Anda di halaman 1dari 3

Syarat perizinan PIRT

Sertifikat Produksi Pangan – Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah jaminan tertulis yang
diberikan oleh Bupati/Walikota – melalui Dinas Kesehatan - terhadap pangan hasil produksi
Industri Rumah Tangga yang telah memenuhi persyaratan dan standar keamanan tertentu, dalam
rangka produksi dan peredaran produk pangan. Dengan kata lain, SPP-IRT memiliki fungsi
sebagai izin edar suatu produk pangan, di mana setelah memiliki SPP-IRT produk tersebut dapat
secara legal diedarkan atau dipasarkan, baik dengan cara dititipkan atau dijual langsung ke
masyarakat luas.
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Sertifikat Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat SPP-IRT adalah jaminan tertulis yang
diberikan oleh bupati/wali kota terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah
memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran pangan produksi IRTP.
Pengurusan perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) memerlukan beberapa persyaratan
seperti berikut:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik usaha rumahan
b. Pas foto 3x4 pemilik usaha rumahan, 3 lembar
c. Surat keterangan domisili usaha dari kantor camat
d. Denah lokasi dan denah bangunan
e. Surat keterangan puskesmas atau dokter, untuk pemeriksaan kesehatan dan sanitasi
f. Surat permohonan izin produksi makanan atau minuman kepada Dinas Kesehatan
g. Data produk makanan atau minuman yang diproduksi
h. Sampel hasil produksi makanan atau minuman yang diproduksi
i. Label yang akan dipakai pada produk makanan minuman yang diproduksi memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan
j. Menyertakan hasil uji laboratorium yang disarankan oleh Dinas Kesehatan
k. Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan untuk mendapat SPP-IRT
l. Memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan

SPP-IRT diterbitkan oleh bupati/wali kota melalui Dinas Kesehatan di Unit Pelayanan Terpadu
Satu Pintu tiap daerah. SPP-IRT berlaku palig lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diterbitkan dan
dapat diperpanjang melalui permohonan SPP-IRT. Tidak ada retribusi biaya atau gratis dalam
pembuatan izin. Namun, jika diperlukan uji sampel bahan baku, pemohon perlu menanggung
sendiri biaya pengujian di laboratorium. Biaya untuk pengujian laboratorium ini beragam,
tergantung laboratorium dan jumlah bahan yang perlu diuji.

Catatan:

a. Sertifikat Penyuluhan Pangan bisa didapatkan oleh pemohon (baik pemilik atau
penanggungjawab usaha) dari kota/kabupaten lain, karena PKP bersifat nasional. Oleh
karena itu, jika pemohon belum berhasil terdaftar untuk mengikuti PKP di kota tempat
usahanya berdomisili (karena kuota peserta telah terisi penuh), pemohon dapat pro-aktif
mencari informasi dan mendaftar PKP di Kota lain.
b. Contoh desain label kemasan juga dipersyaratkan untuk mendapatkan SPP-IRT. Label
kemasan dapat berupa kertas, stiker plastik, atau tercetak secara langsung di atas bungkus
produk (seperti kebanyakan label pada kemasan biskuit dan berbagai jenis makanan ringan
lainnya). Adapun peraturan mengenai standar label yaitu kemasan, yaitu minimal harus
mengandung informasi mengenai nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat
bersih/isi bersih, nama dan alamat IRTP, kode produksi (yang memuat tanggal produksi),
dan nomor Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT). Pemohon perlu memastikan desain
labelnya sudah menyediakan ruang untuk mencantumkan informasi-informasi tersebut.
c. Jika skala produksi sudah meningkat sehingga pelaku usaha perlu memiliki tempat produksi
yang lebih besar – misalnya berupa gedung tersendiri (di luar rumah tinggal) – maka pelaku
usaha tersebut sudah tidak bisa lagi menggunakan SPP-IRT sebagai izin edarnya, melainkan
harus mulai mengurus izin edar berupa sertifikasi BPOM. Walaupun skala usaha masih
berada di level UKM (menurut UU No. 20/2008 sampai dengan omzet Rp 50 milyar/tahun),
selama tempat produksi sudah tidak lagi di rumah, maka setiap pelaku usaha menjadi wajib
mendapatkan sertifikasi BPOM untuk semua produk pangannya.
d. Izin edar melekat pada jenis produk bukan badan usaha. Jika pemohon menghasilkan
beberapa jenis produk dari satu sarana produksi yang sama, maka pemohon perlu
mendaftarkan semua varian produk yang dihasilkan agar petugas Dinas Kesehatan dapat
memberikan kode nomor P-IRT yang sesuai untuk masing-masing produk. Hal ini berkaitan
dengan 16 kode jenis pangan yang diperbolehkan untuk mendapatkan izin edar berupa SPP-
IRT.
Jenis Pangan produksi IRTP yang diizinkan untuk memperoleh SPP-IRT
1. Jenis pangan yang diizinkan untuk diproduksi dalam rangka memperoleh SPP-IRT tidak
termasuk:
a. Pangan yang diproses dengan sterilisasi komersial atau pasteurisasi
b. Pangan yang diproses dengan pembekuan (frozen food) yang penyimpanannya
memerlukan lemari pembeku
c. Pangan olahan asal hewan yang disimpan beku/dingin
d. Pangan diet khusus dan pangan keperluan medis khusus, antara lain MP-ASI, booster
ASI, pangan untuk penderita diabetes.
2. Jenis pangan yang diizinkan memperoleh SPP-IRT merupakan hasil proses produksi IRTP
di wilayah Indonesia, bukan pangan impor.
3. Jenis pangan yang mengalami pengemasan kembali terhadap produk pangan yang telah
memiliki SPP-IRT dalam ukuran besar (bulk).

Anda mungkin juga menyukai