Anda di halaman 1dari 29

Hj. TATTY A. RAMLI, S.H., M.H.

DAN
PERLINDUNGAN TERHADAP TIM PENGAJAR FH UNSIBA
KONSUMEN MUSLIM
[ PENDAHU

LUAN ]
Indonesia dikenal sebagai insiator terbentuknya
World Halal Food Council

● Secara Internasional telah mengenal ketentuan halal


dan haram dalam Codex Alimentarius Commisions;
General Guidelines for use of term Halal
(GACH/GL 24-1997)

● Kehalalan produk diakusi secara internasional


dalam rangka memberikan perlindungan kepada
konsumen muslim di seluruh dunia
MENGAPA KONSUMEN
MUSLIM HARUS
DILINDUNGI ?
• Adanya pengaturan dalam syariat islam;

• Konsumsi produk halal merupakan bentuk dari ketakwaan;

• Perlu untuk kesehatan dan ketentraman bathin konsumen;

• Konsumen muslim memiliki prinsip yang diajarkan oleh


agama dalam menjalankan Ekonominya;

• Aktivitas produksi bukan hanya sebagai meningkatkan


materiel tapi untuk meningkatkan moral sebagai sarana
mencapai tujuan ukhrawi

• Konsumen muslim menjadikan Perbuatan dan Tindakan


Rasulullah SAW sebagai role model;
LANDASAN HUKUM DALAM AL- QURAN
MENGENAI KONSUMSI MAKANAN
HALAL
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah
rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya.” (QS. Al-Maidah: 88)

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS.
Al-Baqarah: 168).

Artinya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah,


daging babi, dan hewan yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang
Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al Baqarah: 173)
[Prinsip Kebenaran]
Mewajibkan untuk Konsumen mengonsumsi
produk yang dihalalkan syariat islam, baik
dzat, proses produksi, distribusi hingga PRINSIP EKONOMI
tujuan mengonsumsi barang tersebut.
QS. Al- Araf: 157 ISLAM
[Prinsip Kebersihan]
Mengharuskan Konsumen untuk mengonsumsi
produk yang bersih, tidak menjijikan, serta tidak
bercampur dengan najis. Karena produk yang
menjijikan, tidak bersih dan bercampur najis akan
membawa kemudharatan duniawi dan ukhurawi.
QS. Al-Baqarah: 219; QS. Al-Maidah: 90 & QS. Al-an
am : 145

[Prinsip Kesederhanaan]
Mengharuskan bahwa Konsumen dilarang
untuk mengkonsumsi produk secara
berlebihan, serta mampu mengekang hawa
nafsu dari pemborosan yang berlebihan.
Qs. Al-An am : 141 & Qs. Al-Araf: 31
[Prinsip Kemaslahatan]

Memperbolehkan kepada konsumen untuk


menggunakan produk selama produk tersebut
memberikan kebaikan serta kesempurnaan dalam
mengabdikan diri kepada Allah SWT.
QS. Al-Baqarah: 173; QS. Al-an am : 119

[Prinsip Moralitas]
konsumen harus memenuhi etika, kesopanan, bersyukur,
dzkir dan piker serta mengenaympingkan sifat-sifat
tercela dalam mengonsumsi barang dan jasa
QS. Ali Imran : 191; QS. Ibrahim 7; dan QS. AL-Insan:8
[ Undang-Undang Nomor 3
tahun 2014 tentang jaminan
produk halal ]
Sebelum ada Undang-undang ini belum ada undang-
undang khusus yang mengatur mengenai jaminan produk
halal sehingga belum ada kepastian hukum, produk yang
beredar belum terjamin kehalalannya pencantuman halal
hanya bersifat sukarela

Tujuan diuaturnya melalui undang-undang ini:


• Memberikan kenyamanan, keamanan,
keselamatan, dan kepastian ketersediaan Produk
Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan
menggunakan Produk; dan

• Meningkatkan nilai tambah bagi Pelaku Usaha


untuk memproduksi dan menjual Produk Halal.
[ Urgensi pengaturan jaminan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
mengenai kehalaln suatu pangan, obat-obatan, dan kosmetik berkembang sangat
produk ] pesat.

