Asfuri Bahri, Lc 26/09/08 | 06:39 Khutbah Idul Fitri Ada 36 komentar 21.661 Hits
ً هللا أ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْحانَ هللاِ بُ ْك َرة،ُ هللا أَ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْمد،ُ الَ ِإلَهَ إِالَّ هللاُ هللا أ ْكبَر،ُ هللاُ أ ْكبَر،ُ هللاُ أ ْكبَر،ُهللاُ أ ْكبَر
ُد إِالَّ إِيَّاهJُ ُ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا َوالَ نَ ْعب،ُاب َوحْ َده
َ َوأ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَ َز َم األحْ َز،ُص َر َع ْب َده َ َ َون،ُق َو ْع َده َ ص َد َ ،ُ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َده،ًص ْيال
ِ َوأ
هللا أ ْكبَ ُر َوهلل ْال َح ْم ُد،ُ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا هللا أ ْكبَر، َص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ َولَوْ َك ِرهَ ْال َكافِرُوْ ن ل
ِ ِ ُخْ م .
نَبِيِّنَا، َصالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َسيِّ ِد األ ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْين
َّ ْال َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َو ْال َعاقِبَةُ ِل ْل ُمتَّقِ ْينَ َوالَ ُع ْد َوانَ إِالَّ َعلَى الظَّالِ ِم ْينَ َوال
َصحْ بِ ِه أجْ َم ِع ْين َ َ
َ َو َعلى آلِ ِه َو،و َموْ الَنا ُم َح َّم ٍد. َ
dakwatuna.com – “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada tuhan
selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah. Allah
Maha Besar sebesar-besarnya, segela puji bagi-Nya sebanyak-banyaknya, Maha Suci Allah
dari pagi hingga petang hari. Tiada tuhan selain Allah, sendiri. Yang benar janji-Nya, yang
memberi kemenangan kepada hamba-Nya, yang memuliakan prajurit-Nya sendirian. Tiada
tuhan selain Allah, dan kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, mengikhlaskan
agama hanya kepada-Nya, walaupun orang-orang kafir membenci. Tiada tuhan selain Allah.
Allah Maha Besar, bagi Allah-lah segala puji.”
Pada pagi hari ini kita menyaksikan ratusan juta manusia mengumandangkan takbir, tahlil,
tasbih, dan tahmid. Semilyar mulut menggumamkan kebesaran, kesucian, dan pujian untuk
Allah Subahanhu wa Ta’ala, sekian banyak pasang mata tertunduk di hadapan kemaha-
besaran Allah Azza wa Jalla, sekian banyak hati diharu-biru oleh kecamuk rasa bangga, haru,
bahagia dalam merayakan hari kemenangan besar ini. Sebuah kemenangan dalam
pertempuran panjang dan melelahkan, bukan melawan musuh di medan laga, bukan melawan
pasukan dalam pertempuran bersenjata. Namun, pertempuran melawan musuh-musuh yang
ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat serta syetan yang cenderung ingin menjerumuskan
kita. Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan jiwa, “Aku tidak pernah mempunyai
urusan yang lebih pelik ketimbang urusan jiwa.” Hasan Bashari berkata, “Binatang binal
tidak lebih membutuhkan tali kekang ketimbang jiwamu.”
Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan, inilah kemenangan terbesar,
kemenangan utama yang akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam semua
kancah kehidupan dunia yang kita arungi. Kita membutuhkan kemenangan seperti ini untuk
memenangkan semua pertarungan yang kita hadapi dalam hidup ini. Betapa banyak
perangkat-perangkat meteri kemenangan dikuasai oleh seseorang, kelompok, dan bangsa.
Namun ternyata mereka harus menelan kekalahan dengan sederet perangkat materi itu.
Mereka memiliki ilmu dan teknologi, senjata, perlengkapan, dan sarana lainnya, namun itu
semua tidak berdaya di hadapan seseorang, kelompok, atau bangsa yang memiliki
ketangguhan jiwa, kekuatan mental, dan kematangan pribadi.
Selama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci, bulan penuh keberkahan dan nilai. Bulan
yang mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan
nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan Ramadhan melatih kita untuk
memberi perhatian kepada waktu, di mana banyak manusia yang tidak bisa menghargai dan
memanfaatkan waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu
shalat, yang barangkali di luar Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat.
Adzan berkumandang di samping kanan kiri telinga kita, namun kita tetap dengan segala
kesibukan kita, tak tergerak bibir kita untuk menjawabnya apa lagi untuk memenuhi
panggilan itu…
Dan kita membiarkan suara Muadzin itu memantul di tembok rumah dan kantor kita, lalu
pergi bersama angin lalu.
Sedangkan pada bulan Ramadhan ini kita selalu menunggu suara adzan, minimal adzan
Maghrib, kita tempel di rumah kita bahkan kita hapal jadwal Imsakiyyah…
Mudah-mudahan selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu shalat selalu kita pelihara.
Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyia-nyiakan waktunya berarti ia menyiakan-
nyiakan hidupnya.
Ada survei tahun 1980 bahwa Jepang adalah negara pertama yang paling produktif dan
evektif dalam menggunakan waktu, disusul Amerika dan Israel. Subhanallah, ternyata
negara-negara itu kini menguasai dunia. Sebagai seorang muslim, mestinya kita menjadi
orang yang paling disiplin dengan waktu kita. Al-Qur’an yang kita baca di bulan Ramadhan
mengisyaratkan pentingnya waktu bagi kehidupan. Bahkan pada banyak ayat Allah
bersumpah dengan waktu.
Maka jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat
di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang produktif, baik untuk
kepentingan dunia atau akhirat kita.
Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah; masjid, mushalla,
dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah ini, kita kerahkan anak istri
kita untuk meramaikan tempat suci ini. Hingga ketika menyaksikan pemandangan indah ini
seseorang sempat berkhayal, “Andai Ramadhan datang dua belas kali setahun.” Begitu indah
pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari pengeras suara di antara masjid-
masjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan istighfar.
Suasana ini perlu kita pertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu mengerahkan keluarga
kita untuk memakmurkan masjid-masjid Allah. Sehingga kita layak mendapatkan janji Allah,
bahwa,
ِ ق بِ ْال َم َس
اج ِد ٌ َّ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعل..…َُس ْب َعةٌ يُ ِظلُّهُ ُم هللا فِى ِظلِّ ِه يَوْ َم الَ ِظ َّل إِالَّ ِظلُّه
“Ada tujuh golongan manusia yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya di hari dimana tidak
ada naungan selian naungan Allah….dan seseorang yang hatinya terikat dengan masjid.”
Ramadhan juga melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah dengan
mengorbankan tenaga dan kepentingan kita, saat-saat kita masih lelah bekerja seharian,
setelah sepanjang siang kita bertahan dengan rasa lapar dan dahaga, saat kita mestinya
beristirahat dari kepenatan, namun, justru kita ruku’ dan sujud dalam shalat tarawih atau
qiyamu Ramadhan dengan satu harapan, mudah-mudahan kita mendapatkan keridhaan Allah,
itulah satu-satunya yang paling berharga dalam hidup kita selaku Muslim.
Semangat ini juga mestinya kita jaga setelah Ramadhan, kita perlu mempersembahkan apa
yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah. Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini
hanya amanah dari Allah Ta’ala, apakah kita dapat menunaikannya atau tidak. Hendaknya
keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita, tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan
berayun, dan kaki melangkah kecuali kita harus mengirinya dengan satu pertanyaan, “Apakah
dengan apa yang saya ucapkan dan saya lakukan ini saya akan mendapatkan ridha Allah.”
Hingga dengan demikian serasilah apa yang sering kita ikrarkan,
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta
alam.”
Ramadhan juga melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia, dengan rasa
lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-saudara kita yang kurang
beruntung di dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga.
Apalagi, rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya
hedonisme mulai menjangkiti manusia modern, dimana mereka hanya disibukkan oleh urusan
pribadi, nafsi-nafsi, urusanku urusanku sendiri, silahkan urus urusanmu sendiri. Hal ini
diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai
satu-satunya tujuan. Bahkan, terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela
menghalalkan segala cara.
Solidaritas semacam ini perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam hubungan dengan
sesama manusia dengan melakukan shiyam-shiyam sunnah, di mana Islam telah
mensyariatkannya. Manusia modern perlu melakukan puasa untuk melatih kepekaan
sosialnya, para pejabat perlu melakukan puasa sunnah untuk merasakan derita yang dialami
sebagian besar bangsa ini. Sehingga, muncullah kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada
masyarakat miskin. Atau, minimal dapat menurunkan gaya hidup kelas tinggi mereka di
tengah bangsa yang menangis ini.
Kita menyambut adanya itikad baik dari pemimpin negeri ini untuk membudayakan hidup
sederhana. Alangkah indahnya jika ajakan hidup sederhana ini diterapkan oleh semua pihak,
terutama para pejabat, menteri, anggota dewan, dirjen-dirjen dan lain sebagainya. Ini akan
menggurangi anggaran negara dan dapat dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
Bangsa ini masih terpuruk, rakyat masih menderita. Kemiskinan menjadi pemandangan
utama di setiap sudut kota dan pelosok desa. Tidaklah pantas memamerkan kemewahan di
hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas negara.
Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Az-Zuhri ditanya
tentang makna zuhud dan dia menjawab, “Zuhud bukanlah pakaian yang kumal dan badan
yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat dunia.” Orang mukmin boleh kaya
dan berjaya, namun yang ada di hatinya hanyalah Allah semata. “Letakkan harta di tanganmu
dan jangan letakkan di hatimu.” Demikian nasihat ulama.
Sungguh banyak pelatihan yang diberikan oleh Diklat Ramadhan kepada kita, itulah
barangkali di antara hikmah disyariatkannya shiyam selama sebulan agar sebelas bulan
sisanya kita lalu dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Agar suasana spiritual yang
dilatih selama sebulan ini menjadi energi kita dalam mengarungi sebelas bulan berikutnya.
Agar predikat takwa itu benar-benar terjaga dalam diri kita. Sebab ketakwaan itulah bekal
hidup dan modal kita untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla.
ِ َوتَزَ َّودُوا فَإ ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى َواتَّقُو ِن يَاأُولِي اأْل َ ْلبَا
ب
“Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Demikianlah Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari
sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Mestinya ini
semua menjadi bekal kita untuk melakukan perubahan-perubahan di masa depan, perubahan
yang mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik. Sebagai pribadi maupun bangsa.
Sungguh kehidupan yang kita lalui masih sulit, beban yang kita pikul semakin berat. Baik
sebagai pribadi atau sebagai bangsa, kita sekarang belum juga bisa berkelit dari krisis multi
dimensi yang cukup pelik. Pekerjaan kian sulit dicari, harga-harga masih membumbung
tinggi, angka pengangguran masih tinggi, bencana alam, kejahatan meraja-lela. Demi sesuap
nasi, nilai-nilai yang semestinya dijunjung dan dijaga tidak diindahkan lagi. Bahkan, nyawa
yang begitu mahal dan berharga oleh semua agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang
sangat murah. Dari layar TV dan media cetak kita sering menyaksikan peristiwa pembunuhan
yang sungguh mendirikan bulu kuduk kita; seorang anak membantai ayahnya, suami
mencincang istrinya, tetangga menghabisi tetangganya, saudara menggorok saudaranya, yang
rata-rata motifnya sama, ekonomi.
Tidak ada bekal terbaik untuk menghadapi kondisi sulit ini selain ketakwaan. Barangkali
semua orang sepakat bahwa kita semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang
melanda kita dan bangsa kita dewasa ini. Untuk itu di hari yang fitri ini, di tengah kita
merayakan kemenangan besar ini. Di mana kita baru saja selesai melakukan pelatihan selama
sebulan penuh, di mana nuansa kesucian tengah kita rasakan saat ini, sehingga pikiran dan
hati kita tengah mengalami pencerahan karena nilai-nilai ketakwaan. Marilah kita menatap
hari esok dengan semangat berubah ke arah yang lebih baik dan penuh optimisme, dan
memang seorang Mukmin, seorang Muttaqi, seorang yang bertakwa pantang kehilangan asa
dalam kondisi apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi
berbagai kesulitan ini.
Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah ini harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita
sepakat bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah,
termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Dan seorang Mukmin selalu
menghadapi semua ketentuan Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa
apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak
menggerutu kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena keputusan Tuhannya, dan ia
selalu menatap semua ujian itu dengan senyum. Ia yakin akan mendapatkan dua keuntungan
dari ujian itu:
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa bersabar
ia mendapat (pahala) kesabarannya, dan barangsiapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena
kegundahannya.”
“Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya,
dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mendapatkan kebaikan ia
bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula
baginya.” (Muslim)
Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya
selain kebaikan, kalau tidak di dunia, di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di
akhirat akibat prasangka buruk kita kepada Allah. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.
Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa
merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla.
Sebagai bangsa, kita ini mestinya sudah hancur berantakan, mestinya negara yang bernama
Indonesia ini gulung tikar. Krisis ekonami yang berkepanjangan, krisis kepercayaan, moral,
bom meledak di mana-mana, pemerintahan yang lemah, tekanan bahkan konspirasi untuk
menghancurkan bangsa kita begitu kuat. Pertikaian dan peemusuhan antar suku, entis, dan
antar agama, pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk, hutang negara yang kian
membumbung tinggi. Mestinya, semua itu cukup membuat kita, sebagai bangsa ambruk
terkapar… akan tetapi kenyataannya tidak, apapun keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak.
Barangkali pihak-pihak yang menginginkan kehancuran negeri ini tak habis pikir, mengapa
hingga saat ini kita masih bisa bertahan. Kita yakin seyakin-yakinya, itulah berkat doa yang
dipanjatkan setiap muslim di negeri ini, bahkan di seluruh dunia, itu semua berkat ratusan
juta pasang tangan yang selalu ditengadahkan ke langit, memohon kepada yang Maha Kuat
dan Maha Perkasa, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran…
Mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian Allah timpakan
kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang
mendapatkan gelar Uluz Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat.
Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta’ala.
Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di usianya yang
mulai senja, si buah hati yang diidamkannya belum kunjung datang. Akan tetapi hal itu tidak
membuatnya berputus asa dan kehilangan optimisme. Dengarkanlah Al-Quran menuturkan,
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya,
Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan
aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya
aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang
mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku
dan mewarisi sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang
diridhai”.(Maryam: 2-6)
Orang yang sudah tua renta, istrinya mandul…lalu mengharapkan mempunyai anak? Rasanya
mustahil itu terjadi, rasanya harapannya akan tinggal harapan. Akan tetapi kekasih Allah
tidak menyandarkan harapannya kepada sebab-sebab manusiawi, karena sebab-sebab itu
merupakan kehendak Allah, Allah mampu menciptakan dari yang tiada menjadi ada. Apalagi
dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya
dan melihat ketegarannya.
يَا َز َك ِريَّا إِنَّا نُبَ ِّشرُكَ بِغُاَل ٍم ا ْس ُمهُ يَحْ يَى لَ ْم نَجْ َعلْ لَهُ ِم ْن قَ ْب ُل َس ِميًّا
“Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh)
seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan
orang yang serupa dengan dia.” (Maryam: 7).
Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika kita tetap berusaha dan berdoa.
Pada perang Khandaq, saat sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri dari suku Quraisy dan
kabilah-kabilah Arab lainnya mengepung Madinah. Sementara Rasulullah hanya didukung
dua ribu pasukan dengan parit yang mengelilingi sebagian sisi kota. Sementara itu orang-
orang Yahudi Quraidzah yang terikat perjanjian dengan kaum Muslimin untuk melindungi
wilayah perbatasan kota Madinah, ternyata mereka membatalkan perjanjian dan bergabung
dengan pasukan sekutu. Dan dengarlah sikap Rasulullah menghadapi kondisi genting ini,
“Allahu Akbar, bergembiralah wahai sekalian kaum Muslimin dengan kemenangan dari
Allah dan pertolongan-Nya.”
Dan ternyata Allah memperhatikan optimisme hamba terbaik-Nya, dua ribu pasukan Muslim
dapat mengalahkan sepuluh ribu pasukan sekutu plus orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.
Sebab Allah tidak menurunkan emas dari langit. Singsingkan lengan baju. Kita gunakan
seluruh potensi yang Allah karuniakan kepada kita
ِ َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو َستُ َر ُّدونَ إِلَى عَالِ ِم ْال َغ ْي
َب َوال َّشهَا َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang
telah kamu kerjakan”. (At-Taubah:105).
ات ِم ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوإِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ بِقَوْ ٍم
ٌ َلَهُ ُم َعقِّب
)11(ال ٍ سُو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهُ َو َما لَهُ ْم ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن َو
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-
Radu: 11)
Akhirnya, dengan jiwa yang suci bersih bak seorang bayi yang baru lahir. Marilah kita
tundukkan hati kita kepada kebesaran Allah, menengadah, mengharap akan karunia dan
rahmat-Nya, untuk kita keluarga kita, kaum Muslimin, dan bangsa kita.
َ َّت ِإن
ِ ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا
ت ِ ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا
ِ ت األحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأل ْم َوا ِ ألَّلهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما.
