Anda di halaman 1dari 115

Fisiologi Pencernaan Zat Nutrisi Mikro,

Fisiologi Pencernaan pada Neonatus,


dan Intoleransi Laktosa

Ikhlas M. Jenie
ikhlasjenie@yahoo.co.uk
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Pada akhir kuliah, mahasiswa mampu
menjelaskan peran dan proses absorpsi zat
nutrisi mikro, seperti beberapa vitamin
(vitamin A, vitamin B12, asam folat) dan
mineral (besi, kalsium, magnesium)
2. Pada akhir kuliah, mahasiswa mampu
menjelaskan fisiologi gastrointestinal pada
neonatus
TUJUAN INSTRUKSIONAL
3. Pada akhir kuliah, mahasiswa mampu
menjelaskan intoleransi laktosa pada anak

• Durasi kuliah = 2 x 50 menit (tandem dengan


Histologi)
PENDAHULUAN
• Zat nutrisi mikro adalah zat nutrisi yang
dibutuhkan tubuh dalam dosis atau kadar
yang amat kecil atau rendah
FOLAT
• Folat adalah sekelompok bahan nutrisi yang
mempunyai struktur biokimia yang mirip
dengan asam folat.
• Asam folat (folic acid) atau asam
pteroilglutamat (pteroylglutamic acid), tersusun
atas:
– pteridine,
– asam para-aminobenzoat (PABA),
– asam glutamat
Struktur Molekul Asam Folat
SUMBER FOLAT
• Folat terdistribusi secara luas pada makanan,
seperti hati, sayuran, biji-bijian, beberapa buah-
buahan, dan daging, yang berupa poliglutamat
• Folat monoglutamat terdapat pada susu dan
kuning telur
• Empedu mensekresi monoglutamyl 5-
methyltetrahydrofolat
• Flora normal kolon menghasilkan folat
PERAN FOLAT
• Bentuk tereduksi folat: tetrahydrofolate (THF)
sebagai koenzim metabolisme asam amino
dan sintesis asam nukleat (thymine & purin,
komponen penting DNA)
– Defisiensi folat akan mengganggu pembelahan sel
dan sintesis protein, terutama sel yang
berproliferasi cepat, seperti sel darah merah
(manifestasi klinis: anemia makrositik)
• Suplementasi asam folat pada ibu hamil untuk
mencegah defek tuba neuralis pada fetus
ABSORPSI FOLAT
• Pada lumen usus halus, folat dalam bentuk
poliglutamat harus mengalami hidrolisis atau
dekonjugasi menjadi bentuk monoglutamat
oleh enzim folate konjugase atau folat
hidrolase pada membran brush border
jejunum sebelum diabsorbsi ke dalam
enterosit
ABSORPSI FOLAT
• Absorbsi folat monoglutamat dalam dosis
fisiologis ke dalam enterosit dimediasi oleh
protein karier (RFC dan PCFT)
Perbedaan RFC PCFT
Lokasi Usus halus bagian Usus halus
proksimal bagian distal
(jejunum) dan kolon
pH Netral Lebih asam
Terangkai proton + -
(simporter)
Absorpsi Folat
ABSORPSI FOLAT
• Sulfasalazine menghambat konjugasi dan
absorpsi folat
• Setelah berada di dalam enterosit, folat
monoglutamat akan mengalami reduksi dan
metilasi sebelum dilepaskan ke dalam
sirkulasi.
BAGAN ABSORPSI FOLAT

• Pada usus proksimal (pH 5) :


PteGlu7 (kacang-kacangan, bayam, hati)
Folate conjugate (zink-activated ectopeptidase)
pada brush border
Lumen
usus PteGlu1
Transporter : linked to OH- efflux (folate – OH exchange)

Sel usus
PteGlu1 DHF THF 5,10 methylene THF
dihidrofolate
reductase
N5-methyl THF
VITAMIN B12
• Vitamin B12 mengandung cincin corrin
dengan atom kobalt di tengahnya
• Vitamin B12 sebagai koenzim berbentuk
metilkobalamin dan adenosilkobalamin
• Bentuk lain vitamin B12 yang penting adalah
hidroksikobalamin dan sianokobalamin
VITAMIN B12
SUMBER VITAMIN B12

