjud sebanyak-banyaknya, dzuikir sepanjang-panjangnya, shalat
tasbih, dan berbagai bentuk ibadah lainnya. Sementara konten dari
Laelatul Qadr berupa Al Qur'an kita abaikan. Semoga laelatul Qadr kali ini,
tidak saja telah menyibukkan kita dengan berbagai ritual tadi, tapi juga
telah memotivasi kita untuk mendalami Al Qur'an, elemen yang
seusungguhnya menjadikan malam itu mulia.

Saudara-Saudara sekalian, demikian lima poin indikator keberhasilan


puasa kita. Kalau satupun dari lima ini belum ada pada diri kita di masa
mendatang, tentu kita patut menyesal sekaligus berharap semoga kita
masih hidup di masa depan, sehingga kita bisa semakin meningkatkan
kwalitas ibadah kita. Semoga puasa kita diterima dan semoga dosa-dosa
kita telah diampuni olehNya. Amin!

“Selamat hari Raya saudara-saudar sekalian, Minal 'Idin wal faidzin.”


Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Penulis: M. Syamsi Ali adalah seorang muslim anggota ISNET yang tinggal
di New York

Khutbah Jumat Terbaru 3 Perumpamaan Sifat Manusia


dalam Al-Qur'an
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫د‬JJ‫ه غال هللا الواح‬JJ‫هد أن ال إل‬JJ‫ أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون أش‬  ‫الحمد هلل الذى‬
‫ا‬JJ‫ في‬:‫د‬JJ‫اشهد أن محمدا عبده ورسوله بشيرا ونذيرا وداعيا إلى هللا بإذنه وسراجا منيراز أما بع‬, ‫ وإياه نستعين‬J‫الصمد إياه نعبد‬
‫ه‬JJ‫الى فى كتاب‬JJ‫بحانه وتع‬JJ‫ال هللا س‬JJ‫د ق‬JJ‫ فق‬.‫ا‬JJ‫وزا عظيم‬JJ‫از ف‬JJ‫د ف‬JJ‫فق‬  ‫وى هللا‬JJ‫بتق‬  ‫ى‬JJ‫بنفس‬  ‫يكم‬JJ‫أص‬  ‫لمون رحمكم هللا‬JJ‫ا المس‬JJ‫أيه‬
ِ ‫ك ِإلَى النَّحْ ِل أَ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
َ‫ْر ُشون‬ َ ُّ‫ َوأَوْ َحى َرب‬  : ‫العزيز‬

Hadirin Jama’ah Jum’at di mulikan oleh Allah

Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan ileh Allah menjadi
nama surah, yaitu al-Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-
Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing memiliki karakter dan
sifat, sebagimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan
pelajaran oleh manusia.
Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit
tanpa henti-hentinya. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan
untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun.
Kelobaanya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu
yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tidak itu tidak berguna
baginya.

Hadirin Sidang Jum’at   yang dimuliakan oleh Allah!

Lain halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an


bahwa sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh,

ِ ‫ْت ْال َع ْن َكبُو‬


َ‫ت لَوْ َكانُوا يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫ت بَ ْيتًا َوإِ َّن أَوْ هَنَ ْالبُيُو‬
ُ ‫ت لَبَي‬ ِ ‫ُون هَّللا ِ أَوْ لِيَا َء َك َمثَ ِل ْال َع ْن َكبُو‬
ْ ‫ت اتَّ َخ َذ‬ ِ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ اتَّ َخ ُذوا ِم ْن د‬

ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau
disergapnya akan binasa. Jangankan serangga  yang tidak sejenis,
jantannya pun setelah selesai berhubungan disergapnya untuk
dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling
berdesakan hingga dapat saling memusnahkan.

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau


rumah tangga yang keadaannya seperti laba-laba; rapuh, anggotanya
saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti anak laba-laba yang baru
lahir. Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara
pimpinan dan bawahan saling curiga.

Sidang Jum’at Yang Dimuliakan oleh Allah

Akan halnya dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-
Qur’an digambarkan  sebagimana dalam Firmannya :

‫ب َُل‬J‫لُ ِكي ُس‬J‫اس‬


ْ َ‫ت ف‬ َ J‫ ِّل الثَّ َم‬J‫)ثُ َّم ُكلِي ِم ْن ُك‬68( َ‫ون‬J‫ْر ُش‬
ِ ‫را‬J ِ َ‫ك ِإلَى النَّحْ ِل أَ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجب‬
َّ َ‫ال بُيُوتًا َو ِمن‬
ِ ‫ َج ِر َو ِم َّما يَع‬J‫الش‬ َ ُّ‫َوأَوْ َحى َرب‬

َ‫ك آَل يَةً لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ ِ َّ‫ف أَ ْل َوانُهُ فِي ِه ِشفَا ٌء ِللن‬
َ ِ‫اس ِإ َّن فِي َذل‬ ٌ ِ‫ك ُذلُاًل يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بُطُونِهَا َش َرابٌ ُم ْختَل‬
ِ ِّ‫َرب‬
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia". kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut
lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar
tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya adalah
kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk
makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah
menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk
dijadikan sebagai penerang dan obat. Lebah sangat disiplin, mengenal
pembagian kerja dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari
sarangnya.  Ia tidak mengganggu yang lainnya kecuali yang
mengganggunya, bahkan kalaupun menyakiti (menyengat) sengatannya
dapat menjadi obat.

Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi mengibaratkan orang mukmin yang


baik seperti lebah, sebagaimana dalam sabdanya:
.‫ مثل المؤمن مثل النحلة ال تأكل إال طيبا وال تضع إال طيبا وإن وقعت فى شئ ال تكسر‬: ‫قال رسول هللا صم‬

Rasulullah bersabda: Perumpaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia


tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan
bila berada pada suatu tempat tidak merusak”

Hadirin Jama’ah Jumat Yang Dimuliakan Oleh Allah

Dalam kehidupan kita di dunia ini  contoh-contoh di atas seringkali


diibaratkan dengan berbagai jenis binatang. Bahkan kalau manusia tidak
mengetahui posisinya sebagai makhluk yang memiliki aturan dalam hal
ini petunjuk-petunjuk agama bisa saja menempati posisi lebih rendah dari
binatang bahkan lebih sesat dari binatang.

Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan
menumpuk materi atau harta (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan.
Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan dalam agama (dalam
bentuk zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber
dari budaya tersebut. Pemborosan adalah termasuk budaya tersebut di
atas yaitu hadirnya berbagi benda baru yang tidak dibutuhkan dan
tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup bagus untuk
dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan  bahwa
dalam masyarakat kita, banyak semut-semut yang berkeliaran.
Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan
tersiksa di akhirat, karena mereka bekerja keras tanpa
mempertimbangkan akibat buruknya:

‫)تُ ْسقَى ِم ْن َعي ٍْن َءانِيَ ٍة‬4(ً‫)تَصْ لَى نَارًا َحا ِميَة‬3(ٌ‫صبَة‬
ِ ‫)عَا ِملَةٌ نَا‬2(ٌ‫ُوجُوهٌ يَوْ َمئِ ٍذ خَا ِش َعة‬

“banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan,
memasuki api yang sangat panas diberi minum  (dengan air) dari sumer
yang sangat panas”

Menurut riwayat ayat di atas menunjuk kepada sekelompok manusia yang


dalam kehidupan dunia melakukan kegiatan yang menjadikan badan
mereka letih dan capek, tetapi kegiatan mereka tidak sesuai dengan
tuntunan ajaran Islam, yaitu yang bersangkutan lengah dari kewajiban
keagamaannya. Mereka menjadi budak harta, tergila-gila dengannya
sehingga melupakan segala sesuatu, sehingga di akhirat mereka masuk
ke dalam neraka.

Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu
mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan,
tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka jadikan mangsa,
siapa lagi yang akan ditipu, dan bagimana cara mengambil hak orang.

Hadirin Sidang Jum’at

Demikian pula di dalam masyarakat kita berapa banyak manusia-manusia


lebah, tidakkah lebih banyak manusia-manusia semut atau manusia laba-
laba. Manusia lebah itu adalah mereka yang tidak boros, tidak suka
makan atau mengambil haknya orang, yang dimakannya adalah saripati
bunga, dan ketika mengambil saripati itu tidak menjadikan bungan itu
rusak atau tidak menjadi buah. Itulah gambaran orang mukmin yang baik
tidak memakan makanan yang haram, mengambil uang negara untuk
kepentingan diri sendiri. Kemudian apa yang keluar dari mulutnya bukan
sesuatu yang menyakiti persaaan tetapi sesuatu yang menyejukkan dan
menyenangkan. Dan bila berada pada suatu tempat atau daerah tidak
menjadi pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi justru kehadirannya
sangat diharapkan oleh orang banyak.

Oleh karenanya, dalam kesempatan ini marilah kita merenungkan dan


mencontoh sifat-sifat yang dimiliki oleh lebah itu, tidak menconoth sifat-
sifat semut dan laba-laba, sehingga kita dapat mendapatkan nikmatnya
kehidupan di dunia ini, lebih-lebih nikmatnya kehidupan yang abadi di
akhirat nanti yaitu surga. Amin.

‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫وجنة عرضها السموات واألرض أعدت للمتقين‬  ‫وسارعوا إلى مغفرة من ربكم‬
.‫بارك هللا لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم من اآليات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم إله هو الغفور الرحيم‬
‫‪Contoh Khutbah Kedua 2015/2016‬‬

‫س ِّي َد َنا ُم َح َّمدً ا َع ْب ُدهُ‬ ‫ش َه ُداَنَّ َ‬ ‫ش ِر ْي َك لَهُ‪ .‬ا ِْر َغا ًمالِ َمنْ َج َح َدبِ ِه َو َك َف َر‪َ .‬واَ ْ‬ ‫ش َه ُداَنْ الَاِل َه ِاالَّهللُ َو ْح َده الَ َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُدهّلِل ِ َح ْم ًدا َكثِ ْي ًرا َك َمااَ َم َر‪َ .‬واَ ْ‬
‫صلَتْ َع ْينٌ ِب َن َظ ٍر َوا ُ ُذنٌ ِب َخ َب ٍر‬ ‫ص ْحبِ ِه َماا َّت َ‬ ‫لى اَلِ ِه َو َ‬ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َ‬ ‫لى َ‬ ‫سلِّ ْم َع َ‬ ‫صل ِّ َو َ‬ ‫ش ِر‪ .‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫س َوا ْل َب َ‬ ‫س ِّي ُد ْاالِ ْن ِ‬‫س ْولُ ُه َ‬ ‫َو َر ُ‬
‫ْ‬
‫ض ْو ِر ال ُج ْم َع ِة‬ ‫لى الطا َع ِة َو ُح ُ‬ ‫َّ‬ ‫اع َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ِش َماظ َه َر َو َما َبطنْ ‪َ .‬و َحافِظ ْو َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫الى‪َ .‬وذ ُروالف َواح َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اس !! ِاتقواهللاَ ت َع َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫اَ َّما َب ْع ُد ‪ :‬ف َياا ُّي َهاالن ُ‬
‫َ‬
‫الى َولَ ْم َي َزلْ َقائِالً َعلِ ْي ًما‪ :‬اِنَّ هللاَ‬ ‫اعلَ ُم ْوااَنَّ هللاَ اَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر َب َدأَفِ ْي ِه ِب َن ْفسِ هِ‪َ .‬و َث َّنى ِب َمالَئِ َك ِة قُدْ سِ هِ‪َ .‬ف َقال َ َت َع َ‬ ‫َوا ْل َج َما َعةِ‪َ .‬و ْ‬
‫لى اَ ِل‬ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َ‬ ‫لى َ‬ ‫سلِّ ْم َع َ‬ ‫صل ِّ َو َ‬ ‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‪ .‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫اصلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫لى ال َّن ِب ْى َيا َ ُّي َهاالَّ ِذ ْينَ آ َم ُن ْو َ‬ ‫صلُّ ْونَ َع َ‬ ‫َو َمالَئِ َك َت ُه ُي َ‬
‫س ِّي ِد َنا ِا ْب َرا ِه ْي َم‪ .‬في ِا ْل َعالَ ِم ْينَ ِا َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫لى اَ ِل َ‬ ‫س ِّي ِد َنا ِا ْب َرا ِه ْي َم َو َع َ‬ ‫لى َ‬ ‫صلَّ ْيتَ َع َ‬ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّمدٍ‪َ .‬ك َما َ‬ ‫َ‬
‫اب ِع ْينَ‬‫ِ‬ ‫َّ‬
‫ت‬ ‫ال‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫ع‬‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫نَ‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫ع‬‫ِ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ج‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ي‬
‫ِّ‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫ص‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ِر‬
‫ِ‬ ‫ئ‬ ‫ا‬ ‫س‬‫َ‬ ‫نْ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫ِي‬
‫ٍّ‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫َ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫انَ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ث‬‫ْ‬ ‫ع‬ ‫ُ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫ر‬
‫َ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ع‬
‫ُ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫ٍ‬ ‫ك‬‫ْ‬ ‫ب‬‫َ‬ ‫ى‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫ي‬
‫ّ‬ ‫س‬
‫َ‬ ‫نَ‬ ‫ي‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫اشِ‬ ‫الر‬
‫َّ‬ ‫اءِ‬ ‫َ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ُ‬
‫خ‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫ض‬
‫َ‬ ‫ار‬
‫ْ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫م‬‫اَل َّ‬
‫ه‬
‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫ل‬
‫ِلى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬ ‫ان ا َ‬ ‫س ٍ‬ ‫اب ِع ْينَ َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبا ِْح َ‬ ‫ابعِى ال َّت ِ‬ ‫َو َت ِ‬
‫ِب ا ْل َعطِ َّياتِ‪ .‬اَللّ ُه َّم ادْ ف ْعَ‬ ‫ت ِب َر ْح َمتِ َك َي َاواه َ‬ ‫ت ْاالَ ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َوا ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َوا ْل ُم ْؤ ِم َنا ِ‬ ‫اغف ِْرلِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫اَللّ ُه َّم ْ‬
‫اصة َو َعنْ‬ ‫ً‬ ‫اخ َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫س ْو َءا ْلفِ َت ِن َماظ َه َر ِم ْن َها َو َما َبطنَ َعنْ َبلَ ِد َنا هَذ َ‬ ‫َ‬ ‫الزالَ ِزل َ َوا ْلم َِحنَ ‪َ .‬و ُ‬ ‫الز َنا َو َّ‬ ‫َع َّناا ْل َغالَ َء َوا ْل َو َبا َء َو ِّ‬
‫ار‬‫اب ال َّن ِ‬ ‫َ‬
‫س َنة َوقِ َنا َعذ َ‬ ‫ً‬ ‫س َنة َوفِى ْاالَخ َِر ِة َح َ‬ ‫ً‬ ‫ار َّب ال َعال ِم ْينَ ‪َ .‬ر َّب َنااَتِ َنافِى ال ُّد ْن َيا َح َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬
‫سائ ِِر َبالَدِا ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َعا َّمة َي َ‬ ‫َ‬
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬
‫ى َي ِعظك ْم ل َعلك ْم تذك ُر ْونَ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ان َو ِا ْيتاءِ ذِى الق ْر َبى َو َين َهى َع ِن الف ْحشاءِ َوال ُمنك ِر َوال َبغ ِ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫س ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ِع َبا َدهللا اِنَّ هللاَ َيأ ُم ُربِال َعدْ ِل َواالِ ْح َ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫لى ِن َع ِم ِه َي ِزدْ ك ْم‪َ .‬ول ِذك ُرهللاِ اك َب ُر‬ ‫ش ُك ُروهُ َع َ‬ ‫َف ْاذ ُك ُرواهللاَ ا ْل َعظِ ْي ِم يذكركم َوا ْ‬

‫‪Contoh Kutbah Idul Fitri 1 Syawal 1436 H‬‬


‫هللا اكبر ‪ × 9‬هللا اكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكرة واصيل‪ .‬ال إله إال هللا وحده صدق وعده ونص‪JJ‬ر عب‪JJ‬ده وأع‪JJ‬ز‬
‫جنده وهزم األحزاب وحده ال إله إال هللا وهللا أكبر هللا أكبر وهلل الحمد‪.‬‬
‫ا الحمد ‪  ‬هلل الذى جعل أيام األعياد ضيافة لعباده الصالحين وجعل فى قلوب المؤمنين بهجة وس‪J‬رورا‪ .‬أش‪J‬هد أن ال إل‪J‬ه إال هللا‬
‫إياه نعبد‪ J‬وإياه نسنعين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الخالئق والبشر‪ .‬أما بعد‪.‬‬

‫هللا أكبر ‪× 3‬‬

‫‪Bersama terbitnya fajar 1 syawal. Pagi ini kaum Muslimin di seantero dunia‬‬
‫‪mengumandangkan takbir dan tahmid sembari memuji dan mengagungkan kebesaran Ilahi‬‬
‫‪ Segala puji hanya patut dipersembahkan‬وهلل الحمد !‪ “ sungguh allah Maha Besar‬هللا أكبر“ ‪rabbi‬‬
‫‪bagi-Mu Ya Allah Tuhan semesta alam.‬‬

‫‪Pada hari ini seluruh umat Islam tidak peduli mereka hidup di tengah gemuruh dan hiruk‬‬
‫‪pikuknya kota, maupun mereka tinggal di tengah ketenangan pelosok desa, bahkan mereka‬‬
‫‪yang terpencil di lembah sunyi, semua di dalam jiwanya berdetak denyut nadi Iman yang‬‬
‫‪dalam, setiap tarikan nafasnya berhembus semangat pengabdian ilahiyah, tua atau muda, pria‬‬
‫‪atau wanita, kaya atau miskin, berpangkat atau rakyat biasa semua mengagungkan asma‬‬
‫‪Allah, melangkahkan kaki untuk menuju suatu tempat ibadah kemudian dilanjutkan shalat‬‬
‫‪sunat dua rakaat (shalat ‘id), ruku’ dan sujud sebagai pertanda kesyukuran setelah‬‬
‫‪menyempurnakan ibadah puasanya selama sebulan, meskipun di sana sini mendapat banyak‬‬
‫‪rintangan dan godaan hawa nafsu akan tetapi semuanya itu bisa terhindarkan karena dengan‬‬
‫‪iman yang melekat dalam hati mereka.‬‬

‫‪Pagi ini kita shalat ‘idil fitri lagi. Tak terasa waktu berputar satu bulan telah kita lewati puasa‬‬
‫‪pada saat ini, kita ditinggalkan bulan suci ramadhan, bulan yang penuh berkah. Imam Ali‬‬
‫‪Zaianal Abidin cucu Rasulullah selalu meninggalkan ramadan dengan penuh kesedihan‬‬
‫‪dengan air mata yang tidak henti-hentinya membasahi wajahnya. Ia mengucapkan salam‬‬
perpisahan pada bulan ramadan. Ia berpisah dengan bulan yang telah menyertainya dalam
mengabdi kepada Allah, bulan yang menaburkan.