ك َما تُبَلِّ ُغنَا بِهَا َجنَّتَكَ َو ِمنَ ْاليَقِي ِْن َما تُهَ ِّونُ بِ ِه َعلَ ْينَا َ ِك َو ِم ْن طَا َعت ِ ك َما تَحُوْ ُل بِ ِه بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ َم ْع
َ ِصيَت َ ِاللَّهُ َّم ا ْق ِس ْم لَنَا ِم ْن خَ ْشيَت
َ ْ َ َ َ
ث ِمنا َواجْ َعلْ ثأ َرنَا َعلى َم ْن ظل َمنَا َوانصُرْ نَا َعلىْ َ َّ َ ار ْ ْ ُ َ ب ال ُّد ْنيَا َو َمتِّ ْعنَا بِأ َ ْس َما ِعنَا َوأ ْب
ِ ارنَا َوق َّوتِنَا َما أحْ يَ ْيتَنَا َواجْ َعلهُ ال َو ِ ص َ ِصائ
َ َم
ط َعلَ ْينَا َم ْن الَ يَرْ َح ُمنَا ْ ِّص ْيبَتَنَا فِى ِد ْينِنَا َوالَ تَجْ َع ِل ال ُّد ْنيَا أَ ْكبَ َر هَ ِّمنَا َوالَ َم ْبلَغ ِع ْل ِمنَا َوالَ تُ َسل ِ م
ُ ِ ل ع
َ َْج ت َ الوَ َ ا َان
د َا
ع ْ
ن م
َ
ِ
األخ َر ِة
ِ ب ِ ي ال ُّد ْنيَا َو َع َذا ِ اللَّهُ َّم أَحْ ِس ْن عَاقِبَتَنَا فِى األ ُم ُو ِر ُكلِّهَا َو
ِ أجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز
Redaktur: Ardne
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/09/26/1126/khutbah-idul-fitri-ramadhan-untuk-
esok-yang-lebih-cerah/#ixzz3fAwhcbCb
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
.األحزاب وحده ال إله إال هللا وهللا أكبر هللا أكبر وهلل الحمد
ه إال هللاJهد أن ال إلJ أش.روراJ هلل الذى جعل أيام األعياد ضيافة لعباده الصالحين وجعل فى قلوب المؤمنين بهجة وس ا الحمد
. أما بعد. وإياه نسنعين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الخالئق والبشرJإياه نعبد
× 3 هللا أكبر
Bersama terbitnya fajar 1 syawal. Pagi ini kaum Muslimin di seantero dunia
mengumandangkan takbir dan tahmid sembari memuji dan mengagungkan kebesaran Ilahi
rabbi “ “ هللا أكبرsungguh allah Maha Besar! وهلل الحمدSegala puji hanya patut dipersembahkan
bagi-Mu Ya Allah Tuhan semesta alam.
Pada hari ini seluruh umat Islam tidak peduli mereka hidup di tengah gemuruh dan hiruk
pikuknya kota, maupun mereka tinggal di tengah ketenangan pelosok desa, bahkan mereka
yang terpencil di lembah sunyi, semua di dalam jiwanya berdetak denyut nadi Iman yang
dalam, setiap tarikan nafasnya berhembus semangat pengabdian ilahiyah, tua atau muda, pria
atau wanita, kaya atau miskin, berpangkat atau rakyat biasa semua mengagungkan asma
Allah, melangkahkan kaki untuk menuju suatu tempat ibadah kemudian dilanjutkan shalat
sunat dua rakaat (shalat ‘id), ruku’ dan sujud sebagai pertanda kesyukuran setelah
menyempurnakan ibadah puasanya selama sebulan, meskipun di sana sini mendapat banyak
rintangan dan godaan hawa nafsu akan tetapi semuanya itu bisa terhindarkan karena dengan
iman yang melekat dalam hati mereka.
Pagi ini kita shalat ‘idil fitri lagi. Tak terasa waktu berputar satu bulan telah kita lewati puasa
pada saat ini, kita ditinggalkan bulan suci ramadhan, bulan yang penuh berkah. Imam Ali
Zaianal Abidin cucu Rasulullah selalu meninggalkan ramadan dengan penuh kesedihan
dengan air mata yang tidak henti-hentinya membasahi wajahnya. Ia mengucapkan salam
perpisahan pada bulan ramadan. Ia berpisah dengan bulan yang telah menyertainya dalam
mengabdi kepada Allah, bulan yang menaburkan.
Perspisahan bulan ramadan ini dengan orang-orang mukmin sejati laksana perpisahan antara
orang tua dengan anak. Di mana saat-saat orang tua merelakan anaknya pergi merantau ke
seberang pulau atau daerah untuk menuntut ilmu, suatu ketika orang tua sangat merindukan
anaknya di rantauan, demikian pula sebaliknya anak merindukan kedua orang tua. Akan
tetapi saat-saat yang sangat menyedihkan di mana si anak dipanggil pulang ke kampaung
halamannya untuk menemui orang tuanya yang sementara sakit parah. Saat sampai di
rumahnya ternyata menyaksikan banyak orang yang datang berbondong-bondong memasuki
rumahnya, di depan rumah ada orang yang membelah-belah bambu dan yang lainnya
kedengaran di dalam rumah membaca tahlil dan baca qur’an. Maka sang anak mecoba
melangkahkan kaki dengan pelan-pelan memasuki rumahnya. Di ruangan tamu di dapatinya
sang orang tua yang sangat dicintainya itu berbaring dengan tubuh yang kaku, badan yang
tidak bernafas lagi, tidak bisa bergerak lagi, ditutupi kain panjang, ternyata orang tua yang
dicintainya sudah menghadap kepada Sang Pencita Allahu rabbi,
Alangkah beratnya, alangkah sedihnya si anak melihat orang tuanya yang sudah tidak ada
lagi, dia hanya mengucapakan Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un, selamat jalan orang tuaku
semoga jasa-jasamu yang engku berikan kepada kami di balas di sisi Allah dan dibarengi
dengan air mata. Demikinlah gambaran orang mukmin yang di tinggalkan ioleh ramadan
yang di cintainya itu.
Kita sampaikan salam perpisahan kepada ramadhan dengan iringan do’a dan air mata sembari
mengucapkan :
“Ya Allah! Bulan ramadhan telah hadir di tengah-tengah kami dengan kehadiran yang tepuji,
telah menemani kami dengan persahabatan sejati, telah menguntungkan kami dengan
keuntungan yang terbaik di seluruh alam. Tiba-tiba ia meninggalkan kami pada akhir
waktunya pada ujung jangkanya, Ya Allah! Bersama dengan berlepasnya ramadhan ini,
lepaskan kami dari kesalahan kami dan keluarnya bulan ramadhan ini keluarkan kami dari
kekeliruan”
Bersama dengan terbitnya mentari di ufuk timur kita bergegas datang ke tempat ini, kita
hamparkan sajadah kita di atas tanah yang lembab dan dingin. Kita mengangkat kedua tangan
berualng-ulang membesarka Allah, سبحان هللا والحمد هلل وال إله إال هللا هللا أكبر kemudian bersama kita
rebahkan tubuh, kta ratakan dahi, tersungkur di hadapan Tuhan Yang Maha Agung dengan
mengucapkan “دهJJبحان ربى األعلى وبحمJJ ”سTuhanku inilah hambamu yang hina terhempas di
hadapun-Mu. Inilah ubun-ubunnya ad di tangan-Mu. Punggungnya melengkung karena
memikul besarnya dosa-dosanya. Bibirnya kelu karena tidak sanggup mensyukuri besarnya
anugerah-Mu. Di tanah lapang ini, kita semua mengakui dosa-dosa, kita memohon
perlindungan Allah yang Maha Kuasa.
Kita melakukan takbir dan shalat I’d berulangkali dalam kehidupan kita. Lebaran demi
lebaran singgah dalam perjalanan kita di dunia ini, hari demi hari kita menyaksikan berbagai
penderitaan yang dialami oleh anak manusia. jutaan orang kehilangan pekerajaan (di PHK),
jutaan orang kebingunngan bagaimana mencari makan untuk menyambung hidupnya.
Ratusan orang mati menggenaskan karena penyakit dan kesengsaraan, tidak terhitung anak-
anak yang sel-sel otaknya rusak, matanya sayu, perutnya kembung karena kekurangan gizi
dan kelaparan, kepala kita pusing, perut kita lapar, hati kita ketakutan. Hukum tidak lagi
menjadi harapan perlindungan keamanan, jaminan untuk mendapatkan keadilan adalah
sesuatu yang sanagt mahal, hukum tidak berdaya lagi, yang menjadi ukurannya adalah materi
siapa yang banyak duit habis perkara (KUHAP) “kalau ada uang habis perkara”.
ولهJJده ورسJJدا عبJJهد أن محمJJ أشهد أن ال إله إإل هللا وحده ال شريك له وأش،الحمد هلل الذى جعل شهر رمضان شهرا مباركا
المبعوث رحمة للعلمين بشيرا ونذيرا وداعيا إلى هللا بإذنه وسراجا منيرا,
Puasa diwajibkan bukan saja di dalam agama Islam, tetapi juga di dalam agama samawi
lainnya. Jadi tidak heran kalau hampir seluruh agama yang ada di dunia ini mensyariatkan
puasa. Apa pun bentuknya. Bahkan pada masyarakat yang tidak mengenal agama, seperti
pada bangsa-bangsa primitif, ditemukan adanya kebiasaan berpuasa.
Pertanyaan adalah mengapa puasa di syariatkan Allah swt pada seluruh agama? Pertama,
puasa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hakikat keberagamaan adalah
uapaya untuk mendekati Allah. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual atau rohani kita.
Secara filosofis, kita percaya bahwa yang membedakan kita dengan makhluk-makhluk lain
adalah ruh. Sebagian orang menyatakan bahwa hakikat kemanusian seseorang terletak di
dalam ruhnya. Ada suatu penelitian tentang puasa cdi Barat. Penelitian itu mengamati
sekelompok orang yang berpuasa. Setelah beberapa hari puasa, terjadi sesuatu yang aneh.
Pikiran mereka menjadi lebih filosofis. Mereka jadi bisa berfilisafat. Sehingga dengan
demikian orang yang berpuasa selalu berfikir yang abstrak bukan pada tataran yang kongkret
atau materi.
Salah seorang psikolog “Sigmund Freud” pernah melontarkan suatu teori tentang kesenangan
anak-anak di masa kecil. Meneurutnya, ada tiga tahap perkembangan kenikmatan anak0anak
itu. Ketiganya memiliki persamaan, yaitu semuanya bersifat kongkrut, bisa dilihat dan
pemenuhannya sesegera mungkin. Kalau orang itu lapar, ia makan. Segera puaskan dengan
kesenangan pada makan dan minum. Menurut Freud, dalam ptahap awala perkembangan
kerpribadian anak, letak kenikmatan adalah pada mulutnya. Ia menyebutnya Priode Anal.
Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya. Kesenangan
ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketiak dia menyusu pada ibunya. Dia lalu belajar
memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Pada priode ini jika anak-anak diperintahkan untuk
berjalan, dia akan berusaha mengambil sesuatu dan mencoba memasukkanya ke mulut. Bila
tidak ada sesuatu yang bisa diraih untuk diletekkan ke dalam mulutnya, dia akan memasukan
tangannya sendiri.
Pada perkembangan selanjutnya, kenikmatan itu tidak hanya terletak pada mulut. Dia
mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Seperti ketika dia
buang air besar atau buang air kecil. Masa itu di sebut masa Anal. Pada masa ini, aeaeorang
anak bisa berlama-lama di atas toilet. Dia senangn melihat tumpukan kotorannya dan kadang-
kadang ia permainkannya.
Sesudah itu, kepribadian berkembang lagi, kini bergeser untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi orang lebih dewasa. Priode ini disebut Priode Genital. Dia senang mempermainkan
alat kelaminnya dan memperlihatkannya pada orang tuanya.
Kebutuhan kita semakin hari semakin berkembang, semakin dewasa kita semakin abstraklah
kebutuhan kita. Pada saat-saat tertentu ada orang hanya samapai pada priode pertama, oral
saja. Walaupun swudah dewasa, dia hanay memperoleh kenikmatan pada makan dan minum
saja. Perbedaannya dia ubah makan dan minum dalam bentuk simbol, misalnya dalam bentuk
kepemilikan kekayaan.
Jika kita mengatkan teori yang dikemukakan di atas dengan perkembangan kehidupan
sebagaian manusia sekarang ini, menurutnya adalah mereka telah mengidap penyakit jiwa.
Mereka hanya mengejar kenikmatan dalam makan dan minum saja, atau paling tidak mereka
terhambat pada tingkat genital. Mereka seperti anak-anak, masih mencari kenikmatan dalam
mempermainkan alat kelaminnya. Hal sesui dengan ungkapa ulama kita :
الطفولة البشرية
Lembaga-lembaga modern sebagian dibuat untuk memenuhi kebutuhan itu, makan, minum,
dan seks. Bisnis makanan sampai sekarang adalah bisnis yang paling banyak menyedot uang
di dunia modern. Rata-rata kita orang Indonesia mengeluarkan lebih dari 75 % dari
penghasilan untuk makan dan minum. Bahkan tidak tanggung-tanggung di sebuah retoran di
Jakarta aset perbulannya mencapai puluhan milyar rupiah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa seseorang semakin abstrak
kebutuhannya. Kebutuhan yang paling tinggi adalah ketika seseorang berusaha memenuhi
kebutuhan ruhaniahnya bukan kebutuhan jasmanianya. Itulah orang-orang sangat dewasa. Di
bulan ramadan ini kita di latih untuk mengembangkan kepribadian kita. Kita meninggalkan
tingkat oeral, anal, dan genital ke tingkat ruahaniah yang lebih tinggi. Pada siang hari di
bulan ramadan kita meninggalkan masa kanak-kanak kita, yaitu berusaha menahan diri untuk
tidak memenuhi kebutuhan oral kita dengan tidak makan dan minum. Kita pun mencoba
untuk meninggalkan tahap genital dengan mengendalikan nafsu seks kita. Pada bulan
ramadan, kita belajar menjadi dewasa. Kita berusaha meninggalkan keterikatan pada tubuh
kita dan mulai mendekati ruh kita. Kita adalah gabungan antara ruh dan tubuh; tapi dalam
kenyataan sehari-hari kita masih terikat sekali dengan tubuh kita.
Seseorang yang sudah sampai pada tingkat yang keterikatan pada ruhnya lebih besar dari
pada keterikatan pada tubuhnya, akan mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Orang yang
sangat terikat dengan tubuhnya akan mudah sekali dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Dia
bisa kedinginan kalau udara turun. Dia bisa kegerahan kalau suhu udara naik. Sedangkan
orang yang sudah lebih terikat kepada ruh, akan bisa menciptkan tubuhnya sejuk ketika udara
amat dingin.
Menurut Murthada Muthahari, salah satu tahap dalam kewalian seseorang adalah ketika ia
sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dia tidak akan marah ketika seharusnya marah.
Dia tidak ingin membalas dendam ketika semestinya ia membalas dendam. Dia tidak sakit
hati ketika orang menyakiti hatinya. Nafsunya sudah terkendalikan. Menahan makan dan
minum serta manahan diri dari perbuatan zina sudah termasuk tingkat wali yang paling awal.
Jadi pada saat bulan puasa Insya Allah kita akan menjadi wali-wali Allah pada ting yang
paling elementer.
Oleh karena pada bulan puasa ini kita selalu berusaha untuk menjadi wali-wali Allah dengan
mengendalikan hawa nafsu kita yang hanya mementingkan kepentingan tubuh tanpa
memperhatikan kebutuhan ruhaniah kita. Janganlah terlena dengan kebutuhan jasadiahnya.
Rezki yang diberikan oleh Allah kepada hanya kebutuhan komsumtif kita. Kita tumpuk
makanan dan minuman yang berlebih untuk santap ketika buka puasa, sekan-akan suatu
kompensasi akan ketidak makanan dan ketidak minuman di siang hari. Tetapi kita harus
melihat betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa menikmati sesuap nasi untuk
berbuka puasa, kita ulurkan bantun kepada mereka gara supaya tercipta suatu kesembangan
di antara kita.
KHUTBAH PERTAMA
َ اJرْ هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّمJJَائِ ٌم َواَ ْفطJصَ ا َمJص َ َ اJ×) هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّ َما هَ َّل ِهالَ ٌل َواَ ْبد ََر هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّم3( ْ×) هللاُ اَكبَر3( ْ×) هللاُ اَ ْكبَر3( ْهللاُ اَ ْكبَر
ُرْ هللاJَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبJَرْ الَ اِلJَرْ هللاُ اَ ْكبJَ هللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكب. ْط َع َم قَانِ ُع ْال ُم ْعتَر ْ َات َواَ ْزهَرْ َو ُكلَّ َما ا ٌ َتَ َرا َك َم َس َحابٌ َواَ ْمطَرْ َو ُكلَّما َ نَبَتَ نَب
ْ َ َ َ
)×3( ْرJJَ هللاُ اكب.ضانَ َوعي َد االضْ َحى بَ ْع َد يَوْ ِم ع ََرفة َ ْ ْ َ صيا ِم َر َمَ ْ
ِ اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذى َج َع َل لِل ُم ْسلِ ِم ْينَ ِع ْي َد الفِط ِر بَ ْع َد .ُاَ ْكبَرْ َو هللِ ْال َح ْمد
ْ ْ
يَّ ِك ْال َع ِظ ْي ُم ْاالَ ْكبَرْ َواَ ْشهَ ٌد اَ َّن َسيِّدَنا َ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّشافِ ُع فِى ال َمحْ شَرْ نَب
ْ ُ ِك لَهُ لَهُ ْال َمل َ اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي
َّْر
. س َوطه َ َ ْرِّجJJال ْ
َب َعنهُ ُم ْ َ ْ َّ ْص َ َ َ
َ ص ِّل عَل َى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلى الِ ِه َوا َحابِ ِه ال ِذينَ اذه َ
َ اللهُ َّم.قَ ْد َغفَ َر هللاُ لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َو َما تَأخ َر
َّ
َق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن اِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن َّ فَيَا ِعبَا َدهللاِ اِتَّقُواهللاَ َح.ُ اَ َّما بَ ْعد. ْهللاُ اَ ْكبَر
Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid
dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa
Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
ْ ََولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّ ُرهللاَ َعلَى َما َهدَا ُك ْم ولَ َعلَّ ُك ْم ت
َش ُك ُر ْون
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.”
Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya
yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil
kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat
yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan
patuh kepada perintah-Nya.