•Vitamin B12 dihasilkan oleh


mikroorganisma
•Sumber vitamin B12 adalah
binatang
•Vegetarian murni berpotensi
mengalami defisiensi vitamin
B12
SUMBER VITAMIN B12
• Daging mengandung adenosilkobalamin dan
hidroksikobalamin
• Produk hewan (telur, dsb.) mengandung
metilkobalamin dan hidroksikobalamin
• Sianokobalamin merupakan bentuk stabil vitamin
B12 pada produk-produk farmasetika
• Pada plasma dan jaringan, bentuk utama vitamin
B12: metilkobalamin, adenosil-kobalamin &
hidroksikobalamin
SUMBER VITAMIN B12
• Flora normal pada kolon menghasilkan
vitamin B12 (kobalamin), akan tetapi tidak
dapat digunakan oleh manusia
• Mengapa?
ABSORPSI VITAMIN B12
• Vitamin B12 diabsorpsi di ileum melalui
cubilin, yaitu reseptor kompleks vitamin B12-
faktor intrinsik
– Faktor intrinsik disekresikan oleh sel parietal
gaster
• Protease pankreas melepaskan ikatan vitamin
B12 dengan protein R (haptocorrin)
ABSORPSI VITAMIN B12
• Getah lambung (HCl dan pepsin) melepaskan
ikatan vitamin B12 dengan protein dalam
makanan
• Dalam darah porta, vitamin B12 diangkut oleh
transkobalamin
• Vitamin B12 akan disimpan oleh hepar
ABSORPSI VITAMIN B12
• Kobalamin bebas + haptocorrin (d/h. R type binder)
Suatu glikoprotein yang
disekresikan oleh kelenjar saliva

• Sel parietal lambung mensekresikan protein


kedua, yaitu faktor rintrinsik (IF)
– Dalam suasana asam, kobalamin tetap berikatan
dengan haptocorrin karena IF tidak berikatan
dengan kobalamin dalam suasana asam (lambung)
ABSORPSI VITAMIN B12
• Pada duodenum terdapat :
enzim pankreas & suasana alkali (HCO3-)

degradasi haptocorrin pelepasan kobalamin dari


haprocorrin

kobalamin berikatan dengan IF

resisten terhadap degradasi enzim


ABSORPSI VITAMIN B12
Berikatan dengan reseptor spesifik pada
membran apikal enterosit ileum

Tanpa IF, kobalamin tidak akan berikatan


dengan reseptor pada ileum, sehingga
tidak diabsorbsi

Ikatan kompleks kobalamin-IF dengan


reseptor spesifik pada ileum memerlukan
ion kalsium, berlangsung cepat dan tidak
tergantung energi
ABSORPSI VITAMIN B12
Sel usus (enterosit) kemudian
memasukkan kompleks kobalamin-IF ke
dalam sel (memerlukan energi)

Di dalam enterosit, kobalamin berpisah


dengan IF

berikatan dengan transkobalamin

sirkulasi portal hepar empedu


Vitamin B12-Faktor Intrinsik
Absorpsi Vitamin B12 pada Enterosit Ileum
ABSORPSI VITAMIN B12 PADA NEONATUS

• Absorpsi vitamin B12 pada neonatus melalui


reseptor asialoglikoprotein, yang berikatan
dengan kompleks vitamin B12-haptocorrin,
bukan dengan kompleks vitamin B12-faktor
intrinsik
• Sekresi faktor intrinsik pada neonatus masih
rendah
PERAN VITAMIN B12
• Vitamin B12 merupakan koenzim pada:
1.Konversi homosistein menjadi methionine,
yang menggunakan 5-methiltetrahidrofolat
sebagai donor metil terhadap enzim 5-
metiltetrahidrofolat-homosistein
methiltransferase.
Konversi Homosistein menjadi Metionin
& Sintesis DNA
PERAN VITAMIN B12
2. Konversi metilmalonil koenzim A menjadi
suksinil koA pada mitokondria (oleh
sianokobalamin)
– Pada defisiensi vitamin B12, metilmalonil koA
akan berakumulasi dan mengganggu sintesis asam
lemak
Konversi Metilmalonil-KoA menjadi Suksinil-KoA
DEFISIENSI VITAMIN B12
Defisiensi asam folat maupun kobalamin akan
menyebabkan kelainan hematologik, seperti
anemia megaloblastik
Pada defisiensi kobalamin, terdapat gejala
neurologis dan psikologis, yang tidak terdapat
pada defisiensi asam folat
DEFISIENSI VITAMIN B12
• Defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia
pernisiosa
• Penyebabnya antara lain:
Defek pada sel parietal gaster
Insufisensi pankreas
Penyakit Chrohn -- > ileum -- > gangguan absorbsi
Reseksi ileum -- > gangguan resorbsi pada ileum
Stasis pada usus -- > pertumbuhan berlebih
bakteri -- > depleted kobalamin
BESI
• Besi dalam bahan makanan terdapat dalam
bentuk : heme dan non-heme
o Besi heme dan non heme diabsorbsi pada
duodenum
o Penyerapan besi heme dan non heme melalui
mekanisme / cara yang berbeda
BESI
• Absorbsi besi secara keseluruhan adalah
rendah (10-20%)
Besi heme diserap secara lebih efisien daripada
besi non-heme
Simpanan besi dalam tubuh kita ditentukan oleh
absorbsi besi karena sangat sedikit tubuh kita
kehilangan ion besi, kecuali perempuan yang
sedang mengalami menstruasi (meningkat 50%)
SUMBER BESI
• Kebutuhan harian besi :
 10 mg/hari untuk laki-laki
 15 mg/hari untuk perempuan