Perspisahan bulan ramadan ini dengan orang-orang mukmin sejati laksana perpisahan antara
orang tua dengan anak. Di mana saat-saat orang tua merelakan anaknya pergi merantau ke
seberang pulau atau daerah untuk menuntut ilmu, suatu ketika orang tua sangat merindukan
anaknya di rantauan, demikian pula sebaliknya anak merindukan kedua orang tua. Akan
tetapi saat-saat yang sangat menyedihkan di mana si anak dipanggil pulang ke kampaung
halamannya untuk menemui orang tuanya yang sementara sakit parah. Saat sampai di
rumahnya ternyata menyaksikan banyak orang yang datang berbondong-bondong memasuki
rumahnya, di depan rumah ada orang yang membelah-belah bambu dan yang lainnya
kedengaran di dalam rumah membaca tahlil dan baca qur’an. Maka sang anak mecoba
melangkahkan kaki dengan pelan-pelan memasuki rumahnya. Di ruangan tamu di dapatinya
sang orang tua yang sangat dicintainya itu berbaring dengan tubuh yang kaku, badan yang
tidak bernafas lagi, tidak bisa bergerak lagi, ditutupi kain panjang, ternyata orang tua yang
dicintainya sudah menghadap kepada Sang Pencita Allahu rabbi,

Alangkah beratnya, alangkah sedihnya si anak melihat orang tuanya yang sudah tidak ada
lagi, dia hanya mengucapakan Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un, selamat jalan orang tuaku
semoga jasa-jasamu yang engku berikan kepada kami di balas di sisi Allah dan dibarengi
dengan air mata. Demikinlah gambaran orang mukmin yang di tinggalkan ioleh ramadan
yang di cintainya itu.

‫وهلل الحمد‬  × 3 ‫ هللا أكبر‬     

Kita sampaikan salam perpisahan kepada ramadhan dengan iringan do’a dan air mata sembari
mengucapkan :

“Ya Allah! Bulan ramadhan telah hadir di tengah-tengah kami dengan kehadiran yang tepuji,
telah menemani kami dengan persahabatan sejati, telah menguntungkan kami dengan
keuntungan yang terbaik di seluruh alam. Tiba-tiba ia meninggalkan kami pada akhir
waktunya pada ujung jangkanya, Ya Allah! Bersama dengan berlepasnya ramadhan ini,
lepaskan kami dari kesalahan kami dan keluarnya bulan ramadhan ini keluarkan kami dari
kekeliruan”

Bersama dengan terbitnya mentari di ufuk timur kita bergegas datang ke tempat ini, kita
hamparkan sajadah kita di atas tanah yang lembab dan dingin. Kita mengangkat kedua tangan
berualng-ulang membesarka Allah, ‫ سبحان هللا والحمد هلل وال إله إال هللا هللا أكبر‬ kemudian bersama kita
rebahkan tubuh, kta ratakan dahi, tersungkur di hadapan Tuhan Yang Maha Agung dengan
mengucapkan  “‫ده‬JJ‫بحان ربى األعلى وبحم‬JJ‫ ”س‬Tuhanku inilah hambamu yang hina terhempas di
hadapun-Mu. Inilah ubun-ubunnya ad di tangan-Mu. Punggungnya melengkung karena
memikul besarnya dosa-dosanya. Bibirnya kelu karena tidak sanggup mensyukuri besarnya
anugerah-Mu. Di tanah lapang ini, kita semua mengakui dosa-dosa, kita memohon
perlindungan Allah yang Maha Kuasa.
Kita melakukan takbir dan shalat I’d berulangkali dalam kehidupan kita. Lebaran demi
lebaran singgah dalam perjalanan kita di dunia ini, hari demi hari kita menyaksikan berbagai
penderitaan yang dialami oleh anak manusia. jutaan orang kehilangan pekerajaan (di PHK),
jutaan orang kebingunngan bagaimana mencari makan untuk menyambung hidupnya.
Ratusan orang mati menggenaskan karena penyakit dan kesengsaraan, tidak terhitung anak-
anak yang sel-sel otaknya rusak, matanya sayu, perutnya kembung karena kekurangan gizi
dan kelaparan, kepala kita pusing, perut kita lapar, hati kita ketakutan. Hukum tidak lagi
menjadi harapan perlindungan keamanan, jaminan untuk mendapatkan keadilan adalah
sesuatu yang sanagt mahal, hukum tidak berdaya lagi, yang menjadi ukurannya adalah materi
siapa yang banyak duit habis perkara (KUHAP) “kalau ada uang habis perkara”.

 ‫وله‬JJ‫ده ورس‬JJ‫دا عب‬JJ‫هد أن محم‬JJ‫ أشهد أن ال إله إإل هللا وحده ال شريك له وأش‬،‫الحمد هلل الذى جعل شهر رمضان شهرا مباركا‬
‫المبعوث رحمة للعلمين بشيرا ونذيرا وداعيا إلى هللا بإذنه وسراجا منيرا‬,

Puasa diwajibkan bukan saja di dalam agama Islam, tetapi juga di dalam agama samawi
lainnya. Jadi tidak heran kalau hampir seluruh agama yang ada di dunia ini mensyariatkan
puasa. Apa pun bentuknya. Bahkan pada masyarakat yang tidak mengenal agama, seperti
pada bangsa-bangsa primitif, ditemukan adanya kebiasaan berpuasa.

Pertanyaan adalah mengapa puasa di syariatkan Allah swt pada seluruh agama? Pertama,
puasa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hakikat keberagamaan adalah
uapaya untuk mendekati Allah. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual atau rohani kita.

Secara filosofis, kita percaya bahwa yang membedakan kita dengan makhluk-makhluk lain
adalah ruh. Sebagian orang menyatakan bahwa hakikat kemanusian seseorang terletak di
dalam ruhnya. Ada suatu penelitian tentang puasa cdi Barat. Penelitian itu mengamati
sekelompok orang yang berpuasa. Setelah beberapa hari puasa, terjadi sesuatu yang aneh.
Pikiran mereka menjadi lebih filosofis. Mereka jadi bisa berfilisafat. Sehingga dengan
demikian orang yang berpuasa selalu berfikir yang abstrak bukan pada tataran yang kongkret
atau materi.

Salah seorang psikolog “Sigmund Freud” pernah melontarkan suatu teori tentang kesenangan
anak-anak di masa kecil. Meneurutnya, ada tiga tahap perkembangan kenikmatan anak0anak
itu. Ketiganya memiliki persamaan, yaitu semuanya bersifat kongkrut, bisa dilihat dan
pemenuhannya sesegera mungkin. Kalau orang itu lapar, ia makan. Segera puaskan dengan
kesenangan pada makan dan minum. Menurut Freud, dalam ptahap awala perkembangan
kerpribadian anak, letak kenikmatan adalah pada mulutnya. Ia menyebutnya Priode Anal.
Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya. Kesenangan
ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketiak dia menyusu pada ibunya. Dia lalu belajar
memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Pada priode ini jika anak-anak diperintahkan untuk
berjalan, dia akan berusaha  mengambil sesuatu dan mencoba memasukkanya ke mulut. Bila
tidak ada sesuatu yang bisa diraih untuk diletekkan ke dalam mulutnya, dia akan memasukan
tangannya sendiri.

Pada  perkembangan selanjutnya, kenikmatan itu tidak hanya terletak pada mulut. Dia
mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Seperti ketika dia
buang air besar atau buang air kecil. Masa itu di sebut masa Anal. Pada masa ini, aeaeorang
anak bisa berlama-lama di atas toilet. Dia senangn melihat tumpukan kotorannya dan kadang-
kadang ia permainkannya.

Sesudah itu, kepribadian berkembang lagi, kini bergeser untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi orang lebih dewasa. Priode ini disebut Priode Genital. Dia senang mempermainkan
alat kelaminnya dan memperlihatkannya pada orang tuanya.

Kebutuhan kita semakin hari semakin berkembang, semakin dewasa kita semakin abstraklah
kebutuhan kita. Pada saat-saat tertentu ada orang hanya samapai pada priode pertama, oral
saja. Walaupun swudah dewasa, dia hanay memperoleh kenikmatan pada makan dan minum
saja. Perbedaannya dia ubah makan dan minum dalam bentuk simbol, misalnya dalam bentuk
kepemilikan kekayaan.

Jika kita mengatkan teori yang dikemukakan di atas dengan perkembangan kehidupan
sebagaian manusia sekarang ini, menurutnya adalah mereka telah mengidap penyakit jiwa.
Mereka hanya mengejar kenikmatan dalam makan dan minum saja, atau paling tidak mereka
terhambat pada tingkat genital. Mereka seperti anak-anak, masih mencari kenikmatan dalam
mempermainkan alat kelaminnya. Hal sesui dengan ungkapa ulama kita :

‫الطفولة البشرية‬

“ Anak-anak yang berkumis”

Lembaga-lembaga modern sebagian dibuat untuk memenuhi kebutuhan itu, makan, minum,
dan seks. Bisnis makanan sampai sekarang adalah bisnis yang paling banyak menyedot uang
di dunia modern. Rata-rata kita orang Indonesia mengeluarkan lebih dari 75 % dari
penghasilan untuk makan dan minum. Bahkan tidak tanggung-tanggung di sebuah retoran di
Jakarta aset perbulannya mencapai puluhan milyar rupiah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa seseorang semakin abstrak
kebutuhannya. Kebutuhan yang paling tinggi adalah ketika seseorang berusaha memenuhi
kebutuhan ruhaniahnya bukan kebutuhan jasmanianya. Itulah orang-orang  sangat dewasa. Di
bulan ramadan ini kita di latih untuk mengembangkan kepribadian kita. Kita meninggalkan
tingkat oeral, anal, dan genital ke tingkat ruahaniah yang lebih tinggi. Pada siang hari di
bulan ramadan kita meninggalkan masa kanak-kanak kita, yaitu berusaha menahan diri untuk
tidak memenuhi kebutuhan oral kita dengan tidak makan dan minum. Kita pun mencoba
untuk meninggalkan tahap genital dengan mengendalikan nafsu seks kita. Pada bulan
ramadan, kita belajar menjadi dewasa. Kita berusaha meninggalkan keterikatan pada tubuh
kita dan mulai mendekati ruh kita. Kita adalah gabungan antara ruh dan tubuh; tapi dalam
kenyataan sehari-hari kita masih terikat sekali dengan tubuh kita.

Seseorang yang sudah sampai pada tingkat yang keterikatan pada ruhnya lebih besar dari
pada keterikatan pada tubuhnya, akan mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Orang yang
sangat terikat dengan tubuhnya akan mudah sekali dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Dia
bisa kedinginan kalau udara turun. Dia bisa kegerahan kalau suhu udara naik. Sedangkan
orang yang sudah lebih terikat kepada ruh, akan bisa menciptkan tubuhnya sejuk ketika udara
amat dingin.

Menurut Murthada Muthahari, salah satu tahap dalam kewalian seseorang adalah ketika ia
sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dia tidak akan marah ketika seharusnya marah.
Dia tidak ingin membalas dendam ketika semestinya ia membalas dendam. Dia tidak sakit
hati ketika orang menyakiti hatinya. Nafsunya sudah terkendalikan. Menahan makan dan
minum serta manahan diri dari perbuatan zina sudah termasuk tingkat wali yang paling awal.
Jadi pada saat bulan puasa Insya Allah kita akan menjadi wali-wali Allah pada ting yang
paling elementer.

Oleh karena pada bulan puasa ini kita selalu berusaha untuk menjadi wali-wali Allah dengan
mengendalikan hawa nafsu kita yang hanya mementingkan kepentingan tubuh tanpa
memperhatikan  kebutuhan ruhaniah kita. Janganlah terlena dengan kebutuhan jasadiahnya.
Rezki yang diberikan oleh Allah kepada  hanya kebutuhan komsumtif kita. Kita tumpuk
makanan dan minuman yang berlebih untuk santap ketika buka puasa, sekan-akan suatu
kompensasi akan ketidak makanan dan ketidak minuman di siang hari. Tetapi kita harus
melihat betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa menikmati sesuap nasi untuk
berbuka puasa, kita ulurkan bantun kepada mereka gara supaya tercipta suatu kesembangan
di antara kita.

DENGAN ‘IDUL ADHA KITA WUJUDKAN SOLIDARITAS SOSIAL

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫ هللا أكبر وهلل الحمد‬، ‫ وهللا أكبر‬،‫ ال إله إال هللا‬9× ‫هللا أكبر‬

َ‫ ِد هللاُ فَال‬M‫ َمنْ يَ ْه‬،‫ا‬MMَ‫ت أَ ْع َمالِن‬ َ   ْ‫نَا َو ِمن‬M‫س‬


ِ ‫يِّئَا‬M‫س‬ ِ ُ‫ ُر ْو ِر أَ ْنف‬M‫ش‬
ُ ْ‫و ُذ بِاهللِ ِمن‬MM‫تَ ْه ِد ْي ِه َونَ ُع‬M‫س‬ ْ َ‫ َون‬ ‫ستَ ْغفِ ُر ْه‬ ْ َ‫ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ نَ ْح َم ُدهُ َون‬  َّ‫إِن‬
ْ َ‫ستَ ِع ْينُهُ َون‬
َ
‫ا ِركْ َعلى‬MMَ‫ل ْم َوب‬M‫س‬ ِّ َ ‫ َو‬ ‫ ِّل‬M‫ص‬ َّ َ ُ
َ ‫ الل ُه َّم‬.ُ‫ ْوله‬M‫س‬ َ
ُ ‫ ُدهُ َو َر‬M‫ َه ُد أنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب‬M‫ش‬ َ َّ َ َ
ْ ‫ َوأ‬ ‫ش َه ُد أنْ ال إِلهَ إِال هللا‬َ َ
ْ ‫ أ‬.ُ‫ي له‬َ َ ‫ضلِ ْل فَالَ هَا ِد‬ ْ ُ‫ي‬  ْ‫ض َّل لَهُ َو َمن‬ ِ ‫ُم‬
.‫ َو َم ِن ا ْهتَدَى ِب ُهدَاهُ إِلَى يَ ْو ِم ا ْلقِيَا َم ِة‬ ‫ص ْحبِ ِه‬ َ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ

Hadirin, Sidang Jamaaah Idul Adha yang berbahagia!


Kesadaran dan keinsyafan untuk
berkurban karena Allah inilah yang merupakan makna hakiki dari “Id al-
Adha. Makna ini akan dirasakan kemanfaatannya apabila diwujudkan ke
dalam kehidupan realitas kita melalui makna instrumental-nya.

II. Makna Hakiki Idul Adha


Dalam kesederhanaan, nilai (ajaran) kurban ini tergambar di dalam
penyembelihan hewan kurban itu sendiri; (1) niatnya karena Allah , (2)
yang sampai kepada Allah bukan darah atau daging kurban tetapi
keimanan dan ketakwaan orang berkurban,(3) daging kurban itu sendiri
didistribusikan secara adil dan merata terutama kepada mereka yang
benar-benar membutuhkan sebagai kepedulian kepada lingkungan dan
upaya meningkatkan kebersamaan solidaritas sosial, (4) pendistribusian
secara adil dan merata, dilakukan sebagai pengamalan perintah syukur
atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah.(5) dan pahala
pertama, untuk orang yang berkurban itu sendiri dan kedua, untuk semua
pihak yang mendukung dan menciptakan suasana yang kondusif hingga
terselenggaranya aktivitas pengorbanan karena Allah.Demikian juga bagi
mereka yang sedang melaksanakan haji, jika mereka diwajibkan
menyembelih (unta, kambing, biri-biri, dan sapi), hendaklah disembelih di
tanah haram dan dagingnya di hadiahkan kepada fakir miskin dalam
rangka ibadah haji.

Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd

1. Niat Berqurban untuk Idul Adha

a. Sanggup membebaskan diri dari pengaruh hawa nafsu.


b. Mampu mengendalikan diri sehingga ia tidak terjerumus ke dalam dan
perilaku hidup hedonistic.
c. Di dalam ia melakukan sesuatu perbuatan, ia hanya melakukan
perbuatan yang benar-benar perlu dan diperlukan; ia bertindak efisien,
disiplin, istiqamah, dan selalu peduli terhadap lingkungan dalam rangka
memupuk kesadaran dan solidaritas.
d. Seluruh aktivitasnya, gerak maupun diamnya , seluruhnya ia niatkan
karena Allah.

Esensi niat karena Allah adalah memurnikan ketaatan dan kepatuhan


hanya kepada Allah sebagai wujud dari keimanan dan kesadaran selaku
makhluk hamba Allah, dan khalifah Allah di muka bumi. Allah berfirman:

Niat karena Allah mempunyai fungsi antara lain: (1) menumbuhkan


kesadaran tentang keberadaan (existensi) Allah , (2) menginsyafkan
bahwa ketaatan, kepatuhan, kepasrahan, dan ketundukan hanya pantas
diberikan kepada Allah, (3) menanamkan kesadaran bahwa Allah tidak
membeda-bedakan manusia, tidak ada perbedaan antara kaya dan
miskin, majikan atau buruh, pejabat atau bukan, semuanya dituntut untuk
mentaati hukum; yaitu mengedepankan supremasi hukum; untuk
melaksanakan kewajiban, ketentuan, dan peraturan, seluruh manusia
sama di hadapan Allah; iman dan takwalah yang membuat seseorang
dekat dan mulia di sisi Allah. (4) menjadikan Allah sebagai motivasi dan
tujuan hidup dan (5) menghilangkan semua penyakit hati, seperti Syirik,
kufur, munafik, takabbur, riya, ‘ujub,, dan lain sebagainya.

Orang yang memiliki niat yang mempunyai keimanan dan kesadaran


seperti ini, akan dapat melakukan apa saja yang diperintahkan Allah,
sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as, dan keluarganya pada
saat Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah untuk mengorbankan
putranya Ismail as.

Padahal Nabi Ibrahim puluhan tahun mendambakan anak, begitu Allah


memberikan anak dan ketika anak telah sampai usia tamyiz, bisa
mambantu dan berusaha bersama ayahnya Ibrahim datanglah perintah
Allah untuk mengorbankannya. Apa yang menyebabkan Nabi Ibrahim siap
untuk mengorbankan anaknya?

a. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putranya tidak dapat menghalangi


kepatuhan dan ketaatannya kepada Allah.
b.Ismail sendiri bahkan bersedia mengorbankan jiwa dan raganya karena
patuh dan taat kepada Allah .
a. Siti Hajar ra, sekalipun air matanya nampak menitik pertanda bahwa ia
tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, tetapi secara pasti ia
berkata: “aku rela kalau itu memang perintah Allah”.

b. Setelah merasa pasti bahwa itu adalah keputusan dan ketetapan Allah,
dalam kepastiannya sebagai pemimpin, sebagai orang kaya, bahkan
sebagai orang yang bergelar Khalilullah, sebagai orang yang mempunyai
kedekatan dengan Sumber Hukum dan Sumber Kebijakan. Tidak
sedikitpun terbetik di hati Ibrahim dan keluarganya agar mereka
diperlakukan secara berbeda di dalam melaksanakan peraturan dan
ketentuan. Karena Nabi Ibrahim dan keluarganya sadar bahwa di hadapan
Hukum Allah semua manusia sama; harus taat kepada perintah, taat
kepada keputusan hukum, taat kepada peraturan dan ketentuan.

Kepatuhan dan ketaatan yang dijiwai oleh semangat pengorbanan karena


Allah ini, divisualisasikan (diragakan) secara simbolik dengan penuh
keimanan dan keinsyafan oleh mereka yang melaksanakan ibadah haji,
dan mereka yang melakukan ibadah kurban.

