Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP DASAR HALAL HARAM (HALAL FOOD-FOOD SAFETY)

 10 PRINSIP HALAL-HARAM (Yusuf Qardhawi, 2000) +2 Prinsip


1) Segala sesuatu hukum asalnya MUBAH (boleh)
2) Menghalalkan & mengharamkan adalah hak Allah swt semata
3) Mengharamkan yang halal & menghalalkan yang haram = perbuatan syirik
4) Mengharamkan yang halal akan menimbulkan keburukan & bahaya
5) Pada yang halal terdapat sesuatu yg bisa menghindarkan yang haram
6) Apa saja yang membawa kepada yang haram adalah haram
7) Bersiasat atas yang haram adalah haram
8) Niat yang baik tidak dapat membenarkan yang haram
9) Menjauhkan diri dari yang SUBHAT karena takut terjatuh pada yang haram
10) Tidak ada pilih kasih dan toleransi terhadap segala sesuatu yang haram
11) Apa yang banyaknya memabukkan, SEDIKIT nyapun HARAM
12) Keadaan terpaksa membolehkan yang haram (DARURAT=antara hidup dan mati)

 DALIL AL QUR’AN TERKAIT HALAL HARAM

QS Al Maidah : 96

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan yang berasal dari laut sebagai makanan yang lezat
bagimu dan bagi orang-orang dalam perjalanan”.
QS Al A’raf : 157
“Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk”

QS Al Baqarah : 173
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
disembelih atas nama selain Allah”.
QS Al Maidah : 3
“Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama
selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan binatang yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan binatang yang disembelih untuk berhala”.
Al Maidah : 90
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamr, judi dan berhala adalah perbuatan keji,
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung”.

 LARANGAN MENGHARAMKAN YANG HALAL


An Nahl : 116
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa-apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta: “ini
halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung”

 SYARAT PRODUK PANGAN HALAL


 Halal dzatnya
 Halal cara memperolehnya
 Halal dalam prosesnya
 Halal dalam penyimpanannya
 Halal dalam pengangkutannya
 Halal dalam penyajiannya

 Produk yang harus kita PERHATIKAN keHARAMannya


1. Makanan dan Minuman yang berasal dari binatang, tumbuhan dan buah-buahan.
Binatang, misal :
a. Babi dan anjing (darah, daging, lemak, bulu, tulang dll)
b. Binatang yang hidup di 2 alam (kodok, kepiting, penyu, buaya)
c. Bangkai
2. Tumbuhan, sayuran dan buah-buahn
Misal : ganja
Artinya semua tumbuhan/sayuran/buah yang mendatangkan bahaya (racun) atau memabukkan
3. Semua jenis minuman halal, kecuali yang memabukkan, misal Arak, Sake dll yang masuk dalam
kategori khamr.
4. Yang perlu diperhatikan juga adalah BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (ingredient dan additives)

 Contoh Ingredients dan Additives


PANGAN HALAL & SERTIFIKASI HALAL “PELUANG DAN PROBLEMATIKNYA DI
INDUSTRI PANGAN”

HALAL IS BIG BUSINESS (Spiegel, 10 Juni 2009)


*LPPOM MUI sebagai LEMBAGA SERTIFIKASI HALAL DIGANTI PBJPH (Peraturan Badan
Jaminan Produk Halal)

KOMPLEKSITAS DALAM PANGAN HALAL


TITIK KRITIS HALAL-HARAM DAN KOMPLEKSITAS PANGAN

DARAH DAN TURUNANNYA


KULIT DAN ATAU TULANG

Multifuntional of Gelatine in Food Processing

Gelatin's ability to form thermo-reversible gels, its amphoteric character, and contribution to viscosity and
its protective colloidal and surface active properties impart functional properties important to food systems.

 Gelatin is used in food systems as a:


 gelling agent
 thickener
 film former
 protective colloid
 adhesive agent
 stabilizer
 emulsifier
 foaming/whipping agent
 beverage fining agent
KONSEP DASAR PANGAN HALAL

Mengapa perlu SJH?