• Sumber besi dalam bahan makanan :


◙ daging,
◙ liver,
◙ ikan,
◙ sayur-sayuran,
◙ kuning telur
BESI NON-HEME
• Besi non-heme dapat sebagai ferric (Fe3+) atau
ferrous (Fe2+)
– Besi ferric (Fe3+) cenderung membentuk kompleks
garam dengan anion, sehingga tidak dapat diserap,
yang tidak larut pada pH>3
– Besi ferrous (Fe2+) tidak membentuk kompleks garam
dengan mudah dan larut dalam pH < 8
• Absorpsi besi non-heme yang berlangsung pada
duodenum
– Enzim ferri reduktase pada sisi ekstraselular membran
apikal – yang terkait dengan sitokrom b (Dcytb) –
mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+
BESI NON-HEME
– Sel epitel usus mengambil Fe2+melalui
kotransporter divalent cation transporter-1 (DCT1)
atau divalent metal transporter-1 (DMT1) yang
memindahkan ion Fe2+ bersama dengan ion H+ ke
dalam sel
• DMT1 beraksi juga untuk Cd2+ dan Pb2+
– Proses tersebut tidak memerlukan energi karena
terdapat perbedaan konsentrasi ion H+ di dalam
dan di luar sel
BESI NON-HEME
– Setelah berada dalam sitoplasma enterosit, ion
Fe2+ akan berikatan dengan mobilferrin, yaitu
suatu protein intraselular yang mengangkut ion
Fe2+, untuk dibawa menuju membran basolateral
– Enterosit akan memindahkan ion Fe2+ melalui
membran basolateral via transporter IREG1 atau
ferroportin
– Di dalam sirkulasi darah, ferri diikat oleh transferin
BESI NON-HEME
• Transport besi dalam plasma
– Setelah ion Fe2+ keluar dari enterosit -- > enzim
ferrooksidase hephaestein akan mengoksidase ion
ferrous Fe2+ menjadi Fe3+, yang akan berikatan
dengan transferrin plasma
• Enzim ferrooksidase hephaestein homolog dengan
protein plasma ceruloplasmin, yang membawa copper
BESI NON-HEME
• Deposisi besi non heme dalam tubuh,
terutama hepar & sistem retikuloendotelial
– Di dalam hepatosit dan sel retikuloendotelial, ion
Fe3+ akan berikatan dengan apoferritin untuk
membentuk ferritin
• Ferritin adalah bentuk utama penyimpanan besi
• Sebagian kecil besi disimpan dalam bentuk yang tidak
larut, yaitu hemosiderin
BESI HEME
• Besi heme, yang berasal dari myoglobin dan
hemoglobin, juga diserap oleh sel epitel
duodenum
– Besi heme masuk ke dalam sel melalui ikatan suatu
protein pada brush border ataupun melalui
mekanisme endositosis
– Di alam sel, besi heme dipecah secara enzimatik oleh
enzim heme oksigenase, sehingga dihasilkan ion Fe3+
bebas, CO, dan biliverdin
• Biliverdin kemudian dimetabolisme menjadi garam empedu
• Enterosit mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, yang dikelola oleh
enterosit sebagai mana besi non heme
ABSORPSI BESI
• Absorbsi besi dikendalikan secara ketat oleh
banyaknya simpanan besi.
Pada subyek normal, absorbsi besi berlangsung secara
terbatas tetapi sangat meningkat pada keadaan
defisiensi besi, seperti pada perdarahan traktus GI
atau darah menstruasi yang berlebihan
Ekspresi DCT1 dan TP1 meningkat pada defisiensi besi
Peningkatan ferritin atau hemosiderin menurunkan
absorpsi besi (ada suatu mekanisme umpan balik)
Absorpsi Besi
PENGARUH VITAMIN C DAN TEH