Terdapat pergeseran pengolahan dan pemanfaatan bahan


baku untuk makanan, minuman, kosmetik, obat-obatan,
serta Produk lainnya dari yang semula bersifat sederhana
dan alamiah menjadi pengolahan dan pemanfaatan bahan
baku hasil rekayasa ilmu pengetahuan.

Pengolahan produk yang demikian memungkinkan


percampuran antara yang halal dan yang haram baik
disengaja maupun tidak disengaja.

Untuk mengetahui kehalalan dan kesucian suatu Produk,


Tujuan tersebut menjadi penting diperlukan suatu kajian khusus yang membutuhkan
mengingat  pengetahuan multidisiplin, dan pemahaman tentang
syariat.
[ KEWAJIBAN &
PENGECUALIAN
sertifikasi Halal ]
Kewajiban sertifikasi halal yaitu terhadap
semua produk yang beredar dan
diperdagangkan di Indonesia.

Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari


Bahan yang berasal dari Bahan yang
diharamkan sebagaimana dikecualikan dari
mengajukan permohonan Sertifikat Halal.
Sehingga wajib mencantumkan keterangan
tidak halal pada Produk.
[ Pokok-pokok pengaturan dalam uu
jph ]

Penetapan bahan produk yang dinyatakan halal Tata cara memperoleh Sertifikat Halal
& Rangkaian kegiatan untuk menjamin
kehalalan Produk mencakup penyediaan bahan,
pengolahan, penyimpanan, pengemasan, Pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan
pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk dilakukan oleh LPH
Produk.

Mengatur hak dan kewajiban Pelaku Usaha Pengawasan terhadap penyelenggaraan


dengan memberikan pengecualian terhadap JPH
Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari
Bahan yang berasal dari Bahan yang
Penegakan hukum melalui Penerapan sanksi
diharamkan
administratif dan sanksi Pidana
Menyelenggarakan JPH yang pelaksanaannya
dilakukan oleh BPJPH. Dalam menjalankan
wewenangnya, BPJH bekerja sama dengan
kementerian dan/atau lembaga terkait, MUI, dan
LPH.
[ HALAL PADA UUPK ] [ HALAL PADA UU JPH ]
• Ps. 8 UUPK Bersifat suka rela, • Merupakan jaminan kepastian hukum

terhadap kehalalan suatu produk
Jika pelaku usaha yang
mencatumkan label halal maka ia
wajib untuk mengikuti produral yang • dibuktikan dengan sertifikat halal
telah ditetapkan mengenai produk
halal, • Sifatnya wajib, semua produk yang
beredar dan diperdagangkan di
• Jika tidak mencantumkan tidak Indonesia [ Ps. 4 }
wajib untuk mengikuti prosedur
mengenai produk halal tersebut. • memberikan masa berlakunya serifikat
halal tersebut selama 4 tahun dan
• Pelaku usaha harus harus diperbaharui 3 bulan sebelum
mempertangggungjawabkan masa berlaku tersebut habis. Ps. 42
kepada konsumen mengnai
kandungan yang ia jamin halal.
[ HALAL PADA UU JPH ]

Pelaku Usaha yang memproduksi


Produk dari Bahan yang berasal dari
Bahan yang diharamkan dikecualikan
dari mengajukan permohonan Sertifikat
Halal.

Berati bahwa ketentuan sertifikasi halal


ini belaku bagi setiap pelaku usaha
yang mengedarkan dan menjualkan
produknya yang memiliki bahan baku
komposisi dari bahan-bahan halal di
Indonesia.
[ LEMBAGA YANG BERPERAN DALAM
PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM ]
Berdasarkan piagam kerja sama antara
Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan
Majelis Ulama Indonesia Tahun 1996 Tentang
Pelaksanaan Pencantuman Label Halal pada
Makanan.

produk makanan dan minuman yang beredar dapat


dinyatakan halal atas dasar fatwa MUI

setelah melalui serangkaian pemeriksaan di lokasi


produsen dan pengujian laboratorium dengan
seksama.

