Anda di halaman 1dari 4

Bolehkah Mengemas Kembali Suatu Produk? Smartlegal.

id - 04 Sep 2019|SLN BAGIKAN: Ketika


kita pergi ke alfam*art atau indom*ret seringkali kita menemukan adanya produk kue kering dengan
merk dari minimarket yang bersangkutan. Padahal keduanya tidak memiliki pabrik pembuatan kue
kering. Bila kalian memperhatikan informasi produk tersebut sebenarnya terdapat dua badan usaha
berbeda untuk bagian produksi dan pengemasan. Kegiatan tersebut merupakan re-branding dan re-
packing. Lalu, apakah melakukan re-branding atau re-packing terhadap produk yang telah
memperoleh SPP-IRT adalah legal? Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)
adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap Pangan Produksi IRTP di
wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan dalam rangka peredaran Pangan Produksi
IRTP. Suatu produk dapat diedarkan atau diperjualbelikan secara legal setelah produsen yang
bersangkutan memiliki SPP-IRT. Jika produk tersebut telah di produksi oleh suatu produsen
kemudian terdapat orang lain atau badan usaha lain yang ingin melakukan pengemasan kembali
terhadap produk tersebut, hal ini sebenarnya diperbolehkan selama orang atau badan usaha lain ini
memiliki izin repacking atau izin usaha mengemas kembali. Setelah izin didapatkan, pelaku usaha
repacking harus mendaftarkan izinnya ke BPOM agar mendapatkan Izin Edar/MD. Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan No. 22 tahun 2018 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga, menyatakan Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali,
dan/atau mengubah bentuk pangan. Apakah artinya izin mengemas kembali sama dengan izin
produksi pangan/SPP-IRT? Karena kegiatan mengemas kembali suatu makanan/minuman
termasuk kedalam kegiatan produksi pangan, izin yang harus dimiliki untuk mengemas kembali
sama dengan izin produksi pangan/SPP-IRT. Untuk memperoleh SPP-IRT, pelaku usaha harus
mengikuti penyuluhan keamanan pangan. Kemudian pelaku usaha harus mengajukan pemeriksaan
sarana produksi pangan. Sertifikat yang didapat dari kegiatan penyuluhan dan hasil uji pemeriksaan
sarana produksi pangan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh SPP-IRT. Kedua
persyaratan tersebut diajukan bersamaan dengan Formulir SPP-IRT, Surat keterangan atau izin
usaha dari Camat/Lurah/Kepala desa, rancangan label pangan, fotocopy KTP dan pas photo
pemilik. Izin ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang selama pelaku usaha masih
memenuhi persyaratan. SPP-IRT diajukan ke Pemerintah Daerah masing-masing tempat pelaku
usaha melaksanakan kegiatan usahanya. Di Jakarta pengajuan SPP-IRT dilakukan melakui
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), di beberapa daerah lain seperti Kalimantan, SPP-IRT
diajukan ke Dinas Kesehatan kota setempat. Baca juga:  Dua Perbedaan Anak Perusahaan BUMN
dan Anak Perusahaan PT Biasa Namun, perlu diingat terdapat perbedaan antara SPP-IRT pada
umumnya dengan SPP-IRT khusus untuk izin mengemas kembali. Dalam izin repacking, dibutuhkan
persetujuan dari produsen yang bersangkutan yang dibuktikan melalui MoU/Perjanjian Kerjasama.
MoU/Perjanjian Kerjasama harus memuat ketentuan bahwa produsen setuju produk miliknya di
kemas kembali oleh pelaku usaha yang bersangkutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang
atau badan usaha diperbolehkan untuk melakukan usaha pegemasan kembali dan merebranding
produk yang diproduksi orang lain. Hal ini adalah perbuatan legal selama pelaku usaha memiliki izin
mengemas kembali. Kegiatan mengemas kembali adalah kegiatan produksi pangan sehingga izin
mengemas kembali sama dengan SPP-IRT. Namun, khusus SPP-IRT yang digunakan untuk
kegiatan mengemas kembali terdapat persaratan tambahan yang wajib dipenuhi oleh pelaku usaha,
yaitu MoU atau Perjanjian Kerjasama yang menyatakan bahwa produsen setuju produk miliknya
dikemas kembali oleh orang lain. Author : Nindya Noviani Editor : Hasyry Agustin Jika Anda
membutuhkan konsultasi hukum, Anda dapat mengirimkan pertanyaan melalui email :
info@smartlegal.id atau 081315158719
Sumber: Bolehkah Mengemas Kembali Suatu Produk?
Cara Mengurus Perizinan Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) Ilustrasi produk industri rumah
tangga, Pekerja memotong tahu yang telah selesai diproduksi di pabrik tahu di kawasan Utan
kayu, Jakarta Timur, Jumat (7/9/2018). tirto.id/Andrey Gromico Oleh: Nur Hidayah Perwitasari -
21 Oktober 2019 Dibaca Normal 2 menit Pengurusan izin ini penting sebagai jaminan atau bukti
bahwa usaha makanan-minuman rumahan yang dijual memenuhi standar produk pangan yang