Aktivitas orang yang melakukan ibadah haji seluruhnya mencerminkan


kepatuhan dan ketaatan ini. Bahkan untuk mencontoh Rasulullah –
mencium hajar aswad (batu hitam) sekalipun mereka ikhlas dan rela
melakukannya karena patuh dan taat kepada Allah . Hal ini, sejalan
dengan apa yang mereka nyatakan di dalam talbiyah , Labbaik
Allahumma Labbaik (Ya, Allah ini aku datang memenuhi panggilan-Mu;
siap untuk melaksanakan apapun yang Engkau perintahkan, siap
meninggalkan apapun yang Engkau larang ! Di dalam kehidupan pasca
ibadah haji , kesiapan inilah yang menjadi salah satu indikasi penting bagi
seseorang apakah hajinya mabrur atau tidak!

2. Orientasi Berqurban untuk idul adha

Orientasi pengorbanan karena Allah diwujudkan dalam bentuk kepedulian


sosial dan perhatian terhadap lingkungan:

Ayat di atas Allah menyatakan bahwa daging kurban boleh dinikmati oleh
orang yang berkurban yang merupakan nikmat dan anugrah Allah, tetapi
sebagian yang lain; didistribusikan secara adil dan merata terutama
kepada mereka yang benar-benar membutuhkan sebagai bentuk
kepedulian sosial dan perhatian terhadap lingkungan.

3. Kemanfaatan Berqurban untuk Idul Adha

b. Nikmat dan karunia Allah tidak hanya oleh orang-orang tertentu saja
melainkan juga oleh orang-orang yang berada di lingkungannya, terutama
oleh mereka yang berada pada posisi mustad’afin.

c. Penyakit-penyakit sosial, seperti sikap apatis, individualistik, egoistic,


dan kazaliman-kezaliman lainnya diharapkan dengan sendirinya akan
terkikis melalui proses interaksi dalam kehidupan sosial yang dijiwai oleh
semangat pengorbanan karena Allah, sehingga apa yang disebut dengan
kesenjangan sosial akibat ketidak adilan yang dapat menimbulkan antara
lain sikap dan perilaku kriminalitas serta anarkis dan kejahatan-kejahatan
ekonomi dan sosial lainnya dapat dihindarkan.

4. Cara Berqurban untuk Idul Adha

Setelah Ibrahim as yakin bahwa mimpi itu, benar-benar perintah Allah,


iapun berbulat hati untuk melaksanakannya. Ayah dan anak tunduk pada
kehendak Allah, tetapi Allah yang kemudian menghentikannya. Sesudah
nyata kesabaran dan ketaatan Ibarahim dan Ismail as maka Allah
melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan kurban, Allah
menggantikannya dengan seekor kambing yang besar yang dagingnya
diperintahkan untuk didistribusikan secara adil dan merata terutama
kepada mereka yang membutuhkannya. ‫فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير‬ peristiwa ini
menjadi dasar syariat Kurban yang dilakukan setiap tahun dalam
rangkaian Hari Raya dan Ibadah Haji.

5. Tujuan Berqurban untuk Idul Adha 2015

Tujuan berkurban adalah taqarrub kepada Allah, yaitu mendekatkan diri


sedekat mungkin kepada-Nya untuk memperoleh rahmat, maghfirah, dan
ridha-Nya. Upaya mendekatkan diri kepada Allah ‫تقرب إلى هللا‬ adalah proses
yang terus menerus bergerak tanpa henti. Karena taqarrub ‫إلى‬
‫هللا‬ merupakan proses terus menerus tanpa henti; maka di dalamnya pasti
terdapat dinamika, terdapat aktivitas, kreativitas, produktivitas, dan
inovasi-inovasi, yang kesemuanya berjalan sesuai dengan aturan dan
ketentuan Allah; berjalan secara efisien, efektif, disiplin, istiqamah, dan
manfaat bagi lingkungannya.

Allahu Akbar 3x Walillahi al- Hamd!

Ada 3 hal yang terus menerus bergerak dalam proses taqarrub ‫إلى هللا‬ terus
menerus bergerak tiada henti berzikir kepada Allah, ia bahkan
melakukan ‫تخلق بأخالق هللا‬ ; proses internalisasi,; melakukan penyontohan dan
peneladanan terhadap sifat dan akhlak Allah, sehingga akal sebagai top
exekutif (presiden) di dalam wilayah kekuasaan jasmani dan ruhani dapat
mengintruksikan kepada pancaindra dan anggota badan dengan instruksi-
instruksi yang telah terilhami, yaitu akibat hatinya yang terus menerus
berzikir dan takhalluq bi akhlaqillah . Maka yang keluar dari anggota
badannya – yaitu sebagai tahaqquq atau realisasi dari zikir dan pikir serta
proses peneladanan terhadap sifat dam akhlak Allah tadi – tiada lain
adalah aktivitas-aktivitas, produktivitas, dan inovasi-inovasi yang positif
konstruktif dan berguna yang berwujud kegiatan-kegiatan yang di dalam
bahasa agama disebut amaliyah shalihah yang pada gilirannya akan
membentuk budaya dan kebudayaan yang saleh pula.

b. Kedudukan dan Martabat orang Berqurban untuk idul adha


2015

d. Keadaan Masyarakat dan Lingkungan

III. Makna Instrumen tal Idul Adha/ Ibadah Kurban

Hadirin, Kaum muslimin dan Muslimat yang berbahagia!

Nilai-nilai, semangat, dan sejarah berkurban seperti yang telah kita


sebutkan hanya akan menjadi “laksana mutiara dalam lumpur” manakala
kita tidak dapat mewujudkannya ke dalam kenyataan hidup dalam
kehidupan kita. Oleh karena itu, sesuai dengan maksud dan tujuannya,
seyogyanya ibadah kurban yang disyari’atkan oleh Allah ini, kita jadikan
sebagai sarana pendidikan; kita jadikan sebagai instrumen atau alat untuk
mewujudkan nilai-nilai intrinsiknya (harkat yang terkandung di dalamnya )
diaplikasikan dalam kenyataan kehidupan kita sehari-hari, sehingga
sesuai dengan sifatnya dan kemanfaatannya dapat dirasakan secara
bersama-sama, terutama oleh masyarakat dan lingkungan di mana kita
berada.

IV. Penutup

Hadirin yang berbahagia !

Di samping itu bangsa Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari krisis-


krisis yang melanda bangsa ini, seperti krisis sosial, krisis kepemimpinan,
politik, krisis ekonomi, bahkan krisis moral, krisis nilai, ajaran, solidaritas
sebagai bangsa, krisis kepercayaan, krisis kejujuran, dan semangat
pengorbanan. Nampaknya, kita sangat membutuhkan semangat
pengorbanan dan solidaritas, agar kita dapat keluar dan terbebas dari
segala bentuk krisis yang kita sedang alami. Oleh karena itu, dalam
kesempatan yang berbahagia ini, saya selaku khatib mengajak; marilah
Hari Raya Idul Adha dan penyelenggaraan ibadah kurban kali ini, kita
jadikan sebagai momentum untuk mewujudkan nilai, ajaran, semangat
nilai jiwa pengorbanan karena Allah, dan solidaritas, baik sebagai bangsa
Indonesia, maupun sebagai umat Islam sebagaimana yang telah
ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya.

Kepada mereka yang menunaikan ibadah haji, semoga hajinya diterima


oleh Allah sebagi haji yang mabrur. Kepada mereka yang kini dilanda
berbagai musibah dan kesulitan, terutama kesulitan yang diakibatkan
oleh berbagai krisis seperti yang disebutkan sebelumnya, semoga Allah
memberikan kesabaran dan segera menghindarkan mereka dari
kesulitan-kesulitan yang mereka alami.

Orang-orang yang sabar mereka dimasukkan dalam syurga tanpa melalui


timbangan amal baik atau buruk di hari kiamat.
Amin ya rabbal ‘alamin.

)37 JJJJJJJJJJ: 22 : ‫وى منكم … (الحج‬JJJJJJJJJJ‫ه التق‬JJJJJJJJJJ‫ا ولكن ينال‬JJJJJJJJJJ‫ا وال دماؤه‬JJJJJJJJJJ‫ال هللا لحومه‬JJJJJJJJJJ‫لن ين‬ ]2[
َّ J‫ا ص‬JJ‫م هللا عليه‬JJ‫اذكروا اس‬JJ‫ ف‬،‫ير‬JJ‫ا خ‬JJ‫عائر هللا لكم فيه‬JJ‫ا لكم من ش‬JJ‫جعلناه‬ ‫دن‬JJ‫والب‬ ]3[
‫ا‬JJ‫وا منه‬JJ‫ا فكل‬JJ‫إذا وجبت جنوبه‬JJ‫ف‬ ، ‫واف‬J
)36 JJJJJJJJJ: 22 \‫ (الحج‬.‫كرون‬JJJJJJJJJ‫لعلكم تش‬ ‫خرناها لكم‬JJJJJJJJJ‫ذلك س‬JJJJJJJJJ‫ ك‬، ‫ت َّر‬JJJJJJJJJ‫انع والمع‬JJJJJJJJJ‫وا الق‬JJJJJJJJJ‫وأطعم‬
)33 : 22 \ ‫ (الحج‬. ‫ًمًّى ثم م ِحلُّهـا إلى البيت العثيق‬Jّ ‫لكم فيها منافع إلى أجل مس‬ ]4[

[5] Pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan


kenikmatan adalah tujuan utama dalam hidup. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia: 1989: 302

‫تجدنى إن‬JJ‫س‬
ِ ، ‫ قال يا أبت افعل ما تؤمر‬،‫ترى‬ ‫فلما بلغ معه السعى قال يا بنى إنى أرى فى المنام أنى أذبحك فانظر ماذا‬ ]6[
)102 :37\‫ (الصافات‬.‫شاء هللا من الصابرين‬

Setiap orang yang beriman senantiasa mendambakan rahmat, maghfirah,


dan ridha Allah SWT. Seluruh aktivitasnya – duniawiyah dan ukhrawiyah –
ia maksudkan untuk memperoleh rahmat dan ridha Allah SWT.Bagi orang
beriman tidak ada perbedaan antara aktivitas duniawiyah dan aktivitas
ukhrawiyah. Sebab, keduanya dilakukan dengan niat untuk mencari ridha
Allah. Ridha artinya senang. Kedua aktivitas itu dilakukan sesuai dengan
tuntunan dan petunjuk Allah. Bila kedua aktivitas tersebut sudah diridhai
Allah maka tentu rahmat dan maghfirah-Nya pun akan dicurahkan Allah
kepadanya. Demi memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha Allah,
seorang yang beriman akan melakukan apa saja yang mungkin ia lakukan
dan memberikan apa saja yang mungkin ia berikan; dan mengorbankan
apa saja yang mungkin ia korbankan.

Secara harfiah ‘Id al-Adha artinya adalah Hari Raya Kurban. Dinamai
demikian karena dimaksudkan untuk mengingat pengorbanan yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan keluarganya untuk dicontoh,
diteladani, dan diwujudkan nilai-nilainya oleh orang-orang yang beriman.

Hadirin, kaum Muslimin jamaah Id al-Adha yang berbahagia !

Dengan demikian ada lima ciri yang terdapat di dalam aktivitas


pengorbanan karena Allah. Kelima cirri tersebut berkaitan dengan (1)
niatnya, (2) orientasinya, (3) kemanfaatannya, (4) caranya dan (5)
tujuannya.

Aktivitas pengorbanan yang disyari’atkan oleh Islam adalah aktivitas


pengorbanan yang diniatkan karena Allah. Dalam konteks ini, al-Ghazali
mengemukakan dalam Ihya bahwa seseorang tidak sampai kepada Allah
(tidak akan dapat mencapai posisi kurban atau dekat dengan Allah; amal
ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah) kecuali apabila orang itu :

)5: 98\‫(البينة‬ …‫وما أمروا إال ليعبدوا هللا مخلصين له الدين حنفاء‬

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan
lurus… .

)37:102\‫ (الصافات‬.‫يآأبت افعل ما تؤمر ستجدنى إن شاء هللا من الصابرين‬

“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya


Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

)28 : 22 \‫ (الحج‬.‫فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير‬

Maka makanlah sebagian dari padanya dan sebagian lagi berikanlah


untuk makan orang-orang yang sengsara lagi fakir.

Kemanfaatannya dirasakan oleh semua pihak:


a. Pihak yang berkurban, kualitas keimanan, dan ketakwaannya
bertambah; posisinya semakin dekat kepada Allah.

Cara berkurban karena Allah, seperti yang ditunjukkan oleh Allah sendiri,
yaitu bukan dengan cara membinasakan manusia, tetapi justru dengan
menyelamatkan manusia dan kemanusiaan; dengan jalan mensyukuri
nikmat dan karunia Allah, dalam rangka mengoptimalisasikan
kemanfaatan nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan oleh Allah dan
menebarkannya secara adil dan merata.

Perintah penyembelihan terhadap Ismail semata-mata dimaksudkan


hanya sebagi ujian, sebagai tuntutan pembuktian atas tekad kesetiaan
yang pernah dinyatakan oleh Ibrahim as sendiri. Di samping sebagai Nabi,
Ibrahim adalah seorang kaya yang sangat dermawan. Ia banyak
mengorbankan harta kekayaannya untuk kepentingan sosial. Suatu waktu
ia diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih sejumlah kambing dan
sejumlah unta sebagai kurban dan santunan bagi masyarakat yang ada
disekitarnya. Pujianpun banyak berdatangan tertuju kepadanya. Waktu
itu, ia belum dikarunia anak. Pada waktu itulah ia berkata; bahwa anak
sendiripun akan dikorbankan apabila hal itu, diperintahkan oleh Allah.
Maka tatkala anak itu benar-benar telah lahir, bahkan telah dapat
membantu pekerjaannya dan tentu merupakan anak yang sangat
didambakan dan dicintai oleh Ibrahim as dan isterinya Siti Hajar. Dan
datanglah tuntutan Allah agar Ibarahim membuktikan tekad dan
kesetiaannya kepada Allah.

Hadirin, Kaum Muslimin Sidang ‘Id yang berbahagia !

Harkat, martabat, dan kedudukan orang yang takarrub kepada Allah juga
terus menerus bergerak menuju kemuliaan dan kesempurnaan. Yaitu
seiring dengan amaliyah –amaliyah salihah yang ia lakukan dan prestasi-
prestasi mubarakah yang ia raih.

Keadaan masyarakat dan lingkungan orang yang takarrub kepada Allah


juga terus menerus bergerak menuju kebahagiaan dan kesejahteraan
yang diridhai oleh Allah SWT . Sebab dari diri orang yang takarrub kepada
Allah akan memancar cahaya, yaitu cahaya dalam bentuk amaliyah-
amaliyah salihah tadi, yang dapat menghilangkan kepekatan-kepekatan
sosial dan kesemerawutan tatanan kehidupan dan lingkungan, sehingga
apa yang disebut di dalam Al-Qur’an dengan baldatun tayyibatun wa
rabbun gafur dapat terwujud menjadi kenyataan.

Allahu Akbar 3x Walillah al-Hamd

Hadirin kaum muslimin sidang Idul Adha yang berbahagia!

Demikianlah, Khutbah Tentang Ibadah Kurban / ‘Id al-Adha tidak boleh


berhenti hanya pada makna intrinsiknya, akan tetapi ia harus berlanjut
dengan mengaplikasikan makna-makna tersebut melalui makna
instrumentalnya: dan inilah yang dikehendaki oleh setiap peribadatan
atau ritual dalam Islam.

Di dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, di mana bangsa


Indonesia mendapat cobaan yang beruntun, tidak putus-putusnya; mulai
dari musibah Tsunami di Aceh dan Nias, Tsunami di Sukabumi, Cirebon,
dan lain-lain tempat. Gempa bumi di Yogyakarta dan terakhir ini, musibah
Semburan Lumpur Panas di Sidoarjo yang masih berlangsung sampai hari
ini dan juga bermunculan semburan Lumpur di beberapa tempat di Jawa
dan Kalimatan.

Dengat semangat taqarrub kepada Allah kita tingkatkan zikir dan pikir
kita, kita tingkatkan semangat pengorbanan dan solidaritas, kita
tingkatkan proses penyontohan serta peneladanan terhadap sifat dan
akhlak Allah tertutama terhadap sifat-sifat-Nya Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, Maha Pengatur dan Maha Pemelihara, Maha Pemberi
Pertolongan dan Maha Penyantun, Maha Pemaaf dan Maha Pemberi
Nikmat, Maha Pelimpahan Kebaikan dan Maha Pemberi Karunia, Maha
Pemberi tobat dan Maha Pembebas dari segala penderitaan dunia
maupun penderitaan akhirat. Dengan cara seperti itulah ‫إن شاء هللا‬kita akan
mampu menghadapi krisis-krisis yang kini sedang melanda kita bangsa
Indonesia; Hanya dengan cara meningkatkan zikir dan pikir dengan
meningkatkan taqarrub kita kepada Allah dan berakhlak dengan sifat dan
akhlak Allah, dengan memohon taufiq, hidayah, dan “inayah Allah, kita
akan dapat melewati segala bentuk krisis tersebut karena kita senantiasa
bersama Allah. Kita dapat menjalani hidup dan kehidupan ini dengan
sukses , penuh dengan rahmat, maghfirah, keberkahan, dan keridhaan-
Nya apapun tantangan dan ujiannya! Kita memohon kiranya Allah SWT
berkenan memberi kekuatan dan kemampuan kepada kita, memberikan
taufiq, hidayah, dan ‘inayah-Nya kepada kita semua, terutama kepada
mereka yang berada pada posisi “bisa membantu” mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Kita ucapkan selamat kepada mereka semua yang berkurban; karena


niatnya yang tulus ikhlas, amal ibadahnya diterima oleh Allah; dosa dan
kesalahan mereka diampuni; segala usaha dan aktivitasnya diberkati,
sedang perniagaannya dengan Allah, yaitu pengorbanannya di jalan Allah
yang berdimensi vertikal dan horizontal, yang berdampak kepada
harmonisnya kehidupan sosial, mendapatkan anugerah dan ridha Allah. Di
dunia mereka mendapatkan bimbingan dan tuntunan Allah. Sedang di
akhiratnya nanti mereka dimasukkan ke dalam syurga dengan limpahan
rahmat, maghfirah, dan ridha Allah SWT.

) 10 : 39 \‫ (الزمر‬. ‫إنما يُ َوفَّى الصابرون أج َرهم بغير حساب‬

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan


pahala mereka tanpa batas.

Kepada kita semua, kepada bangsa Indonesia, kepada kaum mukminin


dan mukminat di manapun mereka berada, kepada ibu dan bapak kita,
kepada para pemimpin kita, kepada anak, cucu dan keluarga kita, kepada
generasi kita yang akan melanjutkan hidup kita, kiranya Allah berkenan
memberikan ketetapan iman dan Islam, memberikan taufiq, hidayah dan
‘inayah-Nya, memberikan kemudahan dan keberkahan-Nya, sehingga kita
dapat memperoleh kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat
kelak.

‫ى‬MM‫ا قاض‬MM‫دعوات وي‬MM‫إنه قريب مجيب ال‬ ،‫ األحياء منهم واألموات‬،‫ والمؤمنين والمؤمنات‬،‫اغفر للمسلمين والمسلمات‬ ‫اللهم‬
. ‫ والحمد هلل رب العالمين‬.‫يا أرحم الراحمين‬ ‫ برحمتك‬،‫الحاجات ويا غافر الذنوب والخطيئات‬
. ‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

)207 : 2: ‫ (البقرة‬.‫ وهللا رؤوف بالعباد‬، ‫ومن الناس من يشرى نفسه ابتغاء مرضات هللا‬ ]1[

Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari


keridhaan Allah ; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambanya.