Vitamin C (asam askorbat) membentuk


kompleks dengan besi yang mudah larut dan
mereduksi besi dari ferric (Fe3+) menjadi
ferrous (Fe2+), sehingga memudahkan absorbsi
besi
Teh mengandung tannins, yang membentuk
kompleks yang tidak larut dengan besi -->
mengurangi absorbsi besi
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ABSORPSI BESI
• Absorpsi ferro meningkat • Hepar mensekresi hepsidin,
pada kondisi defisiensi besi, yang akan mengurangi
hipoksia, dan anemia absorpsi ferro melalui
• Absorpsi ferro menurun endositosis FP1
pada kondisi overload besi – Defisiensi besi, hipoksia dan
anemia menurunkan sekresi
hepsidin, sehingga
meningkatkan absorpsi ferro
• Kelebihan besi
meningkatkan hepsidin
KALSIUM
• Sumber utama kalsium didapatkan dari susu dan
produknya, akan tetapi tidak semuanya dapat
dimanfaatkan secara biologik
– Pada sayur-sayuran hijau hanya sedikit kalsium yang
dapat diserap, karena adanya garam oksalat, yang
mengikat kalsium dan mengurangi ketersediaannya
untuk absorbsi
• Usus halus menyerap kalsium 500 mg/hari dan
mengekskresikan kalsium 225 mg/hari, sehingga
total uptake 175 mg/hari
ABSORPSI KALSIUM
• Absorbsi ion kalsium :
– Secara aktif transeluler berlangsung pada epitel
duodenum
– secara pasif difusi paraselular sepanjang usus halus
• Banyaknya ion kalsium yang diabsorbsi secara
pasif lebih besar daripada yang diabsorbsi aktif,
karena :
– area permukaan total duodenum lebih kecil daripada
ileum dan jejunum
– aliran cairan yang mengandung kalsium lebih cepat
pada saat melalui duodenum daripada saat melalui
jejunum dan ileum
ABSORPSI KALSIUM DAN VITAMIN D
• Pengaturan hormonal terhadap kemampuan
usus halus dalam absorpsi kalsium dijalankan
oleh hormon paratiroid (PTH)
• Sekresi PTH meningkat saat hipokalsemia
• PTH menstimulasi ginjal untuk mensintesis
1,25 dihidrokalsiferol, yang selanjutnya
mendorong peningkatan absorpsi kalsium
LANGKAH-LANGKAH
ABSORPSI KALSIUM
• Absorbsi kalsium jalur transelular terbagi ke dalam 3
langkah (steps):
1. Uptake kalsium melalui membran apikal, berlangsung
melalui gerbang kalsium (TRPV6), didorong oleh
perubahan elektrokimiawi antara lumen dengan sel
2. Ion kalsium pada sitosol akan berikatan dengan suatu
protein yang disebut calbindin, yang menetralkan ion
kalsium intraselular -- > mempertahankan konsentrasi
ion kalsium intraselular tetap rendah
3. Pompa kalsium tergantung ATP dan penukar Na+-Ca+
pada membran basolateral
ABSORPSI KALSIUM DAN VITAMIN D
• Transpor aktif kalsium secara aktif di bawah
kendali vitamin D
– Bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25 dihidroksi-
vitamin D, menstimulasi ketiga langkah absorbsi
ion kalsium tersebut
• Pengaruh vitamin D paling utama adalah pada langkah
ke-2, yaitu sintesis calbindin
• Absorbsi pasif ion kalsium melalui usus halus
berlangsung via jalur paraselular, yang mana
tidak di bawah pengaruh vitamin D
ABSORPSI KALSIUM

• Absorbsi kalsium meningkat pada kondisi :


