Dosen Pembimbing :
Oleh Kelompok 2 :
Kelas 3A
Setiap Pangan Olahan yang dibuat di dalam negeri atau yang diimpor untuk
diperdagangkan dalam kemasan eceran wajib memilliki izin edar.
Semua Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) yaitu industri Pangan yang memiliki
tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan manual hingga semi otomatis,
wajib mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan-Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) untuk
produknya yang akan diedarkan di Indonesia : (PP no 28 tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pasal 43; Perka Badan POM RI No.
Hk.03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 Tentang Pendaftaran Pangan Olahan) SPP-IRT
diterbitkan oleh Bupati/Walikota berdasarkan pedoman pemberian sertifikat produksipangan
industri rumah tangga yang ditetapkan oleh Badan POM RI (PP no 28 tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pasal 43)
Cara mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan IRTP (Per BPOM NOMOR 22 Tahun
2018 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga)
• Sertifikasi halal
1. Produk tidak berisiko atau menggunakan bahan yang sudah dipastikan kehalalannya;
2. Proses produksi yang dipastikan kehalalannya dan sederhana;
3. Memiliki hasil penjualan tahunan (omset) maksimal Rp 500 juta yang dibuktikan
dengan pernyataan mandiri dan memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp
2 miliar rupiah;
4. Memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB);
5. Memiliki lokasi, tempat, dan alat proses produk halal (PPH) yang terpisah dengan
lokasi, tempat, dan alat proses produk tidak halal;
6. Memiliki atau tidak memiliki surat izin edar (PIRT/MD/UMOT/UKOT), Sertifikat
Laik Higiene Sanitasi (SLHS) untuk produk makanan/minuman dengan daya simpan
kurang dari tujuh hari atau izin industri lainnya atas produk yang dihasilkan dari
dinas/instansi terkait.
7. Memiliki outlet dan/atau fasilitas produksi paling banyak 1 (satu) lokasi;
8. Secara aktif telah berproduksi satu tahun sebelum permohonan sertifikasi halal;
9. Produk yang dihasilkan berupa barang (bukan jasa atau usaha restoran, kantin,
catering, dan kedai/rumah/warung makan);
10. Bahan yang digunakan sudah dipastikan kehalalannya. Dibuktikan dengan sertifikat
halal, atau termasuk dalam daftar bahan sesuai Keptusan Menteri Agama Nomor 1360
Tahun 2021 tentang Bahan yang dikecualikan dari Kewajiban Bersertifikat Halal;
11. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya;
12. Telah diverifikasi kehalalannya oleh pendamping proses produk halal;
13. Jenis produk/kelompok produk yang disertifikasi halal tidak mengandung unsur
hewan hasil sembelihan, kecuali berasal dari produsen atau rumah potong hewan/rumah
potong unggas yang sudah bersertifikasi halal;
14. Menggunakan peralatan produksi dengan teknologi sederhana atau dilakukan secara
manual dan/atau semi otomatis (usaha rumahan bukan usaha pabrik);
15. Proses pengawetan produk yang dihasilkan tidak menggunakan teknik radiasi,
rekayasa genetika, penggunaan ozon (ozonisasi), dan kombinasi beberapa metode
pengawetan (teknologi hurdle);
• ISO 22000:2018
• Hubungi IAS dengan mengirimkan aplikasi dan hubungi kami untuk diskusi gratisdan
kami dapat memandu Anda untuk mendapatkan sertifikasi ISO 22000:2018.
• Organisasi yang mengajukan sertifikasi ISO adalah audit berdasarkan sampel luas dari
situs, layanan, proses, produk & fitur.
• Jika ada penyimpangan yang diamati selama audit, laporan penyimpangan akan diberikan
bersama dengan laporan rincian audit. Menurut penilaian penyimpangan, IAS
menentukan waktu yang diperlukan untuk penutupannya termasuk koreksi dan tindakan
korektif yang harus disetujui oleh tim audit IAS. Setelah penutupan Ketidaksesuaian yang
efektif, Sertifikat dikeluarkan terbatas pada ruang lingkup yang diaudit.
Beberapa area yang diidentifikasi oleh ISO 22000 untuk dipertimbangkan bagi
organisasi ketika mengembangkan program prasyarat mereka meliputi:
• Pengendalian hama
• Pertahanan makanan, biovigilance, dan bioterorisme
• Konstruksi dan tata letak bangunan
• Pencegahan kontaminasi silang
• Kesesuaian peralatan, pembersihan dan pemeliharaan
• Fasilitas karyawan dan kebersihan pribadi
• Pengelolaan bahan yang dibeli
• Tata letak tempat dan ruang kerja
• Prosedur pembersihan dan sanitasi
• Informasi produk
• Utilitas, termasuk energi, air dan udara
• Pergudangan
• Pembuangan limbah
• Prosedur penarikan produk
• HCCP
Cara untuk menerapkan sistem HACCP sendiri mengikuti tujuh prinsip dasarnya, yaitu:
Bahaya yang dimaksud, meliputi unsur biologis atau mikrobiologis, seperti bakteri, virus,
dan parasit yang merugikan. Bahaya kimia, yakni bahan-bahan dan zat kimia beracun.
Serta bahaya fisik, yakni benda-benda asing dalam produk pangan.
Titik kritis bisa berarti lokasi, tahap atau langkah dalam proses produksi yang
membutuhkan pengawasan. Karena kelalaian yang terjadi pada titik tersebut berpotensi
mengurangi keamanan produk makanan.
3. Batas Kritis
Batas kritis merupakan ukuran maksimal untuk menilai suatu kondisi yang memerlukan
penanganan bahaya pada produksi makanan.
Penerapan CCP perlu diawasi secara terus menerus guna memastikan sistem tetap
terkendali.
5. Koreksi
6. Dokumentasi
Setiap rancangan program CCP, termasuk produk dan proses pembuatannya, bahaya-
bahaya, titik dan batas kritis, penyimpangan CCP, metode pencegahan dan
penanggulangan, serta tindakan-tindakan koreksi wajib dicatat dan disimpan dengan cara
yang sistematis.
7. Verifikasi Sistem HACCP