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai


(keridhaan) Allah , tetapi ketaqwaan dari kamu yang dapat mencapainya.

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar
Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah
olehmu nama Allah ketika kamuj meyembelinya dalam keadaan berdiri
(dan telah terikat). Dan kemudian telah roboh (mati), maka makanlah
sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada
padanya (yang tidak minta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah
Kami telah menundukkan unta-unta itu kepadamu, mudah-mudahan
kamu bersyukur.

Bagi kamu pada binatang-binatang (hadyu), itu ada beberapa manfaat


sampai kepada waktu yang telah ditentukan, kemudian tempat wajib
(serta akhir masa), menyembelihnya ialah setelah sampai ke Baitul Atiq
(Baitullah).

)103(. ‫فلما أسلما وتله للجبين‬


)104(. ‫وناديناه أن يا إبراهيم‬
)105( .‫ إنا كذلك نجزى المحسنين‬، ‫قد صدقت الءيا‬
)106( . ‫إن هذا لهو البالء المبين‬
)107(.‫وفديناه بذبح عظيم‬

Maka tatkala anak itu sampai pada usia dapat berusaha bersama-sama
Ibrahi, Ibrahim berkata; “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu . Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia menjawab : Wahai ayahku , kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar. (102)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya .(103)
Dan Kami panggil dia: Hai Ibrahim. (104)
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.(105)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106)
Dan Kami tebus anak itu dengan seokor sembelihan yang besar. (107) 
Sumber sini

Khutbah Idul Fitri Ramadhan Mengantar


Manusia Ke Fitrahnya
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركته‬
‫رم‬MM‫الم وح‬MM‫داليؤم عيدالالس‬MM‫ل ه‬MM‫ الحمد هلل الدي جع‬0‫ هللا اكبر كبير والحمد هلل كثيرا وسبحا ن هللا بكرة واصيال‬9× ‫هللا اكبر‬
‫د‬MM‫ل محم‬MM‫لم ع‬MM‫ اللهم صل وس‬0‫ اشهد ان آلاله اآل هللا وحده الشريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله‬0‫عليهم فيه الصيام‬
 ‫ فياايهاالناس اتقواهللا حق تقاته والتموتن اآل وانتم مسلمون‬،‫ اما بعد‬0‫وعلى اله وصحبه اجمعين‬

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu

Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia…


Sejak tergelincirnya matahari di ufuk barat, gema takbir, tasbih
dan tahmid mengumandang membahana di seluruh dunia mengagungkan
kebesaran Allah, Tuhan yang maha perkasa pemilik segala kebesaran.
Sepanjang hari, pagi, siang dan malam, di masjid-masjid, di kantor, di
lapangan, di kesunyian malam, di keheningan fajar dan di keramaian
kota, semua makhluk tunduk memuji kebesaran-Mu “Allahu Akbar”.

Hari raya Idul Fitri ini, merupakan hari kesyukuran dan


kegembiraan bagi kaum muslimin, karena di bulan suci ramadhan yang
penuh rahmat, magfirah dan barakah, telah dapat melaksanakan
tugasnya dengan mudah dan lapang dada, tugas kehambaan hablum
minallah, berbakti kepada Allah swt dengan melakukan ibadah puasa di
siang harinya dan menegakkan berbagai amalan ibadah di malam harinya
atas dasar iman dan ikhlas  untuk mengharap ridha-Nya semata.

Dari berbagai ibadah dalam Islam, puasa di bulan ramadhan


seperti yang baru saja kita lakukan selama sebulan penuh, merupakan
ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa seorang muslim.
Pengalaman selama  sebulan dengan  berbagai kegiatan yang
menyertainya seperti berbuka, tarawih, tadarus dan makan sahur
senantiasa membentuk unsur kenangan yang mendalam akan masa
kanak-kanak di hati seorang muslim sampai ia dewasa.

Oleh karena itu, ibadah puasa merupakan bagian dari usaha


pembentukan jiwa keagamaan seorang muslim dan menjadi sarana
pendidikannya di waktu kecil sampai seumur hidupnya. Bulan ramadhan
merupakan bulan keagamaan dengan intensitas yang tinggi, yang bakal
meninggalkan kesan mendalam pada mereka yang terlibat melaksanakan
ibadah di bulan suci itu. Kekhasan suasana ramadhan pada bangsa kita,
juga tercermin  dalam suasana  hari  raya lebaran Idul Fitri yang kita
laksanakan pada hari ini. Dari anak-anak hingga orang tua, berbondong-
bondong menuju ke  tanah lapang dan masjid, dengan bau wewangian
yang semerbak, pakaian baru yang indah-indah, semakin menambah
kesemarakan hari raya idul fitri hari ini.

Karena itu, sudah sewajarnya kita merenungi makna hari raya ini
yang merupakan hari raya keagamaan, sehingga kita dapat mengetahui
hikmah dan makna di balik itu.  Idul Fitri dari segi bahasa berarti
kembali suci. Fitrah atau kesucian asal manusia adalah sebutan untuk
rancangan Allah swt mengenai kita, artinya kita ini diciptakan dengan
rancangan sebagai makhluk suci yang sakral.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Jamaah ied yang dimuliakan Allah……

Manusia pada dasarnya adalah suci. Oleh karenanya sikap-sikap manusia


pun seharusnya menunjukkan sikap-sikap yang suci, terutama terhadap
sesama manusia.  Ada ungkapan yang mengatakan bahwa manusia itu
suci dan berbuat suci kepada sesamanya dalam bentuk amal saleh. Fitrah
terkait dengan hanif artinya suatu sifat dalam diri kita yang cenderung
memihak kepada kebaikan dan kebenaran. Dalam sebuah hadis
Rasulullah saw bersabda:

‫البرمااطمان إليه القلب واطمأنت إليه النفس وا إلثم ما حاك قي القلب و تر ددفي الصد ر‬
Artinya:
“Kebajikan ialah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang. Dan dosa
ialah sesuatu yang terasa tak karuan dalam hati dan terasa bimbang di
dada” (HR  Ahmad).

Maksud dosa dalam hadis ini adalah, sesuatu yang dirasakan


bertentangan dengan hati nurani. Oleh karena itu ketika ada polemik
mengenai nabi Ibrahim as, di  mana orang Yahudi mengatakan bahwa
Ibrahim ialah orang Yahudi, dan orang Nasrani mengatakan Ibrahim
adalah seorang Nasrani, maka Allah berfirman:

  َ‫َما َكانَ إِ ْب َرا ِهي ُم يَهُو ِديًّا َواَل نَصْ َرانِيًّا َولَ ِك ْن َكانَ َحنِيفًا ُم ْسلِ ًما َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬

Terjemahnya:

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasarani, akan
tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri kepada Allah dan
sekali-kali dia bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik” (QS. Al
Imran: 67).

Makasud ayat di atas bahwa Ibrahim itu adalah seorang yang


hidupnya digunakan untuk mencari kebenaran dengan tulus dan ikhlas,
tanpa  semangat golongan atau kelompok, diiringi dengan musliman yaitu
pasrah kepada Allah swt. Dalam Firman Allah yang lain disebutkan bahwa
agama yang benar tidak lain adalah asal kesucian manusia yaitu fitrah:

ِ َّ‫ق هَّللا ِ َذلِكَ الدِّينُ ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬


َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِدي َل لِخَ ْل‬ ْ ِ‫ك لِلدِّي ِن َحنِيفًا ف‬
َ َّ‫ط َرةَ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ َر الن‬ َ َ‫فَأَقِ ْم َوجْ ه‬
Terjemahnya:

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah


atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”(QS. Ar-Rum: 30).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang terhormat…


Tahun boleh berganti, zaman boleh berubah, milenium boleh bertukar,
tetapi manusia tetap sama selama-lamanya, sesuai dengan desain Allah
swt. Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kebenaran dan
akan merasa tentram apabila mendapatkan kebenaran itu. Sebaliknya,
kalau dia tidak mendapatkannya, dia akan gelisah.

Jadi menurut firman Allah di atas, bahwa agama yang benar ialah
kemanusian primordial artinya sesuatu yang asli, yang berasal dari pokok
atau pangkal diciptakan. Idul Fitri adalah hari raya untuk merayakan
kembalinya fitrah, setelah hilang dan diketemukan kembali atau berhasil
diketemukan. Hal itu karena adanya ibadah puasa yang berintikan  latihan
menahan diri dari godaan-godaan, seperti dilambangkan dengan makan
dan minum serta hubungan biologis.

Pahala puasa  tentunya tidak tergantung seberapa jauh kita lapar dan
haus. Melainkan tergantung pada, apakah kita menjalankannya dengan
iman dan ihtisab kepada Allah, serta penuh instrospeksi diri atau tidak.
Bukti lebih jauh bahwa pahala puasa  tidak tergantung pada seberapa
jauh kita lapar dan haus adalah disunatkannya berbuka puasa sesegera
mungkin yang dalam istilah agama disebut ta’jil. Jadi semakin cepat kita
berbuka puasa, makin besar pahalanya. Sedangkan sahur disunatkan
seakhir mungkin, karena semakin akhir sahur kita semakin besar pula
pahalanya. Dan nabi Muhammad saw. tetap menganjurkan kita sahur,
meskipun tidak ada nafsu makan karena merasa kenyang, karena
menurut beliau dalam sahur ada berkah.

Hal ini semua menunjukkan bahwa, Allah tidak menghendaki kita tersiksa,
tetapi Allah menghendaki kita melatih menahan diri dari godaan-godaan
yang terkadang menjerumuskan kepada kesesatan. Maka pahala ibadah
puasa tergantung kepada seberapa jauh kita bersungguh-sungguh
melatih menahan diri, melatih untuk tidak tergoda, sebab salah satu
kelemahan manusia memang terkadang tidak bisa menahan diri. Dalam
al-Qur’an banyak disebutkan bahwa diantara kelemahan manusia ialah
pandangannya yang pendek, Allah berfirman:
  )21(َ‫) َوتَ َذرُونَ اآْل ِخ َرة‬20(َ‫َكاَّل بَلْ تُ ِحبُّونَ ْال َعا ِجلَة‬

Terjemahnya:
“Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu (hai manusia)
mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat”(QS. Al-
Qiyamah:20-21)

Karena kita gampang tergoda, menganggap sesuatu yang sepintas lalu


adalah menyenangkan dan menarik, kemudian kita ambil, padahal nanti
dibelakang hari akan membawa malapetaka. Dosa tidak lain adalah
demikian itu, sesuatu yang dalam jangka pendek membawa kesenanngan
tetapi dalam jangka panjang membawa kehancuran. Ini karena efek
kelemahan manusia yang tidak sanggup melihat akibat perbuatannya
dalam jangka panjang, lebih tertarik pada akibat-akibat jangka pendek.
Ingin kaya tetapi harus cepat, maka jalan pintas pun diambil, korupsi,
mencuri, menipu, berjudi dan sebagainya.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu


Kita lahir dalam fitrah berarti kita hidup dalam kesucian. Akan
tetapi karena kelemahan kita itu mudah tergoda, sehingga sedikit demi
sedikit diri kita menumpuk debu-debu dosa dan menutup hati kita
sehingga menjadi gelap. Padahal semula hati kita itu terang sehingga
mampu memantulkan sinar kebaikan. Itulah sebabnya hati kita itu disebut
nurani  yang berarti cahaya. Tapi lama kelamaan menjadi gelap karena
selalu dikotori dengan debu-debu dosa,  sehingga menjadi zhulmani yang
berasal dari zhulm berarti gelap. Dalam bahasa al-Qur’an dosa disebut
zhulm, sehingga orang yang berbuat dosa disebut zhalim, artinya
seseorang yang melakukan sesuatu yang membuat dirinya dan
kesuciannya (fitrahnya) serta hati nuraninya menjadi gelap.

Imam al-Ghazali megemukakan bahwa kemuliaan martabat


manusia disebabkan karena kesiapannya mencapai ma’rifat kepada Allah,
dan hal itu dimungkinkan karena adanya hati. Dengan hati, manusia
mengetahui Allah dan mendekati-Nya, sementara anggota badan yang
lain berfungsi sebagai pelayannya Ia mengatakan bahwa hati mempunyai
dua unit yaitu yang dapat dilihat dengan mata kepala dan yang satunya
lagi hanya dapat dilihat dengan mata hati. Yang pertama adalah anggota
badan, sedang yang kedua adalah daya-daya seperti; daya penglihatan,
daya pendengaran, daya khayal, daya pikir dan sebagainya.

Hati juga diibaratkan sebagai pesawat pemancar (dzawq) yang


dapat menangkap sinyal-sinyal yang melintas. Kapasitas pesawat hati tiap
orang berbeda-beda tergantung pada desain dan ”baterainya.” Hati yang
telah lama dilatih melalui proses latihan (riyadhah) memiliki desain
dengan kapasitas besar yang mampu menangkap sinyal yang jauh
termasuk sinyal isyarat masa yang akan datang.

Ketajaman hati juga diibaratkan sebagai cermin (cermin hati).


Orang bersih dari dosa, hatinya bagaikan cermin yang bening, yang
begitu mudah untuk berkaca diri. Orang yang suka mengerjakan dosa-
dosa kecil, hatinya buram bagaikan cermin yang terkena debu, jika
digunakan kurang jelas hasilnya. Orang yang suka melakukan dosa besar,
hatinya gelap bagaikan cermin yang tersiram cat hitam, dimana hanya
sebagian kecil saja bagiannya yang dapat digunakan. Sedangkan orang
yang suka mencampuradukkan perbuatan baik dengan perbuatan dosa,
hatinya kacau bagaikan cermin yang retak-retak, yang jika digunakan
akan menghasilkan gambar yang tidak benar.

Apabila kita mencapai suatu titik dimana kita tidak lagi


menyadari bahwa perbuatan kita itu jahat, maka inilah yang disebut
dengan “kebangkrutan rohani”. Problema terbesar dalam masyarakat
adalah menghadapi orang yang menjalankan hal-hal yang sebetulnya
tidak baik, akan tetapi justru merasa berbuat baik, Allah mengingatkan:

ُ َ‫ض َّل َس ْعيُهُ ْم فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهُ ْم يَحْ َسبُونَ أَنَّهُ ْم يُحْ ِسنُون‬
)104(‫ص ْنعًا‬ َ َ‫)الَّ ِذين‬103( ‫م بِاأْل َ ْخ َس ِرينَ أَ ْع َمااًل‬Jْ ‫قُلْ هَلْ نُنَبِّئُ ُك‬

Terjemahnya:
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatannya? “Yaitu orang-orang yang telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupannya di dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al-Kahfi: 103-
104).

Itulah sebabnya, Allah menyediakan bulan puasa, supaya kita


dapat mensucikan diri, sehingga membuat diri kita kembali menjadi suci.
Oleh karena itu puasa bukan saja bulan suci tetapi bulan pensucian. Dan
kalau kita berhasil menjalankan ibadah puasa dengan iman yaitu  percaya
kepada Allah swt dan ihtisab yang berarti mawas diri, menghitung diri
sendiri atau instrospeksi, yaitu kesempatan bertanya dengan jujur siapa
kita ini sebenarnya, apakah betul kita ini sudah banyak berbuat baik,
maka Allah akan mengampuni dosa dan kesalahan kita, Rasulullah saw.
bersabda:

‫من صام رمضان إيمانا واحتساباغفر له ماتقدم من دنبه‬


Artinya:

“Barang siapa berpuasa ramadhan karena iman dan ihtisab, niscaya Allah
akan mengampuni dosanya yang telah lalu”

Nabi Muhammad saw menjanjikan, kalau kita berhasil berpuasa


dengan dasar iman dan ihtisab, maka seluruh dosa kita yang lalu akan
diampuni oleh Allah swt. Dan konsekwensinya pada waktu kita selesai
berpuasa yaitu pada tanggal 1 Syawal hari ini, kita ibarat dilahirkan
kembali. Itulah yang kita rayakan dengan idul fitri (kembali suci).
Kembalinya fitrah kepada kita, dan kita pun harus tampil sebagai manusia
suci dan baik, sebaik-baiknya kepada sesama manusia, juga sebaik-
baiknya kepada sesama makhluk.
Itulah sebetulnya semangat idul fitri yang kemudian kita ucapkan minal
aidin wal faizin, semoga kita semuanya termasuk orang yang kembali ke
fitrahnya dan sukses serta memperoleh kebahagiaan. Amin ya Rabbal
alamin.

Khutbah Kedua Idul Fitri Ramadhan Mengantar Manusia Ke


Fitrahnya

Marilah kita bersama-sama menundukkan hati dan pikiran kita,


seraya berdo’a kepada Allah swt. semoga segala kesalahan yang telah
kita perbuat baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dapat
terampuni lewat maha pengasih-Nya Allah. Disamping itu pula kita
berharap semoga segala usaha dan aktivitas kita ke depan selalu dalam
rahmat dan restu-Nya.
Ya Allah, kami bermohon kepada-Mu dengan menyebut nama-Mu,
kiranya Engkau ya Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hati 
kami, cahaya mata kami, penyingkap keresahan dan pengusir kesedihan
dan kesusahan kami.
Ya Rahman, yang maha mencurahkan rahmat kasih sayang
kepada seluruh wujud, yang mencakup segala sesuatu dengan rahmat
dan pengetahuan-Mu pada setiap butir wujud di alam raya ini, maka ya
Allah perlihatkanlah mata hati kami cahaya keadilan-Mu serta keagungan
anugerah-Mu.
Ya Allah, Engkau telah menganugerahkan kepada kami rasa
manisnya iman dan rasa aman, sehingga kami bersaksi bahwa kami telah 
meraih sebaik-baiknya nikmat berkat anugerah dan kebaikan-Mu. Ya
Allah, peliharalah kami dari godaan syetan yang selalu memerangi kami
dalam usaha mendekatkan diri kepada-Mu. Ya Allah, nampakkanlah
kepada kami cahaya nama-Mu ”Al-Mukmin” sehingga kami merasa tenang
dan bahagia dengan-Mu   ketika menyendiri atau bersama dengan orang
lain, pada lahir maupun batin kami, karena semua nikmat nurani
merupakan percikan dari penampakan nama-Mu.
Kepada-Mu ya Allah berpulang segala urusan, wahai Tuhan yang
mengetahui segala yang gaib. Ya Allah terangilah keimanan kami dengan
secercah cahaya-Mu, sinarilah zikir kami dengan hidayah-Mu. Ya Allah
Engkau pengawas sempurnah, lagi saksi yang pengetahuan-Nya
mencakup seluruh alam raya ini. Ya Allah, limpahkanlah cahaya rahasia 
nama-Mu “al-Muhaimin”; sehingga kami mengetahui rincian gejolak hati
kami, sisi terdalam dari nurani kami, serta rahasia-rahasia penutup diri
kami, agar kami mampu mengawasi niat dan motivasi kami, meluruskan
anggota tubuh kami dan mampu pula menegakkan perbuatan kami sesuai
dengan apa yang engkau telah syariatkan.
Ya Allah kapada-Mu lah bersandar segala keluh, Engkaulah
tumpuan hati kami, tiada sekutu bagimu. Ya Allah bersihkan hati kami
dari rayuan materi sehingga kami tidak memandang yang mulia kecuali
Engkau. Persaksikan kepada kami makna kemuliaan, sehingga jiwa kami
menjadi tebusan untuk-Mu dan himpunlah kami bersama orang-orang arif
yang telah Engkau anugerahi kemuliaan, sehingga hati mereka penuh
dengan kemulian-Mu serta curahkan pula kepada kami rahasia kemulian-
Mu agar jiwa kami mengangkasa menuju keharibaan-Mu.
Ya Allah yang maha bijaksana, kami berlindung kepadamu dari
tipu daya nafsu kami menyangkut apa yang Engkau tetapkan dan
kehendaki. Kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka yang iri
terhadap anugerah nikmat-Mu. Ya Allah wahai yang menyempurnakan
segala yang kurang, Yang memperkaya segala yang miskin, Yang
memberi rasa aman segala yang takut, Yang mempermudah segala yang
sulit. Ya Allah  permudahlah untuk kami segala yang sulit, karena bagi-Mu
mempermudah yang sulit amatlah mudah.