o kadar ion kalsium plasma rendah,
o selama kehamilan,
o laktasi
• Absorbsi ion kalsium menurun pada :
penuaan (aging)
 Defisiensi kalsium atau vitamin D akan
menyebabkan penyakit riketsia pada anak-
anak dan osteomalasia pada orang dewasa
Absorpsi Besi
MAGNESIUM
• Magnesium ion intraselular yang penting
sebagai kofaktor enzim
– Banyak enzim yang menggunakan ATP
sesungguhnya mensyaratkan ATP tersebut telah
berikatan (membentuk kompleks) dengan
magnesium
MAGNESIUM
• Fungsi lain magnesium :
Penting untuk transmisi saraf dan kontraksi otot
Defisiensi magnesium dapat mempengaruhi
fungsi neuromuskular, kardiovaskular, dan
gastrointestinal
Magnesium juga penting untuk sekresi normal
hormon paratiroid serta respon organ target
terhadap hormon tersebut
• Dengan demikian, deplesi ion magnesium seringkali
bersamaan dengan hipokalsemia
MAGNESIUM
• Ion magnesium banyak terdapat pada berbagai
sumber makanan akan tetapi terutama
didapatkan pada :
– sayur-sayuran hijau
– sereal
– daging
• Kebutuhan harian magnesium pada subyek
dewasa muda :
– 350 mg untuk laki-laki,
– 280 mg untuk subyek perempuan
ABSORPSI MAGNESIUM
• Absorbsi magnesium berlangsung melalui
proses aktif pada ileum
– Absorbsi magnesium pada bagian lain usus
berlangsung secara pasif
– Vitamin D mempengaruhi absorbsi
magnesium di jejunum, tidak di ileum
– Absorpsi magnesium maksimal 7% dari beban
intake -- > digunakan sebagai laksatif
VITAMIN A
• Vitamin A dalam makanan berbentuk ester
dengan asam lemak rantai panjang (retinil
ester)
• Agar dapat diasorpsi, bentuk ester vitamin A
harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi
retino oleh lipase pankreas
• Cairan empedu membantu penyerapan
vitamin A
VITAMIN A
• Bentuk vitamin A yang diabsorpsi oleh
jejunum adalah retinol dan karoten-β
• Retinol akan mengalami esterifikasi kembali
pada enterosit oleh enzim LRAT
• Hasil esterifikasi (retinil ester) akan dibawa
oleh kilomikron ke hepar
Absorbsi Vitamin A
VITAMIN A
• Vitamin A disimpan di hepar dalam bentuk
terikat dengan CRBP
• Untuk melepaskan vitamin A ke dalam
sirkulasi, retinil ester akan mengalami
hidrolisis, yang menghasilkan retinol
• Retinol masuk ke dalam darah terikat dengan
retinol-binding protein (RBP)
VITAMIN A
• Vitamin A akan disimpan di hepar dalam
bentuk terikat dengan CRBP
• Untuk melepaskan vitamin A ke dalam
sirkulasi retinil ester akan dihidrolisis, yang
menghasilkan retinol
• Retinol masuk ke dalam darah terikat dengan
retinol-binding protein (RBP).
PENCERNAAN FETUS
• Pada pertengahan kehamilan fetus mulai
menelan dan menyerap cairan amnion
• Pada 2-3 bulan terakhir sebelum persalinan,
fungsi traktus GI fetus sudah menyerupai bayi
• Pada akhir kehamilan, fetus mulai menghasilkan
mekonium, yang disekresikan ke dalam cairan
amnion
– Mekonium berisi sisa cairan amnion yang tertelan,
mukus, dan sisa produk lapisan mukosa dan kelenjar
traktus GI
METABOLISME FETUS
• Sumber energi utama fetus adalah glukosa
(didapat dari ibu)
• Fetus mempunyai kemampuan untuk deposisi
protein dan lemak
– Lemak fetus terutama berasal dari:
• Glukosa (yang didapat dari ibu)