BPPOM bertugas untuk mengawasi setiap produk


obat dan makanan yang beredar.
[ Badan PenyelenggaraJaminan Produk Halal ] Lembaga Pemeriksa Halal
Lembaga yang dibentuk Pemerintah
Lembaga yang melakukan kegiatan
Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH; pemeriksaan dan/atau pengujian
Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH; terhadap kehalalan Produk. Bisa
dibentuk oleh masyarakat maupun
Menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal dan Label Halal pemerintah
pada Produk;

Melakukan registrasi Sertifikat Halal pada Produk luar negeri; persyaratan:


• memiliki kantor sendiri dan
Melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi Produk Halal; perlengkapannya;
• Memiliki akreditasi dari BPJPH;
Melakukan akreditasi terhadap LPH;
• Memiliki Auditor Halal paling sedikit 3
Melakukan registrasi Auditor Halal; (tiga) orang; dan
• Memiliki laboratorium atau
Melakukan pengawasan terhadap JPH; kesepakatan kerja sama dengan
lembaga lain yang memiliki
Melakukan pembinaan Auditor Halal; dan
laboratorium.
Melakukan kerja sama dengan lembaga dalam dan luar negeri
• diajukan oleh lembaga keagamaan
di bidang penyelenggaraan JPH. Islam berbadan hukum.
[ Auditor halal ] [ tugas auditor halal]
Orang yang memiliki kemampuan melakukan
pemeriksaan kehalalan Produk.
• Memeriksa dan mengkaji Bahan yang
Auditor Halal diangkat dan diberhentikan oleh digunakan;
LPH. • Memeriksa dan mengkaji proses
Persyaratan: pengolahan Produk;
• Warga negara Indonesia; • Memeriksa dan mengkaji sistem
• Beragama Islam; penyembelihan;
• Berpendidikan paling rendah S1 di bidang • Meneliti lokasi Produk;
pangan, kimia, biokimia, teknik industri, • Meneliti peralatan, ruang produksi,
biologi, atau farmasi; dan penyimpanan;
• Memahami dan memiliki wawasan luas • Memeriksa pendistribusian dan
mengenai kehalalan produk menurut penyajian Produk;
syariat Islam; • Memeriksa sistem jaminan halal
• Mendahulukan kepentingan umat di atas Pelaku Usaha; dan
kepentingan pribadi dan/atau golongan; • Melaporkan hasil pemeriksaan
dan f dan/atau pengujian kepada LPH
• Memperoleh sertifikat dari MUI.
[ ALUR
PERMOHONAN
& PENERBITAN
SERTIFIKASI
HALAL ]
[ PENGATURAN
LABEL HALAL ]
Bentuk Label Halal yang berlaku nasional
ditetapkan oleh Badan Penyelenggara
Penjaminan Produk Halal (Ps.37)

Pelaku Usaha yang telah memperoleh


Sertifikat Halal wajib mencantumkan Label
Halal pada: Kemasan Produk; Bagian
tertentu dari Produk; dan/atau Tempat
tertentu pada Produk. (Ps. 38)

Pencantuman Label Halal sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 38 harus mudah
Pelaku Usaha yang mencantumkan Label dilihat dan dibaca serta tidak mudah
Halal tidak sesuai dengan ketentuan dihapus, dilepas, dan dirusak.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
dan Pasal 39 dikenai sanksi administratif
berupa: Teguran lisan; Peringatan tertulis;
atau Pencabutan Sertifikat Halal.
[ sertifikat HALAL ]
Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 & 26 (2)
dikenai sanksi administratif berupa:
administra Peringatan tertulis;
Denda administratif; atau
Pencabutan Sertifikat Halal. [ Ps. 27 ]
si Pelaku Usaha yang tidak menjaga
kehalalan Produk yang telah memperoleh
SANK Sertifikat Halal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 huruf b dipidana dengan
SI pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau pidana denda paling banyak

UUJP Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).


[ Ps. 56 ]

H Pidana Setiap orang yang terlibat dalam penyelenggaraan


proses JPH yang tidak menjaga kerahasiaan formula
yang tercantum dalam informasi yang diserahkan
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
[ KEWAJIBAN PELAKU
USAHA PADA SAAT [ KEWAJIBAN PELAKU USAHA
PERMOHONAN SERTIFIKAT SETELAH MEMPEROLEH
HALAL ] SERTIFIKAT HALAL ]
Mencantumkan Label Halal terhadap
Produk yang telah mendapat Sertifikat
Memberikan informasi secara benar,
Halal;
jelas, dan jujur;
Menjaga kehalalan Produk yang telah
Memisahkan lokasi, tempat dan alat
memperoleh Sertifikat Halal;
penyembelihan, pengolahan,
penyimpanan, pengemasan,
Memisahkan lokasi, tempat dan
pendistribusian, penjualan, dan penyajian
penyembelihan, alat pengolahan,
antara Produk Halal dan tidak halal;
penyimpanan, pengemasan,
Memiliki Penyelia Halal; dan
pendistribusian, penjualan, dan penyajian
antara Produk Halal dan tidak halal;
Melaporkan perubahan komposisi Bahan
kepada BPJPH.
Memperbarui Sertifikat Halal jika masa
berlaku Sertifikat Halal berakhir; dan e.
*PS. 24 dan Pasal 25 UUJPH
melaporkan perubahan komposisi Bahan
kepada BPJPH.
[ PERATURAN TERKAIT DENGAN
PENGATURAN PRODUK HALAL DI
INDONESIA ]
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

• Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

• Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan

• Keputusan Menteri Agama Nomor 518 Tahun 2001 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal

• Keputusan Menteri Agama Nomor 519 Tahun 2001 Tentang Lembaga Pelaksana
Pemeriksaan Pangan Halal
[ PERATURAN TERKAIT DENGAN
PENGATURAN PRODUK HALAL DI
INDONESIA ]
PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 26 TAHUN
2019 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN
PRODUK HALAL

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 2019


TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-
UNANG NOOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN
PRODUK HALAL
[ Pengaturan Halal di
Diatur dalamMalaysia ] 2011
akta perihal dagangan

Bersifat voluntary (sukarela)

Sebagai bentuk pengaturan informasi


terhadap produk

Lembaga yang berwenang dalam pemberian


sertifikasi halal : Jabatan Kemajuan Islam
Malaysia dan Majlis Agama Islam Negeri
dengan merujuk kepada peraturan yang
dikeluarkan menteri

ALUR SERTIFIKASI HALAL 


[ Pengaturan Halal di
SINGAPURA
Diatur dalam ] Law Act
Administration Muslim
1996 & Sale of Food Act 1973

Bersifat voluntary (sukarela)

Sebagai bentuk pengaturan informasi


terhadap produk

Lembaga yang berwenang dalam pemberian


sertifikasi halal : The Islamic Council of
Sigapore

ALUR SERTIFIKASI HALAL 


[ Pengaturan Halal di
Amerika
Diatur dalam Code ]
Federal Regulation
(21CFR101.29)

Bersifat voluntary (sukarela)

Sebagai bentuk pengaturan informasi


terhadap produk

Lembaga yang berwenang dalam pemberian


sertifikasi halal : The Islamic Food and
Nutrition Council of America dan lembaga
lain seperti Islamic Service of America

ALUR SERTIFIKASI HALAL 


PRODUK YANG DINYATAKAN
DILUAR NEGERI HALAL
KENAPA DI INDONESIA
BELUM TENTU DITETAPKAN
HALAL ??
INI
JAWABANNYA Hal ini dikarenakan belum adanya kerjasama dan
hubungan bilateral antara Negara tersebut dengan
Indonesia.

INDONESIA MEWAJIBKAN SELURUH PRODUK


YANG MASUK DAN BEREDAR DI INDONESIA
HARUS BERSERTIFIKASI HALAL AKIBAT DARI
DIUNDANGKANNYA UUJPH

Kerja sama internasional dalam bidang JPH


Pasal 5 PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR sebagaimana dimaksud pada ayat berbentuk:
26 TAHUN 2019 TENTANG
PENYELENGGARAAN JAMINAN PRODUK
pengembangan JPH; penilaian kesesuaian; dan/atau
HALAL; Pengakuan Sertifikat Halal.

PASAL 26 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR Kerja sama internasional harus dilaksanakan


31 TAHUN 2019 TENTANG PERATURAN
sesuai dengan politik luar negeri, peraturan
PELAKSANAAN UNDANG-UNANG NOOR 33
TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK perundang-undangan, dan hukum, serta
HALAL kebiasaan internasional.
TERIMA KASIH
Komplain dan Pertanyaan Seputar E-Learning
Jika terdapat pertanyaan dan complain
bisa menghubungi Pusat Pelayanan
Informasi dan Pertanyaa Seputar
Pelaksanaan E-Learning melalui chat
Whats App pada nomor:
081772884377

Anda mungkin juga menyukai