 Belajar dari kasus Ajinomoto:
- Perlu peraturan tentang halal yang lebih tegas
- Perlu suatu sistem yang menjamin kehalalan produk pangan sepanjang waktu
 SK Menag No. 518/2001, pada pasal 4 disebutkan adanya sistem halal: Sistem Jaminan Halal
 Sistem Jaminan Halal didasarkan pada prinsip TQM, ISO 9000, HACCP

THREE ZERO’S CONCEPT


 Zero limit : Tidak boleh ada sama sekali bahan haram, najis dan kotoran di dalam bahan mentah, bahan
tambahan dan produk pada semua rangkaian produksi
 Zero defect : tidak boleh ada sama sekali produk haram yang dihasilkan mengingat resiko besar yang
ditanggung perusahaan apabila ada claim produknya haram dan ternyata benar.
 Zero risk : Dengan menerapkan 2 prinsip di atas, tidak ada resiko buruk yang akan ditanggung
perusahaan
HACCP vs HrCCP
 HACCP
- Sistem untuk menjamin keamanan pangan produk yang dihasilkan dapat dilakukan secara terus
menerus dan terkendali.
- Masalah ke-thoyyib-an
 HrCCP
- Sistem untuk menjamin kehalalan pangan produk yang dihasilkan dapat dilakukan secara terus
menerus dan terkendali.
- Masalah kehalalan
SISTEM JAMINAN HALAL
Untuk Mendapatkan Kejelasan Jaminan Kehalalan Dalam Setiap Rantai Produksi Dan Distribusi:
 Pemilihan Bahan Baku
 Pemilihan Bahan Tambahan
 Proses Produksi (Fisik Pabrik, Mesin/Alat Produksi, Serta proses Produksi)
 Penanganan Produk Jadi: Penyimpanan, Transportasi/Distribusi Dan Penjualan.
ALUR PROSES SERTIFIKASI
PERATURAN TERBARU TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
SEJARAH SINGKAT HALAL DI INDONESIA
• 1988: Prof. Dr. Tri Susanto, M.App.Sc dari Universitas Brawijaya menemukan produk turunan dari babi
seperti gelatin maupun lemak babi dalam makanan dan minuman yang menjadi masalah nasional,
penjualan produk mengalami penurunan sebesar 20- 30%
• 1989: Majelis Ulama Indonesia (MUI) memecahkan masalah tersebut dengan mendirikan lembaga untuk
studi tentang makanan dan obat-obatan yang dikenal LPPOM-MUI
• 1989: Sertifikasi halal bersifat sukarela.
• 2001: Skandal Ajinomoto.
• 2014: 17 Oktober, UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal di sahkan oleh Presiden RI
• 2019: PP No 31 Tahun 2019 disahkan, kemudian diikuti oleh PMA No. 26 Tahun 2019
• 2019: 17 Oktober Wajib untuk Sertifikasi Halal (Pasal 4, UU No 33 Tahun 2014)

PERHATIAN INDONESIA TERHADAP HALAL


1. Halal
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
PP No. 31 Tahun 2019 tentang Implementasi Jaminan Produk Halal
PMA No. 26 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal
2. Thoyyibah
Badan Pengawasan Obat Dan Makanan (B-POM)
Peraturan BPOM No. 26 Tahun 2017
3. Keuangan Syariah
Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)
UU No. 21 Tahun 2008

MENGENAL BADAN PENYELENGGARA JAMINAN PRODUK HALAL (BPJPH)

• Merupakan Lembaga Negara dibawah Kementerian Agama.

• Lembaga Esselon 1/Dirjen dan dipimpin oleh Kepala Badan JPH/Kepala BPJPH pada 02 Agustus 2017

• Resmi launching 11 Oktober 2017.

• Bertugas mempersiapkan kesiapan 17 Oktober 2019 sebagai Wajib bersertifikat HALAL bagai produk
yang masuk dan beredar/diperdagangkan di Indonesia.