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas
karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah
sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan
sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan
rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah
hadis Qudsi:
ُ ُ َمالَئِ َكتِى ُك ُّل عَا ِم ٍل يَ ْطل َيا :ضانَ َو َخ َر ُج ْوا اِل َى ِع ْي ِد ُك ْم يَقُ ْو ُل هللاُ تَ َعال َى
ا ِدىMMَرتُ لَ ُه ْم فَيُنMْ Mَ ْد َغفM َب اُ ْج َرهُ اَنِّى ق َ ش ْه َر َر َم َ صا ُم ْوا َ اِ َذا
ُ َ َ ْ
ْ ص ْمتُ ْم لِى َواَفط ْرتُ ْم لِى فق ْو ُم
واMM َ
ُ يَا ِعبَا ِدى:ت فيَق ْو ُل هللاُ تَ َعالى ُ َ ٍ سنَا ْ َ َ َ
َ ُيَا اُ َّمة ُم َح َّم ٍد اِ ْر ِج ُع ْوااِلى َمنَا ِزلِ ُك ْم ق ْد بَ َدلت :ٌُمنَاد
َ سيِّئَاتِ ُك ْم َح
َم ْغفُ ْو ًرا لَ ُك ْم
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar
untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata:
'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian dan
meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni
mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad,
pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah
diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku,
kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah
sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.”
Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke
masjid ?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke
tanah bersujud di hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan
dzikir dan takbir ??
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikirankita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?
Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan
cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu
mendorong kepada kejelekan
Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia,
yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah
SAW bersabda: Jihad yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri.
Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri
setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri
marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang
paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.
Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia
terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia,
satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan.
Pertama, sifat kebinatangan ( ;)بَ ِه ْي َم ْةtanda-tandanya menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas ( سبُ ِعيَّ ْة َ ) ;
tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat
selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar.
ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu
yang menjatuhkan martabat manusia.
Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah
masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan
social (keadaan masyarakat) yang sangat mengkhawatirkan. Dimana
keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah,
undang-undang bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana
yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggungjawabnya,
rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan dipenuhi oleh
keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan
akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.
Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah. Indah disini justru
terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan
Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah
kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat
yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak
bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata
terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang
yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati
maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran
untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-
orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan
orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, sejalan hatinya
sebab ِ ُكلُّ ُك ْم ِعيَا ُل هللا , kalian semua adalah ummat Allah.
Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu
beban hidupnya sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan
dari Allah SWT; sebagaimana yang terkandung dalam hadis Qurthubi:
Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan
bukanlah jihad mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri
dan mendorong terciptanya sebuah sistem sosial yang bermartabat,
berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai agama dan
ketaatan kepada Allah.
Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan
adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang
bermartabat, berkeadilan dan sehatera yang bersendikan pada ketaatan
kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal
yang dapat
merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain.
Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak
sektor sosial yang perlu pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad
harus mengacu pada pengentasan masalah-masalah sosial. Oleh sebab
itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan hanya
pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus
dikedepankan untuk mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama
ini membelenggu kemajuan umat Islam Indonesia pada khususnya dan
bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
َ ×) َو هللِ ْا3( هللاُ اَ ْكبَ ْر
لح ْم ُد
ا هللاُ َواِيَّا ُك ْمMMَ َج َعلَن .س َع ِن ْالَه َوى فَاِنَّ ا ْل َجنَّةَ ِه َي ْال َمأْ َوى َ َواَ َّما َمنْ َخافَ َمقَا َم ربِّ ِه ونَ َه َي النَّ ْف.ش ْيطَا ِن ال َّر ِج ْي ِم َّ اَع ُْو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال
ي ُ َ ْ َ
َّ َدM ِتغفِ ُر لِى َولك ْم َولِ َوالM اس َ َ ُ َ
ْ صالِ ِحيْنَ َواق ْو ُل ق ْولِى َهذا َو َّ ِمنَ ْال َعائِ ِديْنَ َو ْالفَائِ ِزيْنَ َوال َمقبُ ْولِيْنَ َوادْخلنا َواِيَّاك ْم فِى ز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال
ُ ُ َ َ َ َ ْ ْ
ْ ت فَا
ستَ ْغفِ ْرهُ اِنَّهُ ه َُو ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم ِ سلِ َماْ سلِ ِميْنَ َو ْال ُم
ْ سائِ ِر ْال ُم
َ َِول
KHUTBAH KEDUA
رMْ Mَر هللاُ اَ ْكبMْ Mَص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوالللهُ اَ ْكب ْ َس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أ ُ لح ْم ُد هللِ َكثِ ْي ًرا َو َ ×) هللاُ اَ ْكبَ ْر كبيرا َو ْا4( ×) هللاُ اَ ْكبَ ْر3( هللاُ اَ ْكبَ ْر
َ َ
ُهMهُ لM ِريْكَ لMش َّ َ
َ َ َدهُ الMهَ اِال هللاُ َوهللاُ َو ْحM َه ُد اَنْ الَ اِلMش َ
ْ َ َوا . ِهMَِلى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنان َ ش ْك ُر لَهُ ع ُّ سانِ ِه َوال َ لح ْم ُد هللِ عَل َى اِ ْح َ ْا.ُلح ْمد َ َوهللِ ْا
ص َحابِ ِه ْ َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ ِو َعلَى اَلِ ِه َوا
َ ص ِّل َعلَى َ ض َوانِ ِه الل ُه َّم ْ س ْولُهُ الدَّا ِعى اِل َى ِر ُ سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر َ َّش َه ُد اَن ْ
ْ َتَ ْع ِظ ْي ًما لِشَأنِ ِه َوا
َ َ ُ َ َ
ِهMدَأ فِ ْيMَا ْم ٍر بMِ َرك ْم بMوا ْعل ُم ْوا انَّ هللاّ ا َم. َ َ ْ َ
َ اس اِتقواهللاَ فِ ْي َما ا َم َر َوانتَ ُه ْوا َع َّما ن َهى َوزَ َج َر ُ َّ َّ َ َ َ
ُ ا َّما بَ ْع ُد فيا ايُّ َها الن.سلِ ْي ًما َِكث ْي ًرا َ ْ َسلِّ ْم ت
َ َو
لِّ ُم ْواMس َ ِه َوMلُّ ْوا َعلَ ْيMصَ واM ْ ُا الَّ ِذيْنَ آ َمنMآ اَيُّ َهMَلى النَّبِى ي َ ع َن و
ْ ُّ لMص َ ُ ي ُ هَ ت ك َ ِ ئ آل م
َ و
َ َ هللا َّنِ ا ى َ ل َ ا َع ت ل
َ اَ ق و َ ه
ِ س
ِ د
ْ ُ قِ ب ه
ِ ِ ت َ
ك ِ ئ آل م
َِ ب ى َ ن ـَ ث و
َ ه
ِ سِ ِبنَ ْف
َ ْ َ
َسلِ َك َو َمآلئِك ِة ال ُمق َّربِيْن ْ َ َ
ُ سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى انبِيآئِكَ َو ُرَ َ
َ سل ْم َو َعلى آ ِل ِّ َ
َ صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َّ َ سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َ َ ص ِّل َعلىَ َ الل ُه َّم.سلِ ْي ًما ْ َت
ك َم ْنُ ُرJ ُع َونَ ْتJ َك َون َْخل َ ك ْالخَ ْي َر ُكلَّهُ نَ ْش ُكرُكَ َوالَ نَ ْكفُ ُر
َ ك َونُ ْثنِ ْي َعلَ ْي
َ ك َونَتَ َو َّك ُل َعلَ ْي َ ِك َونَعُوْ ُذ ب َ ك َونَ ْستَ ْه ِد ْيJَ ُك َونَ ْستَ ِع ْين َ اَللَّهُ َّم إِنَّا نَحْ َم ُد
.قٌ ار ُم ْل َح
ِ َّك ِإ َّن َع َذابَكَ ْال ِج َّد بِ ْال ُكفَ َك َون َْخ َشى َع َذاب َ َك نَ ْس َعى َونَحْ فِ ُد نَرْ جُو َرحْ َمت َ صلِّ ْي َونَ ْس ُج ُد َوإِلَ ْي َ ُك ن َ َد َولJُ ُك نَ ْعب َ يَ ْف ُجرُكَ اللَّهُ َّم إِيَّا
Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu atas nikmat Islam, nikmat Iman,
nikmat Al-Qur’an, nikmat bulan Ramadhan, nikmat keluarga, harta dan
kesehatan. Segala puji bagi-Mu atas semua nikmat yang telah Engkau
anugerahkan kepada kami.
Maha Suci Engkau, kami tidak akan sanggup menghitung dan membatasi
pujian bagi-Mu. Keagungan-Mu hanya dapat diungkapkan dengan pujian-
Mu kepada diri-Mu sendiri, segala puji hanya bagi-Mu (dari kami) sampai
Engkau ridha (kepada kami) dan segala puji bagi-Mu setelah keridhaan-
Mu.
. َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْين
َ ك ُم َح َّم ٍد
َ ِك َو َرسُوْ ل َ ار ْك َعلَى َع ْب ِد
َ ِّك ونَبِي َ اَللَّهُ َّم
ِ َص ِّل َو َسلِّ ْم َوب
Ya Allah, ampunilah kami dan ampuni pula kedua orang tua kami dan
sayangilah mereka seperti kasih sayang mereka saat mendidik kami di
waktu kecil.
. َظلَ ْمنَا أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِر ْين
َ َربَّنَا
Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak
mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.
َ ًَّّ ِللَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َربَّنـَا إِنJّاإل ْي َما ِن َوالَ تَجْ َعلْ فِ ْي قُلُوْ بِنَا ِغًال
ٌ ْك َر ُؤو
.ف َر ِح ْي ٌم ِ َِربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا ب
Ya Allah, bersihkan dan sucikan hati dan jiwa kami dengan Al-Qur’an yang
mulia.
.ار َواجْ َع ْلهُ ُح َّجةً لَنَا الَ ُح َّجةً َعلَ ْينَا ْ َاَللَّهُ َّم َذ ِّكرْ نَا ِم ْنهُ َما ن َِس ْينَا َو َعلِّ ْمنَا ِم ْنهُ َما َج ِه ْلنَا َوارْ ُز ْقنَا تِالَ َوتَهُ آنَا َء اللَّي ِْل َوأ
ِ َط َرافَ النَّه
Ya Allah, ingatkan kami ayat Al-Qur’an yang terlupa, ajarkan kami darinya
apa yang tidak kami ketahui, berikan rezki kepada kami berupa
kenikmatan membacanya malam dan siang, jadikan ia hujjah bagi kami
jangan jadikan ia hujjah atas kami.
. َك يَا أَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْين َّ اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِم ْن أَ ْه ِل القُرْ آ ِن الَّ ِذ ْينَ هُ ْم أَ ْهلُكَ َوخَا
َ ُصت
ت نُفُوْ َسنَا تَ ْق َواهَا َوزَ ِّكهَا أَ ْنتَ َخ ْي ُر َم ْن َز َّكاهَا أَ ْنتَ َولِيُّهَا َو َموْ الَهَا
ِ اَللَّهُ َّم آ
ِدJ ةَ َعلَى الرُّ ْشJكَ َو ْال َع ِز ْي َمJJِت َرحْ َمت َ ُْب َد ْع َو ِة ْال ُمضْ طَ ِّر إِ َذا َدعَاكَ نَسْأَل
ِ ك ُموْ ِجبَا َ اَللَّهُ َّم يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َوا ِإل ْك َر ِام يَا ُم ِجي
ِ َوال َغنِ ْي َمةَ ِم ْن ُك ِّل بِ ٍّر َوال َّسالَ َمةَ ِم ْن ُك ِّل إِ ْث ٍم َو ْالفَوْ َز بِال َجن ِة َوالن َجاةَ ِمنَ الن
.ار َّ َّ َّ ْ
Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan
dan kemuliaan, Yang Maha Mengabulkan doa orang yang berada dalam
kesulitan, kami memohon kepada-Mu berbagai penyebab turunnya
rahmat-Mu, tekad dan kekuatan untuk meniti jalan yang lurus, limpahan
segala kebajikan, keselamatan dari segala dosa, kemenangan meraih
surga dan keselamatan dari azab neraka.
Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan
dan kemuliaan, kami memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian
diri dan kekayaan.
اJJهُ َو َمJا ِم ْنJJَآجلِ ِه َما َعلِ ْمن ِ ك ِمنَ ْالخَ ي ِْر ُكلِّ ِه عَا ِجلِ ِه َوآ ِجلِ ِه َما َعلِ ْمنَا ِم ْنهُ َو َما لَ ْم نَ ْعلَ ْم َونَعُوْ ُذ بِكَ ِمنَ ال َّش ِّر ُكلِّ ِه ع
ِ َاجلِ ِه َو َ ُاَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَل
.لَ ْم نَ ْعلَ ْم
َتَ َعا َذكJاس َ ِصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو ِعبَا ُدكَ الصَّالِحُوْ نَ َونَعُوْ ُذ ب
ْ اJرِّ َمJك ِم ْن َش َ ك ُم َح َّم ٌد َ ُك َع ْب ُدكَ َو َرسُوْ لَ َك خَ ْي َر َما َسأَلَ ُاَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَل
. َك الصَّالِحُوْ ن َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو ِعبَا ُد َ ُِم ْنهُ َع ْب ُدكَ َو َرسُوْ ل
َ ك ُم َح َّم ٌد
ْ َنَا َوأJاش
ِ ا َواجْ َعJَا َم َعا ُدنJَا الَّتِ ْي إَلَ ْيهJَا آ ِخ َرتَنJَلِحْ لَنJص
لJ ُ اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنَا الَّ ِذيْ هُ َو ِعصْ َمةُ أَ ْم ِرنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَا الَّتِ ْي فِ ْيهَا َم َع
.ٍّْال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِ ْي ُك ِّل خَ ي ٍْر َواجْ َع ِل ْال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل َشر
Ya Allah, cukupkan diri kami dengan yang halal dari yang haram, dengan
ketaatan kepada-Mu dari maksiat kepada-Mu, dan dengan karunia-Mu
dari selain-Mu, wahai Yang Maha Hidup lagi Berdiri
Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
ا َذا ْال َجالَ ِلJJَوْ ُم يJJّا قَيJJَا َح ُّي يJJَس ي ِ قَةَ ْال ِجنِّ َوJف َعنَّا فَ َس
ِ اإل ْن ْ ق ْال َحالَ ِل َو
ْ ِرJاص ِ ِّر ْزJا ِمنَ الJJَ ْع لَنJار َوأَوْ ِس
ِ َّا ِمنَ النJJَ ْق ِرقَابَنJِاَللَّهُ َّم أَ ْعت
.َوا ِإل ْك َر ِام
Ya Allah, bebaskan diri kami dari api neraka, lapangkan untuk kami rezki
yang halal, dan jauhkan kami dari jin dan manusia yang fasik, wahai Yang
Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
Ya Allah, jadikanlah amal kami yang terbaik adalah akhirnya, dan umur
kami yang terbaik adalah penghujungnya, dan hari terbaik kami adalah
hari bertemu Engkau.
ِ ث َوالنُّ ُشوْ ِر َويَسِّرْ لَنَا يَا إِلهَنَا األُ ُموْ َر يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َو
.اإل ْك َر ِام ِ اَللَّهُ َّم آنِسْ َوحْ َشتَنَا فِي ْالقُبُوْ ِر َوآ ِم ْن خَ وْ فَنَا يَوْ َم ْالبَ ْع
. َك ْالقَ ِوي ِْم َواجْ َع ْلهُ ْم هُدَاةً ُم ْهتَ ِد ْينَ بِ َرحْ َمتِكَ يَا أَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْين ِ ِك ْال ُم ْستَقِي ِْم َو ْال َع َم ِل بِ َوظَائ
َ ِف ِد ْين َ اط ِ ِاَللَّهُ َّم َوفِّ ْقهُ ْم ل
ِ ص َر
ِذ َّلJُلِم ْينَ َوأَ ْن تJالَ َم َو ْال ُم ْسJ َّز ا ِإل ْسJك أَ ْن تُ ِع
َ ُأَلJك ن َْس ْ ْب َد ْع َو ِة ْال ُم
َ اJJطَ ِّر إِ َذا َد َعJض َ اَللَّهُ َّم يَا َح ُّي يَا قَيّوْ ُم يَا َذا ْال َجالَ ِل َوا ِإل ْك َر ِام يَا ُم ِجي
ْ ًّ ْ
ِ ا َو َسائِ َر بِالَ ِدJّك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوأَ ْن تُ َد ِّم َر أَ ْعدَا َء ال ِّدي ِْن َوأَ ْن تَجْ َع َل هَ َذا البَلَ َد آ ِمنًا ُمط َمئًِن
. َاإل ْسالَ ِم َوال ُم ْسلِ ِم ْين ْ َ ْال ِّشر
Ya Allah Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, Pemilik segala keagungan
dan kemuliaan, Yang Maha Mengabulkan doa orang yang berada dalam
kesulitan, kami memohon kepadamu agar Engkau memuliakan Islam dan
kaum muslimin, menghinakan kemusyrikan dan orang-orang musyrik,
menghancurkan musuh-musuh agama, dan menjadikan negeri ini dan
negeri-negeri kaum muslimin lainnya aman dan tenteram.
اَللَّهُ َّم، َ اَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ إِ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي فِلِ ْس ِط ْين.ان ٍ ك فِي ُك ِّل َم َك َ ِاَللَّهُ َّم ا ْنصُرْ ِإ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي َسبِ ْيل
َّ ْ ْ
اَللهُ َّم.اسJJوْ ِد َح َمJJُ ِد ْينَ ِم ْن ُجنJلِ ِم ْينَ ال ُم َجا ِهJا ال ُم ْسJJَرْ إِخ َوانَنJص ْ ْ َّ
ُ اَللهُ َّم ان، َ ِط ْينJض فِلِ ْس َ ْى َوأَرJص َ ِج َد األَ ْقJك أَ ْن تُ َح ِّر َر ْال َم ْسَ ُإِنَّا نَسْأَل
َ ِد ْينJلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِهJا ْال ُم ْسJJَ َوإِ ْخ َوانَن، ِم ْي َرJ َوإِ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي َك ْش،ص َْرإِ ْخ َوانَنَا ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِي أَ ْفغَانِ ْستَان ُ ا ْن
َّا َربJJَالَ ِم يJ اإل ْس ْ ْ ْ ِّ ْ ْ
ِ ائِ ِر بِالَ ِدJ ِد ْينَ فِي َسJلِ ِم ْينَ ال ُم َجا ِهJ ا ال ُم ْسJJَ َوإِخ َوانَن،ا ِنJ ِد ْينَ فِي الشي َْشJلِ ِم ْينَ ال ُم َجا ِهJ ا ال ُم ْسJJَ َوإِخ َوانَن،اق ْ ْ
ِ َرJفِي ال ِع
. َْال َعالَ ِم ْين
.ب ال َّسالَ َمةَ َعلَى أَحْ يَائِ ِه ْم ِ ُاَللَّهُ َّم ا ْكت
ِ ُب ال َّشهَا َدةَ َعلَى َموْ تَاهُ ْم َوا ْكت
َ َربَّنَا إِنَّنَا آ َمنَّا فَا ْغفِرْ لَنَا ُذنُوْ بَنَا َوقِنَا َع َذ
ِ َّاب الن
.ار
. َظلَ ْمنَا أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِر ْين
َ َربَّنَا
Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri sendiri, jika Engkau tidak
mengampuni dan merahmati kami pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.
َ َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ
ِ َّاب الن
.ار
Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal dan doa kami), sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
. َلِ ْينJ الَ ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسJ َو َس. َفُوْ نJ ص
ِ َ َّز ِة َع َّما يJ ْب َحانَ َربِّكَ َربِّ ْال ِعJ ُس . َحْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْينJ ص
َ ِه َوJ ِيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلJ لَّى هللاُ َعلَى َسJ ص َ َو
. ََو ْال َح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, kiranya para hamba Allah di pagi hari ini mempunyai dua
perasaan yang berbeda yang mungkin bertolak belakang. Di satu sisi
gembira karena baru saja selesai malakukan ibadah puasanya selama
sebulan penuh; kita puasa disiang hari untuk mendirikan shalat malam
(tarawih) membaca kitab suci Al-Quran dan berbagai bentuk ibadah
lainnya. Nabi Mohammad saw bersabda:
Sebagaimana saya katakan tadi bahwa ibadah puasa adalah suatu ibadah
yang sangat personal sifatnya antara seorang hamba dengan Allah swt.
Untuk itu, puasa sudah seharusnya melahirkan prilaku iklhlas yang tinggi
dalam diri seorang hamba. Bahwa sungguh hidupnya, ibadahnya, segala
pengorbanannya dan bahkan matinya hanya untuk Allah semata. Prilaku
ikhlas ini akan menghindarkan seseorang dari "kesyirikan" halus,
termasuk kesyirikan kejiwaan, di mana seseorang terkadang mencita,
membenci bukan lagi karena Allah tapi demi seseorang. Padahal,
Rasulullah menggariskan bahwa prasyarat untuk mendapatkan cinta Allah
adalah karena mencintai dan atau membenci karena Allah semata. Jadi
dengan melakukan ibadah puasa itu keikhlasan kepada Allah swt akan
semakin bermutu.
Kita yakin bahwa Allah swt mengetahui dan melihat segala hal yang kita
lakukan. Sesungguhnya tiada yang tersembunyi dari Allah SWT. Allah swt
mempunyai kemampuan segala-galanya, Allah swt mengawasi tindak
tanduk kita. Mungkin contoh Umar dapat menjadi tauladan bagi kita,
bahwa suatu ketika beliau sedang melakukan inspeksi di saat beliau
menjabat sebagai khalifah, menemukan seorang ibu yang seolah sedang
memasak dengan kobaran api yang besar. Sementara anak-anaknya di
sekelilingnya pada menangis. Beliau mendekat dan menanyakan, apa
gerangan yang terjadi. Maka serta merta, sang perempuan yang tidak
sadar kalau yang hadir disampingnya adalah Khalifah, mencaci dan
mengutuk Khalifah Umar. Khalifah, menurut perempuan itu, tidak
bertanggung jawab, tidak punya perhatian sehingga kami kelaparan. Kami
tidak memiliki apa-apa untuk di masak. Umar bertanya: "Lalu masak
apakah kamu?" Perempuan itu menjawab:
"Saya merebus batu-batu dengan api ini agar anak-anak saya terhibur".
Mendengar jawaban itu, segera Umar kembali ke "baitul maal" mengambil
sekarung gandum dan beberapa lauk pauk. Karung itu digendong sendiri,
sehingga beberapa sahabat yang menemuinya di jalan berkeinginan agar
karung itu diambil dari sang Kahlifah. Namun dengan tegas Umar
menjawab: "Tidak, di hari kiamat nanti, anda tidak mungkin mengambil
dariku dan memikul tanggung jawab ini".
Kisah lain tentang Umar adalah suatu ketika beliau pernah melakukan
perjalanan dari Madinah ke Makkah. Di tengah jalan beliau bertemu
dengan seorang pemuda yang miskin, penggembala kambing. Umar
mencoba ke-amanahan pemuda yang miskin, tidak terdidik, dan bahkan
hidup di tengah kampung tiada jauh dari kebisingan kota. Umar berkata
kepadanya: "Maukah anda menjual satu dari kambingmu yang banyak
itu?". Pemuda dengan tegas menjawab: "Saya bukan pemilik kambing-
kambing itu. Saya hanya penggembala". Oleh Umar dicoba: "Katakan saja
kepada tuanmu kalau seeokor srigala telah datang memakannya". Tapi
dengan sangat tegas pemuda itu menjawab: "Faenallah" (lalu di mana
Allah). Umar menangis dengan ketegasan pemuda itu, dan keesokan
harinya beliau menemui tuannya dan dibelinya kambing itu sehingga
pemuda itu bisa dibebaskan dari perbudakan. Inilah seorang pemuda
yang memiliki "sense of Muraqabatullah", yaitu rasa perasaan yang
senanatiasa diawasi oleh Allah Yang maha Tahu dan Melihat.
Saudara-sudara sekalian, kisah Umar r.a ini dapat kita jadikan barometer
dari sukses tidaknya kita meraih makna puasa di masa-masa mendatang.
Kalau semangat untuk untuk jujur semakin meningkat, semangat untuk
takut karena ada "Being" yang selalu mengawasi walau tanpa inspektor
dari manusia, maka puasa telah membawa makna positif dalam
kehidupan kita. Jika tidak, maka berarti kita telah gagal untuk meraih
buah moral dari puasa Ramadhan lalu.
Artinya, seorang Muslim selain dituntut untuk menjadi hamba yang saleh
secara individu, juga dituntut untuk selalu "resah" (peduli) dengan
berbagai ketidak salehan yang ada di sekitarnya. Dan dalam persepsi
saya, ketidak salehan yang cukup meresahkan umat saat ini adalah
"kebodohan dan kemiskinan". Untuk itu, puasa seharusnya mempertajam
jiwa kita yang harus resah dengan penderitaan sesama Muslim di
sekeliling kita. Rasulullah saw mengatakan dalam haditsnya: "Tidak
beriman diantara kalian, pada saat kalian tidur nenyak karena kenyang ,
sementara tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan". Seandainya
kita menengok sekali lagi, dengan semangat salaam atau keinginan untuk
menebarkan "kesejahteraan" kepada siapa saja di sekeliling kita
(terutama di Indonesia), kita dapatkan betapa banyak tetangga kita yang
kelaparan. Puasa yang kita lakukan ini seharusnya melahirkan suatu
"Sense of Ulfah", suatu perasaan trenyuh/iba hati terhadap kemiskinan
yang diderita oleh saudara-saudara kita.
Sebagaimana saya katakan tadi, ada dua beban berat yang dialami oleh
saudara-saudara kita di berbagai belahan dunia saat ini; Ignorence (Al-
jahal) dan Poverty (al Faqr). Dalam ini, Rasulullah saw sejak 15 abad yang
lalu telah mengingatkan: "Hampir saja kefakiran itu membawa kepada
kekufuran". Akibatnya, betapa di bulan Ramadhan sekalipun masih ada
Saudari-Saudari seiman kita ada yang melacurkan diri hanya karena
tuntutan sesuap nasi. Oleh sebab itulah saudara saudara sekalian, kita
dapati bahwa betapa ada orang-orang Islam yang murtad karena dua ini;
miskin dan bodoh. Sementara di di negara-negara majud seperti AS ini,
orang masuk Islam karena makmur dan pintar. Mereka belajar Islam dan
alhamdulilah mereka confinced dengan kebenaran Al Islam. Kejadian di
negara-negara Islam inilah adalah pembuktian bahwa betapa kemiskinan
sudah menjadi alat kekafiran di berbagai negara Islam, termasuk negara
kita tercinta.
Anehnya, umat islam seringkali lalai dari situasi ini. Bahkan terkadang in
the name of islam, in the name of obedience, justeru kita melanggar
ajaran mendasar dari ajaran agama kita. Kita masih sering mendengar
kalau wanita Islam tidak perlu ke masjid mendengar ceramah atau belajar
agama karena nanti menjadi fitnah? Memang betul, perlu aturan-aturan
dan adab-adab di masjid kita, tapi melarang perempuan ke masjid karena
alasan fitnah justeru semakin menjadi fitnah. Pertama, karena orang lain
akan melihat justifikasi tuduhan bahwa Islam diskriminatif terhadap kaum
wanita. Kedua, mereka adalah the first hands to handle our generation.
Kalau mereka tidak tahu, apa yang akan mereka ajarkan kepada anak-
anak kita? Untuk itu, kita harus benar jeli dalam melihat, mana ajaran
Islam yang sesungguhnya dan mana kultur setempat yang terkadang
dianggap ajaran mendasar dari adama kita. Sebab jika tidak, kita akan
terperangkap dalam sikap yang justeru merugikan ajaran Islam tapi kita
merasa memperjuangkannya. Saudara-saudara sekalian, dalam S. Al A'raf
Allah mengaskan bahwa Rasul yang "ummy" (Rasulullah SAW) punya
tugas utama dalam tiga hal yang menjadi kewajiban kita mengikutinya:
Jelas bahwa beban utama umat ini adalah "kebodohan dan kemiskinan".
Seharusnya telah menjadi kewjiban kita untuk meringankan beban ini.
Tidak saja dalam bentuk jangka pendek, berupa sadaqah, infaq, dll. Tapi
perlu upaya sistimatis untuk membangunkan perekonomian umat yang
kuat. Sayang bahwa sebagian ulama masih sibuk berkelahi dengan
masalah-masalah khilafiyah, sementara umat menderita siang malam dan
hampir saja dimurtadkan oleh keadaan menyedihkan itu. Saya jusetru
yakin bahwa di Akhirat nanti, jika ditanya tentang keadaan umat kita saat
ini, kita tidak mungkin menjawab bahwa kami ya Allah sibuk melakukan
dzikir dan tasbih. Atau karena kesibukan kita membaca wirid dan bahkan
kesibukan kita shalat malam. Apakah kita bisa merasakan tanggung
jawab ini? Ataukah setelah keluar Ramadhan justeru kita semakin merasa
terjamin masuk syurga, sementara saudara-saudara kita strugling untuk
bisa hidup?
Betapa tidak, banyak orang lalai akan mati hanya karena terlalu cinta
dalam kehidupan ini.
Menjadikan kezaliman-kezaliman dalam hidup, termasuk zalim pada diri
sendiri.
Terjadi pengingkaran terhadap Allah swt.
Penulis: M. Syamsi Ali adalah seorang muslim anggota ISNET yang tinggal
di New York
Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan ileh Allah menjadi
nama surah, yaitu al-Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-
Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing memiliki karakter dan
sifat, sebagimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan
pelajaran oleh manusia.
Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit
tanpa henti-hentinya. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan
untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun.
Kelobaanya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu
yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tidak itu tidak berguna
baginya.
ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau
disergapnya akan binasa. Jangankan serangga yang tidak sejenis,
jantannya pun setelah selesai berhubungan disergapnya untuk
dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling
berdesakan hingga dapat saling memusnahkan.
Akan halnya dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-
Qur’an digambarkan sebagimana dalam Firmannya :
َك آَل يَةً لِقَوْ ٍم يَتَفَ َّكرُون ِ َّف أَ ْل َوانُهُ فِي ِه ِشفَا ٌء ِللن
َ ِاس ِإ َّن فِي َذل ٌ ِك ُذلُاًل يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بُطُونِهَا َش َرابٌ ُم ْختَل
ِ َِّرب
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia". kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut
lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar
tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya adalah
kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk
makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah
menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk
dijadikan sebagai penerang dan obat. Lebah sangat disiplin, mengenal
pembagian kerja dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari
sarangnya. Ia tidak mengganggu yang lainnya kecuali yang
mengganggunya, bahkan kalaupun menyakiti (menyengat) sengatannya
dapat menjadi obat.
Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan
menumpuk materi atau harta (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan.
Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan dalam agama (dalam
bentuk zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber
dari budaya tersebut. Pemborosan adalah termasuk budaya tersebut di
atas yaitu hadirnya berbagi benda baru yang tidak dibutuhkan dan
tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup bagus untuk
dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa
dalam masyarakat kita, banyak semut-semut yang berkeliaran.
Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan
tersiksa di akhirat, karena mereka bekerja keras tanpa
mempertimbangkan akibat buruknya:
)تُ ْسقَى ِم ْن َعي ٍْن َءانِيَ ٍة4(ً)تَصْ لَى نَارًا َحا ِميَة3(ٌصبَة
ِ )عَا ِملَةٌ نَا2(ٌُوجُوهٌ يَوْ َمئِ ٍذ خَا ِش َعة
“banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan,
memasuki api yang sangat panas diberi minum (dengan air) dari sumer
yang sangat panas”
Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu
mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan,
tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka jadikan mangsa,
siapa lagi yang akan ditipu, dan bagimana cara mengambil hak orang.
س ِّي َد َنا ُم َح َّمدً ا َع ْب ُدهُ ش َه ُداَنَّ َ ش ِر ْي َك لَهُ .ا ِْر َغا ًمالِ َمنْ َج َح َدبِ ِه َو َك َف َرَ .واَ ْ ش َه ُداَنْ الَاِل َه ِاالَّهللُ َو ْح َده الَ َ اَ ْل َح ْم ُدهّلِل ِ َح ْم ًدا َكثِ ْي ًرا َك َمااَ َم َرَ .واَ ْ
صلَتْ َع ْينٌ ِب َن َظ ٍر َوا ُ ُذنٌ ِب َخ َب ٍر ص ْحبِ ِه َماا َّت َ لى اَلِ ِه َو َ س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َ لى َ سلِّ ْم َع َ صل ِّ َو َ ش ِر .اَللّ ُه َّم َ س َوا ْل َب َ س ِّي ُد ْاالِ ْن ِس ْولُ ُه َ َو َر ُ
ْ
ض ْو ِر ال ُج ْم َع ِة لى الطا َع ِة َو ُح ُ َّ اع َ ُ َ
ِش َماظ َه َر َو َما َبطنْ َ .و َحافِظ ْو َ َ َ ْ
الىَ .وذ ُروالف َواح َ َ َ
اس !! ِاتقواهللاَ ت َع َ ُ َّ َّ َ
اَ َّما َب ْع ُد :ف َياا ُّي َهاالن ُ
َ
الى َولَ ْم َي َزلْ َقائِالً َعلِ ْي ًما :اِنَّ هللاَ اعلَ ُم ْوااَنَّ هللاَ اَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر َب َدأَفِ ْي ِه ِب َن ْفسِ هَِ .و َث َّنى ِب َمالَئِ َك ِة قُدْ سِ هَِ .ف َقال َ َت َع َ َوا ْل َج َما َعةَِ .و ْ
لى اَ ِل س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َ لى َ سلِّ ْم َع َ صل ِّ َو َ سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما .اَللّ ُه َّم َ اصلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ لى ال َّن ِب ْى َيا َ ُّي َهاالَّ ِذ ْينَ آ َم ُن ْو َ صلُّ ْونَ َع َ َو َمالَئِ َك َت ُه ُي َ
س ِّي ِد َنا ِا ْب َرا ِه ْي َم .في ِا ْل َعالَ ِم ْينَ ِا َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد لى اَ ِل َ س ِّي ِد َنا ِا ْب َرا ِه ْي َم َو َع َ لى َ صلَّ ْيتَ َع َ س ِّي ِد َنا ُم َح َّمدٍَ .ك َما َ َ
اب ِع ْينَِ َّ
ت ال ن
ِ عَ و َ نَ ي
ْ عِ م
َ ج
ْ َ ا كَ ي
ِّ ب
ِ َ
ن ب ِ ا ح
َ صْ َ ا ِر
ِ ئ ا سَ نْ ع
َ و
َ ِي
ٍّ لع َ و
َ انَ م
َ ثْ ع ُ و
َ ر
َ م
َ ع
ُ و َ ر ٍ كْ بَ ى ب
ِ َ ا ا َ
ن ِ
د ي
ّ س
َ نَ ي ْ ِ
د اشِ الر
َّ اءِ َ
ف َ ل ُ
خ ْ
ل ا ن
ِ ع َ ض
َ ار
ْ و
َ ماَل َّ
ه
ُ ّ ل
ِلى َي ْو ِم ال ِّد ْي ِن ان ا َ س ٍ اب ِع ْينَ َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم ِبا ِْح َ ابعِى ال َّت ِ َو َت ِ
ِب ا ْل َعطِ َّياتِ .اَللّ ُه َّم ادْ ف ْعَ ت ِب َر ْح َمتِ َك َي َاواه َ ت ْاالَ ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ ت َوا ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َوا ْل ُم ْؤ ِم َنا ِ اغف ِْرلِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ اَللّ ُه َّم ْ
اصة َو َعنْ ً اخ َّ َ َ
س ْو َءا ْلفِ َت ِن َماظ َه َر ِم ْن َها َو َما َبطنَ َعنْ َبلَ ِد َنا هَذ َ َ الزالَ ِزل َ َوا ْلم َِحنَ َ .و ُ الز َنا َو َّ َع َّناا ْل َغالَ َء َوا ْل َو َبا َء َو ِّ
اراب ال َّن ِ َ
س َنة َوقِ َنا َعذ َ ً س َنة َوفِى ْاالَخ َِر ِة َح َ ً ار َّب ال َعال ِم ْينَ َ .ر َّب َنااَتِ َنافِى ال ُّد ْن َيا َح َ َ ْ ً
سائ ِِر َبالَدِا ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َعا َّمة َي َ َ
َّ َ َ ُ َّ
ى َي ِعظك ْم ل َعلك ْم تذك ُر ْونَ َ ُ ُ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ
ان َو ِا ْيتاءِ ذِى الق ْر َبى َو َين َهى َع ِن الف ْحشاءِ َوال ُمنك ِر َوال َبغ ِ ْ ُ ْ َ س ِ ْ ْ ْ
ِع َبا َدهللا اِنَّ هللاَ َيأ ُم ُربِال َعدْ ِل َواالِ ْح َ
ْ َ ْ َ ُ
لى ِن َع ِم ِه َي ِزدْ ك ْمَ .ول ِذك ُرهللاِ اك َب ُر ش ُك ُروهُ َع َ َف ْاذ ُك ُرواهللاَ ا ْل َعظِ ْي ِم يذكركم َوا ْ
Bersama terbitnya fajar 1 syawal. Pagi ini kaum Muslimin di seantero dunia
mengumandangkan takbir dan tahmid sembari memuji dan mengagungkan kebesaran Ilahi
Segala puji hanya patut dipersembahkanوهلل الحمد ! “ sungguh allah Maha Besarهللا أكبر“ rabbi
bagi-Mu Ya Allah Tuhan semesta alam.
Pada hari ini seluruh umat Islam tidak peduli mereka hidup di tengah gemuruh dan hiruk
pikuknya kota, maupun mereka tinggal di tengah ketenangan pelosok desa, bahkan mereka
yang terpencil di lembah sunyi, semua di dalam jiwanya berdetak denyut nadi Iman yang
dalam, setiap tarikan nafasnya berhembus semangat pengabdian ilahiyah, tua atau muda, pria
atau wanita, kaya atau miskin, berpangkat atau rakyat biasa semua mengagungkan asma
Allah, melangkahkan kaki untuk menuju suatu tempat ibadah kemudian dilanjutkan shalat
sunat dua rakaat (shalat ‘id), ruku’ dan sujud sebagai pertanda kesyukuran setelah
menyempurnakan ibadah puasanya selama sebulan, meskipun di sana sini mendapat banyak
rintangan dan godaan hawa nafsu akan tetapi semuanya itu bisa terhindarkan karena dengan
iman yang melekat dalam hati mereka.
Pagi ini kita shalat ‘idil fitri lagi. Tak terasa waktu berputar satu bulan telah kita lewati puasa
pada saat ini, kita ditinggalkan bulan suci ramadhan, bulan yang penuh berkah. Imam Ali
Zaianal Abidin cucu Rasulullah selalu meninggalkan ramadan dengan penuh kesedihan
dengan air mata yang tidak henti-hentinya membasahi wajahnya. Ia mengucapkan salam
perpisahan pada bulan ramadan. Ia berpisah dengan bulan yang telah menyertainya dalam
mengabdi kepada Allah, bulan yang menaburkan.
Perspisahan bulan ramadan ini dengan orang-orang mukmin sejati laksana perpisahan antara
orang tua dengan anak. Di mana saat-saat orang tua merelakan anaknya pergi merantau ke
seberang pulau atau daerah untuk menuntut ilmu, suatu ketika orang tua sangat merindukan
anaknya di rantauan, demikian pula sebaliknya anak merindukan kedua orang tua. Akan
tetapi saat-saat yang sangat menyedihkan di mana si anak dipanggil pulang ke kampaung
halamannya untuk menemui orang tuanya yang sementara sakit parah. Saat sampai di
rumahnya ternyata menyaksikan banyak orang yang datang berbondong-bondong memasuki
rumahnya, di depan rumah ada orang yang membelah-belah bambu dan yang lainnya
kedengaran di dalam rumah membaca tahlil dan baca qur’an. Maka sang anak mecoba
melangkahkan kaki dengan pelan-pelan memasuki rumahnya. Di ruangan tamu di dapatinya
sang orang tua yang sangat dicintainya itu berbaring dengan tubuh yang kaku, badan yang
tidak bernafas lagi, tidak bisa bergerak lagi, ditutupi kain panjang, ternyata orang tua yang
dicintainya sudah menghadap kepada Sang Pencita Allahu rabbi,
Alangkah beratnya, alangkah sedihnya si anak melihat orang tuanya yang sudah tidak ada
lagi, dia hanya mengucapakan Inna Lillah wa Inna Ilaihi Raji’un, selamat jalan orang tuaku
semoga jasa-jasamu yang engku berikan kepada kami di balas di sisi Allah dan dibarengi
dengan air mata. Demikinlah gambaran orang mukmin yang di tinggalkan ioleh ramadan
yang di cintainya itu.
Kita sampaikan salam perpisahan kepada ramadhan dengan iringan do’a dan air mata sembari
mengucapkan :
“Ya Allah! Bulan ramadhan telah hadir di tengah-tengah kami dengan kehadiran yang tepuji,
telah menemani kami dengan persahabatan sejati, telah menguntungkan kami dengan
keuntungan yang terbaik di seluruh alam. Tiba-tiba ia meninggalkan kami pada akhir
waktunya pada ujung jangkanya, Ya Allah! Bersama dengan berlepasnya ramadhan ini,
lepaskan kami dari kesalahan kami dan keluarnya bulan ramadhan ini keluarkan kami dari
kekeliruan”
Bersama dengan terbitnya mentari di ufuk timur kita bergegas datang ke tempat ini, kita
hamparkan sajadah kita di atas tanah yang lembab dan dingin. Kita mengangkat kedua tangan
berualng-ulang membesarka Allah, سبحان هللا والحمد هلل وال إله إال هللا هللا أكبر kemudian bersama kita
rebahkan tubuh, kta ratakan dahi, tersungkur di hadapan Tuhan Yang Maha Agung dengan
mengucapkan “دهJJبحان ربى األعلى وبحمJJ ”سTuhanku inilah hambamu yang hina terhempas di
hadapun-Mu. Inilah ubun-ubunnya ad di tangan-Mu. Punggungnya melengkung karena
memikul besarnya dosa-dosanya. Bibirnya kelu karena tidak sanggup mensyukuri besarnya
anugerah-Mu. Di tanah lapang ini, kita semua mengakui dosa-dosa, kita memohon
perlindungan Allah yang Maha Kuasa.
Kita melakukan takbir dan shalat I’d berulangkali dalam kehidupan kita. Lebaran demi
lebaran singgah dalam perjalanan kita di dunia ini, hari demi hari kita menyaksikan berbagai
penderitaan yang dialami oleh anak manusia. jutaan orang kehilangan pekerajaan (di PHK),
jutaan orang kebingunngan bagaimana mencari makan untuk menyambung hidupnya.
Ratusan orang mati menggenaskan karena penyakit dan kesengsaraan, tidak terhitung anak-
anak yang sel-sel otaknya rusak, matanya sayu, perutnya kembung karena kekurangan gizi
dan kelaparan, kepala kita pusing, perut kita lapar, hati kita ketakutan. Hukum tidak lagi
menjadi harapan perlindungan keamanan, jaminan untuk mendapatkan keadilan adalah
sesuatu yang sanagt mahal, hukum tidak berdaya lagi, yang menjadi ukurannya adalah materi
siapa yang banyak duit habis perkara (KUHAP) “kalau ada uang habis perkara”.
ولهJJده ورسJJدا عبJJهد أن محمJJ أشهد أن ال إله إإل هللا وحده ال شريك له وأش،الحمد هلل الذى جعل شهر رمضان شهرا مباركا
المبعوث رحمة للعلمين بشيرا ونذيرا وداعيا إلى هللا بإذنه وسراجا منيرا,
Puasa diwajibkan bukan saja di dalam agama Islam, tetapi juga di dalam agama samawi
lainnya. Jadi tidak heran kalau hampir seluruh agama yang ada di dunia ini mensyariatkan
puasa. Apa pun bentuknya. Bahkan pada masyarakat yang tidak mengenal agama, seperti
pada bangsa-bangsa primitif, ditemukan adanya kebiasaan berpuasa.
Pertanyaan adalah mengapa puasa di syariatkan Allah swt pada seluruh agama? Pertama,
puasa adalah alat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hakikat keberagamaan adalah
uapaya untuk mendekati Allah. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual atau rohani kita.
Secara filosofis, kita percaya bahwa yang membedakan kita dengan makhluk-makhluk lain
adalah ruh. Sebagian orang menyatakan bahwa hakikat kemanusian seseorang terletak di
dalam ruhnya. Ada suatu penelitian tentang puasa cdi Barat. Penelitian itu mengamati
sekelompok orang yang berpuasa. Setelah beberapa hari puasa, terjadi sesuatu yang aneh.
Pikiran mereka menjadi lebih filosofis. Mereka jadi bisa berfilisafat. Sehingga dengan
demikian orang yang berpuasa selalu berfikir yang abstrak bukan pada tataran yang kongkret
atau materi.
Salah seorang psikolog “Sigmund Freud” pernah melontarkan suatu teori tentang kesenangan
anak-anak di masa kecil. Meneurutnya, ada tiga tahap perkembangan kenikmatan anak0anak
itu. Ketiganya memiliki persamaan, yaitu semuanya bersifat kongkrut, bisa dilihat dan
pemenuhannya sesegera mungkin. Kalau orang itu lapar, ia makan. Segera puaskan dengan
kesenangan pada makan dan minum. Menurut Freud, dalam ptahap awala perkembangan
kerpribadian anak, letak kenikmatan adalah pada mulutnya. Ia menyebutnya Priode Anal.
Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke mulutnya. Kesenangan
ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketiak dia menyusu pada ibunya. Dia lalu belajar
memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Pada priode ini jika anak-anak diperintahkan untuk
berjalan, dia akan berusaha mengambil sesuatu dan mencoba memasukkanya ke mulut. Bila
tidak ada sesuatu yang bisa diraih untuk diletekkan ke dalam mulutnya, dia akan memasukan
tangannya sendiri.
Pada perkembangan selanjutnya, kenikmatan itu tidak hanya terletak pada mulut. Dia
mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Seperti ketika dia
buang air besar atau buang air kecil. Masa itu di sebut masa Anal. Pada masa ini, aeaeorang
anak bisa berlama-lama di atas toilet. Dia senangn melihat tumpukan kotorannya dan kadang-
kadang ia permainkannya.
Sesudah itu, kepribadian berkembang lagi, kini bergeser untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi orang lebih dewasa. Priode ini disebut Priode Genital. Dia senang mempermainkan
alat kelaminnya dan memperlihatkannya pada orang tuanya.
Kebutuhan kita semakin hari semakin berkembang, semakin dewasa kita semakin abstraklah
kebutuhan kita. Pada saat-saat tertentu ada orang hanya samapai pada priode pertama, oral
saja. Walaupun swudah dewasa, dia hanay memperoleh kenikmatan pada makan dan minum
saja. Perbedaannya dia ubah makan dan minum dalam bentuk simbol, misalnya dalam bentuk
kepemilikan kekayaan.
Jika kita mengatkan teori yang dikemukakan di atas dengan perkembangan kehidupan
sebagaian manusia sekarang ini, menurutnya adalah mereka telah mengidap penyakit jiwa.
Mereka hanya mengejar kenikmatan dalam makan dan minum saja, atau paling tidak mereka
terhambat pada tingkat genital. Mereka seperti anak-anak, masih mencari kenikmatan dalam
mempermainkan alat kelaminnya. Hal sesui dengan ungkapa ulama kita :
الطفولة البشرية
Lembaga-lembaga modern sebagian dibuat untuk memenuhi kebutuhan itu, makan, minum,
dan seks. Bisnis makanan sampai sekarang adalah bisnis yang paling banyak menyedot uang
di dunia modern. Rata-rata kita orang Indonesia mengeluarkan lebih dari 75 % dari
penghasilan untuk makan dan minum. Bahkan tidak tanggung-tanggung di sebuah retoran di
Jakarta aset perbulannya mencapai puluhan milyar rupiah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin dewasa seseorang semakin abstrak
kebutuhannya. Kebutuhan yang paling tinggi adalah ketika seseorang berusaha memenuhi
kebutuhan ruhaniahnya bukan kebutuhan jasmanianya. Itulah orang-orang sangat dewasa. Di
bulan ramadan ini kita di latih untuk mengembangkan kepribadian kita. Kita meninggalkan
tingkat oeral, anal, dan genital ke tingkat ruahaniah yang lebih tinggi. Pada siang hari di
bulan ramadan kita meninggalkan masa kanak-kanak kita, yaitu berusaha menahan diri untuk
tidak memenuhi kebutuhan oral kita dengan tidak makan dan minum. Kita pun mencoba
untuk meninggalkan tahap genital dengan mengendalikan nafsu seks kita. Pada bulan
ramadan, kita belajar menjadi dewasa. Kita berusaha meninggalkan keterikatan pada tubuh
kita dan mulai mendekati ruh kita. Kita adalah gabungan antara ruh dan tubuh; tapi dalam
kenyataan sehari-hari kita masih terikat sekali dengan tubuh kita.
Seseorang yang sudah sampai pada tingkat yang keterikatan pada ruhnya lebih besar dari
pada keterikatan pada tubuhnya, akan mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Orang yang
sangat terikat dengan tubuhnya akan mudah sekali dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Dia
bisa kedinginan kalau udara turun. Dia bisa kegerahan kalau suhu udara naik. Sedangkan
orang yang sudah lebih terikat kepada ruh, akan bisa menciptkan tubuhnya sejuk ketika udara
amat dingin.
Menurut Murthada Muthahari, salah satu tahap dalam kewalian seseorang adalah ketika ia
sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dia tidak akan marah ketika seharusnya marah.
Dia tidak ingin membalas dendam ketika semestinya ia membalas dendam. Dia tidak sakit
hati ketika orang menyakiti hatinya. Nafsunya sudah terkendalikan. Menahan makan dan
minum serta manahan diri dari perbuatan zina sudah termasuk tingkat wali yang paling awal.
Jadi pada saat bulan puasa Insya Allah kita akan menjadi wali-wali Allah pada ting yang
paling elementer.
Oleh karena pada bulan puasa ini kita selalu berusaha untuk menjadi wali-wali Allah dengan
mengendalikan hawa nafsu kita yang hanya mementingkan kepentingan tubuh tanpa
memperhatikan kebutuhan ruhaniah kita. Janganlah terlena dengan kebutuhan jasadiahnya.
Rezki yang diberikan oleh Allah kepada hanya kebutuhan komsumtif kita. Kita tumpuk
makanan dan minuman yang berlebih untuk santap ketika buka puasa, sekan-akan suatu
kompensasi akan ketidak makanan dan ketidak minuman di siang hari. Tetapi kita harus
melihat betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa menikmati sesuap nasi untuk
berbuka puasa, kita ulurkan bantun kepada mereka gara supaya tercipta suatu kesembangan
di antara kita.
b. Setelah merasa pasti bahwa itu adalah keputusan dan ketetapan Allah,
dalam kepastiannya sebagai pemimpin, sebagai orang kaya, bahkan
sebagai orang yang bergelar Khalilullah, sebagai orang yang mempunyai
kedekatan dengan Sumber Hukum dan Sumber Kebijakan. Tidak
sedikitpun terbetik di hati Ibrahim dan keluarganya agar mereka
diperlakukan secara berbeda di dalam melaksanakan peraturan dan
ketentuan. Karena Nabi Ibrahim dan keluarganya sadar bahwa di hadapan
Hukum Allah semua manusia sama; harus taat kepada perintah, taat
kepada keputusan hukum, taat kepada peraturan dan ketentuan.
Ayat di atas Allah menyatakan bahwa daging kurban boleh dinikmati oleh
orang yang berkurban yang merupakan nikmat dan anugrah Allah, tetapi
sebagian yang lain; didistribusikan secara adil dan merata terutama
kepada mereka yang benar-benar membutuhkan sebagai bentuk
kepedulian sosial dan perhatian terhadap lingkungan.
b. Nikmat dan karunia Allah tidak hanya oleh orang-orang tertentu saja
melainkan juga oleh orang-orang yang berada di lingkungannya, terutama
oleh mereka yang berada pada posisi mustad’afin.
Ada 3 hal yang terus menerus bergerak dalam proses taqarrub إلى هللا terus
menerus bergerak tiada henti berzikir kepada Allah, ia bahkan
melakukan تخلق بأخالق هللا ; proses internalisasi,; melakukan penyontohan dan
peneladanan terhadap sifat dan akhlak Allah, sehingga akal sebagai top
exekutif (presiden) di dalam wilayah kekuasaan jasmani dan ruhani dapat
mengintruksikan kepada pancaindra dan anggota badan dengan instruksi-
instruksi yang telah terilhami, yaitu akibat hatinya yang terus menerus
berzikir dan takhalluq bi akhlaqillah . Maka yang keluar dari anggota
badannya – yaitu sebagai tahaqquq atau realisasi dari zikir dan pikir serta
proses peneladanan terhadap sifat dam akhlak Allah tadi – tiada lain
adalah aktivitas-aktivitas, produktivitas, dan inovasi-inovasi yang positif
konstruktif dan berguna yang berwujud kegiatan-kegiatan yang di dalam
bahasa agama disebut amaliyah shalihah yang pada gilirannya akan
membentuk budaya dan kebudayaan yang saleh pula.
