LANDASAN FILOSOFIS
KENAPA SERTIFIKAT HALAL??
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh
kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat,
maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang
terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara
haram….” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 159]
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
YANG berhala.” (QS. Al Maidah: 3)
JELAS….
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan
judi. Katakanlah:”pada keduanya terdapat dosa
yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”
(QS Al Baqarah: 219)
Yang syubhat???
HALAL - THAYYIB
Suatu kesatuan makna
Wahai manusia, makanlah apa yang ada di bumi, yang halal dan baik (thayyib), dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan
adalah musuh yang nyata bagimu
Ibnu Katsir dan al Shabuni:
Apa yang telah dihalalkan oleh Allah swt dan thayyiban sesuatu yang
halal itu sesuai dengan harkat diri seseoang yang tidak mendatangkan
bahaya pada tubuh dan akalnya
(Thabrani, 2013)
Dari babi dapat diekstrak/diproduksi beberapa macam
nutrien penting bagi manusia, seperti :
(WHO, 2002)
Mie Basah : Tidak lengket, sangat kenyal, yang awet beberapa hari dan tidak
mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin, tidak rusak
sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15
hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), bau agak menyengat, tidak lengket
dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal;
Tahu : Teksturnya yang terlampau keras, kenyal, tapi tidak padat, tidak mudah
rusak dalam waktu 3 hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), terlampau keras, namun tidak
padat, bau agak menyengat;
Ikan : Insang berwarna merah tua, tidak cerah atau bukan merah segar, tidak
berbau khas ikan asin, warna daging putih bersih, kenyal dan tak mudah
rusak, tidak mudah patah, agak keras serta tidak dihinggapi lalat
Bakso : Tekstur sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar,
jika dibelah di dalamnya tampak warna merah tua mencolok tidak wajar
Daging Ayam : tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar 25 derajat
Celsius, teksturnya kencang dan bau formalin tercium, serta tak disukai lalat
EFEK:
Jangka pendek:
Iritasi saluran nafas, mata
Mual/muntah, kejang, kematian (dosis besar dan akut)
Jangka Panjang:
Kanker
Kerusakan gen (gene toxicity)
UPDATE
PERKEMBANGAN
REGULASI HALAL DI
INDONESIA
UU NO 33/ 2014 JAMINAN
PRODUK HALAL (JPH)
JPH adalah kepastian hukum terhadap kehalalan suatu produk yang dibuktikan
dengan Sertifikat Halal (SH)
BPJPH – Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, adalah badan yang dibentuk
Pemerintah untuk menyelenggarakan JPH
LPH – Lembaga Pemeriksa Halal adalah Lembaga yang melakukan kegiatan
pemeriksaan dan /atau pengujian terhadap kehalalan produk
Auditor Halal adalah orang yang memiliki kemampuan melakukan pemeriskaan
kehalalan produk
SH adalah pengakuan kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh BPJPH
berdasarkan fatwa halal tertulis yang dikeluarkan oleh MUI
Penyelia Halal adalah orang yang bertanggung jawab terhadap PPH
PENYELENGGARA JAMINAN
PRODUK HALAL (PASAL 5)
Pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan JPH
Penyelenggaraan JPH dilaksanakan oleh Menteri
BPJPH dibentuk berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Dalam hal diperlukan, BPJPH dapat membentuk perwakilan di daerah
BADAN PENYELENGGARAN
JAMINAN PRODUK HALAL
(PASAL 6)
Wewenang:
1. merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH
2. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH
3. menerbitkan dan mencabut SH dan Label Halal pada produk
4. melakukan registrasi SH pada prduk luar negeri
5. melakukan sosialisasi, edukasi dan publikasi produk halal.