‫ريب مجيب‬JJ‫ميع ق‬JJ‫ك س‬JJ‫ ان‬،‫وات‬JJ‫اء منهم واآلم‬JJ‫ات اآلحي‬JJ‫نين والمؤمن‬JJ‫لمات والمؤم‬JJ‫لمين والمس‬JJ‫اللهم اغفرللمس‬
‫ وياقاضي الحاجا‬،‫دعوات‬

‫اللهم اغفر لناولوا لدينا ورحمهم كماربوناصغارا‬


،‫رحيم‬J‫ك رؤوف ال‬JJ‫ا إن‬J‫وا ربن‬JJ‫ذين امن‬J‫ا غآل لل‬JJ‫ل في قلوبن‬JJ‫ والتجع‬،‫ان‬JJ‫بقونا بإليم‬JJ‫ربنااغفر لناوإلخوا نناالذين س‬
‫ا‬JJَ‫لْ َعلَ ْين‬JJ‫ا َواَل تَحْ ِم‬JJَ‫ا َربَّن‬JJَ‫ينَا أَوْ أَ ْخطَأْن‬J‫ذنَا إِ ْن ن َِس‬J
ْ J‫اخ‬
ِ ‫ا اَل تُ َؤ‬JJَ‫ َربَّن‬ ،‫ا‬JJ‫ربناهب لنامن ازواجناوذريتنا قرة اعين وجعلنا للمتقين إمام‬
‫رْ نَا‬J‫ص‬ ُ ‫ا فان‬JJَ‫ا أنتَ َموْ ن‬JJَ‫ا َوارْ َح ْمن‬JJَ‫رْ لن‬JJِ‫إِصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِنَا َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َواعْفُ َعنا َواغف‬
ْ َ ‫اَل‬ ْ َ َ ْ َّ
َ‫َعلَى ْالقَوْ ِم ْال َكافِ ِرين‬
‫ربنا اتنا في الدنيا حسنة وفي االخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
‫وصلى هللا على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه وسلم والحمد هلل رب العلمين‬

Khutbah Idul fitri ini disusun Oleh: Nur Hidayat Muh. Said

KHUTBAH IDUL FITRI 1 SYAWAL 1433


H : MENGURAI MAKNA FITRAH DI
TENGAH PERUBAHAN DAN
DINAMIKA KEHIDUPAN
AHMAD RAJAFI SAHRAN, MHI

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

َ َ‫ق َو ْع َد ْه َو ن‬
‫ص َر َع ْب َد ْه‬ َ ‫ص َد‬َ ‫ ال إ له إال هللاُ َوحْ َد ْه‬،ً‫ص ْيال‬ ِ َ‫} هللا أكبر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللاِ بُ ْك َرةً َوأ‬7 ×{ ‫هللا أكبر‬
َ‫ َولَوْ َك ِرهَ ْال َكافِرُوْ نَ َولَوْ َك ِره‬، ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّديْن‬
ِ ِ‫ ال إ له إال هللاُ َو الَ نَ ْعبُ ُد إِالَّ إِيَّاهُ ُم ْخل‬، ‫اب َوحْ َد ْه‬ َ ‫َوأَ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَزَ َم ْاألَحْ َز‬
.‫ هللا أكبر وهلل الحمد‬، ‫ ال إ له إال هللا وهللا أكبر‬، َ‫ْال ُم ْش ِر ُكوْ نَ َولَوْ َك ِرهَ ْال ُمنَافِقُوْ ن‬

ُ‫ضيَافَةً لِلصَّائِ ِم ْينَ َوفَرْ َحةً لِ ْل ُمتَّقِ ْينَ أّ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إله إِالَّ هللا‬ ِ ‫ط ِر‬ ْ ِ‫صيَ ِام لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو َج َع َل ِع ْي َد ْالف‬ َ ‫اَل َح ْم ُدهللِ الَّ ِذى َج َع َل َر َم‬
ِّ ‫ضانَ َش ْه َر ال‬
‫َلى‬ َ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم ع‬
َ ‫َلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع‬ َ َ‫ اَللّهُ َّم ف‬، ‫ق ْال َو ْع ِد ْاألَ ِم ْي ِن‬
ُ ‫صا ِد‬ َ ُ‫ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا محمدا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬ ُ‫َوحْ َده‬
}‫َّاح ِم ْينَ {أما بعد‬ ِ ‫ يَا أرْ َح َم الر‬             َ‫آل ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ َوعَل َى التَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِع التَّابِ ِع ْينَ َو َعلَ ْينَا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِك‬
َ

‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ َءانُ هُدًى‬ َ ‫ َش ْه ُر َر َم‬: ‫ قَا َل هللاُ تَ َعال َى‬، َ‫ َواتَّقُوْ ا هللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬،‫ْث َما ُك ْنتُ ْم‬ ُ ‫فَيَا ِعبَا َدهللاِ إِتَّقُوْ ا هللاَ َحي‬ 
ُ
ُ‫ص ْمهُ َو َم ْن َكانَ َم ِريضًا أَوْ َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّد ةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أخَ َر ي ُِري ُد هللا‬ ُ َ‫ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬ ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ ِ َّ‫لِلن‬
}١٨٥ : ‫بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َو الَ ي ُِري ُد بِك ُم ال ُعس َْر َولِتك ِملوا ال ِع َّد ةَ َولِت َكبِّرُوا هللاَ َعلى َما هَدَاك ْم َول َعلك ْم تَشكرُونَ {البقرة‬
ُ ْ ُ َّ َ ُ َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ

.‫ هللا أكبر وهلل الحمد‬، }5 ×{ ‫هللا أكبر‬

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Ied yang dirahmati oleh Allah swt,

Dalam suasana pagi hari yang khidmat berselimut rahmat dan kebahagiaan ini, marilah kita
senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt, atas segala curahan rahmat dan
nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga di pagi hari ini kita dapat menunaikan ibadah shalat
‘idul fitri dengan khusyu’ dan tertib.

Hari ini, takbir dan tahmid berkumandang, mengagungkan asma Allah swt. Gema takbir yang
disuarakan oleh lebih dari satu setengah milyar umat manusia di muka bumi ini, menyeruak
di setiap sudut kehidupan, di masjid, di lapangan, di suaru, di kampung-kampung, di gunung-
gunung, di pasar, dan di seluruh pelosok negeri umat Islam. Bahkan di daerah-daerah yang
sedang mendapatkan cobaan besar dari Allah swt, seperti saudara-saudara kita umat muslim
Rohingya di Myanmar, umat muslim di Palestina, dll.

Pekik suara takbir itu juga kita bangkitkan di sini, di bumi tempat kita bersujud dan
bersimpuh kepada-Nya. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh
rendah suara malaikat nan khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada Allah swt.
Getarkan qalbu mukmin yang tengah dzikrullah, penuh mahabbah, penuh ridha, penuh raja’
akan hari perjumpaannya dengan Sang Khaliq, Dzat yang mencipta jagat raya dengan segala
isinya.

Kumandang takbir dan tahmid itu sesungguhnya adalah wujud kemenangan dan rasa syukur
kaum muslimin kepada Allah swt atas keberhasilannya meraih fitrah (kesucian diri) melalui
mujahadah (perjuangan lahir dan bathin) dan pelaksanaan alam ibadah selama bulan suci
Ramadhan yang baru berlalu. Allah swt menegaskan :

}185 : ‫… َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هللاَ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُونَ {البقرة‬

Artinya : “…dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu


mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
[QS. al-Baqarah : 185]

Islam sesungguhnya telah mengajarkan takbir kepada umatnya, agar ia senantiasa


mengagungkan asma Allah swt kapanpun dan di manapun, saat adzan kita kumandangkan
takbir, saat iqamah kita lafalkan takbir, saat membuka shalat kita ucapkan takbir, saat bayi
lahir kita perdengarkan takbir, bahkan saat di medan laga perjuangan kita juga memekikkan
suara takbir.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬

Dalam suasana kemenangan ini, marilah kita menghayati kembali makna kefitrahan kita, baik
sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifatullah fi al-ardhi. Idul fitri yang dimaknai
kembali kepada kesucian ruhani, atau kembali ke agama yang benar, sesungguhnya
mengisyaratkan bahwa setiap orang yang merayakan Idul Fitri berarti dia sedang merayakan
kesucian ruhaninya, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap keberagamaan yang
benar, keberagamaan yang diridhai oleh Allah swt. Di sinilah seungguhnya letak keagungan
dan kebesaran hari raya Idul Fitri, hari di mana para hamba Allah merayakan keberhasilannya
mengembalikan kesucian diri dari segala dosa dan khilaf melalui pelaksanaan amal shaleh
dan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Muhammad
saw :

‫ضانَ إِي َمانًا‬ َ َ‫ى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬


َ ‫ َم ْن‬: ‫ال‬
َ ‫صا َم َر َم‬ َ ِ‫َح َّدثَنَا أَبُو َسلَ َمةَ بْنُ َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن أَ َّن أَبَا هُ َر ي َْر ةَ َح َّد ثَهُ ْم أَ َّن َرسُو َل هللا‬
َّ ‫صل‬
}‫ه {رواه مسلم‬Jِ ِ‫َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنب‬

Artinya : “Bagi siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan
dilaksanakan dengan benar, maka diampuni (oleh Allah swt) dosa-dosanya yang terdahulu.”
[HR. Muslim, Kitab Shahih Muslim, Juz 5, hlm. 131]

Namun patut diingat, bahwa dosa atau kekhilafan antar sesama manusia, ia baru terampuni
apabila mereka saling memaafkan, dan karena itulah, mari kita jadikan momentum Idul Fitri
yang suci ini untuk saling meminta dan memberi maaf atas segala kesalahan antar sesama,
kita buang perasaan dendam, kita sirnakan keangkuhan dan kita ganti dengan pintu maaf dan
senyum sapa yang tulus penuh dengan persaudaraan dan kehangatan silaturahmi antar
sesama.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬


Terkait dengan kemuliaan orang yang mampu mensucikan dirinya ini, Allah swt
menggambarkan dalam firman-Nya :

ُّ َ‫ َوال‬              }19{ُ‫صير‬
ُ ‫الظلُ َم‬
‫ات َو‬ ِ َ‫} َو َما يَ ْست َِوي ْاألَ ْع َمى َو ْالب‬18{ُ‫صير‬
ِ ‫… َو َم ْن تَزَ َّكى فَإِنَّ َما يَتَ َز َّكى لِنَ ْف ِس ِه َو إِلَى هللاِ ْال َم‬
}21{ُ‫} َو الَ الظِّلُّ َو الَ ْال َحرُور‬20{ُ‫الَ النُّور‬

Artinya : “…Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri


untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu).[18] Dan tidaklah sama
orang yang buta dengan orang yang melihat.[19] dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan
cahaya. [20] dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas.[21]” [QS. Fathir : 18-21]

Pada ayat tersebut, Allah swt membandingkan antara orang yang mampu mensucikan
jiwanya dengan yang suka mengotorinya, laksana orang yang melihat dengan orang yang
buta, laksana terang dan gelap, laksana teduh dan panas. Sungguh sebuah metafora yang patut
kita renungkan. Allah seolah hendak menyatakan bahwa manusia yang suci, manusia yang
baik, manusia yang menang dan beruntung itu adalah mereka yang mau dan mampu melihat
persoalan lingkungannya secara bijak dan kemudian bersedia menyelesaikannya, mereka
yang mampu menjadi lentera di kala gelap, dan menjadi payung berteduh di kala panas dan
hujan. Mereka inilah pemilik agama yang benar, agama yang hanafiyyah wa al-samhah,
terbuka, toleran, pemaaf dan santun. Inilah agama tauhid, agama Nabi Ibrahim dan
keturunannya Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, dan Nabi Muhammad saw.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬

Idul Fitri pada hakikatnya memberikan pesan kepada kita, bahwa syari’at Islam mengajarkan
kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian
sosial yang tinggi. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Duduk sama rendah, berdiri
sama tinggi. Rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan.

Segala kelebihan yang melekat di dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya
disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat. Merupakan
nikmat agar senantiasa disyukuri, dan sebagai amanat supaya digunakan dengan sebaik-
baiknya sesuai ketentuan allah swt. Hal yang demikian karena fitrah pada hakikatnya adalah
gabungan dari tiga unsur kehidupan sekaligus, yakni (1) keindahan, (2) kebenaran, (3)
kebaikan. Seseorang yang beridul fitri berarti telah mampu mengembalikan fitrahnya
sehingga dapat berbuat yang indah, baik dan benar.

Perbutan yang indah akan melahirkan seni dan estetika, dan seni akan menghasilkan
kreatifitas yang membangun dan menyejukkan. Perbuatan baik akan menimbulkan etika dan
menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan harmonis. Sementara kebenaran akan
menghasilkan ilmu pengetahuan yang mengantarkan kemajuan peradaban umat manusia.
Karenanya, perubahan ke arah yang lebih baik hanya dapat diwujudkan oleh pribadi-pribadi
yang dalam dirinya telah bersemi kefitrahan.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬

Oleh karena fitrah manusia dapat berubah dari waktu ke waktu karena pergaulan, karena
pengaruh budaya dan lingkungan, karena latar belakang pendidikan dan faktor-faktor lainnya.
Maka, agar fitrah itu tetap terpelihara kesuciannya, hendaknya ia selalu mengacu pada pola
kehidupan Islami yang berlandaskan al-Qur’an, al-Sunnah dan teladan para ulama’. Pola
kehidupan yang bersendikan nilai-nilai agama dan akhlak mulia, sehingga dirinya diharapkan
mampu membangun manusia seutuhnya, insan kamil yang memiliki keutuhan iman, keluasan
ilmu pengetahuan serta tangguh menjawab berbagai peluang dan tantangan kehidupan.

Karena itu, segala kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan suci Ramadhan baik
ibadah puasa, tarawih, membaca dan memahammi al-Qur’an, peduli kaum dhu’afa,
mengendalikan amarah dan hawa nafsu, menjaga kejujuran, hendaknya tetap kita lestarikan
dan bahkan kita tingkatkan sedemikian rupa agar dapat menjadi tradisi yang mulia dalam diri,
keluarga dan lingkungan masyarakat kita, sehingga fitrah yang telah kita raih di hari yang
agung ini akan tetap terpelihara hingga akhir kehidupan kita. Marilah kita jadikan spirit
ibadah puasa sebagai perisai diri kita dari godaan dan ujian kehidupan di masa-masa
mendatang.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬

Adapun tujuan final disyari’atkannya ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi
muttaqin yang memiliki karakter seperti disinyalir Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 134-
135 :

ِ َ‫} َوالَّ ِذينَ إِ َذا فَ َعلُوا ف‬134{ َ‫ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬ ُ‫اس َوهللا‬
ً‫اح َشة‬ ِ َّ‫اظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬ ِ ‫ضرَّا ِء َو ْال َك‬
َّ ‫الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬
}135{ َ‫صرُّ وا َعلَى َما فَ َعلُوا َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون‬ َ ُ‫ فَا ْستَ ْغفَرُوا لِ ُذ نُو بِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغفِ ُر ال ُّذ ن‬ َ‫أَوْ ظَلَ ُموا أَ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هللا‬
ِ ُ‫وب إِالَّ هللاُ َو لَ ْم ي‬

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.[134] Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.[135]” [QS. Ali Imran : 134-135]

Dengan menghayati pesan ayat tersebut, maka segala aktifitas ibadah yang kita laksanakan
hendaknya tidak hanya terjebak pada rutinitas ritual yang kering makna, akan tetapi
‘amaliyah ibadah yang kita jalankan seharusnya mampu menangkap hikmah syari’ah di balik
pelaksanaan ibadah itu, yakni memperbaiki kepribadian dan prilaku kita dari ke-thalih-an
menuju ke-shalih-an, dari kekotoran menuju kesucian, dari kebrutalan menuju keramahan,
dari kekikiran menuju kedermawanan, dari kezhaliman menuju keadilan, dari ketidaktahuan
menuju pencerahan, dan seterusnya. Sebab, seluruh amal ibadah yang disyari’atkan Islam
sesungguhnya dimaksudkan dari, oleh dan untuk umat manusia itu sendiri.

Ibadah shaum pada hakikatnya merupakan suatu proses penempaan dan pencerahan diri,
yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah prilaku setiap muslim, menjadi
orang yang semakin meningkat ketakwaannya. Melalui ibadah shaum, sebagai manusia yang
memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu, kita dilatih untuk
mengendalikan diri supaya menjadi manusia yang dapat berprilaku sesuai dengan fitrah
aslinya. Fitrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti ketentuan Allah swt.
Melalui proses pencerahan yang terkandung di dalam ibadah shaum, diharapkan setiap
muslim menjadi manusia yang di manapun kehadirannya, terutama dalam masyarakat yang
bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama.
Risalah Islam sesunggunya bukan hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tapi ajarannya
juga sarat dengan nilai-nilai yang universal. Seperti ajaran yang menekankan pentingnya
setiap muslim agar mau dan mampu memberi manfaat kepada sesama (simbiosis
mutualisme). Dalam pandangan Islam, salah satu indikator kualitas kepribadian seseorang
adalah seberapa besar kahadirannya mampu memberi manfaat kepada sesama, atau dalam
bahasa lain, semakin besar kemampuan seseorang memberikan manfaat kepada orang lain,
maka semakin unggul pula kualitas keberagamaannya. Rasulullah Muhammad saw bersabda :

ِ َّ‫اس أَ ْنفَ ُعهُ ْم لِلن‬


}‫اس {رواه الشهاب القضاعي‬ ِ َّ‫ خَي ُر الن‬: ‫ى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ َ ‫ض َي هللاُ عَنهُ أَ َّن النبي‬
َّ ‫صل‬ ِ ‫ع َْن َجابِر َر‬

Artinya : “Dari Jabir ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Sebaik-baiknya manusia (muslim)
adalah orang yang paling (banyak) memberi manfaat kepada manusia.” [HR. Syihab al-
Qudha’i, Kitab Musnad Syihab al-Qudha’i, Juz 4, hlm. 365]

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬

Hal lain yang perlu kita sadari dalam mengarungi samudra kehidupan ini adalah, bahwa telah
menjadi sunnatullah bila kehidupan ini diwarnai dengan susah dan senang, tangis dan tawam
rahmat dan bencana, menang dan kalah, peluang dan tantangan, yang acap kali menghiasi
dinamika kehidupan kita. Orang bijak sering berkata “hidup ini laksana roda berputar”,
sekali waktu bertengger di atas, pada waktu yang lain tergisal di bawah. Kemarin sebagai
pejabat, sekarang kembali menjadi rakyat, suatu saat pernah menjadi kaya dan pada saat yang
lain hidup sengsara, kemarin sehat bugar, saat ini berbaring sakit tidak berdaya, bahkan
mungkin tetangga kita, saudara-saudara kita, orang tua kita, suami/istri kita, anak-anak kita
tahun kemarin masih melaksanakan nikmatnya shalat ‘ied di samping kita, sekarang mereka,
orang-orang yang kita cintai itu telah meninggalkan kita kembali keharibaan Allah swt.
Kehidupan ini tidak ada yang kekal, semua akan terus bergerak sesuai denga kehendak dan
ketentuan rabbul ‘alamin, Allah Jalla Sya’nuhu.