• Sebelumnya sertifikasi halal adalah sukarela/voluntary


DASAR HUKUM LAHIRNYA BPJPH

• Terbitnya Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2015 Tentang Kementerian Agama, pasal 45 s.d. 48 Tentang
BPJPH

• Terbitnya Peraturan Menteri Agama No 42 Tahun 2016 yang Memuat Struktur BPJPH

• Amanat UU No. 33 Tahun 2014 tentang JPH

HASIL KERJA BPJPH 2018 - 2019

1. PP No 31 Tahun 2019 tanggal 3 Mei 2019 Tentang Implementasi JPH

2. SK Kemenkeu No. 3/KMK.05/2019 tanggal 2 Januari 2019 Tentang Status BLU BPJPH

3. PMA No. 26 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

4. Pelatihan Calon Auditor sudah mencapai 180 Orang dan Sudah Siap Uji Kompetensi.
5. Calon LPH sudah ada sekitar 60an (MoU dengan PTN dan Yayasan Islam sebanyak 70 MoU per Oktober
2019)

6. Dukungan Lainnya dari Kementrian/Lembaga Terkait.

7. SK Mahkamah Konstitusi setelah di gugat sebanyak 3 kali dan keluar 2 SK antara lain dengan nomor:

a. Nomor 8/PUU-XVII/2019 tanggal 18 Februari 2019

b. Nomor 49/PUU-XVII/2019 tanggal 25 September 2019

8. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan No. 266 Tahun 2019 Tentang SKKNI Auditor Halal

DASAR HUKUM PELAKSANAAN JAMINAN PRODUK HALAL (UU NO 33 TAHUN 2014)

Pasal 1

“Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk
kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyarakat.”

Pasal 4

“Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.”

Pasal 26

1. Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari Bahan yang berasal dari Bahan yang diharamkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 20 dikecualikan dari mengajukan permohonan
Sertifikat Halal.
2. Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan keterangan tidak halal pada
Produk.

KETENTUAN UMUM TERKAIT JAMINAN PRODUK HALAL (PASAL 1 UU 33 TAHUN 2014)

• Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk
kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyarakat.

• Produk Halal adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.

• Proses Produk Halal (PPH) adalah rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan Produk mencakup
penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian
Produk.

• Bahan adalah unsur yang digunakan untuk membuat atau menghasilkan Produk.
BARANG DAN JASA

• Barang : makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik,
serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. (Pasal 1 ayat 2, PP)

• Jasa : usaha yang terkait dengan barang dan mata rantainya. (penyembelihan, pengolahan, penyimpanan,
pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian). (Pasal 68 ayat 3, PP)

WEWENANG BPJPH (UU NO. 33 TAHUN 2014 PASAL 6)

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH;

2. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH;

3. Menerbitkan dan mencabut sertifikat halal dan label halal pada produk;

4. Melakukan registrasi sertifikat halal pada produk luar negeri;

5. Melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi produk halal;

6. Melakukan akreditasi terhadap LPH;

7. Melakukan registrasi auditor halal;

8. Melakukan pengawasan terhadap JPH;

9. Melakukan pembinaan auditor halal; dan

10. Melakukan kerjasama dengan lembaga dalam dan luar negeri di bidang penyelenggaraan JPH

UNIT YANG TERLIBAT SERTIFIKASI HALAL

A. BPJPH
Menerbitkan dan Mencabut sertifikat halal (Kewenangan Pasal 4 ayat 3, PP)
B. Lembaga Pemeriksa Halal (LPH)
C. MUI (Pasal 21, PP)
ORANG/PROFESI YANG TERLIBAT

1. BPJPH (ASN)

2. LPH (Auditor Halal)

3. MUI (Ulama, Zuama, Cendekiawan Muslim)

4. Penyelia Halal

5. Pelaku Usaha (Orang atau Badan Hukum)

PRINSIP DASAR SERTIFIKASI HALAL

• Tracebility (telusur).