• Lemak (juga dari ibu)
PENCERNAAN NEONATUS
1. Sekresi amilase pankreas
Sekresi amilase pankreas neonatus belum optimal,
sehingga kemampuan neonatus mencerna kanji
(pati) terbatas
2. Absorbsi lemak
 Absorbsi lemak neonatus kurang dibandingkan
anak yang lebih tua, sehingga susu yang
mengandung lemak tinggi (seperti susu sapi)
diabsorbsi secara inadekuat
PENCERNAAN NEONATUS
3. Konsentrasi glukosa darah
– Dalam kehidupan minggu pertama neonatus,
fungsi hepar belum sempurna, sehingga
konsentrasi glukosa dalam darah masih belum
stabil dan masih rendah
– Sebelum lahir, fetus mendapatkan hampir seluruh
energi dari glukosa ibu
– Glukosa yang disimpan sebagai glikogen hepar dan
otot rangka fetus cukup untuk kebutuhan energi
neonatus beberapa jam saja pasca persalinan
PENCERNAAN NEONATUS
• Hepar fetus / neonatus belum cukup matang
untuk melakukan glukoneogenesis
• Konsentrasi glukosa darah neonatus pada kisaran
30-40 mg%
• Neonatus dapat memanfaatkan simpanan lemak
dan protein sebagai sumber energi pada 2-3 hari
pertama sampai dengan tersedianya ASI
PENCERNAAN NEONATUS
Kemampuan neonatus untuk mensintesis
protein sangat tinggi
• Hampir seluruh intake asam amino (90%)
digunakan untuk membentuk protein
-- > Proporsi tersebut lebih tinggi daripada orang
dewasa
HEPAR NEONATUS
Fungsi hepar neonatus belum sempurna:
•Konjugasi bilirubin dengan asam glukoronat
masih kurang -- > ekskresi bilirubin sedikit
•Sintesis plasma protein (PP) -- > PP turun 15-
20% dari nilai normal -- > edema
•Glukoneogenesis -- > KGD turun menjadi 40%
dari nilai normal
•Sintesis faktor koagulasi
KONSENTRASI BESI, KALSIUM & FOSFAT
HEPAR NEONATUS
• Dari grafik terlihat peningkatan tajam
akumulasi kalsium dan fosfat pada tubuh fetus
yang berlangsung pada 4 minggu terakhir
kehamilan
– Deposisi kalsium 22,5 g dan fosfat 13,5 g pada
fetus pada akhir kehamilan
– Bersamaan dengan fase osifikasi cepat tulang
fetus dan peningkatan tajam berat badan fetus
NEONATUS & VITAMIN D
• Neonatus berada dalam fase osifikasi cepat,
sehingga diperlukan ketersediaan kalsium
yang cukup dalam dietnya
• Akan tetapi, tanpa ketersediaan vitamin D,
absorbsi kalsium pada traktus GI kurang
• Kemampuan absorbsi kalsium pada bayi
prematur kurang dari bayi normal
BESI PADA FETUS & NEONATUS
• Akumulasi besi pada fetus berlangsung lebih
cepat dibandingkan akumulasi kalsium dan
fosfat
– Sebagian besar besi fetus dalam bentuk
hemoglobin (Hb)
• Hb dibentuk pada embrio minggu ke-3 pasca fertilisasi
BESI PADA FETUS & NEONATUS
• Sejumlah besi juga terdapat dalam
endometrium ibu hamil, bahkan sebelum
implantasi blastokista
– Besi tersebut akan dimanfaatkan oleh embrio
melalui trofoblas, antara lain sebagai bahan
pembentukan sel darah merah
BESI PADA FETUS & NEONATUS
• Pada fetus yang sudah matang, 1/3 besi
disimpan dalam hepar, dapat dimanfaatkan
oleh neonatus pada beberapa bulan pertama
pasca kelahiran untuk sebagai pembentukan
Hb tambahan
• Diperlukan asupan besi yang cukup dalam diet ibu
hamil agar disimpan dalam hepar fetus dan
mencegah anemia pada bulan ke-3 kehidupan
neonatus
VITAMIN PADA FETUS & NEONATUS