Hadirin, sebagai seorang mukmin tentu tidak ada celah untuk bersikap frustasi dan menyerah
kepada keadaan, akan tetapi harus tetap optimis, bekerja keras dan cerdas seraya tetap
mengharap bimbingan Allah swt, karena sesungguhnya rahmat dan pertolongan Allah akan
senantiasa mengiringi hamba-hamba-Nya yang sabar dan teguh menghadapi ujian. Sebagai
seorang mukmin, kita juga tidak boleh hanyut dalam godaan dan glamornya kehidupan yang
menipu dan fana ini. Justru sebaliknya, orang mukmin harus terus menerus berusaha
mengobarkan obor kebajikan, menebarkan marhamah, menegakkan dakwah, merajut
ukhuwah dan menjawab segala tantangan dengan penuh kearifan dan kesungguhan.
Bukankah Allah swt telah berjanji :

}139 : ‫تَحْ َز نُوا َوأ َ ْنتُ ُم ْاألَ ْعلَوْ نَ إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِينَ {آل عمران‬  َ‫َو الَ تَ ِهنُوا َو ال‬

Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” [QS. Ali Imran : 139]

Ayat tersebut menegaskan kepada kita agar kita senantiasa berupaya memanfaatkan umur
yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, usia yang masing-masing kita punyai pasti akan
tetap menghadapi tantangan, ujian dan selera kehidupan yang menggoda, karenanya kita
harus tetap mawas diri dan tidak terbuai dengan nafsu angkara murka yang suatu saat dapat
menjerumuskan kita dalam lembah kenistaan, kita pergunakan kesempatan dan sisa umur
yang kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir ini untuk memperbanyak bekal dan amal
shaleh guna meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di alam dunia yang fana ini
maupun di alam akhirat yang kekal abadi.

Suatu saat Lukman al-Hakim, seorang shalih yang namanya diabadikan Allah di dalam al-
Qur’an pernah menyampaikan taushiyah kepada putranya :

‫وحشوها اإليمان وشراعها التوكل‬


ِ ‫ فاجعل سفينتك فيها تقوى هللا‬، ‫ إن الدنيا بحر عميق وقد غرق فيها أناس كثير‬، ‫يابني‬
‫على هللا لعلك تنجو‬

Artinya : “Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini laksana lautan yang sangat dalam dan
telah banyak manusia yang tenggelam di dalamnya, oleh karenanya, jadikanlah takwa
kepada Allah sebagai kapal untuk mengarunginya, iman sebagai muatannya, dan tawakkal
sebagai layarnya, niscaya engkau akan selamat sampai tujuan.” [Kitab al-Tahrir wa al-
Tanwir, Bab 19, Juz 11, hlm. 130]

Hadirin, pada akhirnya marilah kita tampil pada hari ini dengan sebaiknya untuk saling
memaafkan. Maka sebarkan rasa damai dan kasih sayang, hapuslah luka lama, tinggalkan
dendam permusuhan dan kita hapus rasa kebencian. Idul fitri hanya pantas dirayakan oleh
orang-orang yang telah berpuasa Ramadhan dan orang-orang yang ikhlas untuk saling
memaafkan, dan mau berlapang dada menerima kembali kehadiran orang-orang yang dulu
sangat dibencinya. Sebaliknya bersedihlah orang-orang yang gagal memenuhi undangan
Ramadhan, orang-orang yang tidak mau meminta maaf atau enggan memberi maaf pada
orang lain.

Allah swt selalu memanggil hamba-hamba-Nya yang beriman agar mau membuka diri dan
toleran seperti firman-Nya dalam surat an-Nuur ayat 22:

}22 : ‫ لَ ُك ْم َوهللاُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم{النور‬ ُ‫َو ْليَ ْعفُوا َو ْليَصْ فَحُوا أَالَ تُ ِحبُّونَ أَ ْن يَ ْغفِ َر هللا‬

Artinya : Dan hendaklah mereka mema`afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS. an-Nuur : 22]

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Mulia.

Untuk menutup khutbah Idul Fitri tahun 2012 ini, marilah kita bersama-sama menengadahkan
tangan berdo’a kepada Allah swt dengan penuh harapan dan keikhlasan :

ِ ‫ت اَ ْألَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاألَ ْم َوا‬


َ َّ‫ت ِإن‬
ِ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِر يْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا‬
‫ت َويا‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬
‫ت‬
ِ ‫لحا َجا‬ َ ‫ض َي ْا‬ ِ ‫قَا‬

Ya Allah, berilah petunjuk, rahmat dan karunia kepada kami dalam menempuh kehidupan ini.
Berilah kami kekuatan dan kemampuan agar kami senantiasa dapat berpegang teguh kepada
ajaran-ajaran-Mu kapanpun dan dimana pun kami berada. Tumbuhkanlah kecintaan,
keikhlasan dan ketulusan di dalam hati kami untuk saling memaafkan, mencintai dan
melindungi. Ya Allah, dihari yang mulia ini turunkanlah kepada kami cahaya yang menyinari
hati kami dan yang memberi kekuatan dalam menjalani hari-hari ini dan dalam menempuh
hari-hari yang akan datang. Ya Rabb, berilah petunjuk dan kemampuan kepada para
pemimpin kami agar dapat membawa bangsa ini keluar dari segala kesulitan menuju ke
‫‪dalam suasana kedamaian dan kemakmuran di bawah ampunan dan keridhaan-Mu. Ya Allah‬‬
‫‪ya Jabbar, berilah kekuatan dan pertolongan-Mu bagi saudara-saudara kami di Palestina,‬‬
‫‪Rhongya di Myanmar, dan ditempat-tempat lain yang sangat membutuhkan kekuatan-Mu ya‬‬
‫‪Allah.‬‬

‫تي فِ ْيهَا َم َعا ُشــنَا َواجْ َع ِل ْا َ‬


‫لحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِى ُك ِّل خَ ي ٍْر َواجْ َع ِل‬ ‫اللهُ َّم اصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنَاالَّ ِذى هُ َو ِعصْ َمةُ أَ ْم ِرنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَا الَّ ِ‬
‫ْال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل َش ٍّر‬

‫ك أَ ْعدَا َء ال ِد ْي ِن‬
‫اخ ُذ ِل ْال َكفَ َرةَ َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ أَ ْعدَائَ َ‬
‫اللهُ َّم أَ ِع َز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْ‬

‫ار ‪ُ .‬س ْب َحانَ َربِّنَا َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬


‫صفُوْ نَ َو َسالَ ٌم ع َ‬
‫َلى‬ ‫فى ْاأل ِخ َر ِة َح َسنَة ً َو ِقنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫فى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َو ِ‬ ‫اَللّهُ َّم َر‪  ‬بَّنَا آتِنَا ِ‬
‫ْال ُمرْ َسلِ ْينَ َو ْال َح ْم ُدهَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪.‬‬

‫{و السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته}‬

‫‪Tentang iklan-iklan ini‬‬

‫"‪Naskah Khutbah Idul Fitri 1434 H "HARTA ADALAH UJIAN‬‬

‫‪HARTA ADALAH UJIAN‬‬


‫‪Download di sini ‬‬

‫ات أ َْع َمالِنَ ا‪َ ،‬م ْن‬


‫إِ َّن احْل م َد هلل حَنْم ُده ونَس تَعِينُه ونَس َت ْغ ِفره‪ ،‬و َنع وذُ باهلل ِمن ُش رو ِر أَْن ُف ِس نَا و ِمن س يِّئ ِ‬
‫َ ْ ََ‬ ‫ْ ُْ‬ ‫َ ُ َ ْ ْ ُ َ ْ ُُ َ ُْ‬ ‫َْ‬
‫ِ‬ ‫ض َّل لَ ه ومن ي ْ ِ‬ ‫يه ِد ِه اهلل فَاَل م ِ‬
‫َش َه ُد أَ ْن اَل إل ه إال اهلل َو ْح َدهُ اَل َش ِريْ َ‬
‫ك لَ هُ‪،‬‬ ‫ي لَ هُ‪ ،‬أ ْ‬‫ض ل ْل فَاَل َه اد َ‬ ‫ُ ََ ْ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َْ‬
‫حممد وعلَى الِِه و ِ ِ‬ ‫َللهم صل علَى ٍ‬
‫ص ْحبِه أمْج َعنْي َ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َوأَ ْش َه ُد أ َّ‬
‫َن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ‪ ،‬أ َّ َ ِّ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫َّ ِ‬
‫ين ءَ َامنُ وا َّات ُق وا اهلل َح َّق ُت َقات ه َوالَ مَتُوتُ َّن إالَّ َوأَنتُم ُّم ْس ل ُمو َن) (يَاأَيُّ َه ا الن ُ‬
‫َّاس َّات ُق وا َربَّ ُك ُم‬ ‫(يَاأَيُّه اَ الذ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫اح َد ٍة وخلَ ق ِمْنه ا زوجه ا وب َّ ِ‬ ‫سوِ‬ ‫َّ ِ‬
‫ث مْن ُه َم ا ِر َج االً َكث ًريا َون َس آءً َو َّات ُق وا اهللَ‬ ‫َ َ َ َ َْ ََ ََ‬ ‫الذي َخلَ َق ُكم ِّم ْن نَ ْف ٍ َ‬
‫َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫َّ ِ‬
‫ين ءَ َامنُ وا َّات ُق وا اهلل َوقُولُوا َق ْوالً‬ ‫الذي تَ َس آءَلُو َن ب ه َواْأل َْر َح َام إ َّن اهلل َك ا َن َعلَْي ُك ْم َرقيبً ا) (يَاأَيُّ َه ا الذ َ‬
‫يما)‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫يدا ي ِ‬ ‫ِ‬
‫صل ْح لَ ُك ْم أ َْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َمن يُط ِع اهللَ َو َر ُسولَهُ َف َق ْد فَ َاز َف ْو ًزا َعظ ً‬ ‫َسد ً ُ ْ‬
‫ي حُمَ َّم ٍد صلى اهلل عليه وسلم َو َش َّر اأْل ُُم ْو ِر‬ ‫اب اهلل َو َخْيَر اهْلَْد ِي َه ْد ُ‬
‫ِ ِ ِ‬
‫َص َد َق احْلَديْث كتَ ُ‬ ‫أ ََّما َب ْع ُد‪ ،‬فَِإ َّن أ ْ‬
‫ضاَل لٍَة يِف النَّا ِر‬
‫ضاَل لَةٌ‪َ ،‬و ُك َّل َ‬
‫ٍ‬ ‫ٍ‬
‫حُمْ َدثَاتُ َها‪َ ،‬و ُك َّل حُمْ َدثَة بِ ْد َعةٌ‪َ ،‬و ُك َّل بِ ْد َعة َ‬
‫‪Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.‬‬
Pada pagi 1 Syawwal ini umat Islam mengagungkan Allah dengan bertakbir “Allahu
Akbar,” mengesakan Allah dengan kalimat tauhid “Laa Ilaaha Illallah,” dan memujiNya
dengan bertahmid “Walillahilhamdu.” Demikianlah kalimat-kalimat suci dan mulia itu
terdengar di segala tempat dan dari segala penjuru. Kalimat yang keluar melalui lisan
muslimin dan muslimat, diiringi oleh senyum kebahagiaan, dan bersama dengan wajah-wajah
ceria penuh kegembiraan. Bagi orang-orang yang telah berpuasa Ramadhan, hari ini adalah
hari sukacita, ditambah lagi kegembiraan saat perjumpaan dengan Allah di akhirat nanti.
Rasulullah telah menjamin dalam sabdanya:

‫بص ْو ِم ِه‬ ِ ِ ِ َّ ِ‫ل‬


َ ‫ِح‬ َ ‫ إ َذا أفْطََر فَر‬:‫لصائ ِم َف ْر َحتَان َي ْفَر ُح ُه َما‬
َ ‫ِح وإذا لَق َي ربه فَر‬
“Orang yang puasa mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka mereka gembira, dan jika
bertemu Rabbnya mereka gembira karena puasa yang dilakukannya" (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Hari Raya ini memang layak untuk disambut dengan gembira dan penuh sukacita.
Namun demikian hendaklah rasa gembira itu tidak membuat kita lalai dan hanya tergiur
dengan kemegahan serta kemewahan duniawi. Hari raya ini bukanlah tempat untuk berlomba
status dan adu gengsi, bukan ajang lomba busana, bukan saat untuk bersaing mencari sanjung
dan puji manusia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

‫َجٌر َع ِظيم‬ ِ َّ ‫و ْاعلَموا أَمَّنَا أَموالُ ُكم وأَوال ُد ُكم فِْتنَةٌ وأ‬
ْ ‫َن اهللَ عْن َدهُ أ‬ َ ْ ْ َ ْ َْ ُ َ
“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 28 tersebut, dengan sangat tegas
mengingatkan bahwa apa yang kita miliki di dunia ini adalah ujian. Sesungguhnya pakaian
bagus yang kita kenakan, kendaraan yang kita naiki, dan rumah yang kita tinggali, adalah
kekayaan yang diamanatkan oleh Allah kepada kita. Semua itu adalah titipan dan amanah
yang diberikan oleh Allah sebagai ujian, agar dengan ujian tampak jelas siapakah di antara
kita yang terbaik amalnya, agar jelas pula siapa di antara kita yang bersyukur dan siapa yang
mengingkarinya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Sebagian orang hanya merasa bahwa dirinya sedang diuji ketika ditimpa musibah dan
kefakiran. Padahal Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjelaskan
bahwa kesenangan dan berlimpahnya harta benda, adalah juga ujian dari-Nya. Allah
berfirman dalam surat Al-Anbiya’ ayat 35:

‫َو َنْبلُو ُك ْم بِالشَِّّر َواخْلَرْيِ فِْتنَةً َوإِلَْينَا ُت ْر َجعُو َن‬


“Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Berkenaan dengan itu ayat tersebut, Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Allah akan menguji
manusia dengan kesengsaraan dan kebahagiaan, dengan sakit dan sehat, dengan kekayaan
dan kefakiran, dengan halal dan haram, dengan petunjuk dan kesesatan. Dengan demikian,
tidaklah tepat jika perasaan sedang diuji itu muncul hanya saat datangnya musibah dan
kefakiran, karena sebenarnya semua orang dalam setiap keadaan adalah sedang menjalani
ujian dari-Nya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

ُ ‫إِ َّن لِ ُك ِّل أ َُّم ٍة فِْتنَةً َوفِْتنَةُ أ َُّميِت الْ َم‬


‫ال‬
“Sesungguhnya setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.”(HR. At-
Tirmidzy)
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam berkata:
‫َخ َشى َعلَْي ُك ْم‬
ْ ‫َما الْ َف ْق ُر أ‬
“Bukanlah kefakiran yang aku takutkan menimpa kalian,

،‫ت َعلَى َم ْن َكا َن َقْبلَ ُك ْم‬ ِ ُّ ‫َخ َشى أَ ْن ُتْب َس َط‬ ِ


ْ َ‫الد ْنيَا َعلَْي ُك ْم َك َما بُسط‬ ْ ‫َولَكيِّن أ‬
Akan tetapi aku khawatir akan dibuka lebar (pintu) dunia kepada kalian, seperti telah dibuka
lebar kepada orang-orang sebelum kalian…
Demikianlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Beliau mengingatkan bahwa diguyurkannya harta benda, dilimpahkannya kekayaan, dan
dibukanya pintu-pintu kekayaan duniawi, adalah ujian berat. Gelimang harta yang
menggiurkan, kemilau emas yang menggoda, megahnya istana yang merayu, adalah
kekayaan sementara yang dapat menggelincirkan. Dan akibat dari dibukanya pintu-pintu
kekayaan duniawi itu, Rasulullah bersabda:
‫وها‬
َ ‫وها َك َما َتنَافَ ُس‬
َ ‫َفَتنَافَ ُس‬
Lalu kalian akan saling bersaing untuk mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum
kalian telah bersaing untuknya.
Terbukanya pintu-pintu kekayaan duniawi akan memunculkan persaingan untuk
mendapatkannya. Semua orang hanya akan berlomba-lomba meraih kekayaan, memeras
keringat dan membating tulang hanya untuk tujuan mendapatkan harta benda, dan segala
do’apun hanya berisikan permohonan agar diberikan kekayaan. Kehormatan dan status sosial
hanya diukur dengan harta benda. Akhirat sebagai tempat tinggal abadi di hari nanti tidak lagi
mendapat perhatian. Dan halal haram juga tidak lagi dipedulikan. Karena itulah dalam akhir
sabdanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan bahwa jika hal itu terjadi,
maka:
‫َفتُهلِ ُك ُك ْم َك َما أ َْهلَ َكْت ُهم‬
Kemudian (kemewahan) dunia itu akan membinasakan kalian seperti telah membinasakan
mereka.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Kekayaan duniawi yang dimiliki oleh setiap orang adalah ujian, yang akan
menempatkannya sebagai penghuni surga, atau harta itu akan menjadi jalan menuju neraka.
Oleh karenanya, wajib bagi setiap muslim yang telah diberi kelebihan harta benda oleh Allah,
untuk menjadikan kekayaanya itu sebagai jalan menuju ridha-Nya, dengan zakat, infaq, dan
shadaqah.
Sesungguhnya Allah telah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang
menafkahkan harta mereka fi sabilillah:
ِ َّ ‫وما أَْن َف ْقتم ِمن شي ٍء َفهو خُيْلِ ُفه وهو خير‬
َ ‫الرا ِزق‬
‫ني‬ َُْ َ ُ َ ُ َ ُ ْ َ ْ ْ ُ َ َ
‫‪“dan apa saja yang kau infaqkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizqi‬‬
‫)‪yang sebaik-baiknya.” (Saba: 39‬‬
‫‪Sedangkan bagi orang-orang yang kikir dan tidak menafkahkan hartanya di jalan‬‬
‫‪Allah, maka Allah memberikan ancaman:‬‬