6. melakukan akreditasi terhadap LPH
7. melakukan registrasi Auditor Halal
8. melakukan pengawasan terhadap JPH
9. melakukan pembinaan Auditor Halal
PASAL 9 - 10
Kerjasama BPJPH dengan LPH dilakukan untuk pemeriksaan dan/ atau pengujian
produk
Kerjasama dengan MUI dilakukan dalam bentuk:
1. sertifikasi Auditor Halal
2. penetapan kehalalan produk
3. akreditasi LPH
LEMBAGA PEMERIKSA HALAL
(PASAL 12 – 13)
Pemerintah dan/atau masyarakat dapat mendirikan LPH
LPH mempunyai kesempatan yang sama dalam membantu BPJPH melakukan
pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk
Syarat pendirian LPH
1. memiliki akreditasi dari BPJPH
2. memiliki Auditor Halal paling sedikit 3 orang, dan
3. memiliki laboratorium atau kesepakatan kerja saa dengan Lembaga lain yang memiliki
laboratorium
Dalam hal LPH didirikan oleh masyarakat, LPH harus diajukan oleh Lembaga
keagamaan Islam berbadan hukum
AUDITOR HALAL (PASAL 14)
Diangkat dan diberhentikan oleh LPH
Syarat pengangkatan
1. berpendidikan minimal S1 di bidang
A. Pangan
B. Kimia
C. Biokimia
D Teknik Industri
E. biologi
F. Farmasi
2. Memahami dan memilki wawasan luas mengenai kehalalan produk menurut syariat
Islam
3. Memperoleh sertifikat dari MUI
AUDITOR HALAL (PASAL 15)
1. memeriksa dan mengkaji bahan yang digunakan
2. memeriksa dan mengkaji proses pengolahan produk
3. memeriksa dan mengkaji system penyembelihan
4. meneliti lokasi produk
5. meneliti peralatan, ruang produksi dan penyimpanan
6. memeriksa pendistribusi dan penyajian produk
7. memeriksa system jaminan halal pelaku usaha, dan
8. melaporkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kepada LPH
PROSES PRODUK HALAL
(PASAL 21)
Lokasi, tempat dan alat PPH wajib dipisahkan dengan lokas, tempat dan alat
penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan
dan penyajian produk tidak halal
Lokasi, tempat dan alat PPH wajib
1. dijaga kebersihan dan higienitasnya
2. bebas dari najis, dan
3. bebas dari bahan tidak halal
PELAKU USAHA (PASAL 23 -
26)
Pelaku usaha berhak memperoleh
1. informasi, edukasi dan sosialisasai mengenai system JPH
2. pembinaan dalam memproduksi poduk halal, dan
3. pelayanan untuk mendapatkan SH secara cepat, efisien, biaya terjangkau, dan tidak
diskriminatif
4. memiliki Penyelia Halal
5. melaporkan perubahan komposisi bahan kepada BPJPH
6. pelaku usaha yang memproduksi produk dari bahan yang diharamkan dikecualikan
dari mengajukan permohonan SH dan wajib mencantumkan keterangan tidak halal
PENYELIA HALAL
Mengawasi PPH di perusahaan
Menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan
Mendampingi Auditor Halal saat pemeriksaan
Syarat:
1. Islam
2. memiliki wawasan luas dan memahami syariat tentang kehalalan
3. ditetapkan oleh pimpinan perusahaan dan dilaporkan kepada BPJPH
TATA CARA MEMPEROLEH SH
(PASAL 29 – 45)
Permohonan SH diajukan oleh pelaku usaha kepada BPJPH secara tertulis
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan SH diatur dl Permen
BPJPH menetapkan LPH untuk melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan
produk
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan SH diatur dl Permen
Dalam hal pemeriksaan Produk terdapat Bahan yang diragukan kehalalannya, dapat
dilakukan pengujian di laboratorium.
LPH menyerahkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan Produk kepada
BPJPH.
) BPJPH menyampaikan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan Produk
kepada MUI untuk memperoleh penetapan kehalalan Produk.
Penetapan kehalalan Produk dilakukan oleh MUI
Keputusan Penetapan Halal Produk disampaikan kepada BPJPH untuk menjadi dasar
penerbitan Sertifikat Halal
Sertifikat Halal berlaku selama 4 (empat) tahun sejak diterbitkan oleh BPJPH,
kecuali terdapat perubahan komposisi Bahan.
PERAN SERTA MASYARAKAT
(PASAL 53 – 55)
Peran serta masyarakat dapat berupa:
a. melakukan sosialisasi mengenai JPH; dan
b. mengawasi Produk dan Produk Halal yang beredar.
Peran serta masyarakat berupa pengawasan Produk dan Produk Halal yang beredar
berbentuk pengaduan atau pelaporan ke BPJPH
PASAL 59 - 60 – 61 - 62
Sebelum BPJPH dibentuk, pengajuan permohonan atau perpanjangan Sertifikat
Halal dilakukan sesuai dengan tata cara memperoleh Sertifikat Halal yang berlaku
sebelum Undang-Undang ini diundangkan.
MUI tetap menjalankan tugasnya di bidang Sertifikasi Halal sampai dengan BPJPH
dibentuk
LPH yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku diakui sebagai LPH dan
wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Pasal 13 paling lama 2 (dua) tahun
terhitung sejak BPJPH dibentuk.
Auditor halal yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku diakui sebagai
Auditor Halal dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Pasal 14 dan Pasal
15 paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
PERATURAN PEMERINTAH NO
31 2019
Pasal 21 – 22,
Kerjasama BPJPH dengan MUI meliputi
1. sertifikasi Auditor Halal, meliputi pelatihan dan Pendidikan serta ujian kompetensi
Pelatihan dilakukan oleh BPJPH dan dapat dilakukan juga oleh Lembaga Pendidikan dan pelatihan
lain sesuai ketentuan peraturan UU
Uji kompetensi sertifikasi Auditor alal dilaksanakan oleh MUI