Fetus membutuhkan vitamin sebagaimana orang


dewasa
• Vitamin B (terutama asam folat & vitamin B12) --
> pembentukan sel darah merah, sistem syaraf,
dan pertumbuhan secara umum
• Vitamin C -- > pembentukan materi interselular,
terutama matriks tulang dan serabut jaringan ikat
– Tidak disimpan secara adekuat dalam jaringan tubuh
– Susu bukan sumber vitamin C yang baik (susu sapi ¼
ASI)
VITAMIN PADA FETUS & NEONATUS
• Vitamin D -- > pertumbuhan tulang normal
fetus dan absorbsi kalsium ibu
– Vitamin D ibu yang berlebih akan disimpan dalam
hepar fetus, sehingga dapat dimanfaatkan selama
masa neonatus
• Vitamin E -- > perkembangan normal embrio
– Defisiensi vitamin E memicu abortus spontan pada
hewan coba
VITAMIN K DAN NEONATUS
• Vitamin K ibu digunakan oleh hepar fetus untuk
membentuk faktor VII, protrombin, dan beberapa
faktor koagulasi
– Vitamin K secara normal dibentuk oleh bakteri flora
normal pada kolon ibu
– Apabila vitamin K ibu insufisien, maka terjadi defisiensi
faktor VII dan protrombin pada fetus dan ibu
– Neonatus tidak mempunyai sumber vitamin K pada mingu
pertama kehidupan sampai tersedianya flora normal pada
kolon neonatus
• Diperlukan simpanan vitamin K ibu pada hepar fetus untuk
mencegah perdarahan pada fetus/ bayi akibat saat/ pasca
persalinan (seperti perdarahan kepala)
VITAMIN K DAN NEONATUS
• Vitamin K ibu digunakan oleh hepar fetus untuk
membentuk faktor VII, protrombin, dan beberapa
faktor koagulasi
– Vitamin K secara normal dibentuk oleh bakteri flora
normal pada kolon ibu
– Apabila vitamin K ibu insufisien, maka terjadi defisiensi
faktor VII dan protrombin pada fetus dan ibu
– Neonatus tidak mempunyai sumber vitamin K pada mingu
pertama kehidupan sampai tersedianya flora normal pada
kolon neonatus
• Diperlukan simpanan vitamin K ibu pada hepar fetus untuk
mencegah perdarahan pada fetus/ bayi akibat saat/ pasca
persalinan (seperti perdarahan kepala)
ABSORPSI KARBOHIDRAT
• Sekresi amilase saliva sudah ada pada bayi
prematur pada usai gestasi 34 minggu, akan
tetapi tidak ada sekresi amilase pankreas
sebelum usia 4-6 bulan
• α-glukosidase (glukoamilase, sukrase-isomaltase)
sudah dapat dideteksi pada usia gestasi 20
minggu
• Aktivitas laktase memuncak pada bayi baru lahir
aterm, akan tetapi kemudian menurun menjadi
25% pada usia 1 tahun
Lactose Intolerance (LI)
• Lactose intolerance (LI) is caused by
maldigestion and subsequent malabsorption
of lactose, which is a disaccharide composed
of glucose and galactose.
• Intolerance is manifested by some
gastrointestinal complaints after ingestion of
determinate amount of milk or dairy products
(Gudmand-Hoyer et al., 1970).
• Those symptoms are caused by total lack or a
low level of the enzyme lactase (b-galacto-
glucosidase) in the brush-border of the
intestinal mucosa, because only this enzyme is
able to split lactose into two components,
hexoses, which are easily absorbed. Intact
lactose is not absorbed because of the lack of
a suitable carrier.
LAKTASE DAN BY PRODUCTS
• About approx 10,000yr B.C. the whole
population was probably characterized by high
lactase activity during breast-feeding; in later
childhood this activity decreased and by adult
age all members were lactose intolerant.
• When cattle had been domesticated people
began to use animal milk, first possibly as a
substitution for mother's milk in sucklings, later
for adults (Simoons, 1973).
• Those with genetic deviations, i.e. persisting
lactase activity were the lucky ones. Thus
lactose tolerance (and the possibility to utilize
milk) developed as gene mutation, which in
particular in the northern regions proved useful
(Dahlquist, 1977), as lactose, which enhances Ca
absorption from the intestine (Pansu, 1970) can
replace to a certain extent the lack of effect of
vitamin D in case of reduced solar radiation and
thus can help in the prevention of osteomalacia
and rickets (Flatz and Rotthauwe, 1973).
• This theory explains also the low incidence of
lactose intolerance in northern nations, while
in tropical regions the persistence of the
lactase gene is useless in spite of high solar
radiation. Therefore LI in Asiatics (with the
exception of Mongolians and Tibetians) and
African negroes is high--90-95% (Bayless et al.,
1975).
• In Caucasians the number of LI is higher in
southern nations (Greeks, Italians, Jews--
around 30%).
• For the clinical manifestation of these
complaints two factors are important:
• (1) the amount (and activity) of lactase in the
intestinal mucosa
• (2) the amount of lactose offered to this
mucosa per unit of time.
• There are people with total lack of lactase
activity or very small amounts of this enzyme,
others with a normal amount and activity of
lactase.
• In the middle zone with moderate lactase
activity we can find people with transitory
symptoms, for example with diarrhoea after
excessive intake of milk once or twice in their
life.
• On the other hand, some people with low
lactase activity tolerate milk well, when they
drink it in small gulps, or persons with a well
functioning pylorus, who may retain a
considerable amount of milk in the stomach
and release only small amounts and even the
low lactase activity in the intestinal mucosa is
capable of digesting it.
• Due to milk clotting, this retention is
enhanced (Solc, 1969). The sum of clotting
factors comprises normal secretion of HCI and
pepsin, low pH of the gastric contents and the
presence of Ca ions.
• Against those mechanisms act an elevated pH
(antacids, H:-receptor blockers, regurgitation
of bile).
Diagnosis of LI
• The basic clue to diagnosis of LI is a case
history of milk intolerance.
• The following complaints are observed:
fullness in the abdomen, bloating, rumbling,
flatulence, abdominal cramps, pain and
diarrhoea (Kocihn, 1986a).
• Lactose is not split to glucose and galactose
and is not absorbed, thus the intestinal
osmotic load is enhanced and a considerable
amount of water is secreted into the intestinal
lumen.
• This lactose is then fermented by intestinal
germs to CO 2 and H20, or split by bacteria to
short-chain organic acids.
• The unabsorbed gas causes bloating, acids
irritate the intestinal wall and cause enhanced
motility and combined with the water content
in the lumen diarrhea is the result.
• Defaecation is imperative, sprickling, the stool
is foamy, light yellowish or brownish in colour,
with an acid smell.
• In incomplete LI the symptoms can stop at
bloating, in complete heavy LI all these
symptoms pass very quickly and diarrhoea
may occur repeatedly or is present in the form
of "intestinal debacle" when the whole tract is
evacuated.
DIAGNOSTIC METHOD
• Laboratory. LTT (lactose tolerance test) with
50 or 100g of lactose (1-2g kg -~ of body wt) in
200ml of water. As a positive finding rise of
blood glucose less than 1.12-1.40 mmol l -]
(20-26 mg%) in the course of the absorption
curve is considered (Bayless et al., 1975,
Gudmand-Hfyer, et al., 1970).
DIAGNOSTIC METHOD
• X-ray. After a barium meal with lactose the
gastric emptying is slowed down, the
intestinal motility enhanced, the small
intestine looks empty (Pirk and Skhla, 1972)
and there is an increased pneumatosis of the
large bowel (Gudmand-Hryer and Folke,
1970).
• Histochemistry. Intestinal mucosal bioptic
specimens are studied under the light microscope
with special staining of lactase in the brush-border
and by biochemical analysis; the lactase activity is
expressed in units per 1 g of wet mucosa or 1 g of
protein (Dahlquist, 1970; Lojda et al., 1972).
• Isotope method. LI is proved by following the
amount of excreted 14CO2 in the breath 2 hr after
administration of lactose with labelled 1- 14C
(Arvanitakis et al., 1977).
Treatment
• Dietetic arrangements
• By omitting milk and all dairy products from
the diet the patient is deprived of proteins, fat
and the main sources of Ca.
• The system of diets in patients with LI is based
on stepwise restriction of lactose (Gudmand-
Hoyer et al., 1970, Skfila and Lamacova, 1971).
• Stepwise restriction of lactose:
(i) milk-free diet, consumption of limited
amounts of sour milk and some dairy
products is tolerated,
(ii) milk and milk-product-free diet,
(iii) lactose-free diet-not allowing butter and
also some drugs, where lactose is used as
filling material.
• In practice we have to test the patient's
lactose tolerance by giving him the lactose-
free diet and by increasing the amount of
lactose by 3-5 g per day on successive days, till
slight clinical complaints develop.
• Milk with (or after) a solid food, sweetened
milk, milk with tea and full cream milk are
better tolerated.
• Delactosed milk. There are preparations
without lactose (or with only a minimum of it)
obtained by using milk fermentation with
lactobacilli and further treatment of the
obtained curd by rinsing, melting, drying and
powdering (Skfila et al., 1971).
• From these preparations (Lida-Lac, Lidano, DK)
a beverage is prepared by adding water, or
the substance is used directly for preparation
of food.
• It is recommended to add Ca, because the
amount of this element is low and in the
absence of lactose its intestinal absorption is
diminished in healthy persons and normal in LI
patients (Kocifin et al., 1973).
ABSORPSI PROTEIN
• Pencernaan dan penyerapan protein
berlangsung efisien bahkan pada bayi
prematur
– Enterokinase muncul relatif lambat pada usia
gestasi 28 minggu dan pada saat lahir hanya
mencapai kadar 10% dewasa
– Aktivitas kimotripsin dan tripsin dimulai pada usia
gestasi 26 minggu
– Oligopeptidase pertama kali dideteksipada usia
10-16 minggu gestasi
Absorpsi Protein pada Neonatus
ABSORPSI PROTEIN
• Pada bayi baru lahir, absorpsi peptida
terutama berlangsung di sel kripta usus
– Ketika lahir, vili usus berukuran sangat kecil,
sehingga kripta terpajan dengan isi lumen
– Seiring dengan berkembangnya vili, kripta menjadi
kurang terpajan dengan kimus, sehingga laju
absorpsi peptida yang tinggi saat lahir akan
mengalami penurunan (closure), kira-kira pada
usia 6 bulan
ABSORPSI PROTEIN
– Apabila orangtua menunda pemberian peptida-
peptida yang dapat menimbulkan alergi pada bayi
-- > saluran pencernaan dapat berkembang dan
berkurang kemungkinan untuk pembentukan
antibodi
– Salah satu antigen penyebab paling umum
terhadap munculnya alergi makanan adalah
gluten, suatu komponen gandum (sereal)
ABSORPSI PROTEIN
• Closure uptake protein atau polipeptida
pascanatal ditengarai dalam pengaruh
hormon, seperti kortikosteroid
– Pemberian kortikosteroid pada bayi baru lahir
akan mengurangi durasi usus menyerap protein
atau polipeptida
ABSORPSI LEMAK
• Pada bayi baru lahir, sekresi lipase pankreas dan
garam-garam empedu relatif tidak memadai
– Bayi yang mendapat susu formula tidak menyerap 10-
15% lemak dalam makanan
– Bayi yang mendapat ASI secara bermakna menyerap
lebih banyak lemak karena adanya lipase unik di
dalam ASI yang melewati lambung dan kemudian
diaktifkan oleh garam empedu di usus -- > hidrolisis
2/3 intake lemak
• Sintesis lipoprotein & pembentukan kilomikron
tidak terganggu dan tidak membatasi penyerapan
lemak pada bayi
• Absorpsi Lemak

Anda mungkin juga menyukai