Anda di halaman 1dari 10

NAMA : WAHYU MUYASYAROH

NIM : 20180662085

KELAS : 5-B

MATA KULIAH : ANALISIS KEHALALAN

Webinar “Regulation, Compliance, and Halal Testing Analysis” PT. DITEK JAYA

Rangkuman

MEMPERSIAPKAN STANDARD HALAL MENUJU KOMPETISI GLOBAL

SEJARAH SINGKAT HALAL DI INDONESIA

 1988 : Prof. Dr. Tri Susanto, M.App.Sc dari Universitas Brawijaya menemukan produk
turunan dari babi seperti gelatin maupun lemak babi dalam makanan dan minuman yang
menjadi masalah nasional, penjualan produk mengalami penurunan sebesar 2030%
 1989 : Majelis Ulama Indonesia (MUI) memecahkan masalah tersebut dengan mendirikan
lembaga untuk studi tentang makanan dan obat-obatan yang dikenal LPPOM-MUI
 1989 : Sertifikasi halal bersifat sukarela.
 2001 : Skandal Ajinomoto.
 2014 : 17 Oktober, UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal di sahkan oleh
Presiden RI
 2019 : PP No 31 Tahun 2019 disahkan, kemudian diikuti oleh PMA No. 26 Tahun 2019
 2019 : 17 Oktober Wajib untuk Sertifikasi Halal (Pasal 4, UU No 33 Tahun 2014)

DASAR HUKUM LAHIRNYA BPJPH

 Terbitnya Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2015 Tentang Kementerian Agama, pasal 45
s.d. 48 Tentang BPJPH
 Terbitnya Peraturan Menteri Agama No 42 Tahun 2016 yang Memuat Struktur BPJPH
 Amanat UU No. 33 Tahun 2014 tentang JPH

DASAR HUKUM PELAKSANAAN JAMINAN PRODUK HALAL (UU NO 33


TAHUN 2014)

a) Pasal 1

Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat,
kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan
yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.

b) Pasal 4

Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat
halal.

c) Pasal 26

1) Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari Bahan yang berasal dari Bahan yang
diharamkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 20 dikecualikan dari
mengajukan permohonan Sertifikat Halal.

2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan keterangan
tidak halal pada Produk.

BARANG DAN JASA

Barang : makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk
rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh
masyarakat. (PP Pasal 1 ayat 2)

Jasa : usaha yang terkait dengan barang dan mata rantainya. (penyembelihan, pengolahan,
penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian). (PP Pasal 68 ayat 3)

PRINSIP DASAR SERTIFIKASI HALAL

- Tracebility (telusur).
- Grey Area (karena intervensi teknologi yang merubah tampilan barang).
- Yang Halal itu jelas.
- Yang Haram itu jelas (UU Pasal 18 dan 20).

ALUR MEMPEROLEH SERTIFIKAT HALAL

PERSYARATAN PERMOHONAN SERTIFIKASI HALAL

1. Unduh surat permohonan sertifikasi halal dan formulir pendaftaran sesuai jenis usahanya
di http://halal.go.id/infopenting.

2. Aspek legal : menyertakan NIB atau SIUP serta aspek legal lainnya.

3. Surat penetapan penyelia halal. (dibuat, disahkan dan dikeluarkan oleh pelaku usaha), KTP

serta daftar riwayat hidup.

4. Nama dan jenis produk.

5. Daftar bahan dan produk dalam bentuk matriks.

6. Proses alur pembuatan produk dalam bentuk diagram alir.

7. Dokumen SJPH yang digunakan oleh LPH.

8. Sertifikat halal produk yang masih berlaku atau terakhir (bila pembaruan).

CONTOH PRODUK YANG WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL


PEMBIAYAAN (UU NO. 33 TAHUN 2014 PASAL 44)

1) Biaya Sertifikasi Halal dibebankan kepada Pelaku Usaha yang mengajukan permohonan
Sertifikat Halal.

2) Dalam hal Pelaku Usaha merupakan usaha mikro dan kecil, biaya Sertifikasi Halal dapat
difasilitasi oleh pihak lain.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya sertifikasi halal diatur dalam Peraturan Pemerintah

KERJASAMA INTERNASIONAL

 Kerjasama internasional antara BPJPH dengan Lembaga Halal Luar Negeri (LHLN) pada
dasarnya berlandaskan G to G.
 PP No. 31 Tahun 2019 pada Pasal 11 kerjasama antara BPJPH dengan Kementerian Luar
Negeri meliputi :
- Fasilitasi kerjasama internasional
- Promosi produk halal di luar negeri
- Penyediaan informasi mengenai lembaga halal luar negeri

Trend masyarakat dunia tentang produk halal :


Muslim adalah segmen konsumen dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Setiap perusahaan
yang tidak mempertimbangkan bagaimana melayani mereka akan kehilangan kesempatan
yang signifikan dari hulu sampai ke hilir. (A.T. Kearney, 2008)

Metode dan Prosedur Analisis Pengujian Halal

Sinergi antara Ilmuwan dan Ulama

Auditor (Ilmuwan)

 Lakukan audit kepatuhan di situs dan di meja : “menentukan tingkat kepatuhan


auditee terhadap peraturan, prosedur, atau regulasi halal yang ditetapkan”
 Latar belakang teknis (ahli kimia, ilmuwan makanan, kedokteran hewan, dll)

Ulama / Sarjana Islam

 Pemberian fatwa / pendapat hukum Islam pada kasus-kasus tertentu: produk berstatus
halal atau haram berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh auditor.
 Kualifikasi: Kompeten dalam mengeluarkan fatwa.

