Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

MK PKPA PEMINATAN INDUSTRI

SERTIFIKASI HALAL DAN


JAMINAN HALAL
Aries Badrus Sholeh
aries.badrus@gmail.com
Konsep Halal Haram dan Latar Belakang
Sertifikasi Halal
 Mengkonsumsi yang halal:
 Perintah Allah SWT, menjauhi diri dari maksiat dan ciri muslim (QS 2:168 & QS
2:172)
 Setiap muslim wajib mengkonsumsi halal
 Perlu adanya jaminan kehalalan
Latar Belakang Sertifikasi Halal

HALAL SYUBHAT
• Tanaman
Binatang laut
Haram

• Bahan tambang Produk olahan Kompleksitas
• Kimia teknologi Bahan

Perlu Fatwa Halal melalui


Proses Sertifikasi Halal
Definisi

 Sertifikat Halal
Sertifikat Halal adalah fpengakuan kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh
BPJPH berdasarkan fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI.

 Tujuan Sertifikasi Halal


memberikan kepastian kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin
yang mengkonsumsinya..
Keputusan Menteri Agama No 982 Tahun 2019
tentang LAYANAN SERTIFIKASI HALAL

a. Pengajuan permohonan sertifikat halal, oleh BPJPH


b. Pemeriksaan dan/pengujian kehalalan produk, oleh LPPOM MUI
c. Pengkajian ilmiah terhadap hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan
produk, oleh MUI
d. Pelaksanaan sidang fatwa halal; oleh MUI
e. Penerbitan sertifikat halal, oleh BPJPH

Add a Footer 6
Proses Sertifikasi Halal & Pihak yang
Berwenang

BPJPH LPH MUI BPJPH

Badan Penyelenggara Jaminan Majelis Ulama


BPJPH juga berperan
Produk Halal yang berperan Indonesia yang
dalam proses
dalam proses sertifikasi dan berwenang dalam
penerbitan Sertifikat
jaminan halal penetapan fatwa
Halal
halal

Lembaga Pemeriksa Halal


Standar Proses Sertifikasi Halal

SKKNI Terkait kompetensi penyelia halal

HAS 23000 & Terkait persyaratan sertifikasi halal dan system


SJPH jaminan produk halal

BPJPH Terkait persyaratan sertifikasi halal di BPJPH


Penyelia Halal
(berdasarkan PP RI No. 39 Tahun 2021)
 Pasal 49
 Pelaku usaha yang mengajukan permohonan sertifikasi halal wajib: c. Memiliki
Penyelia Halal

 Pasal 53
 Penyelia Halal harus memenuhi persyaratan:
 Beragama Islam, dan
 Memiliki wawasan luas dan memahami syariat tentang kehalalan

Dibuktikan dengan Sertifikat


Pelatihan dan/atau Sertifikasi
Kompetensi Penyelia Halal (Pasal
53 ayat 2 dan 3)
13 Unit SKKNI No. 215/2016

1. Menyusun dokumen SJH


2. Memverifikasi dokumen SJH
3. Melakukan sosialisasi dokumen SJH
4. Menyiapkan dokumen pendukung bahan
5. Melakukan seleksi bahan halal
6. Melakukan pengadaan bahan halal
7. Melakukan penanganan bahan halal
8. Melakukan proses Produksi halal
9. Melakukan penanganan produk halal
10. Melakukan penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria
11. Melakukan pengembangan produk halal
12. Melakukan audit internal
13. Memantau tindak lanjut hasil audit internal
11 Kriteria SJH (HAS 23000:1)

1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
3. Pelatihan
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
7. Prosedur Tertulis Aktifitas Kritis
8. Kemampuan Telusur
9. Penanganan Produk Tidak Memenuhi Kriteria
10. Audit Internal
11. Kaji Ulang Manajemen
HAS 23000

 Merupakan dokumen yang berisi persyaratan sertifikasi halal.

 Terdiri dari 2 bagian, yaitu Bagian I tentang Persyaratan Sertifikasi Halal :


Kriteria Sistem Jaminan Halal (HAS 23000:1) dan Bagian II tentang Persyaratan
Sertifikasi Halal : Kebijakan dan Prosedur (HAS 23000:2)

 Perusahaan yang akan mendaftarkan halal ke LPPOM MUI, baik industry


pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Protong Hewan (RPH),
restoran, catering, dapur, maka harus memenuhi sertifikasi halal yang
tertuang dalam dokumen HAS 23000.
HAS 23000:1 KRITERIA SISTEM JAMINAN
HALAL (SJH)
1. Kebijakan Halal
Manajemen Puncak harus menetapkan Kebijakan Halal dan mensosialisasikan kebijakan halal
kepada seluruh pemangku kepentingan (stake holder) perusahaan.