‫اب أَلِي ٍم * َي ْو َم حُيْ َمى َعلَْي َه ا‬


‫ضةَ وال ي ِنف ُقو َنها يِف سبِ ِيل اللَّ ِه َفبشِّر ُهم بِع َذ ٍ‬
‫َ ْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫ب َوالْف َّ َ ُ َ‬
‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫ين يَكْن ُزو َن الذ َه َ‬
‫َّ ِ‬
‫َوالذ َ‬
‫ور ُه ْم َه َذا َم ا َكَن ْزمُتْ ألَن ُف ِس ُك ْم فَ ُذوقُوا َم ا ُكنتُ ْم‬ ‫هِب ِ‬ ‫يِف ِ‬
‫اه ُه ْم َو ُجنُ وبُ ُه ْم َوظُ ُه ُ‬
‫َّم َفتُ ْك َوى َا جبَ ُ‬
‫نَار َج َهن َ‬
‫تَكْنُِزو َن‬
‫‪“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan‬‬
‫‪Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang‬‬
‫‪pedih, Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar‬‬
‫‪dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:‬‬
‫‪"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang‬‬
‫)‪(akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (At-taubah: 34-35‬‬
‫َّك مَسِ ْي ٌع‬
‫ات‪ ،‬إِن َ‬ ‫ات اْألَحي ِاء ِمْنهم واْألَم و ِ‬ ‫ات‪ ،‬والْم ْؤ ِمنِ والْم ْؤ ِمنَ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬
‫ُْ َ َْ‬ ‫َْ‬ ‫(اَللَّ ُه َّم ا ْغف ْر ل ْل ُم ْس لمنْي َ َوالْ ُم ْس ل َم َ ُ نْي َ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫قَ ِري ِ‬
‫ص ًرا َك َم ا مَحَْلتَ هُ‬‫َخطَأْنَا َربّنَا َوالَ حَتْم ْل َعلَْينَ ا إِ ْ‬
‫(ربّنَا الَُت َؤاخ ْذ نَا إِ ْن نَسْينَا أ َْو أ ْ‬ ‫ب ال ّد َع َوات) َ‬ ‫ب جُم ْي ُ‬ ‫ٌْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫ت َم ْوالَنَ ا‬ ‫َعلَى اّل ذيْ َن م ْن َقْبلنَ ا َربّنَ ا َوالَ حًتَ ّم ْلنَ ا َم االَ طَاقَ ةَ لَنَ ا بِ ه َو ْاع ُ‬
‫ف َعنّ ا َوا ْغف ْر لَنَ ا َو ْارمَح ْنَ ا أَنْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اب النّ ا ِر)‬‫(ر َبنَ ا ءَاتنَ ا يِف ال ّد ْنيَا َح َس نَةً َويِف اْألَخ َر ِة َح َس نَةً َوقنَ ا َع َذ َ‬ ‫ص ْرنَا َعلَى الْ َق ْوم الْ َك اف ِريْ َن) َ‬ ‫فَانْ ُ‬
‫واحلمد هلل رب العاملني‬

‫‪Khotbah ‬‬
‫‪Khutbah Idul Fitri 1428 H‬‬
‫‪Print‬‬
‫‪Download‬‬
‫‪Send‬‬
‫‪Ahad, 07/10/2007 21:24‬‬

‫‪KHUTBAH PERTAMA‬‬

‫صائِ ٌم َواَ ْف َ‬
‫ط ْر‬ ‫صا َم َ‬ ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر (‪ )×3‬هللاُ اَ ْكبَ ْر (‪ )×3‬هللاُ اَكبَ ْر (‪ )×3‬هللاُ اَ ْكبَ ْر ُكلَّ َما َه َّل ِهالَ ٌل َواَ ْب َد َر هللاُ اَ ْكبَ ْر ُكلَّما َ َ‬
‫اب َواَ ْمطَ ْر َو ُكلَّما َ نَبَتَ نَبَاتٌ َواَ ْزه َْر َو ُكلَّ َما اَ ْط َع َم قَانِ ُع ْال ُم ْعت َْر‪ .‬هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ‬ ‫س َح ٌ‬ ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر ُكلَّما َ تَ َرا َك َم َ‬
‫ضانَ َوعْي َد‬ ‫صيا َ ِم َر َم َ‬ ‫سلِ ِميْنَ ِع ْي َد ْالفِ ْط ِر بَ ْع َد ِ‬ ‫لح ْمدُ‪ .‬اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذى َج َع َل ِل ْل ُم ْ‬
‫اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا َ‬
‫ش ِر ْي َك لَهُ لَهُ ْال َملِ ُك ْال َع ِظ ْي ُم ْاالَ ْكبَ ْر‬
‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬ ‫ض َحى بَ ْع َد يَ ْو ِم َع َرفَةَ‪ .‬هللاُ اَ ْكبَ ْر (‪ )×3‬اَ ْ‬ ‫ْاالَ ْ‬
.‫س ْولُهُ الشَّافِ ُع فِى ْال َم ْحش َْر نَبِ َّي قَ ْد َغفَ َر هللاُ لَهُ َما تَقَ َّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه َو َما تَأ َ َّخ َر‬ ُ ‫سيِّدَنا َ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
َ َّ‫ش َه ٌد اَن‬ ْ َ‫َوا‬
‫ فَيَا‬.ُ‫ اَ َّما بَ ْعد‬.‫ هللاُ اَ ْكبَ ْر‬.‫س َوطَهَّ ْر‬ َ ‫الر ْج‬ِّ ‫َب َع ْن ُه ُم‬ َ ‫ص َحابِ ِه الَّ ِذيْنَ اَ ْذه‬ ْ َ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َوا‬ َ ‫ص ِّل عَل َى‬ َ ‫الل ُه َّم‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫م‬ُ ‫ت‬ ْ
‫ن‬ َ ‫ا‬‫و‬ َّ ‫ال‬ ‫ا‬
َ‫َ َ َّ ِ ِ َ ُ ْ نَّ ِ َ ْ ُ ْ ِ ُ ْ ن‬ ُ ‫ت‬ ‫و‬ ‫م‬ َ ‫ت‬ َ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ا‬َ ‫ق‬ُ ‫ت‬ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫هللا‬ ‫وا‬ُ ‫ق‬َّ ‫ت‬ِ ِ‫ِعبَا َدهللا‬
‫ا‬

Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh
setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman
Allah SWT:

ْ َ‫َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّ ُرهللاَ َعلَى َما َهدَا ُك ْم ولَ َعلَّ ُك ْم ت‬
َ‫ش ُك ُر ْون‬

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW bersabda:

‫َزيِّنُ ْوا اَ ْعيَا َد ُك ْم بِالتَّ ْكبِ ْير‬

“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan
Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita
tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah
pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh
keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini
tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.

َ ‫×) َو هللِ ْا‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬


‫لح ْم ُد‬

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah

Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini
kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita
bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan
rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi:

ُ ُ‫ يَا َمالَئِ َكتِى ُك ُّل عَا ِم ٍل يَ ْطل‬:‫ضانَ َو َخ َر ُج ْوا اِل َى ِع ْي ِد ُك ْم يَقُ ْو ُل هللاُ تَ َعال َى‬
ُ‫ب اُ ْج َرهُ اَنِّى قَ ْد َغفَ ْرت‬ َ ‫ش ْه َر َر َم‬ َ ‫صا ُم ْوا‬َ ‫اِ َذا‬
‫ يَا ِعبَا ِدى‬:‫ت فَيَقُ ْو ُل هللاُ تَ َعالَى‬ ٍ ‫سنَا‬ َ ُ‫ يَا اُ َّمةَ ُم َح َّم ٍد اِ ْر ِج ُع ْوااِلَى َمنَا ِزلِ ُك ْم قَ ْد بَ َد ْلت‬:ٌ‫لَ ُه ْم فَيُنَا ِدى ُمنَاد‬
َ ‫سيِّئَاتِ ُك ْم َح‬
‫ص ْمتُ ْم لِى َواَ ْفطَ ْرتُ ْم لِى فَقُ ْو ُم ْوا َم ْغفُ ْو ًرا لَ ُك ْم‬
ُ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan
hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang
mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni
mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat
tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah
pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka
bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.”

َ ‫×) َو هللِ ْا‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬


‫لح ْم ُد‬

Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum dan hikmah,
faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan
yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah. Sebab 12 jam x
30 hari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semula sesuatu yang halal
menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka
di bulan Ramadhan menjadi haram.

Sementara dari aspek sosial, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya pernah
merasakan lapar. Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah semestinya
kita pegang teguh bersama.

Pesan pertama Ramadhan adalah Pesan moral atau Tahdzibun Nafsi

Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu
sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda: Jihad yang paling
besar adalah jihad melawan diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan
bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri
marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk
dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.

Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat,
tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan
manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan (‫ ;) َب ِه ْي َم ْة‬tanda-tandanya
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (‫سبُ ِعيَّ ْة‬ َ );
tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang
sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya
mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.

Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa
niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat mengkhawatirkan. Dimana
keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah, undang-undang
bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa
lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan
dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya
dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.

Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (‫ ;) ُربُ ْوبِيَّ ْة‬ditandai
dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang
bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam
jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi
pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan
pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini
menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af
dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:

ِ ‫س َوهللاُ يُ ِح ُّب ْال ُم ْح‬


َ‫سنِيْن‬ ِ ‫اظ ِميْنَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِيْنَ ع‬
ِ ‫َن النَّا‬ ِ ‫َو ْال َك‬

"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

Jama`ah Idul Fithri yang berbahagia

Pesan kedua adalah pesan sosial

Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah indah justru pada detik-detik akhir
Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan
zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang
berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahmi
serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi
dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati
maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong
menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang
yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan,
sejalan hatinya sebab ِ‫ ُكلُّ ُك ْم ِعيَا ُل هللا‬, kalian semua adalah ummat Allah.

Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya
sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana yang
terkandung dalam hadis Qurthubi:

َ َ‫ص َدقَتُهُ ف‬
ْ‫صا َرت‬ ِ ‫اِنّ ِى َرأَ ْيتُ ْالبَا ِر َحةَ ع ََجا ً َرأَ ْيتُ ِمنْ اُ َّمتِى يَتَّقِى َوه ََج النَّا َر َو‬
َ ْ‫ش َر َرهَا بِيَ ِد ِه عَنْ َو ْج ِه ِه فَ َجائَت‬
‫س ْت ًرا ِمنَ النَّا ِر‬
ِ

Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian
dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian
datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka."

Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah

Pesan ketiga adalah pesan jihad


Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni berperang
di jalan Allah akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh, yaitu:

ْ ‫بَ ْذ ُل َما ِع ْن َدهُ َو َما فِى ُو‬


ِ ‫س ِع ِه لِنَ ْي ِل َما ِع ْن َد َربِّ ِه ِمنْ َج ِز ْي ِل ثَ َوا‬
‫ب َوالنَّ َجا ِة ِمنْ اَلِ ْي ِم ِعقَابِ ِه‬

"Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya,


mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."

Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala
yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari
Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad
yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat Islam baik
dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap dijalankan.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad
mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya sebuah
sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai
agama dan ketaatan kepada Allah.

Mengingat adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara
damai Indonesia ini, maka perlu untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya
dilandasi niat yang baik dan dipimpin oleh kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok atau
aliran tertentu. Jangan sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi tidak bisa
memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan bergerak
pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan ummat.
Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai agama
teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin),
agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian.

Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya
mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sehatera
yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari
seluruh hal yang dapat merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain.

Jama`ah Sholat Idul Fitri rahimakumullah

‫ي الت َِّجا َر ِة اَ َح ُّب اِلَى هللاِ فَنَت ََج ُّر فِ ْي َها فَنُ ِزلَتْ (يآاَيُّ َها‬َّ َ‫ص َحابَ ِة قَالُ ْوا يَا نَبِ َّي هللاِ لَ َو َد ْدنَا اَنْ نَ ْعلَ َم ا‬ َّ ‫ض ال‬ َ ‫ى اَنَّ بَ ْع‬ َ ‫ُر ِو‬
ِ‫سبِ ْي ِل هللا‬
َ ‫س ْولِ ِه َوت َُجا ِهد ُْونَ فِى‬ ُ ‫ تُؤْ ِمنُ ْونَ بِاهللِ َو َر‬.‫ب اَلِ ْي ٍم‬ َ
ٍ ‫الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َه ْل اَ ُدلُّ ُك ْم عَل َى تِ َجا َر ٍة تُ ْن ِج ْي ُك ْم ِمنْ َعذا‬
ْ
‫ت ت َْج ِرى ِمنْ ت َْحتِ َها ْاالَن َها ُر‬ ْ ُ
ٍ ‫ يَغفِ ْر ل ُك ْم ذنُ ْوبَ ُك ْم َويُد ِْخل ُك ْم َجنَّا‬. َ‫س ُك ْم َذالِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم اِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬
َ ْ ِ ُ‫بِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنف‬
)‫ْن َذلِ َك ْالفَ ْو ُز ْال َع ِظ ْي ُم‬ٍ ‫ت َعد‬ ِ ‫سا ِكنَ طَيِّبَةً فِى َجنَّا‬ َ ‫َو َم‬

"Diriwayatkan bahwa sebagian sahabat mendatangi Rasulullah. Ketika berjumpa, salah


seorang dari mereka berkata: "Wahai Nabi Allah, kami ingin sekali mengetahui bisnis apa
yang paling dicintai oleh Allah agar kami bisa menjadikannya sebagai bisnis kami".
Kemudian diturunkan ayat:
‫سبِ ْي ِل‬
َ ‫س ْولِ ِه َوت َُجا ِهد ُْونَ فِى‬ ُ ‫ تُؤْ ِمنُ ْونَ بِاهللِ َو َر‬.‫ب اَلِ ْي ٍم‬ ٍ ‫يآاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َه ْل اَ ُدلُّ ُك ْم عَل َى تِ َجا َر ٍة تُ ْن ِج ْي ُك ْم ِمنْ َع َذا‬
ٍ ‫ يَ ْغفِ ْر لَ ُك ْم ُذنُ ْوبَ ُك ْم َويُد ِْخ ْل ُك ْم َجنَّا‬. َ‫س ُك ْم َذالِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم اِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬
‫ت ت َْج ِرى ِمنْ ت َْحتِ َها‬ ِ ُ‫هللاِ بِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنف‬
‫ْن َذلِ َك ْالفَ ْو ُز ْال َع ِظ ْي ُم‬
ٍ ‫ت َعد‬ ِ ‫سا ِكنَ طَيِّبَةً فِى َجنَّا‬ َ ‫ْاالَ ْن َها ُر َو َم‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah
keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)

Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor sosial yang perlu
pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada pengentasan masalah-
masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan
hanya pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk
mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam
Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.

َ ‫×) َو هللِ ْا‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬


‫لح ْم ُد‬

Jama'ah Sholat Idul Fithri rahimakumullah

Demikianlah tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita
bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam
bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri,
untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin
hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial,
serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat,
berkeadilan dan sejahtera.

.‫َن ْالَه َوى فَاِنَّ ا ْل َجنَّةَ ِه َي ْال َمأْ َوى‬ ِ ‫سع‬ َ ‫ َواَ َّما َمنْ َخافَ َمقَا َم ربِّ ِه ونَ َه َي النَّ ْف‬.‫ان ال َّر ِج ْي ِم‬ ِ َ‫ش ْيط‬ َّ ‫اَع ُْو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال‬
‫صالِ ِحيْنَ َواَقُ ْو ُل قَ ْولِى‬ َّ ‫َج َعلَنَا هللاُ َواِيَّا ُك ْم ِمنَ ْال َعائِ ِديْنَ َو ْالفَائِ ِزيْنَ َو ْال َم ْقبُ ْولِيْنَ َواَد َْخلَنَا َواِيَّا ُك ْم فِى ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال‬
ْ ‫ت فَا‬
‫ستَ ْغفِ ْرهُ اِنَّهُ ُه َو ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ ْ ‫سلِ ِميْنَ َو ْال ُم‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫سائِ ِر ْال ُم‬َ ِ‫ي َول‬ ْ ‫َه َذا َوا‬
َّ ‫ستَ ْغفِ ُر لِى َولَ ُك ْم َولِ َوالِ َد‬

KHUTBAH KEDUA

ُ‫ص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َواللله‬ ْ َ‫س ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أ‬ ُ ‫لح ْم ُد هللِ َكثِ ْي ًرا َو‬ َ ‫×) هللاُ اَ ْكبَ ْر كبيرا َو ْا‬4( ‫×) هللاُ اَ ْكبَ ْر‬3( ‫هللاُ اَ ْكبَ ْر‬
ُ‫ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللا‬ ْ َ‫ َوا‬.‫ش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬ ُّ ‫سانِ ِه َوال‬ َ ‫لح ْم ُد هللِ عَل َى اِ ْح‬ َ ‫ ْا‬.ُ‫لح ْمد‬ َ ‫اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َوهللِ ْا‬
‫ض َوانِ ِه الل ُه َّم‬ ْ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى اِل َى ِر‬ ُ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ َّ‫ش َه ُد اَن‬ ْ
ْ َ‫ش ِر ْي َك لَهُ لَهُ تَ ْع ِظ ْي ًما لِشَأنِ ِه َوا‬ َ َ‫َوهللاُ َو ْح َدهُ ال‬
‫اس اِتَّقواهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر‬ ُ َّ َ
ُ ‫ اَ َّما بَ ْع ُد فيا َ اَيُّ َها الن‬.‫َِِكث ْي ًرا‬Mَ ‫سلِ ْي ًما‬ ِّ
ْ َ‫سل ْم ت‬ َ ‫ص َحابِ ِه َو‬ َ
ْ َ‫ َِِو َعلى اَلِ ِه َوا‬Mَ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ص ِّل َعلَى‬ َ
َ َ
َ‫ْس ِه َوقا َل تَعالى اِنَّ هللا‬ َ ُ
ِ ‫س ِه َوثـنى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقد‬ َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ
ِ ‫ َوا ْعل ُم ْوا انَّ هللاّ ا َم َرك ْم بِا ْم ٍر بَدَأ فِ ْي ِه بِنف‬.‫َج َر‬ َ
َ ‫َوانتَ ُه ْوا َع َّما ن َهى َوز‬ ْ
َ
‫سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ص ِّل َعلى‬ َ َ ‫ الل ُه َّم‬.‫سلِ ْي ًما‬ ِّ
ْ َ‫سل ُم ْوا ت‬ َ
َ ‫صل ْوا َعل ْي ِه َو‬ ُّ َ ‫صلُّ ْونَ عَل َى النبِى يآ ايُّ َها ال ِذيْنَ آ َمن ْوا‬
ُ َّ َ َّ َ ُ‫َو َمآل ئِ َكتَهُ ي‬
‫َن‬
ِ ‫ض الل ُه َّم ع‬ َ ‫ار‬ ْ ‫سلِ َك َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِيْنَ َو‬ ُ ‫سيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ َك َو ُر‬ ِ ‫سلِّ ْم َو َعلَى‬
َ ‫آل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ
‫ان‬ ‫س‬
ٍ َ ْ ِِ ُْ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫م‬‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫ي‬
َ‫ْن‬ ‫ع‬
ِِ ‫ب‬ ‫َّا‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ب‬
ِِ َ ‫َا‬ ‫ت‬‫و‬ َ‫ْن‬‫ي‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫َّا‬ ‫ت‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ب‬
ِ ِ َ ِ َ َ َّ ِ َّ ِ َ ‫ا‬ ‫ح‬ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫ة‬‫ي‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ْ‫َن‬‫ع‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫و‬ ‫ان‬
َ ِ َ َ َ َ ٍَ َ ِ ‫م‬ ْ
‫ث‬ ‫ع‬
ُ ‫و‬ ‫ر‬‫م‬ ‫ع‬
ُ ‫و‬ ‫ر‬‫ك‬ْ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ب‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬
َ‫ْن‬ ‫د‬ ‫اش‬
ِ ِ َّ ِ‫ر‬‫ال‬ ‫ء‬ ‫ا‬َ ‫ف‬َ ‫ل‬ ‫لخ‬ُ ‫ْا‬
‫سلِ ِميْنَ‬ ‫ت َو ْال ُم ْ‬ ‫اح ِميْنَ ‪ .‬الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا ِ‬ ‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم بِ َر ْح َمتِ َك يَا اَ ْر َح َم ال َّر ِ‬ ‫ار َ‬ ‫اِلَىيَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ‬
‫ص ْر ِعبَا َد َك‬ ‫ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬ ‫سلِ ِميْنَ َوأَ ِذ َّل الش ِّْر َك َو ْال ُم ْ‬ ‫سالَ َم َو ْال ُم ْ‬ ‫ت الل ُه َّم اَ ِع َّز ْا ِال ْ‬ ‫ت ْاَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫سلِ َما ِ‬‫َو ْال ُم ْ‬
‫سلِ ِميْنَ َو َد ِّم ْر اَ ْعدَا َءال ِّد ْي ِن َواع ِْل َكلِ َماتِ َك اِلَى يَ ْو َم ال ِّد ْي ِن‪.‬‬ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْال ُم ْ‬ ‫ص َر ال ِّديْنَ َو ْ‬ ‫ص ْر َمنْ نَ َ‬ ‫ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْن ُ‬
‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَطَنَ عَنْ َبلَ ِدنَا‬ ‫س ْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما َ‬ ‫الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َو ُ‬
‫سنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫آلخ َر ِة‬ ‫ب ْال َعالَ ِميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َ‬ ‫سلِ ِميْنَ عآ َّمةً َيا َر َّ‬ ‫َان ْال ُم ْ‬‫سائِ ِر ْالبُ ْلد ِ‬ ‫صةً َو َ‬ ‫سيَّا خآ َّ‬ ‫اِ ْندُونِ ْي ِ‬
‫اس ِريْنَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ‬ ‫سنَا َواِنْ لَ ْم تَ ْغفِ ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَنَّ ِمنَ ْا َ‬
‫لخ ِ‬ ‫اب النَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َ‬ ‫َ‬
‫سنَةً َوقِنَا َعذ َ‬ ‫َح َ‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫َن ْالفَ ْحشآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذ َّك ُر ْونَ‬ ‫ان َوإِ ْيتآ ِء ِذى ْالقُ ْرب َى َويَ ْن َهى ع ِ‬ ‫س ِ‬ ‫يَأْ ُم ُرنَا ِباْل َعد ِْل َو ْا ِال ْح َ‬
‫ش ُك ُر ْوهُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر‬ ‫َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْ‬

