Peraturan teknis : Peraturan Kepala BPOM No 27 tahun 2017 tentang Pendaftaran Pangan
Olahan. Registrasi diajukan untuk setiap pangan olahan termasuk yang memiliki perbedaan
dalam hal :
1) Jenis pangan
2) Jenis kemasan
3) Komposisi
4) Desain label
5) Nama dan/atau alamat produsen wilayah Indonesia
6) Nama dan/atau alamat importir/distributor
7) Nama dan/atau alamat produsen asal luar negeri
Langkah registrasi pangan olahan BPOM melalui 2 tahap, diantaranya registrasi akun
perusahaan dan registrasi produk pangan olahan. Registrasi Pangan Olahan dilakukan dengan
cara elektronik/ berbasis web melalui http://e-reg.pom.go.id
1. Registrasi Akun Perusahaan
Persyaratan Produk Dalam Negeri (MD) :
a) NPWP
b) NIB (jika melalui jalur OSS)
c) Izin Usaha (IUI/IUMK/SKDU)
d) Hasil audit sarana produksi (PSB) rekomendasi Balai POM setempat
e) Untuk produk minuman beralkohol harus menggunakan IUI yang diterbitkan oleh
BPKM PUSAT
Persyaratan Produk Impor (ML):
a) NPWP
b) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)/Angka Pengenal Impor (API)/Surat Penetapan sebagai
Importir Terdaftar (IT) untuk minuman beralkohol
c) Hasil audit sarana distribusi (PSB) rekomendasi Balai POM setempat
d) Surat penunjukkan (LOA) yang disahkan oleh notaris, kamar dagang setempat, atau
Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
e) Sertifikat GMP/HACCP/ISO 22000/Sertifikat audit dari pemerintah setempat
TATA CARA MENDAPATKAN IZIN
EDAR PIRT
Izin edar produk pangan olahan yang dikeluarkan Dinas Kesehatan adalah PIRT
Berikut adalah tata cara perijinan PIRT di Indonesia :
1.Persiapan dokumen
Sebelum melakukan pendaftaran, persiapkan dokumen yang diperlukan seperti
formulir pendaftaran, sertifikat asal-usul bahan baku, izin lokasi usaha, dan izin
praktek.
2.Pendaftaran
Lakukan pendaftaran produk PIRT ke Dinkes setempat dengan melengkapi formulir
pendaftaran dan dokumen yang diminta. Setelah itu, tunggu persetujuan dari
Dinkes untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.
3.Pengujian
Setelah pendaftaran disetujui, produk akan diuji di laboratorium yang ditunjuk oleh
Dinkes untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar keamanan dan kualitas
yang ditetapkan. Produk yang tidak memenuhi standar akan ditolak dan harus
diperbaiki sebelum bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
4.Inspeksi
Setelah produk lulus uji laboratorium, Dinkes akan
melakukan inspeksi di lokasi produksi untuk memastikan
bahwa produk diproduksi sesuai dengan persyaratan
kesehatan dan keamanan pangan yang ditetapkan. Produk
yang tidak memenuhi persyaratan akan ditolak.
5.Penerbitan Izin Edar
Jika produk lulus pengujian dan inspeksi, Dinkes akan
memberikan izin edar yang menandakan bahwa produk PIRT
tersebut telah terdaftar dan siap dijual ke pasaran. Izin
edar ini biasanya diberikan dalam bentuk label dan nomor
izin edar yang tertera pada kemasan produk.
TINDAKAN YANG DIAMBIL JIKA
BISNIS MAKANAN MELANGGAR
PERIJINAN
Tindakan terhadap pelanggaran surat izin usaha diatur
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, menyatakan bahwa pihak berwenang
dapat melakukan pembatalan atau pencabutan izin usaha,
serta memberikan sanksi administratif atau pidana, jika
ditemukan pelanggaran terhadap persyaratan-persyaratan
dalam izin usaha tersebut. Berikut beberapa tindakan yang
mungkin diatur oleh undang-undang terkait:
1. Denda
2. Pembekuan izin usaha
3. Pembatalan izin usaha
4. Penutupan usaha
5. Sanksi pidana
6. Perintah penutupan kegiatan.
PERSYARATAN PRODUSEN
MAKANAN DALAM HAL
KESELAMATAN PANGAN
Pengelolaan makanan harus menerapkan prinsip higiene
sanitasi makanan mulai dari pemilihan bahan makanan
sampai dengan penyajian makanan. Khusus untuk pengolahan
makanan harus memperhatikan kaidah cara pengolahan
makanan yang baik.
Prinsip Higiene Sanitasi Makanan terdiri dari :
1. Pemilihan bahan makanan
2. Bahan Tambahan Pangan (BTP) harus
memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.
3. Penyimpanan bahan makanan
4. Pengolahan makanan
5. Penyimpanan makanan jadi/masak
6. Pengangkutan makana
7. Penyajian makanan
SANKSI BAGI SESEORANG YANG
MEMALSUKAN SURAT IZIN EDAR
SUATU MAKANAN DAN MINUMAN
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan Pasal 127 ayat (1) huruf e,
setiap orang yang memalsukan surat izin edar
pangan dapat dikenakan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).
Sanksi juga diberikan kepada pelaku usaha
yang mencantumkan nomor izin edar palsu
diatur dalam Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, dalam Pasal 196 dan
Pasal 197.
kESIMPULAN
Peran BPOM yaitu pengawasan selama beredar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengawasan
Obat dan Makanan selama beredar untuk memastikan
Obat dan Makanan yang beredar memenuhi standard dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu
produk yang ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.
BPOM Mataram sudah sangat efektif dalam melakukan
pengawasan terhadap pelaku usaha yang memproduksi.