2. Tim Manajemen Halal


Manajemen Puncak harus menetapkan Tim Manajemen Halal yang mencakup semua bagian
yang terlibat dalam aktivitas kritis serta memiliki tugas, tanggungjawab dan wewenang yang
jelas.

3. Pelatihan dan Edukasi


Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan. Pelatihan internal
harus dilaksanakan minimal setahun sekali dan pelatihan eksternal harus dilaksanakan
minimal dua tahun sekali.
HAS 23000:1 KRITERIA SISTEM JAMINAN
HALAL (SJH)
4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang disertifikasi tidak boleh berasal
dari bahan haram atau najis. Perusahaan harus mempunyai dokumen pendukung untuk
semua bahan yang digunakan, kecuali bahan tidak kritis atau bahan yang dibeli secara
retail.
5. Produk
Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki kecenderungan bau atau rasa
yang mengarah kepada produk haram atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan
fatwa MUI. Merk/nama produk yang didaftarkan untuk disertifikasi tidak boleh
menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang
tidak sesuai dengan syariah Islam. Produk pangan eceran (retail) dengan merk sama
yang beredar di Indonesia harus didaftarkan seluruhnya untuk sertifikasi, tidak boleh
jika hanya didaftarkan sebagian.
HAS 23000:1 KRITERIA SISTEM JAMINAN
HALAL (SJH)
6. Fasilitas Produksi
a. Industri pengolahan: (i) Fasilitas produksi harus menjamin tidak adanya
kontaminasi silang dengan bahan/produk yang haram/najis; (ii) Fasilitas produksi
dapat digunakan secara bergantian untuk menghasilkan produk yang disertifikasi
dan produk yang tidak disertifikasi selama tidak mengandung bahan yang berasal
dari babi/turunannya, namun harus ada prosedur yang menjamin tidak terjadi
kontaminasi silang.
b. Restoran/Katering/Dapur: (i) Dapur hanya dikhususkan untuk produksi halal; (ii)
Fasilitas dan peralatan penyajian hanya dikhususkan untuk menyajikan produk
halal.
c. Rumah Potong Hewan (RPH): (i) Fasilitas RPH hanya dikhususkan untuk produksi
daging hewan halal; (ii) Lokasi RPH harus terpisah secara nyata dari
RPH/peternakan babi; (iii) Jika proses deboning dilakukan di luar RPH tersebut,
maka harus dipastikan karkas hanya berasal dari RPH halal; (iv) Alat penyembelih
harus memenuhi persyaratan.
HAS 23000:1 KRITERIA SISTEM JAMINAN
HALAL (SJH)
7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis mengenai pelaksanaan aktivitas kritis,
yaitu aktivitas pada rantai produksi yang dapat mempengaruhi status kehalalan
produk. Aktivitas kritis dapat mencakup seleksi bahan baru, pembelian bahan,
pemeriksaan bahan datang, formulasi produk, produksi, pencucian fasilitas produksi
dan peralatan pembantu, penyimpanan dan penanganan bahan dan produk,
transportasi, pemajangan (display), aturan pengunjung, penentuan menu,
pemingsanan, penyembelihan, disesuaikan dengan proses bisnis perusahaan (industri
pengolahan, RPH, restoran/katering/dapur). Prosedur tertulis aktivitas kritis dapat
dibuat terintegrasi dengan prosedur sistem yang lain.
8. Kemampuan Telusur (Traceability)
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin kemampuan telusur
produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang memenuhi kriteria (disetujui LPPOM
MUI) dan diproduksi di fasilitas produksi yang memenuhi kriteria (bebas dari bahan
babi/ turunannya).
HAS 23000:1 KRITERIA SISTEM JAMINAN
HALAL (SJH)
9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani produk yang tidak
memenuhi kriteria, yaitu tidak dijual ke konsumen yang mempersyaratkan produk halal
dan jika terlanjur dijual maka harus ditarik.
10. Audit Internal
Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal pelaksanaan SJH. Audit
internal dilakukan setidaknya enam bulan sekali dan dilaksanakan oleh auditor halal
internal yang kompeten dan independen. Hasil audit internal disampaikan ke LPPOM
MUI dalam bentuk laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.
11. Kaji Ulang Manajemen
Manajemen Puncak atau wakilnya harus melakukan kaji ulang manajemen minimal satu
kali dalam satu tahun, dengan tujuan untuk menilai efektifitas penerapan SJH dan
merumuskan perbaikan berkelanjutan.
HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi
Halal: Kebijakan dan Prosedur
 Kebijakan dan prosedur harus dipenuhi oleh perusahaan yang mengajukan sertifikasi halal.
Penjelasan mengenai kriteria SJH dapat dilihat pada dokumen HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi
Halal: Kebijakan dan Prosedur.
 Secara Umum Prosedur Sertifikasi Halal adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang mengajukan sertifikasi, baik pendaftaran baru, pengembangan (produk/fasilitas) dan
perpanjangan, dapat melakukan pendaftaran secara online. melalui website LPPOM MUI (www.halalmui.org)
atau langsung ke website : www.e-lppommui.org.
b. Mengisi data pendaftaran : status sertifikasi (baru/pengembangan/perpanjangan), data Sertifikat halal, status
SJH (jika ada) dan kelompok produk.
c. Membayar biaya pendaftaran dan biaya akad sertifikasi halal melalui Bendahara LPPOM MUI di email :
bendaharalppom@halalmui.org
Komponen biaya akad sertifikasi halal mencakup :
• - Honor audit
• - Biaya sertifikat halal
• - Biaya penilaian implementasi SJH
• - Biaya publikasi majalah Jurnal Halal
*) Biaya tersebut diluar transportasi dan akomodasi yang ditanggung perusahaan
HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi
Halal: Kebijakan dan Prosedur
d. Mengisi dokumen yang dipersyaratkan dalam proses pendaftaran sesuai dengan
status pendaftaran (baru/pengembangan/perpanjangan) dan proses bisnis (industri
pengolahan, RPH, restoran, dan industri jasa), diantaranya : Manual SJH, Diagram
alir proses produksi, data pabrik, data produk, data bahan dan dokumen bahan
yang digunakan, serta data matrix produk.
e. Setelah selesai mengisi dokumen yang dipersyaratkan, maka tahap selanjutnya
sesuai dengan diagram alir proses sertifikasi halal seperti diatas yaitu pemeriksaan
kecukupan dokumen ----- Penerbitan Sertifikat Halal.
Kriteria SJPH