IV. Penutup
)37 JJJJJJJJJJ: 22 : وى منكم … (الحجJJJJJJJJJJه التقJJJJJJJJJJا ولكن ينالJJJJJJJJJJا وال دماؤهJJJJJJJJJJال هللا لحومهJJJJJJJJJJلن ين ]2[
َّ Jا صJJم هللا عليهJJاذكروا اسJJ ف،يرJJا خJJعائر هللا لكم فيهJJا لكم من شJJجعلناه دنJJوالب ]3[
اJJوا منهJJا فكلJJإذا وجبت جنوبهJJف ، وافJ
)36 JJJJJJJJJ: 22 \ (الحج.كرونJJJJJJJJJلعلكم تش خرناها لكمJJJJJJJJJذلك سJJJJJJJJJ ك، ت َّرJJJJJJJJJانع والمعJJJJJJJJJوا القJJJJJJJJJوأطعم
)33 : 22 \ (الحج. ًمًّى ثم م ِحلُّهـا إلى البيت العثيقJّ لكم فيها منافع إلى أجل مس ]4[
تجدنى إنJJس
ِ ، قال يا أبت افعل ما تؤمر،ترى فلما بلغ معه السعى قال يا بنى إنى أرى فى المنام أنى أذبحك فانظر ماذا ]6[
)102 :37\ (الصافات.شاء هللا من الصابرين
Secara harfiah ‘Id al-Adha artinya adalah Hari Raya Kurban. Dinamai
demikian karena dimaksudkan untuk mengingat pengorbanan yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan keluarganya untuk dicontoh,
diteladani, dan diwujudkan nilai-nilainya oleh orang-orang yang beriman.
Cara berkurban karena Allah, seperti yang ditunjukkan oleh Allah sendiri,
yaitu bukan dengan cara membinasakan manusia, tetapi justru dengan
menyelamatkan manusia dan kemanusiaan; dengan jalan mensyukuri
nikmat dan karunia Allah, dalam rangka mengoptimalisasikan
kemanfaatan nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan oleh Allah dan
menebarkannya secara adil dan merata.
Harkat, martabat, dan kedudukan orang yang takarrub kepada Allah juga
terus menerus bergerak menuju kemuliaan dan kesempurnaan. Yaitu
seiring dengan amaliyah –amaliyah salihah yang ia lakukan dan prestasi-
prestasi mubarakah yang ia raih.
Dengat semangat taqarrub kepada Allah kita tingkatkan zikir dan pikir
kita, kita tingkatkan semangat pengorbanan dan solidaritas, kita
tingkatkan proses penyontohan serta peneladanan terhadap sifat dan
akhlak Allah tertutama terhadap sifat-sifat-Nya Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, Maha Pengatur dan Maha Pemelihara, Maha Pemberi
Pertolongan dan Maha Penyantun, Maha Pemaaf dan Maha Pemberi
Nikmat, Maha Pelimpahan Kebaikan dan Maha Pemberi Karunia, Maha
Pemberi tobat dan Maha Pembebas dari segala penderitaan dunia
maupun penderitaan akhirat. Dengan cara seperti itulah إن شاء هللاkita akan
mampu menghadapi krisis-krisis yang kini sedang melanda kita bangsa
Indonesia; Hanya dengan cara meningkatkan zikir dan pikir dengan
meningkatkan taqarrub kita kepada Allah dan berakhlak dengan sifat dan
akhlak Allah, dengan memohon taufiq, hidayah, dan “inayah Allah, kita
akan dapat melewati segala bentuk krisis tersebut karena kita senantiasa
bersama Allah. Kita dapat menjalani hidup dan kehidupan ini dengan
sukses , penuh dengan rahmat, maghfirah, keberkahan, dan keridhaan-
Nya apapun tantangan dan ujiannya! Kita memohon kiranya Allah SWT
berkenan memberi kekuatan dan kemampuan kepada kita, memberikan
taufiq, hidayah, dan ‘inayah-Nya kepada kita semua, terutama kepada
mereka yang berada pada posisi “bisa membantu” mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
ىMMا قاضMMدعوات ويMMإنه قريب مجيب ال ، األحياء منهم واألموات، والمؤمنين والمؤمنات،اغفر للمسلمين والمسلمات اللهم
. والحمد هلل رب العالمين.يا أرحم الراحمين برحمتك،الحاجات ويا غافر الذنوب والخطيئات
. والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
)207 : 2: (البقرة. وهللا رؤوف بالعباد، ومن الناس من يشرى نفسه ابتغاء مرضات هللا ]1[
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar
Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah
olehmu nama Allah ketika kamuj meyembelinya dalam keadaan berdiri
(dan telah terikat). Dan kemudian telah roboh (mati), maka makanlah
sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada
padanya (yang tidak minta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah
Kami telah menundukkan unta-unta itu kepadamu, mudah-mudahan
kamu bersyukur.
Maka tatkala anak itu sampai pada usia dapat berusaha bersama-sama
Ibrahi, Ibrahim berkata; “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu . Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia menjawab : Wahai ayahku , kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar. (102)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya .(103)
Dan Kami panggil dia: Hai Ibrahim. (104)
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.(105)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106)
Dan Kami tebus anak itu dengan seokor sembelihan yang besar. (107)
Sumber sini
Karena itu, sudah sewajarnya kita merenungi makna hari raya ini
yang merupakan hari raya keagamaan, sehingga kita dapat mengetahui
hikmah dan makna di balik itu. Idul Fitri dari segi bahasa berarti
kembali suci. Fitrah atau kesucian asal manusia adalah sebutan untuk
rancangan Allah swt mengenai kita, artinya kita ini diciptakan dengan
rancangan sebagai makhluk suci yang sakral.
البرمااطمان إليه القلب واطمأنت إليه النفس وا إلثم ما حاك قي القلب و تر ددفي الصد ر
Artinya:
“Kebajikan ialah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang. Dan dosa
ialah sesuatu yang terasa tak karuan dalam hati dan terasa bimbang di
dada” (HR Ahmad).
ََما َكانَ إِ ْب َرا ِهي ُم يَهُو ِديًّا َواَل نَصْ َرانِيًّا َولَ ِك ْن َكانَ َحنِيفًا ُم ْسلِ ًما َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين
Terjemahnya:
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasarani, akan
tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri kepada Allah dan
sekali-kali dia bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik” (QS. Al
Imran: 67).
Jadi menurut firman Allah di atas, bahwa agama yang benar ialah
kemanusian primordial artinya sesuatu yang asli, yang berasal dari pokok
atau pangkal diciptakan. Idul Fitri adalah hari raya untuk merayakan
kembalinya fitrah, setelah hilang dan diketemukan kembali atau berhasil
diketemukan. Hal itu karena adanya ibadah puasa yang berintikan latihan
menahan diri dari godaan-godaan, seperti dilambangkan dengan makan
dan minum serta hubungan biologis.
Pahala puasa tentunya tidak tergantung seberapa jauh kita lapar dan
haus. Melainkan tergantung pada, apakah kita menjalankannya dengan
iman dan ihtisab kepada Allah, serta penuh instrospeksi diri atau tidak.
Bukti lebih jauh bahwa pahala puasa tidak tergantung pada seberapa
jauh kita lapar dan haus adalah disunatkannya berbuka puasa sesegera
mungkin yang dalam istilah agama disebut ta’jil. Jadi semakin cepat kita
berbuka puasa, makin besar pahalanya. Sedangkan sahur disunatkan
seakhir mungkin, karena semakin akhir sahur kita semakin besar pula
pahalanya. Dan nabi Muhammad saw. tetap menganjurkan kita sahur,
meskipun tidak ada nafsu makan karena merasa kenyang, karena
menurut beliau dalam sahur ada berkah.
Hal ini semua menunjukkan bahwa, Allah tidak menghendaki kita tersiksa,
tetapi Allah menghendaki kita melatih menahan diri dari godaan-godaan
yang terkadang menjerumuskan kepada kesesatan. Maka pahala ibadah
puasa tergantung kepada seberapa jauh kita bersungguh-sungguh
melatih menahan diri, melatih untuk tidak tergoda, sebab salah satu
kelemahan manusia memang terkadang tidak bisa menahan diri. Dalam
al-Qur’an banyak disebutkan bahwa diantara kelemahan manusia ialah
pandangannya yang pendek, Allah berfirman:
)21(َ) َوتَ َذرُونَ اآْل ِخ َرة20(ََكاَّل بَلْ تُ ِحبُّونَ ْال َعا ِجلَة
Terjemahnya:
“Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu (hai manusia)
mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan kehidupan akhirat”(QS. Al-
Qiyamah:20-21)
ُ َض َّل َس ْعيُهُ ْم فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوهُ ْم يَحْ َسبُونَ أَنَّهُ ْم يُحْ ِسنُون
)104(ص ْنعًا َ َ)الَّ ِذين103( م بِاأْل َ ْخ َس ِرينَ أَ ْع َمااًلJْ قُلْ هَلْ نُنَبِّئُ ُك
Terjemahnya:
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatannya? “Yaitu orang-orang yang telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupannya di dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al-Kahfi: 103-
104).
“Barang siapa berpuasa ramadhan karena iman dan ihtisab, niscaya Allah
akan mengampuni dosanya yang telah lalu”
ريب مجيبJJميع قJJك سJJ ان،واتJJاء منهم واآلمJJات اآلحيJJنين والمؤمنJJلمات والمؤمJJلمين والمسJJاللهم اغفرللمس
وياقاضي الحاجا،دعوات
Khutbah Idul fitri ini disusun Oleh: Nur Hidayat Muh. Said
َ َق َو ْع َد ْه َو ن
ص َر َع ْب َد ْه َ ص َدَ ال إ له إال هللاُ َوحْ َد ْه،ًص ْيال ِ َ} هللا أكبر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللاِ بُ ْك َرةً َوأ7 ×{ هللا أكبر
َ َولَوْ َك ِرهَ ْال َكافِرُوْ نَ َولَوْ َك ِره، ص ْينَ لَهُ ال ِّديْن
ِ ِ ال إ له إال هللاُ َو الَ نَ ْعبُ ُد إِالَّ إِيَّاهُ ُم ْخل، اب َوحْ َد ْه َ َوأَ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَزَ َم ْاألَحْ َز
. هللا أكبر وهلل الحمد، ال إ له إال هللا وهللا أكبر، َْال ُم ْش ِر ُكوْ نَ َولَوْ َك ِرهَ ْال ُمنَافِقُوْ ن
ُضيَافَةً لِلصَّائِ ِم ْينَ َوفَرْ َحةً لِ ْل ُمتَّقِ ْينَ أّ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إله إِالَّ هللا ِ ط ِر ْ ِصيَ ِام لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو َج َع َل ِع ْي َد ْالف َ اَل َح ْم ُدهللِ الَّ ِذى َج َع َل َر َم
ِّ ضانَ َش ْه َر ال
َلى َ صلِّ َو َسلِّ ْم ع
َ َلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع َ َ اَللّهُ َّم ف، ق ْال َو ْع ِد ْاألَ ِم ْي ِن
ُ صا ِد َ ُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا محمدا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه َُوحْ َده
}َّاح ِم ْينَ {أما بعد ِ يَا أرْ َح َم الر َآل ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ َوعَل َى التَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِع التَّابِ ِع ْينَ َو َعلَ ْينَا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِك
َ
ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ َءانُ هُدًى َ َش ْه ُر َر َم: قَا َل هللاُ تَ َعال َى، َ َواتَّقُوْ ا هللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن،ْث َما ُك ْنتُ ْم ُ فَيَا ِعبَا َدهللاِ إِتَّقُوْ ا هللاَ َحي
ُ
ُص ْمهُ َو َم ْن َكانَ َم ِريضًا أَوْ َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّد ةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أخَ َر ي ُِري ُد هللا ُ َت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي ٍ اس َوبَيِّنَا ِ َّلِلن
}١٨٥ : بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َو الَ ي ُِري ُد بِك ُم ال ُعس َْر َولِتك ِملوا ال ِع َّد ةَ َولِت َكبِّرُوا هللاَ َعلى َما هَدَاك ْم َول َعلك ْم تَشكرُونَ {البقرة
ُ ْ ُ َّ َ ُ َ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ
Dalam suasana pagi hari yang khidmat berselimut rahmat dan kebahagiaan ini, marilah kita
senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah swt, atas segala curahan rahmat dan
nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga di pagi hari ini kita dapat menunaikan ibadah shalat
‘idul fitri dengan khusyu’ dan tertib.
Hari ini, takbir dan tahmid berkumandang, mengagungkan asma Allah swt. Gema takbir yang
disuarakan oleh lebih dari satu setengah milyar umat manusia di muka bumi ini, menyeruak
di setiap sudut kehidupan, di masjid, di lapangan, di suaru, di kampung-kampung, di gunung-
gunung, di pasar, dan di seluruh pelosok negeri umat Islam. Bahkan di daerah-daerah yang
sedang mendapatkan cobaan besar dari Allah swt, seperti saudara-saudara kita umat muslim
Rohingya di Myanmar, umat muslim di Palestina, dll.
Pekik suara takbir itu juga kita bangkitkan di sini, di bumi tempat kita bersujud dan
bersimpuh kepada-Nya. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh
rendah suara malaikat nan khusyu’ dalam penghambaan diri mereka kepada Allah swt.
Getarkan qalbu mukmin yang tengah dzikrullah, penuh mahabbah, penuh ridha, penuh raja’
akan hari perjumpaannya dengan Sang Khaliq, Dzat yang mencipta jagat raya dengan segala
isinya.
Kumandang takbir dan tahmid itu sesungguhnya adalah wujud kemenangan dan rasa syukur
kaum muslimin kepada Allah swt atas keberhasilannya meraih fitrah (kesucian diri) melalui
mujahadah (perjuangan lahir dan bathin) dan pelaksanaan alam ibadah selama bulan suci
Ramadhan yang baru berlalu. Allah swt menegaskan :
}185 : … َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هللاَ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُونَ {البقرة
Dalam suasana kemenangan ini, marilah kita menghayati kembali makna kefitrahan kita, baik
sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifatullah fi al-ardhi. Idul fitri yang dimaknai
kembali kepada kesucian ruhani, atau kembali ke agama yang benar, sesungguhnya
mengisyaratkan bahwa setiap orang yang merayakan Idul Fitri berarti dia sedang merayakan
kesucian ruhaninya, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap keberagamaan yang
benar, keberagamaan yang diridhai oleh Allah swt. Di sinilah seungguhnya letak keagungan
dan kebesaran hari raya Idul Fitri, hari di mana para hamba Allah merayakan keberhasilannya
mengembalikan kesucian diri dari segala dosa dan khilaf melalui pelaksanaan amal shaleh
dan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Muhammad
saw :
Artinya : “Bagi siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan
dilaksanakan dengan benar, maka diampuni (oleh Allah swt) dosa-dosanya yang terdahulu.”
[HR. Muslim, Kitab Shahih Muslim, Juz 5, hlm. 131]
Namun patut diingat, bahwa dosa atau kekhilafan antar sesama manusia, ia baru terampuni
apabila mereka saling memaafkan, dan karena itulah, mari kita jadikan momentum Idul Fitri
yang suci ini untuk saling meminta dan memberi maaf atas segala kesalahan antar sesama,
kita buang perasaan dendam, kita sirnakan keangkuhan dan kita ganti dengan pintu maaf dan
senyum sapa yang tulus penuh dengan persaudaraan dan kehangatan silaturahmi antar
sesama.
ُّ َ َوال }19{ُصير
ُ الظلُ َم
ات َو ِ َ} َو َما يَ ْست َِوي ْاألَ ْع َمى َو ْالب18{ُصير
ِ … َو َم ْن تَزَ َّكى فَإِنَّ َما يَتَ َز َّكى لِنَ ْف ِس ِه َو إِلَى هللاِ ْال َم
}21{ُ} َو الَ الظِّلُّ َو الَ ْال َحرُور20{ُالَ النُّور
Pada ayat tersebut, Allah swt membandingkan antara orang yang mampu mensucikan
jiwanya dengan yang suka mengotorinya, laksana orang yang melihat dengan orang yang
buta, laksana terang dan gelap, laksana teduh dan panas. Sungguh sebuah metafora yang patut
kita renungkan. Allah seolah hendak menyatakan bahwa manusia yang suci, manusia yang
baik, manusia yang menang dan beruntung itu adalah mereka yang mau dan mampu melihat
persoalan lingkungannya secara bijak dan kemudian bersedia menyelesaikannya, mereka
yang mampu menjadi lentera di kala gelap, dan menjadi payung berteduh di kala panas dan
hujan. Mereka inilah pemilik agama yang benar, agama yang hanafiyyah wa al-samhah,
terbuka, toleran, pemaaf dan santun. Inilah agama tauhid, agama Nabi Ibrahim dan
keturunannya Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, dan Nabi Muhammad saw.
Idul Fitri pada hakikatnya memberikan pesan kepada kita, bahwa syari’at Islam mengajarkan
kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian
sosial yang tinggi. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Duduk sama rendah, berdiri
sama tinggi. Rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan.
Segala kelebihan yang melekat di dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya
disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat. Merupakan
nikmat agar senantiasa disyukuri, dan sebagai amanat supaya digunakan dengan sebaik-
baiknya sesuai ketentuan allah swt. Hal yang demikian karena fitrah pada hakikatnya adalah
gabungan dari tiga unsur kehidupan sekaligus, yakni (1) keindahan, (2) kebenaran, (3)
kebaikan. Seseorang yang beridul fitri berarti telah mampu mengembalikan fitrahnya
sehingga dapat berbuat yang indah, baik dan benar.
Perbutan yang indah akan melahirkan seni dan estetika, dan seni akan menghasilkan
kreatifitas yang membangun dan menyejukkan. Perbuatan baik akan menimbulkan etika dan
menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan harmonis. Sementara kebenaran akan
menghasilkan ilmu pengetahuan yang mengantarkan kemajuan peradaban umat manusia.
Karenanya, perubahan ke arah yang lebih baik hanya dapat diwujudkan oleh pribadi-pribadi
yang dalam dirinya telah bersemi kefitrahan.
Oleh karena fitrah manusia dapat berubah dari waktu ke waktu karena pergaulan, karena
pengaruh budaya dan lingkungan, karena latar belakang pendidikan dan faktor-faktor lainnya.
Maka, agar fitrah itu tetap terpelihara kesuciannya, hendaknya ia selalu mengacu pada pola
kehidupan Islami yang berlandaskan al-Qur’an, al-Sunnah dan teladan para ulama’. Pola
kehidupan yang bersendikan nilai-nilai agama dan akhlak mulia, sehingga dirinya diharapkan
mampu membangun manusia seutuhnya, insan kamil yang memiliki keutuhan iman, keluasan
ilmu pengetahuan serta tangguh menjawab berbagai peluang dan tantangan kehidupan.
Karena itu, segala kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan suci Ramadhan baik
ibadah puasa, tarawih, membaca dan memahammi al-Qur’an, peduli kaum dhu’afa,
mengendalikan amarah dan hawa nafsu, menjaga kejujuran, hendaknya tetap kita lestarikan
dan bahkan kita tingkatkan sedemikian rupa agar dapat menjadi tradisi yang mulia dalam diri,
keluarga dan lingkungan masyarakat kita, sehingga fitrah yang telah kita raih di hari yang
agung ini akan tetap terpelihara hingga akhir kehidupan kita. Marilah kita jadikan spirit
ibadah puasa sebagai perisai diri kita dari godaan dan ujian kehidupan di masa-masa
mendatang.
Adapun tujuan final disyari’atkannya ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi
muttaqin yang memiliki karakter seperti disinyalir Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 134-
135 :
ِ َ} َوالَّ ِذينَ إِ َذا فَ َعلُوا ف134{ َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين ُاس َوهللا
ًاح َشة ِ َّاظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن ِ ضرَّا ِء َو ْال َك
َّ الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال
}135{ َصرُّ وا َعلَى َما فَ َعلُوا َوهُ ْم يَ ْعلَ ُمون َ ُ فَا ْستَ ْغفَرُوا لِ ُذ نُو بِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغفِ ُر ال ُّذ ن َأَوْ ظَلَ ُموا أَ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هللا
ِ ُوب إِالَّ هللاُ َو لَ ْم ي
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.[134] Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.[135]” [QS. Ali Imran : 134-135]
Dengan menghayati pesan ayat tersebut, maka segala aktifitas ibadah yang kita laksanakan
hendaknya tidak hanya terjebak pada rutinitas ritual yang kering makna, akan tetapi
‘amaliyah ibadah yang kita jalankan seharusnya mampu menangkap hikmah syari’ah di balik
pelaksanaan ibadah itu, yakni memperbaiki kepribadian dan prilaku kita dari ke-thalih-an
menuju ke-shalih-an, dari kekotoran menuju kesucian, dari kebrutalan menuju keramahan,
dari kekikiran menuju kedermawanan, dari kezhaliman menuju keadilan, dari ketidaktahuan
menuju pencerahan, dan seterusnya. Sebab, seluruh amal ibadah yang disyari’atkan Islam
sesungguhnya dimaksudkan dari, oleh dan untuk umat manusia itu sendiri.
Ibadah shaum pada hakikatnya merupakan suatu proses penempaan dan pencerahan diri,
yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah prilaku setiap muslim, menjadi
orang yang semakin meningkat ketakwaannya. Melalui ibadah shaum, sebagai manusia yang
memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu, kita dilatih untuk
mengendalikan diri supaya menjadi manusia yang dapat berprilaku sesuai dengan fitrah
aslinya. Fitrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti ketentuan Allah swt.
Melalui proses pencerahan yang terkandung di dalam ibadah shaum, diharapkan setiap
muslim menjadi manusia yang di manapun kehadirannya, terutama dalam masyarakat yang
bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama.
Risalah Islam sesunggunya bukan hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tapi ajarannya
juga sarat dengan nilai-nilai yang universal. Seperti ajaran yang menekankan pentingnya
setiap muslim agar mau dan mampu memberi manfaat kepada sesama (simbiosis
mutualisme). Dalam pandangan Islam, salah satu indikator kualitas kepribadian seseorang
adalah seberapa besar kahadirannya mampu memberi manfaat kepada sesama, atau dalam
bahasa lain, semakin besar kemampuan seseorang memberikan manfaat kepada orang lain,
maka semakin unggul pula kualitas keberagamaannya. Rasulullah Muhammad saw bersabda :
Artinya : “Dari Jabir ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Sebaik-baiknya manusia (muslim)
adalah orang yang paling (banyak) memberi manfaat kepada manusia.” [HR. Syihab al-
Qudha’i, Kitab Musnad Syihab al-Qudha’i, Juz 4, hlm. 365]
Hal lain yang perlu kita sadari dalam mengarungi samudra kehidupan ini adalah, bahwa telah
menjadi sunnatullah bila kehidupan ini diwarnai dengan susah dan senang, tangis dan tawam
rahmat dan bencana, menang dan kalah, peluang dan tantangan, yang acap kali menghiasi
dinamika kehidupan kita. Orang bijak sering berkata “hidup ini laksana roda berputar”,
sekali waktu bertengger di atas, pada waktu yang lain tergisal di bawah. Kemarin sebagai
pejabat, sekarang kembali menjadi rakyat, suatu saat pernah menjadi kaya dan pada saat yang
lain hidup sengsara, kemarin sehat bugar, saat ini berbaring sakit tidak berdaya, bahkan
mungkin tetangga kita, saudara-saudara kita, orang tua kita, suami/istri kita, anak-anak kita
tahun kemarin masih melaksanakan nikmatnya shalat ‘ied di samping kita, sekarang mereka,
orang-orang yang kita cintai itu telah meninggalkan kita kembali keharibaan Allah swt.
Kehidupan ini tidak ada yang kekal, semua akan terus bergerak sesuai denga kehendak dan
ketentuan rabbul ‘alamin, Allah Jalla Sya’nuhu.
Hadirin, sebagai seorang mukmin tentu tidak ada celah untuk bersikap frustasi dan menyerah
kepada keadaan, akan tetapi harus tetap optimis, bekerja keras dan cerdas seraya tetap
mengharap bimbingan Allah swt, karena sesungguhnya rahmat dan pertolongan Allah akan
senantiasa mengiringi hamba-hamba-Nya yang sabar dan teguh menghadapi ujian. Sebagai
seorang mukmin, kita juga tidak boleh hanyut dalam godaan dan glamornya kehidupan yang
menipu dan fana ini. Justru sebaliknya, orang mukmin harus terus menerus berusaha
mengobarkan obor kebajikan, menebarkan marhamah, menegakkan dakwah, merajut
ukhuwah dan menjawab segala tantangan dengan penuh kearifan dan kesungguhan.
Bukankah Allah swt telah berjanji :
}139 : تَحْ َز نُوا َوأ َ ْنتُ ُم ْاألَ ْعلَوْ نَ إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِينَ {آل عمران ََو الَ تَ ِهنُوا َو ال
Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” [QS. Ali Imran : 139]
Ayat tersebut menegaskan kepada kita agar kita senantiasa berupaya memanfaatkan umur
yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, usia yang masing-masing kita punyai pasti akan
tetap menghadapi tantangan, ujian dan selera kehidupan yang menggoda, karenanya kita
harus tetap mawas diri dan tidak terbuai dengan nafsu angkara murka yang suatu saat dapat
menjerumuskan kita dalam lembah kenistaan, kita pergunakan kesempatan dan sisa umur
yang kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir ini untuk memperbanyak bekal dan amal
shaleh guna meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di alam dunia yang fana ini
maupun di alam akhirat yang kekal abadi.
Suatu saat Lukman al-Hakim, seorang shalih yang namanya diabadikan Allah di dalam al-
Qur’an pernah menyampaikan taushiyah kepada putranya :
Artinya : “Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini laksana lautan yang sangat dalam dan
telah banyak manusia yang tenggelam di dalamnya, oleh karenanya, jadikanlah takwa
kepada Allah sebagai kapal untuk mengarunginya, iman sebagai muatannya, dan tawakkal
sebagai layarnya, niscaya engkau akan selamat sampai tujuan.” [Kitab al-Tahrir wa al-
Tanwir, Bab 19, Juz 11, hlm. 130]
Hadirin, pada akhirnya marilah kita tampil pada hari ini dengan sebaiknya untuk saling
memaafkan. Maka sebarkan rasa damai dan kasih sayang, hapuslah luka lama, tinggalkan
dendam permusuhan dan kita hapus rasa kebencian. Idul fitri hanya pantas dirayakan oleh
orang-orang yang telah berpuasa Ramadhan dan orang-orang yang ikhlas untuk saling
memaafkan, dan mau berlapang dada menerima kembali kehadiran orang-orang yang dulu
sangat dibencinya. Sebaliknya bersedihlah orang-orang yang gagal memenuhi undangan
Ramadhan, orang-orang yang tidak mau meminta maaf atau enggan memberi maaf pada
orang lain.
Allah swt selalu memanggil hamba-hamba-Nya yang beriman agar mau membuka diri dan
toleran seperti firman-Nya dalam surat an-Nuur ayat 22:
}22 : لَ ُك ْم َوهللاُ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم{النور َُو ْليَ ْعفُوا َو ْليَصْ فَحُوا أَالَ تُ ِحبُّونَ أَ ْن يَ ْغفِ َر هللا
Artinya : Dan hendaklah mereka mema`afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[QS. an-Nuur : 22]
Untuk menutup khutbah Idul Fitri tahun 2012 ini, marilah kita bersama-sama menengadahkan
tangan berdo’a kepada Allah swt dengan penuh harapan dan keikhlasan :
Ya Allah, berilah petunjuk, rahmat dan karunia kepada kami dalam menempuh kehidupan ini.
Berilah kami kekuatan dan kemampuan agar kami senantiasa dapat berpegang teguh kepada
ajaran-ajaran-Mu kapanpun dan dimana pun kami berada. Tumbuhkanlah kecintaan,
keikhlasan dan ketulusan di dalam hati kami untuk saling memaafkan, mencintai dan
melindungi. Ya Allah, dihari yang mulia ini turunkanlah kepada kami cahaya yang menyinari
hati kami dan yang memberi kekuatan dalam menjalani hari-hari ini dan dalam menempuh
hari-hari yang akan datang. Ya Rabb, berilah petunjuk dan kemampuan kepada para
pemimpin kami agar dapat membawa bangsa ini keluar dari segala kesulitan menuju ke
dalam suasana kedamaian dan kemakmuran di bawah ampunan dan keridhaan-Mu. Ya Allah
ya Jabbar, berilah kekuatan dan pertolongan-Mu bagi saudara-saudara kami di Palestina,
Rhongya di Myanmar, dan ditempat-tempat lain yang sangat membutuhkan kekuatan-Mu ya
Allah.
ك أَ ْعدَا َء ال ِد ْي ِن
اخ ُذ ِل ْال َكفَ َرةَ َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ أَ ْعدَائَ َ
اللهُ َّم أَ ِع َز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْ
َجٌر َع ِظيم ِ َّ و ْاعلَموا أَمَّنَا أَموالُ ُكم وأَوال ُد ُكم فِْتنَةٌ وأ
ْ َن اهللَ عْن َدهُ أ َ ْ ْ َ ْ َْ ُ َ
“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 28 tersebut, dengan sangat tegas
mengingatkan bahwa apa yang kita miliki di dunia ini adalah ujian. Sesungguhnya pakaian
bagus yang kita kenakan, kendaraan yang kita naiki, dan rumah yang kita tinggali, adalah
kekayaan yang diamanatkan oleh Allah kepada kita. Semua itu adalah titipan dan amanah
yang diberikan oleh Allah sebagai ujian, agar dengan ujian tampak jelas siapakah di antara
kita yang terbaik amalnya, agar jelas pula siapa di antara kita yang bersyukur dan siapa yang
mengingkarinya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Sebagian orang hanya merasa bahwa dirinya sedang diuji ketika ditimpa musibah dan
kefakiran. Padahal Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjelaskan
bahwa kesenangan dan berlimpahnya harta benda, adalah juga ujian dari-Nya. Allah
berfirman dalam surat Al-Anbiya’ ayat 35:
Khotbah
Khutbah Idul Fitri 1428 H
Print
Download
Send
Ahad, 07/10/2007 21:24
KHUTBAH PERTAMA
صائِ ٌم َواَ ْف َ
ط ْر صا َم َ هللاُ اَ ْكبَ ْر ( )×3هللاُ اَ ْكبَ ْر ( )×3هللاُ اَكبَ ْر ( )×3هللاُ اَ ْكبَ ْر ُكلَّ َما َه َّل ِهالَ ٌل َواَ ْب َد َر هللاُ اَ ْكبَ ْر ُكلَّما َ َ
اب َواَ ْمطَ ْر َو ُكلَّما َ نَبَتَ نَبَاتٌ َواَ ْزه َْر َو ُكلَّ َما اَ ْط َع َم قَانِ ُع ْال ُم ْعت َْر .هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر الَ س َح ٌ هللاُ اَ ْكبَ ْر ُكلَّما َ تَ َرا َك َم َ
ضانَ َوعْي َد صيا َ ِم َر َم َ سلِ ِميْنَ ِع ْي َد ْالفِ ْط ِر بَ ْع َد ِ لح ْمدُ .اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذى َج َع َل ِل ْل ُم ْ
اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َو هللِ ْا َ
ش ِر ْي َك لَهُ لَهُ ْال َملِ ُك ْال َع ِظ ْي ُم ْاالَ ْكبَ ْر
ش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ ض َحى بَ ْع َد يَ ْو ِم َع َرفَةَ .هللاُ اَ ْكبَ ْر ( )×3اَ ْ ْاالَ ْ
.س ْولُهُ الشَّافِ ُع فِى ْال َم ْحش َْر نَبِ َّي قَ ْد َغفَ َر هللاُ لَهُ َما تَقَ َّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه َو َما تَأ َ َّخ َر ُ سيِّدَنا َ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر
َ َّش َه ٌد اَن ْ ََوا
فَيَا.ُ اَ َّما بَ ْعد. هللاُ اَ ْكبَ ْر.س َوطَهَّ ْر َ الر ْجِّ َب َع ْن ُه ُم َ ص َحابِ ِه الَّ ِذيْنَ اَ ْذه ْ َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َوا َ ص ِّل عَل َى َ الل ُه َّم
و م ل س م مُ ت ْ
ن َ او َّ ال ا
ََ َ َّ ِ ِ َ ُ ْ نَّ ِ َ ْ ُ ْ ِ ُ ْ ن ُ ت و م َ ت َ ال و ه ت اَ قُ ت ق ح هللا واُ قَّ تِ ِِعبَا َدهللا
ا
Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh
setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman
Allah SWT:
ْ ََولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّ ُرهللاَ َعلَى َما َهدَا ُك ْم ولَ َعلَّ ُك ْم ت
َش ُك ُر ْون
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan
Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita
tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.
Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah
pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh
keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini
tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini
kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita
bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan
rahmat dan maghfiroh-Nya sebagaimana yang tersurat dalam sebuah hadis Qudsi:
ُ ُ يَا َمالَئِ َكتِى ُك ُّل عَا ِم ٍل يَ ْطل:ضانَ َو َخ َر ُج ْوا اِل َى ِع ْي ِد ُك ْم يَقُ ْو ُل هللاُ تَ َعال َى
ُب اُ ْج َرهُ اَنِّى قَ ْد َغفَ ْرت َ ش ْه َر َر َم َ صا ُم ْواَ اِ َذا
يَا ِعبَا ِدى:ت فَيَقُ ْو ُل هللاُ تَ َعالَى ٍ سنَا َ ُ يَا اُ َّمةَ ُم َح َّم ٍد اِ ْر ِج ُع ْوااِلَى َمنَا ِزلِ ُك ْم قَ ْد بَ َد ْلت:ٌلَ ُه ْم فَيُنَا ِدى ُمنَاد
َ سيِّئَاتِ ُك ْم َح
ص ْمتُ ْم لِى َواَ ْفطَ ْرتُ ْم لِى فَقُ ْو ُم ْوا َم ْغفُ ْو ًرا لَ ُك ْم
ُ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan
hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang
mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni
mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat
tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah
pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka
bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.”
Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum dan hikmah,
faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan
yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah. Sebab 12 jam x
30 hari mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semula sesuatu yang halal
menjadi haram. Makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka
di bulan Ramadhan menjadi haram.
Sementara dari aspek sosial, semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya pernah
merasakan lapar. Oleh karena itu, ada tiga pesan dan kesan Ramadhan yang sudah semestinya
kita pegang teguh bersama.
Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu
sebagai musuh yang tidak pernah berdamai. Rasulullah SAW bersabda: Jihad yang paling
besar adalah jihad melawan diri sendiri. Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan
bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri
marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat. Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk
dikendalikan dan dibersihkan adsalah naluri Syahwat.
Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat,
tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan
manusia menuju pintu kebahagiaan. Pertama, sifat kebinatangan ( ;) َب ِه ْي َم ْةtanda-tandanya
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas (سبُ ِعيَّ ْة َ );
tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang
sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya
mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia.
Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa
niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat mengkhawatirkan. Dimana
keadilan akan tergusur oleh kezhaliman, hukum bisa dibeli dengan rupiah, undang-undang
bisa dipesan dengan Dollar, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa
lupa akan tanggungjawabnya, rakyat tidak sadar akan kewajibannya, seluruh tempat akan
dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya
dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya.
Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah ( ;) ُربُ ْوبِيَّ ْةditandai
dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang
bulan Ramadhan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam
jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur'an, prilakunya dihiasi budi
pekerti yang luhur (akhlaqul karimah). Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan
pasca Ramadhan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini
menampakkan tiga hal sebagai pakaiannya: menahan diri dari hawa nafsu, memberi ma`af
dan berbuat baik pada sesama manusia sebagaimana firman Allah:
"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)
Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah indah justru pada detik-detik akhir
Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan
zakat fithrah kepada Ashnafuts Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang
berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin tampak bagaimana tali silaturrahmi
serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi
dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati
maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong
menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang
yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan,
sejalan hatinya sebab ِ ُكلُّ ُك ْم ِعيَا ُل هللا, kalian semua adalah ummat Allah.
Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya
sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana yang
terkandung dalam hadis Qurthubi:
َ َص َدقَتُهُ ف
ْصا َرت ِ اِنّ ِى َرأَ ْيتُ ْالبَا ِر َحةَ ع ََجا ً َرأَ ْيتُ ِمنْ اُ َّمتِى يَتَّقِى َوه ََج النَّا َر َو
َ ْش َر َرهَا بِيَ ِد ِه عَنْ َو ْج ِه ِه فَ َجائَت
س ْت ًرا ِمنَ النَّا ِر
ِ
Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian
dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian
datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka."
Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah mengorbankan segala
yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari
Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad
yang paling besar. Dengan demikian, jihad akan terus hidup di dalam jiwa ummat Islam baik
dalam kondisi peperangan maupun dalam kondisi damai. Jihad tetap dijalankan.
Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan bukanlah jihad
mengangkat senjata. Akan tetapi jihad mengendalikan diri dan mendorong terciptanya sebuah
sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sejahtera serta bersendikan atas nilai-nilai
agama dan ketaatan kepada Allah.
Mengingat adanya aliran Islam yang mengkampanyekan jihad dengan senjata di negara
damai Indonesia ini, maka perlu untuk ditekankan lebih dalam bahwa jihad seharusnya
dilandasi niat yang baik dan dipimpin oleh kepala pemerintahan, bukan oleh kelompok atau
aliran tertentu. Jangan sampai mengatasnamakan kesucian agama, akan tetapi tidak bisa
memberikan garansi bagi kemaslahatan umat Islam. Islam haruslah didesain dan bergerak
pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan ummat.
Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai agama
teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin),
agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian.
Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya
mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sehatera
yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari
seluruh hal yang dapat merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain.
ي الت َِّجا َر ِة اَ َح ُّب اِلَى هللاِ فَنَت ََج ُّر فِ ْي َها فَنُ ِزلَتْ (يآاَيُّ َهاَّ َص َحابَ ِة قَالُ ْوا يَا نَبِ َّي هللاِ لَ َو َد ْدنَا اَنْ نَ ْعلَ َم ا َّ ض ال َ ى اَنَّ بَ ْع َ ُر ِو
ِسبِ ْي ِل هللا
َ س ْولِ ِه َوت َُجا ِهد ُْونَ فِى ُ تُؤْ ِمنُ ْونَ بِاهللِ َو َر.ب اَلِ ْي ٍم َ
ٍ الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َه ْل اَ ُدلُّ ُك ْم عَل َى تِ َجا َر ٍة تُ ْن ِج ْي ُك ْم ِمنْ َعذا
ْ
ت ت َْج ِرى ِمنْ ت َْحتِ َها ْاالَن َها ُر ْ ُ
ٍ يَغفِ ْر ل ُك ْم ذنُ ْوبَ ُك ْم َويُد ِْخل ُك ْم َجنَّا. َس ُك ْم َذالِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم اِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون
َ ْ ِ ُبِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنف
)ْن َذلِ َك ْالفَ ْو ُز ْال َع ِظ ْي ُمٍ ت َعد ِ سا ِكنَ طَيِّبَةً فِى َجنَّا َ َو َم
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah
keberuntungan yang besar." (QS Ash-Shaff:10-12)
Dalam konteks sosial masyarakat kita saat ini, dimana masih banyak sektor sosial yang perlu
pembenahan lebih lanjut. Maka makna jihad harus mengacu pada pengentasan masalah-
masalah sosial. Oleh sebab itu, sudah selayaknya pada momentum lebaran saat ini, bukan
hanya pakaian yang baru akan tetapi gagasan-gagasan baru juga harus dikedepankan untuk
mengentaskan masalah-masalah sosial yang selama ini membelenggu kemajuan umat Islam
Indonesia pada khususnya dan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya.
Demikianlah tiga pesan yang disampaikan oleh Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita
bersama-sama memikul tanggung jawab untuk merealisasikan ketiga pesan ini ke dalam
bingkai kehidupan nyata. Marilah kita bersama-sama mengendalikan hawa nafsu kita sendiri,
untuk tidak terpancing pada hal-hal yang terlarang dan merugikan orang lain; menjalin
hubungan silaturrahim serta kerjasama sesama muslim tanpa membeda-bedakan status sosial,
serta menyandang semangat jihad untuk membangun sebuah sistem sosial yang bermartabat,
berkeadilan dan sejahtera.
.َن ْالَه َوى فَاِنَّ ا ْل َجنَّةَ ِه َي ْال َمأْ َوى ِ سع َ َواَ َّما َمنْ َخافَ َمقَا َم ربِّ ِه ونَ َه َي النَّ ْف.ان ال َّر ِج ْي ِم ِ َش ْيط َّ اَع ُْو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال
صالِ ِحيْنَ َواَقُ ْو ُل قَ ْولِى َّ َج َعلَنَا هللاُ َواِيَّا ُك ْم ِمنَ ْال َعائِ ِديْنَ َو ْالفَائِ ِزيْنَ َو ْال َم ْقبُ ْولِيْنَ َواَد َْخلَنَا َواِيَّا ُك ْم فِى ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال
ْ ت فَا
ستَ ْغفِ ْرهُ اِنَّهُ ُه َو ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم ْ سلِ ِميْنَ َو ْال ُم
ِ سلِ َما ْ سائِ ِر ْال ُمَ ِي َول ْ َه َذا َوا
َّ ستَ ْغفِ ُر لِى َولَ ُك ْم َولِ َوالِ َد
KHUTBAH KEDUA
ُص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َواللله ْ َس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أ ُ لح ْم ُد هللِ َكثِ ْي ًرا َو َ ×) هللاُ اَ ْكبَ ْر كبيرا َو ْا4( ×) هللاُ اَ ْكبَ ْر3( هللاُ اَ ْكبَ ْر
ُش َه ُد اَنْ الَ اِلَهَ اِالَّ هللا ْ َ َوا.ش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه ُّ سانِ ِه َوال َ لح ْم ُد هللِ عَل َى اِ ْح َ ْا.ُلح ْمد َ اَ ْكبَ ْر هللاُ اَ ْكبَ ْر َوهللِ ْا
ض َوانِ ِه الل ُه َّم ْ س ْولُهُ الدَّا ِعى اِل َى ِر ُ سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر َ َّش َه ُد اَن ْ
ْ َش ِر ْي َك لَهُ لَهُ تَ ْع ِظ ْي ًما لِشَأنِ ِه َوا َ ََوهللاُ َو ْح َدهُ ال
اس اِتَّقواهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر ُ َّ َ
ُ اَ َّما بَ ْع ُد فيا َ اَيُّ َها الن.َِِكث ْي ًراMَ سلِ ْي ًما ِّ
ْ َسل ْم ت َ ص َحابِ ِه َو َ
ْ َ َِِو َعلى اَلِ ِه َواMَ سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ ص ِّل َعلَى َ
َ َ
َْس ِه َوقا َل تَعالى اِنَّ هللا َ ُ
ِ س ِه َوثـنى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقد َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ
ِ َوا ْعل ُم ْوا انَّ هللاّ ا َم َرك ْم بِا ْم ٍر بَدَأ فِ ْي ِه بِنف.َج َر َ
َ َوانتَ ُه ْوا َع َّما ن َهى َوز ْ
َ
سيِّ ِدنا ُم َح َّم ٍد َ ص ِّل َعلى َ َ الل ُه َّم.سلِ ْي ًما ِّ
ْ َسل ُم ْوا ت َ
َ صل ْوا َعل ْي ِه َو ُّ َ صلُّ ْونَ عَل َى النبِى يآ ايُّ َها ال ِذيْنَ آ َمن ْوا
ُ َّ َ َّ َ َُو َمآل ئِ َكتَهُ ي
َن
ِ ض الل ُه َّم ع َ ار ْ سلِ َك َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِيْنَ َو ُ سيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ َك َو ُر ِ سلِّ ْم َو َعلَى
َ آل َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ
ان س
ٍ َ ْ ِِ ُْ ح ا ب مه َ ل ي
َْن ع
ِِ ب َّا ت ال ي ع ب
ِِ َ َا تو َْني ع ب َّا ت ال و ة ب
ِ ِ َ ِ َ َ َّ ِ َّ ِ َ ا ح ص ال ةي ق ب َْنع و ى ل ع
َ و ان
َ ِ َ َ َ َ ٍَ َ ِ م ْ
ث ع
ُ و رم ع
ُ و ركْ ب ى ب َ ا ي
َْن د اش
ِ ِ َّ ِرال ء اَ فَ ل لخُ ْا
سلِ ِميْنَ ت َو ْال ُم ْ اح ِميْنَ .الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا ِ ض َعنَّا َم َع ُه ْم بِ َر ْح َمتِ َك يَا اَ ْر َح َم ال َّر ِ ار َ اِلَىيَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ
ص ْر ِعبَا َد َك ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ سلِ ِميْنَ َوأَ ِذ َّل الش ِّْر َك َو ْال ُم ْ سالَ َم َو ْال ُم ْ ت الل ُه َّم اَ ِع َّز ْا ِال ْ ت ْاَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ سلِ َما َِو ْال ُم ْ
سلِ ِميْنَ َو َد ِّم ْر اَ ْعدَا َءال ِّد ْي ِن َواع ِْل َكلِ َماتِ َك اِلَى يَ ْو َم ال ِّد ْي ِن. اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْال ُم ْ ص َر ال ِّديْنَ َو ْ ص ْر َمنْ نَ َ ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْن ُ
ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَطَنَ عَنْ َبلَ ِدنَا س ْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما َ الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َو ُ
سنَةً َوفِى ْا ِ
آلخ َر ِة ب ْال َعالَ ِميْنَ َ .ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َ سلِ ِميْنَ عآ َّمةً َيا َر َّ َان ْال ُم ْسائِ ِر ْالبُ ْلد ِ صةً َو َ سيَّا خآ َّ اِ ْندُونِ ْي ِ
اس ِريْنَ ِ .عبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ سنَا َواِنْ لَ ْم تَ ْغفِ ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَنَّ ِمنَ ْا َ
لخ ِ اب النَّا ِرَ .ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َ َ
سنَةً َوقِنَا َعذ َ َح َ
َ ُ
َن ْالفَ ْحشآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذ َّك ُر ْونَ ان َوإِ ْيتآ ِء ِذى ْالقُ ْرب َى َويَ ْن َهى ع ِ س ِ يَأْ ُم ُرنَا ِباْل َعد ِْل َو ْا ِال ْح َ
ش ُك ُر ْوهُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْ
.هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر
هللا أكبر كبيرا و الحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكرة و أصيال ال إله إال هللا هو هللا أكبر هللا أكبر وهلل الحمد
الحمد هلل الذي أتم علينا النعمة بالصيام وأباح لنا الفطر اليوم إيذاننا بعيدنا أهل اإلسالم ،وأصلي وأسلم على النبي
المصطفى والرسول المجتبى سيد األنام ،من صلى وصام وأحسن وقام صلى هللا عليه وعلى آله وصحبه أولي النهى
.واإلقدام
.أما بعد فأوصيكم أيها الناس بتقوى هللا فإن من اتقى هللا وقاه ،ومن توكل عليه كفاه
lalu telah mengkondisikan kita sehingga terlihat dan terasa begitu dekat
dengan Allah swt. Shalat sunah tarawih berbelas dan berpuluh rakaat kita
lakukan yang sebelumnya jarang atau tidak pernah. Bahkan ada yang
kita khatamkan, bahkan ada yang tidak pernah satu kalipun. Puasa satu
bulan penuh telah melatih jiwa kita agar menjadi manusia yang mampu
dermawan, mudah sekali untuk berbagi, kotak infaq masjid tidak pernah
kosong selalu saja ada isinya di setiap malam tarawih, padahal yang
lagi kita dapat membagi-bagi makanan untuk berbuka puasa bagi yang
menjalankan puasa. Pendek kata, kita umat Islam telah menjadi orang
maka dia akan berhasil. Seseorang yang komitmen terhadap nilai, maka
akan melanggengkan nilai itu untuk tetap ada serta dapat mewarnai
kehidupan kesehariannya. Diantara sejumlah komitmen yang mungkin
Komitmen 1
dunia dan akhirat, sebagaimana doa yang selalu kita panjatkan kepada
‘adzabannar. Dari komitmen ini, kita, umat Islam ingin selalu menjaga
dunia, dan tidak dunia saja yang diburu sehingga menjadi orang-orang
yang tertipu, lupa akhirat, lupa tempat kembali, dan lupa kepada Allah
َ ض إِنَّ هَّللا
ِ األر
ْ سا َد فِي َ سنْ َك َما أَ ْح
َ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْي َك َوال تَ ْب ِغ ا ْلف ِ صيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوأَ ْح
ِ َس ن ِ َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا َك هَّللا ُ الدَّا َر
َ اآلخ َرةَ َوال تَ ْن
Kita akan jumpai seseorang yang ahli ibadah dan dia juga merupakan
dan dia pun ahli ibadah. Kita akan temukan polisi dan tentara yang sukses
dan dia pun ahli ibadah. Kita akan temukan dokter yang profesional dan
dia juga ahli ibadah. Kita akan temukan politikus dan pemimpin yang
profesional dan mereka juga ahli ibadah. Dan kita pun menemukan
dunia ini pun orientasinya tetap kepada akherat. Karena kita tahu persis
bahwa dunia ini fana, dan apa yang ada di dunia pun fana.
Sesuatu yang fana jangan kita jadikan orentasi, karena itu akan
mengecewakan kita. Kalau kita arahkan seluruh apa yang kita miliki
akan pergi dan hilang. Maka hasilnya sudah kita bisa bayangkan, betapa
kecewanya kita, tujuan hidup kita sudah tidak ada. Untuk itu arahkan
hidup kita ini untuk yang kekal, sesuatu yang tidak pernah pergi dan
Komitmen 2
yang hina. Ini merupakan buah dari tarbiyah Ramadhan yang tidak dapat
umumnya.
ِ َو ْلتَ ُكنْ ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْدعُونَ إِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَأْ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر
)١٠٤:وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َوأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُحونَ (آل عمران
terhadap tabiat buruk dan merusak. Tabi’at buruk dan merusak itu ibarat
benalu dalam jiwa bersih seseorang. Kalau mau menengok al-Quran, kita
ketakwaannya.
Sifat buruk dan merusak itu akan tumbuh walau tanpa dipupuk, karena
riya dan tidak khusu’. Orang yang berdakwah, pejabat, dan tokoh
Maka dari itu benalu keburukan yang ada pada diri kita harus dihabiskan
sampai ke akar-akarnya. Kalau tidak bisa, jangan biarkan benalu itu besar.
Komitmen 3
Komitmen terhadap segala perintah Allah dan larangan-Nya, melatih
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
Bahan dasar manusia semuanya sama yaitu dari thurab (tanah), dan
gizinya, yang berbeda adalah jenis bahan makanannya saja. Kalau dilihat
dari bahan dasarnya maka seluruh manusia sama. Lalu, apa pembedanya
kalau begitu. Apa pembeda kualitas dari manusia yang satu dengan
dihadapan Allah swt. Allah menilai kualitas orang yang pantas untuk
)٢:ب (المائدة َ َ اونُوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوال تَ َعا َونُوا َعلَى اإل ْث ِم َوا ْل ُع ْد َوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا
ِ ش ِدي ُد ا ْل ِعقَا َ َوتَ َع
Nya.
sesama. Bahkan pembayar zakat fitrah ini bukan saja orang kaya, orang
lain cara kita merayakan Hari Kemenangan, Hari Raya ‘Iedul Fitri
1435/2014. Tidak hanya pakaian yang baru, tetapi juga jiwa harus baru
dan kita pelihara agar senantiasa segar dan terlihat baru. Segera
meminta maaf dan memaafkan salah satu ciri dan indikator orang-orang
إن هللا ومالئكته يصلون على النبي يا أيهالذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
وبارك على، كما صليت على سيدنا ابراهيم و على آل سيدنا ابراهيم،اللهم صل على سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد
كما باركت على سيدنا ابراهيم و على آل سيدنا ابراهيم في العالمين إنك حميد مجيد،سيدنا محمد و على آل سيدنا محمد
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات األحياء منهم واألموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات و يا
قاضى الحاجات
اللهم اصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمورنا و اصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و اصلح لنا آخرتنا التي فيها معادنا و
اجعل الحياة زيادة لنا في كل خير و اجعل الموت راحة لنا من كل شر
اللهم اجعل خير عمرنا آخره و خير عملنا خواتمه وخير ايامنا يوم نلقاك فيه
Ya Allah, jadikan penghujung baik dalam umur kami, dan jadikan amal
baik sebagai penutup hidup kami, dan jadikanlah hari-hari terbaik kami
اللهم إنا نسألك عيشة هنية وميتة سوية ومردا غير مخز وال فاضح
yang normal, dan tempat kembali yang tidak menyedihkan dan terhindar
dari prahara.
اللهم إنا نسألك خير المسألة وخير الدعاء وخير النجاح وخير العلم وخير العمل وخير الثواب وخير الحياة وخير الممات
وثبتنا وثقل موازينا وحقق إيماننا وارفع درجتنا وتقبل صالتنا واغفر خطيئاتنا ونسألك العال من الجنة
tinggikan derajat kami, terima salat kami, ampuni dosa-dosa kami, dan
اللهم إنا نسألك موجبات رحمتك و عزائم مغفرتك والسالمة من كل إثم والغنيمة من كل بر والفوز بالجنة والنجاة من
النار
اللهم احسن عاقبتنا فى األمور كلها و اجرنا من خزي الدنيا وعذاب اآلخرة
pahala kepada kami dari segenap luka dunia dan siksa akhirat
اللهم ال تدع لنا ذنبا إال غفرته وال هما إال فرجته وال دينا إال قضيته وال حاجة من حوائج الدنيا واآلخرة إال قضيتها يا
ارحم الراحمين
Ya Allah, jangan Engkau pernah tinggalkan dosa, melainkan Engkau
ampuni. Tidak ada kegalauan kecuali Engkau berikan jalan keluar. Tidak
ada utang kecuali Engkau penuhi. Tidak ada satu kebutuhan dunia dan
وصلى هللا على نبينا محمد و على آله وأصحابه الخيار وسلم تمليما كثيرا