Audit Halal

 Untuk menyaring bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk terdaftar halal
dan untuk memastikan bahwa itu digunakan dalam kondisi nyata.
1. Audit Dokumen
2. Audit Fisik

Kegagalan dalam Audit Halal

 Data palsu diberikan selama audit


 Pelanggaran kesepakatan antara vendor bahan baku dengan perusahaan bersertifikat
halal
 Pelanggaran penerapan sistem jaminan halal

Tujuan Audit Halal


Keterampilan auditor sangat penting untuk mendapatkan informasi yang tepat

- Latar Belakang Yang Sesuai


- Pengalaman
- Integritas

Berbagai Metode Analisis untuk otentikasi Halal berbasis -omics

 Fourier Transformed Infra-Red (FTIR)


 Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
 Chromatographic technique, usually couple to Mass Spectrometry (e.g. GC-MS, LC-
MS)
 Electronic Nose, SPME (usually couple to GC)

Volatilomics untuk otentikasi Halal

- Daging hewani halal / non halal, mentah dan matang memiliki bau yang berbeda
- Daging sapi
- Ayam
- Tikus
- Celeng
- Campuran masing-masing

Kesimpulan / Perspektif

 Ilmu analisis pangan halal penting untuk mendukung kredibilitas proses sertifikasi halal
 Metode analisis untuk deteksi halal perlu memenuhi persyaratan tersebut
- Mampu melacak molekul target dalam jumlah kecil, hadir dalam campuran yang
sangat kompleks
- Mampu melacak molekul target yang telah diubah menjadi molekul berbeda karena
metode pemrosesan
- Mampu melacak penanganan hewan yang tidak tepat
- Persiapan sampel yang cepat, murah, dan sederhana
 Metode berbasis Omics adalah alat yang menjanjikan untuk otentikasi halal dalam
campuran kompleks seperti matriks makanan
MENYIAPKAN LABORATORIUM YANG MEMENUHI ISO / IEC 17025 UNTUK
PENGUJIAN HALAL

MENGAPA (LPH) HARUS SIAPKAN LAB. MEMATUHI ISO / IEC 17025 UNTUK
PENGUJIAN HALAL?

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014: Jaminan Produk Halal

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 31 2019

Peraturan Menteri Agama Nomor 26 2019

APAKAH ISO / IEC 17025?

Standar ISO / IEC 17025 menetapkan persyaratan umum untuk kemampuan mengadakan
pengujian dan kalibrasi serta pengambilan sampel

Standar ISO 17025 internasional ini berlaku untuk semua atau semua laboratorium terlepas
dari jumlah personel atau cakupan kegiatan pengujian dan kalibrasi. Ini digunakan oleh
laboratorium untuk mengembangkan sistem manajemen mereka untuk kualitas, tubuh dan
operasi teknis

TUJUAN ISO / IEC 17025: 2017

Memberikan dasar untuk digunakan oleh badan akreditasi dengan menilai kompetensi
laboratorium

Tetapkan persyaratan umum untuk mendemonstrasikan kepatuhan laboratorium untuk


melakukan pengujian atau kalibrasi tertentu

Membantu dalam pengembangan dan implementasi sistem mutu laboratorium

TIPS & TRIK ISO / IEC 17025: 2017 AKREDITASI

Komitmen

Struktur organisasi
Cakupan

Dokumen

Persyaratan Teknis

Audit internal

Ulasan Manajemen

Tingkatkan pengetahuan & Keterampilan SDM

SECARA SINGKAT MENYIAPKAN LABORATORIUM TERDIRI DARI:

Mempersiapkan dokumen

- Dokumen Level I: ISO / IEC 17025 Manual


- Dokumen Level II: Prosedur Operasi Standar (SOP)
- Dokumen Level III: Instruksi Kerja dan Contoh Formulir
- Dokumen Level IV: Dokumen pendukung

Mempersiapkan alat / instrumen (Hardware)

- Semua alat / instrumen di laboratorium pengujian halal yang memenuhi ISO / IEC
17025 harus dikalibrasi
- Menyiapkan sumber daya manusia (kompetensi dan keterampilan)
- Harus kompeten dan terampil (dapat diperoleh dengan mengikuti pelatihan dengan
bukti sertifikat kompetensi)

JALAN PANJANG UNTUK LAB. AKREDITASI ISO / IEC 17025


MEMPERSIAPKAN ACC. SARANA LABORATORIUM ISO 17025:

Butuh persiapan lama

Biaya investasi mahal

Butuh sumber daya manusia yang berdedikasi

Komitmen pemimpin teratas

JIKA TIDAK MUNGKIN UNTUK MEMBANGUN, BERKOLABORASI MELALUI MoU


DENGAN LAB TERAKREDITASI

Pengoperasian LPH adalah:

Lebih mudah

Lebih murah

Lebih cepat

Lebih efisien

KESIMPULAN

Dalam proses sertifikasi halal, LPH memiliki tugas membantu BPJPH melakukan
pemeriksaan dan / atau pengujian kehalalan suatu produk.

Untuk mendirikan LPH harus memiliki laboratorium yang terakreditasi dalam lingkup halal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerjasama dengan
lembaga lain yang memiliki laboratorium.

Pendirian laboratorium yang terakreditasi membutuhkan waktu yang lama dan investasi yang
mahal, oleh karena itu dalam mengurus akreditasi laboratorium sebaiknya LPH bekerjasama
dengan laboratorium yang terakreditasi.
Pemalsuan pangan ada 3 tipe :

 Type 1 : Asal spesies, contoh : Kopi Arabica


 Type 2 : Asal geografis, contoh : Teh hijau jepang
 Type 3 : Pengerjaan komersial, contoh : Pasteurisasi, pencampuran yang melanggar
hukum

Anda mungkin juga menyukai