1. Komitmen & Tanggung Jawab


2. Bahan
3. Proses Produk Halal
4. Produk
5. Pemantauan & Evaluasi
Output Proses Sertifikasi Halal

Ketetapan Halal MUI Status/Sertifikat SJH Sertifikat Halal BPJPH

Masa Berlaku 4 tahun


Tahapan proses sertifikasi halal

1. Memahami persyaratan halal dan mengikuti pelatihan SJH


 HAS 23000
 Pelatihan SJH
2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal
Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan pendaftaran sertifikasi halal,
a.l. kebijakan halal, penetapan Tim Manajemen Halal, pembuatan Manual SJH,
pelaksanaan pelatihan, penyapan prosedur terkait SJH, pelaksanaan internal audit dan
kaji ulang manajemen.

Add a Footer 22
Tahapan proses sertifikasi halal

3. Menyiapkan dokumen sertifikasi halal


Antara lain: daftar produk, daftar Bahan dan dokumen Bahan, daftar penyembelihan
(khusus RPH), matriks produk, Manual SJH, diagram alir proses, daftar alamat fasilitas
produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan internal dan bukti audit
internal.
4. Melakukan pendaftaran sertifikasi halal (upload data)
Secara online di SIHALAL
5. Melakukan monitoring pre-audit dan pembayaran akad sertifikasi
Segera perbaiki jika ada permintaan perbaikan ketidaksesuaian.
Tahapan proses sertifikasi halal

6. Pelaksanaan audit
Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos pre-audit dan akad sudah
disetujui.
Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang berkaitan dengan produk yang disertifikasi.
7. Melakukan monitoring pasca audit
Segera perbaiki jika ada permintaan perbaikan ketidaksesuaian.
8. Memperoleh Sertifikat Halal
Ketetapan Halal dari MUI dan Sertifikat Halal dari BPJPH.

Add a Footer 24
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai