Anda di halaman 1dari 3

Insya Allah, pada kesempatan kali ini, izinkan ana untuk menyampaikan

sebuah materi yang wajib kita ketahui bersama, sehingga puasa kita terjaga dari
hal hal yang dapat merusak bahkan dapat membatalkannya. Materi yang akan
ana sampaikan pada sore hari ini ialah Hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Menurut ijma’ para ulama, ada 7 hal yang dapat membatalkan puasa. Untuk sore
ini, akan sampaikan 2 hal terlebih dahulu, diantaranya:

1. Makan dan minum dengan sengaja.

Hal ini merupakan pembatal puasa berdasarkan kesepakatan para ulama.


Makan dan minum yang dimaksudkan adalah dengan memasukkan apa saja ke
dalam tubuh melalui mulut, baik yang dimasukkan adalah sesuatu yang
bermanfaat (seperti roti dan makanan lainnya), sesuatu yang membahayakan
atau diharamkan (seperti khomr dan rokok), atau sesuatu yang tidak ada nilai
manfaat atau bahaya (seperti potongan kayu). Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَي ََّن لَ ُك ُم ْال َخ ْيطُ اَأْل ْبيَضُ ِم َن ْال َخي ِْط اَأْلس َْو ِد ِم َن ْالفَجْ ِر ثُ َّم َأتِ ُّموا‬
‫الصِّ يَا َم ِإلَى اللَّي ِْل‬
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al
Baqarah: 187).

Ibnul Mundzir mengatakan,

‫لم يختلف أهل العلم أن هللا عز وجل حرَّم على الصائم في نهار الصوم الرفث وهو‬
‫الجماع واألكل والشرب‬
“Tidak terdapat perbedaan di kalangan para ulama bahwa Allah
mengharamkan bagi orang yang berpuasa untuk melakukan rafats yaitu jimak,
makan, dan minum di siang hari.” (Al-ijma’, Ibnul Mundzir, hlm. 59)

Ibnu Qudamah mengatakan,

‫ وبداللة الكتاب والسنة‬،‫يفطر باألكل والشرب باإلجماع‬


“Orang yang berpuasa menjadi batal karena makan dan minum dengan
sepakat ulama, dan berdasarkan dalil Al-Quran dan sunah.” (Al-Mughni, 3/119)

Pernyataan ijma juga disampaikan Syaikhul islam Ibn Taimiyah,

‫ األكل والشرب والجماع‬:‫ما يفطر بالنصٍّ واإلجماع وهو‬


“Sesuatu yang bisa membatalkan puasa berdasarkan dalil dan sepakat
ulama: makan, minum, dan hubungan badan.” (25/219)

Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya tidaklah
batal. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ْ ‫ فَِإنَّ َما َأ‬، ُ‫ص ْو َمه‬


ُ‫ط َع َمهُ هَّللا ُ َو َسقَاه‬ َ ‫ب فَ ْليُتِ َّم‬
َ ‫ِإ َذا نَ ِس َى فََأ َك َل َو َش ِر‬
“Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, hendaklah dia tetap
menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan dan minum.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

َ َ‫ض َع َع ْن ُأ َّمتِى ْال َخطََأ َوالنِّ ْسي‬


‫ان َو َما ا ْستُ ْك ِرهُوا َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ِإ َّن هَّللا َ َو‬
“Sesungguhnya Allah menghilangkan dari umatku dosa karena keliru, lupa, atau
dipaksa.”
Yang juga termasuk makan dan minum adalah injeksi makanan melalui
infus. Jika seseorang diinfus dalam keadaan puasa, batallah puasanya karena
injeksi semacam ini dihukumi sama dengan makan dan minum.
Siapa saja yang batal puasanya karena makan dan minum dengan sengaja,
maka ia punya kewajiban mengqodho’ puasanya, tanpa ada kafaroh. Inilah
pendapat mayoritas ulama.

2. Muntah dengan sengaja.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ضا ٌء َوِإ ِن ا ْستَقَا َء فَ ْليَ ْق‬


‫ض‬ َ َ‫ْس َعلَ ْي ِه ق‬
َ ‫صاِئ ٌم فَلَي‬
َ ‫َم ْن َذ َر َعهُ قَ ْى ٌء َوهُ َو‬
“Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa,
maka tidak ada qodho’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja),
maka wajib baginya membayar qodho’.”

Ibnul Mundzir dalam kitab Al-Ijma’ mengatakan,

ً‫وأجمعوا على إبطال صوم من استقاء عامدا‬


“Para ulama sepakat bahwa puasa orang yang muntah dengan sengaja
statusnya batal.” (Al-Ijma’, 49).

Inilah pendapat ulama 4 madzhab, hanya saja mereka berbeda pendapat


tantang rincian muntah yang membatalkan puasa. Berapa ukuran muntah yang
bisa menyebabkan puasa seseorang batal.

Menurut Abu Yusuf, muntah yang membatalkan adalah muntah yang


ukurannya sepenuh mulut. Jika kurang dari itu, puasanya tidak batal, karena tidak
dianggap muntah. (Al-Hidayah, 1/120).

Sementara dari Imam Ahmad, ada 3 riwayat yang berbeda,

Muntah dengan sengaja membatalkan puasa baik sedikit maupun banyak

Muntah tidak membatalkan puasa, kecuali jika sepenuh mulut.

Muntah tidak membatalkan puasa, kecuali jika banyaknya setengah mulut

Riwayat pertama yang lebih kuat, berdasarkan makna umum dari hadis Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas.

Demikian yang dapat ana sampaikan. Semoga apa yang telah kita dengar
dapat menjadi pelajaran dan manfaat bagi kita. Kurang lebihnya ana mohon maaf.

Anda mungkin juga menyukai