• Grey Area (karena intervensi teknologi yang merubah tampilan barang).

• Yang Halal itu jelas.

• Yang Haram itu jelas (Pasal 18 dan 20 UU JPH)

PROSES SERTIFIKASI HALAL

MODEL SERTIKASI UMKM


TAHAPAN

• Makanan dan minuman harus bersertifikat halal, 5 tahun setelah dimulainya wajib halal sejak 17 Oktober
2019.

• Selain makanan dan minuman, masih dalam tahap diskusi dengan Kementerian Kesehatan dan BPOM.

• Pemerintah membantu UKM dalam waktu 5 tahun untuk memenuhi standar halal

• UKM yang memenuhi standar halal harus segera mendapatkan sertifikasi halal.

a) Produk yang sudah bersertifikasi halal hingga saat 17 Oktober dan masih berlaku sertifikasinya dihimbau
meregristrasi ke BPJPH dengan mengirim copy sertifikat.
b) Produk yang sedang proses sertifikasi halal hingga 17 Oktober 2019 dipersilahkan melanjutkan prosesnya
hingga didapat sertifikat dan diregristrasi ke BPJPH sesuai a).
c) Produk yang saat 17 Oktober 2019 belum melakukan sertifikasi halal dan memenuhi serta berkeinginan
sertifikasi halal, proses aplikasinya ke BPJPH dengan ketentuan yang ada di BPJPH.
d) Registrasi dimaksudkan untuk mempermudah pendataan dan memberi tahukan masa perpanjangan (UU
No. 33 Tahun 2014 Pasal 42 b).

PENAHAPAN SESEUAI DENGAN PMA NO.26 TAHUN 2019

HAL YANG PERLU DICERMATI


1. Biaya Sertifikasi Halal (Pasal 61 - 63, PP)
2. Pentahapan Jenis Produk yang Bersertifikasi Halal (Pasal 68, PP)
3. Pengawasan (Pasal 49, UU dan Pasal 75, PP)
4. Peran serta Masyarakat (Pasal 53 - 55, UU)
5. Ketentuan Pidana (Pasal 56, UU).

PEMBIAYAAN (UU NO. 33 TAHUN 2014 PASAL 44)


1. Biaya Sertifikasi Halal dibebankan kepada Pelaku Usaha yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal.
2. Dalam hal Pelaku Usaha merupakan usaha mikro dan kecil, biaya Sertifikasi Halal dapat difasilitasi oleh
pihak lain.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya sertifikasi halal diatur dalam Peraturan Pemerintah

PERAN UMMAT DAN JAMINAN PRODUK HALAL:

Sesuai dalam Pasal 53, 54, 55 UU No. 33 Tahun 2014 tentang JPH

- Penyelenggara JPH

- Bentuk kegiatannya antara lain:

a) Sosialisasi JPH

b) Mengawasi produk yang beredar.

- Peran pengaduan dan pelaporan ke BPJPH.

- Berhak mendapat penghargaan.

- Diatur dalam PMA

STAKEHOLDER HALAL INDONESIA

 BPJPH
 MUI
 Kementerian / Lembaga pusat maupun daerah
 Lembaga Pemeriksa Halal (LPH)
 BSN/KAN
 Pelaku Usaha / Perusahaan /
 UKM
 Konsumen
 Industri Keuangan Syariah
 Masyarakat / Organisasi Islam
 Universitas / Halal Center
 Lembaga Halal Luar Negeri (LHLN)

KERJASAMA INTERNASIONAL

• Kerjasama internasional antara BPJPH dengan Lembaga Halal Luar Negeri (LHLN) pada dasarnya
berlandaskan G to G.

• PP No. 31 Tahun 2019 pada Pasal 11 kerjasama antara BPJPH dengan Kementerian Luar Negeri meliputi
a.fasilitasi kerjasama internasional;

b.promosi produk halal di luar negeri;

c.penyediaan informasi mengenai lembaga halal luar negeri;

Anda mungkin juga menyukai