‫‪Contoh Khotbah Idul Fitri 2014 Lengkap‬‬


‫‪Contoh Khotbah Idul Fitri 2014 – Sahabat Sekalian pada kesempatan‬‬
‫‪kali ini Kata Ilmu akan berbagi artikel mengenai contoh khotbah hari Raya‬‬
‫‪idul Fitri 1435 H atau tahun 2014, simaklah selengkapnya:‬‬

‫‪.‬هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬

‫هللا أكبر كبيرا و الحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكرة و أصيال ال إله إال هللا هو هللا أكبر هللا أكبر وهلل الحمد‬

‫الحمد هلل الذي أتم علينا النعمة بالصيام وأباح لنا الفطر اليوم إيذاننا بعيدنا أهل اإلسالم‪ ،‬وأصلي وأسلم على النبي‬

‫المصطفى والرسول المجتبى سيد األنام‪ ،‬من صلى وصام وأحسن وقام صلى هللا عليه وعلى آله وصحبه أولي النهى‬

‫‪ .‬واإلقدام‬

‫‪.‬أما بعد‪  ‬فأوصيكم أيها الناس بتقوى هللا فإن من اتقى هللا وقاه‪ ،‬ومن توكل عليه كفاه‬

‫‪Hadirin Jama’ah Solat ‘Ied yang berbahagia,‬‬


Hari ini tanggal 1 syawal, bukan lagi bulan Ramadhan. Ramadhan telah

pergi, Ramadhan telah meninggal kita. Kehadiran Ramadhan yang baru

lalu telah mengkondisikan kita sehingga terlihat dan terasa begitu dekat

dengan Allah swt. Shalat sunah tarawih berbelas dan berpuluh rakaat kita

lakukan yang sebelumnya jarang atau tidak pernah. Bahkan ada yang

menambah dengan solat tahajjud ketika menjelang sahurnya. Tilawah al-

Quran dikhatamkan pada 1 bulan yang sebelumnya selama 1 tahun baru

kita khatamkan, bahkan ada yang tidak pernah satu kalipun. Puasa satu

bulan penuh telah melatih jiwa kita agar menjadi manusia yang mampu

bertahan, karena sikap bertahan diperlukan saat kita mengalami musibah,

ujian dan cobaan. Ramadhan juga telah menyemangati kita untuk

dermawan, mudah sekali untuk berbagi, kotak infaq masjid tidak pernah

kosong selalu saja ada isinya di setiap malam tarawih, padahal yang

sebelumnya hanya berlangsung 1 minggu sekali saja di hari Jum’at. Belum

lagi kita dapat membagi-bagi makanan untuk berbuka puasa bagi yang

menjalankan puasa. Pendek kata, kita umat Islam telah menjadi orang

yang laik bersanding dengan orang-orang yang soleh.

Ramadhan meninggalkan kebiasaan hidup yang sangat berarti bagi

kehidupan kita. Kebiasaan hidup yang dimaksud adalah   komitmen, dan

komitmen—sebagaimana yang kita ketahui—berpengaruh kepada

kesuksesan dan keberadaan bagi si pemilik komitmen itu, nilainya, dan

institusinya. Seseorang yang komitmen dengan syarat-syarat kesuksesan

maka dia akan berhasil. Seseorang yang komitmen terhadap nilai, maka

akan melanggengkan nilai itu untuk tetap ada serta dapat mewarnai
kehidupan kesehariannya. Diantara sejumlah komitmen yang mungkin

terbentuk setelah melalui pesantren Ramadhan adalah:

Komitmen 1

Komitmen terhadap yang diwajibkan Allah untuk memperbaiki diri dan

membersihkannya serta mendekatkan diri pada-Nya. Dan komitmen ini

menjadi dasar akan diperolehnya keselamatan serta kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat, sebagaimana doa yang selalu kita panjatkan kepada

Allah, rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina

‘adzabannar. Dari komitmen ini, kita, umat Islam ingin selalu menjaga

keseimbangan tidak hanya akhirat yang dikejar sehingga melupakan

dunia, dan tidak dunia saja yang diburu sehingga menjadi orang-orang

yang tertipu, lupa akhirat, lupa tempat kembali, dan lupa kepada Allah

Pemilik dunia dan akherat.

 Allah swt memberikan resep jitu:

َ ‫ض إِنَّ هَّللا‬
ِ ‫األر‬
ْ ‫سا َد فِي‬ َ ‫سنْ َك َما أَ ْح‬
َ َ‫سنَ هَّللا ُ إِلَ ْي َك َوال تَ ْب ِغ ا ْلف‬ ِ ‫صيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوأَ ْح‬
ِ َ‫س ن‬ ِ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا َك هَّللا ُ الدَّا َر‬
َ ‫اآلخ َرةَ َوال تَ ْن‬

ِ ‫ال يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْف‬


٧٧:‫س ِدينَ (القصص‬

dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Kita akan jumpai seseorang yang ahli ibadah dan dia juga merupakan

pedagang yang sukses. Kita akan temukan seseorang hakim profesional

dan dia pun ahli ibadah. Kita akan temukan polisi dan tentara yang sukses
dan dia pun ahli ibadah. Kita akan temukan dokter yang profesional dan

dia juga ahli ibadah. Kita akan temukan politikus dan pemimpin yang

profesional dan mereka juga ahli ibadah. Dan kita pun menemukan

pribadi-pribadi yang seimbang lainnya ketika dunia akherat bersandingan

dalam hidupnya. Bahkan sebisa mungkin, sekuat tenaga, kita jadikan

dunia ini pun orientasinya tetap kepada akherat. Karena kita tahu persis

bahwa dunia ini fana, dan apa yang ada di dunia pun fana.

)٢٦:‫ُك ُّل َمنْ َعلَ ْي َها فَا ٍن (الرحمن‬

Sesuatu yang fana jangan kita jadikan orentasi, karena itu akan

mengecewakan kita. Kalau kita arahkan seluruh apa yang kita miliki

kepada sesuatu yang fana, dan yang fana itu—sebagaimana tabi’atnya—

akan pergi dan hilang. Maka hasilnya sudah kita bisa bayangkan, betapa

kecewanya kita, tujuan hidup kita sudah tidak ada. Untuk itu arahkan

hidup kita ini untuk yang kekal, sesuatu yang tidak pernah pergi dan

hilang, apakah itu? Jawabannya adalah Wajah Allah swt,

ِ ‫َويَ ْبقَى َو ْجهُ َربِّ َك ُذو ا ْل َج‬


)٢٧:‫الل َواإل ْك َر ِام (الرحمن‬

Komitmen 2

Komitmen terhadap metode Allah dalam mendatangkan kebaikan di

rumah, komunitas sosial, dan umat Islam seluruhnya. Metode yang

dimaksud adalah merode menekan, menghalangi, memboikot sikap dan

perilaku kriminal atau pengrusakan serta pada saat yang sama

menyuarakan nilai moral yang tinggi serta menepis segala perbuatan

yang hina. Ini merupakan buah dari tarbiyah Ramadhan yang tidak dapat

dinafikan kemanfaatannya bagi setiap individu dan masyarakat pada

umumnya.
ِ ‫َو ْلتَ ُكنْ ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ إِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَأْ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬
)١٠٤:‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َوأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُحونَ (آل عمران‬

dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Metode seperti ini, sebuah cara yang didasarkan atas pengetahuan

terhadap tabiat buruk dan merusak. Tabi’at buruk dan merusak itu ibarat

benalu dalam jiwa bersih seseorang. Kalau mau menengok al-Quran, kita

akan menemukan sebuah tema yang menunjukkan bahwa kita semua

memiliki akar benalu buruk dan merusak itu yaitu

)٨:‫فَأ َ ْل َه َم َها فُ ُجو َرهَا َوتَ ْق َواهَا (الشمس‬

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya.

Sifat buruk dan merusak itu akan tumbuh walau tanpa dipupuk, karena

dia akan tumbuh bersama dengan tumbuhnya kebaikan. Orang yang

bekerja dan berbuat, benalunya cinta dunia. Orang beribadah benalunya

riya dan tidak khusu’. Orang yang berdakwah, pejabat, dan tokoh

masyarakat benalunya cinta pamer (hubbuzhuhur). Orang yang

dermawan benalunya riya, ingin disebut dermawan dan mendapat pujian.

Maka dari itu benalu keburukan yang ada pada diri kita harus dihabiskan

sampai ke akar-akarnya. Kalau tidak bisa, jangan biarkan benalu itu besar.

Kita harus melakukan perlakuan khusus untuk memantau benalu

keburukan dan memangkasnya agar dia jangan tumbuh besar dengan

berjihad menundukkan hawa nafsu dengan memaksakan diri kita untuk

senantiasa taat kepada Allah azza wajalla.

Komitmen 3
Komitmen terhadap segala perintah Allah dan larangan-Nya, melatih

seorang muslim untuk mengerjakan hal yang baik, berderma serta

berinfak, berjuang keras dan berkorban. Menjauhkan dirinya dari

kekurangan dan kejelekan, mengubahnya dan menolak penyimpangan

dari kebenaran. Komitmen seperti ini akan membiasakan seseoang untuk

hidup berpegang dengan nilai. Nilai merupakan faktor penting dalam

penentu kualitas seseorang dan kelompok. Semakin tinggi nilai yang

dipijaknya maka akan semakin tinggi pula posisi seseorang maupun

kelompok. Al-Islamu ya’lu wala yu’la ‘alaihi.

ِ ‫س تَأْ ُمرُونَ ِبا ْل َم ْع ُر‬


ِ ‫وف َوتَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َوتُؤْ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َولَ ْو آ َمنَ أَ ْه ُل ا ْل ِكتَا‬
‫ب لَ َكانَ َخ ْي ًرا لَ ُه ْم‬ ِ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َجتْ لِلنَّا‬

ِ ‫ِم ْن ُه ُم ا ْل ُمؤْ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُر ُه ُم ا ْلفَا‬


)١١٠:‫سقُونَ (آل عمران‬

kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih

baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan

mereka adalah orang-orang yang fasik.

Bahan dasar manusia semuanya sama yaitu dari thurab (tanah), dan

makanan untuk menumbuhkembangkannya pun sama kandungan

gizinya, yang berbeda adalah jenis bahan makanannya saja. Kalau dilihat

dari bahan dasarnya maka seluruh manusia sama. Lalu, apa pembedanya

kalau begitu. Apa pembeda kualitas dari manusia yang satu dengan

lainnya. Pembedanya adalah nilai yang dianutnya, dan posisinya

dihadapan Allah swt. Allah menilai kualitas orang yang pantas untuk

berada di sisi-Nya adalah nilai ketaqwaan sebagaimana firman-Nya inna

akramakum ‘indalLahi atqakum.


Komitmen 4

Komitmen terhadap kewajiban dalam menyebarkan rasa cinta sesama

manusia dan mencintai kebaikan terhadap mereka dalam aspek dunia

dan akhirat. Hal ini akan menghindari konflik horizontal, menguatkan

kesatuan, dan mengefektifkan kerjasama antar kelompok masyarakat

untuk mencapai cita-cita bersama. Allah berfirman:

)٢:‫ب (المائدة‬ َ َ ‫اونُوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوال تَ َعا َونُوا َعلَى اإل ْث ِم َوا ْل ُع ْد َوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا‬
ِ ‫ش ِدي ُد ا ْل ِعقَا‬ َ ‫َوتَ َع‬

dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-

Nya.

Ramadhan telah mengkondisikan demikian sistematis komitmen yang

satu ini. Agar menyebarkan rasa cinta kepada sesama, di bulan

Ramadhan Allah dan Rasul-Nya memberikan posisi khusus bagi muslim

yang memberika buka orang yang berpuasa. Allah swt menentukan

bahwa memberi makan fakir miskin sebagai suatu jenis kafarat

pelanggaran atas ibadah puasa. Allah swt menentukan pembayaran

fidyah untuk mustahiq bagi hamba-Nya yang—karena alasan tertentu—

tidak bisa melakukan puasa. Zakat fitrah—yang ada hanya di bulan

Ramadhan—juga untuk menyemai rasa cinta dan kasih sayang kepada

sesama. Bahkan pembayar zakat fitrah ini bukan saja orang kaya, orang

yang digolongkan ke dalam mustahiqpun dia harus membayar zakat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu

Hadirin Jama’ah Solat ‘Ied yang berbahagia,


Inilah komitmen-komitmen sepeninggal Ramadhan dan ini pula bentuk

lain cara kita merayakan Hari Kemenangan, Hari Raya ‘Iedul Fitri

1435/2014. Tidak hanya pakaian yang baru, tetapi juga jiwa harus baru

dan kita pelihara agar senantiasa segar dan terlihat baru. Segera

sambangi keluarga yang terdekat dan yang terjauh, sampaikan selamat

atas kemenangan dan sampaikan maaf atas segala kesalahan karena

meminta maaf dan memaafkan salah satu ciri dan indikator orang-orang

yang mendapatkan kemenangan itu alladzina yunfiquuna fi sarra wa

dhara, wal kazhiminal ghaidla wal’afina aninnasi

Mari kita berdoa untuk kita sendiri, keluarga, teman-teman, umat

dan bangsa kita

‫إن هللا ومالئكته يصلون على النبي يا أيهالذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما‬

‫ وبارك على‬،‫ كما صليت على سيدنا ابراهيم و على آل سيدنا ابراهيم‬،‫اللهم صل على سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد‬

‫ كما باركت على سيدنا ابراهيم و على آل سيدنا ابراهيم في العالمين إنك حميد مجيد‬،‫سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد‬

‫اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات األحياء منهم واألموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات و يا‬

‫قاضى الحاجات‬

‫اللهم اصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمورنا و اصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و اصلح لنا آخرتنا التي فيها معادنا و‬

‫اجعل الحياة زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر‬

Ya Allah, karuniakan kebaikan bagi hamba dalam beragama yang

merupakan kunci kehormatan bagi hamba. Karuniakan kebaikan bagi

hamba dalam dunia hamba yang merupakan tempat hamba menjalani

hidup. Karuniakan kebaikan akhirat bagi hamba, yang merupakan tempat

hamba kembali. Jadikan hidup hamba sebagai tambahan kebaikan, dan

jadikan kematian tempat istirahat hamba dari segala keburukan.

‫اللهم اجعل خير عمرنا آخره و خير عملنا خواتمه وخير ايامنا يوم نلقاك فيه‬
Ya Allah, jadikan penghujung baik dalam umur kami, dan jadikan amal

baik sebagai penutup hidup kami, dan jadikanlah hari-hari terbaik kami

saat bertemu dengan-Mu.

‫اللهم إنا نسألك عيشة هنية وميتة سوية ومردا غير مخز وال فاضح‬

Ya Allah, kami memohon kepadamu kehidupan yang jembar, kehidupan

yang normal, dan tempat kembali yang tidak menyedihkan dan terhindar

dari prahara.

‫اللهم إنا نسألك خير المسألة وخير الدعاء وخير النجاح وخير العلم وخير العمل وخير الثواب وخير الحياة وخير الممات‬

‫وثبتنا وثقل موازينا وحقق إيماننا وارفع درجتنا وتقبل صالتنا واغفر خطيئاتنا ونسألك العال من الجنة‬

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu permintaan terbaik, doa terbaik,

kesuksesan terbaik, ilmu terbaik, amal terbaik pahala terbaik. Kuatkan

kami, beratkan timbangan kebajikan kami, realisasikan keimanan kami,

tinggikan derajat kami, terima salat kami, ampuni dosa-dosa kami, dan

kami memohon surga yang tinggi.

‫اللهم إنا نسألك موجبات رحمتك و عزائم مغفرتك والسالمة من كل إثم والغنيمة من كل بر والفوز بالجنة والنجاة من‬

‫النار‬

Ya Allah, kami memohon karunia yang wajib Engkau berikan, ampunan

yang harus Engkau karuniakan, keselamatan dari segala dosa, ghanimah

dari segala kebajikan, dan kemengangan mendapat surga serta

keselamatan dari api neraka.

‫اللهم احسن عاقبتنا فى األمور كلها و اجرنا من خزي الدنيا وعذاب اآلخرة‬

Ya Allah, karuniakan kebaikan bagi kami dalam segala urusan, berikan

pahala kepada kami dari segenap luka dunia dan siksa akhirat

‫اللهم ال تدع لنا ذنبا إال غفرته وال هما إال فرجته وال دينا إال قضيته وال حاجة من حوائج الدنيا واآلخرة إال قضيتها يا‬

‫ارحم الراحمين‬
Ya Allah, jangan Engkau pernah tinggalkan dosa, melainkan Engkau

ampuni. Tidak ada kegalauan kecuali Engkau berikan jalan keluar. Tidak

ada utang kecuali Engkau penuhi. Tidak ada satu kebutuhan dunia dan

akhirat kecuali Engkau penuhi, wahai Tuhan seluruh alam.

‫ربنا آتنا فى الدنيا حسنة و فى اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله وأصحابه الخيار وسلم تمليما كثيرا‬

Anda mungkin juga menyukai