berlaku. tirto.id - Menjadi pengusaha mungkin memang jadi pilihan sebagian orang. Anda bisa
memulai dan menjalankan usaha dari rumah. Bisnis rumahan ini masuk dalam kategori usaha
kecil dan menengah (UKM). Bisnis rumahan ini justru bisa menjadi salah satu penunjang
perekonomian masyarakat saat ini. Namun, saat Anda memutuskan untuk menjalani bisnis
rumahan ini ada syarat yang harus Anda miliki, yaitu perizinan Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga (PIRT), terutama untuk produk jenis makanan atau minuman. Pengurusan izin ini
penting sebagai jaminan atau bukti bahwa usaha makanan-minuman rumahan yang dijual
memenuhi standar produk pangan yang berlaku. Jika pelaku usaha memiliki izin PIRT, mereka
bisa dengan tenang mengedarkan dan memproduksi secara luas dengan resmi. Berdasarkan
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, Sertifikat Produksi Pangan
Industri Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat SPP-IRT adalah jaminan tertulis yang
diberikan oleh bupati/wali kota terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah
memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran pangan produksi IRTP.
SPP-IRT diterbitkan oleh bupati/wali kota melalui Dinas Kesehatan di Unit Pelayanan Terpadu
Satu Pintu tiap daerah. Seperti dilansir dari laman resmi Indonesia.go.id SPP-IRT diberikan
kepada IRTP yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Memiliki sertifikat penyuluhan
keamanan pangan; 2. Hasil pemeriksaan sarana produksi pangan produksi IRTP memenuhi
syarat; dan 3. Label pangan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan SPP-IRT ini
berlaku paling lama lima tahun terhitung sejak diterbitkan dan dapat diperpanjang melalui
permohonan SPP-IRT. Permohonan perpanjangan SPP-IRT dapat diajukan dilakukan paling
lambat enam bulan sebelum masa berlaku SPP-IRT berakhir. Apabila masa berlaku SPP-IRT
telah berakhir, pangan produksi IRTP dilarang untuk diedarkan. Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Jenis Pangan Produksi IRTP yang Diizinkan untuk
Memperoleh SPP-IRT - Jenis pangan yang diizinkan untuk diproduksi dalam rangka
memperoleh SPP-IRT tidak termasuk: 1. Pangan yang diproses dengan sterilisasi komersial
atau pasteurisasi 2. Pangan yang diproses dengan pembekuan (frozen food) yang
penyimpanannya memerlukan lemari pembeku 3. Pangan olahan asal hewan yang disimpan
dingin/beku 4. Pangan diet khusus dan pangan keperluan medis khusus, antara lain MP-ASI,
booster ASI, formula bayi, formula lanjutan, pangan untuk penderita diabetes. - Jenis pangan
yang diizinkan memperoleh SPP-IRT merupakan hasil proses produksi IRTP di wilayah
Indonesia, bukan pangan impor. - Jenis pangan yang mengalami pengemasan kembali
terhadap produk pangan yang telah memiliki SPP-IRT dalam ukuran besar (bulk). Pengurusan
Perizinan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) memerlukan beberapa persyaratan seperti
berikut: 1. Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) pemilik usaha rumahan 2. Pasfoto 3×4 pemilik
usaha rumahan, 3 lembar 3. Surat keterangan domisili usaha dari kantor camat 4. Denah lokasi
dan denah bangunan 5. Surat keterangan puskesmas atau dokter untuk pemeriksaan
kesehatan dan sanitasi 6. Surat permohonan izin produksi makanan atau minuman kepada 7.
Dinas Kesehatan 8. Data produk makanan atau minuman yang diproduksi 9. Sampel hasil
produksi makanan atau minuman yang diproduksi 10. Label yang akan dipakai pada produk
makanan minuman yang diproduksi 11. Menyertakan hasil uji laboratorium yang disarankan
oleh Dinas Kesehatan Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan untuk mendapatkan SPP-IRT.
Tata Cara Pemberian SPP-IRT Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT Permohonan
diterima oleh bupati/wali kota c.q. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dinas Kesehatan dan
dievaluasi kelengkapannya secara administratif yang meliputi: (1) Formulir Permohonan SPP-
IRT yang memuat informasi sebagai berikut: 1. Nama jenis pangan 2. Nama dagang 3. Jenis
kemasan 4. Berat bersih/isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl) 5. Bahan baku dan bahan lainnya yang
digunakan 6. Tahapan produksi 7. Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP 8. Nama
pemilik 9. Nama penanggung jawab Informasi tentang masa simpan (kedaluwarsa) 10.
Informasi tentang kode produksi (2) Dokumen lain antara lain: 1. Surat keterangan atau izin
usaha dari camat/lurah/kepala desa 2. Rancangan label pangan 3. Sertifikat penyuluhan
keamanan pangan (bagi pemohon baru). Penyerahan SPP-IRT 1. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengirimkan rekomendasi SPP-IRT ke Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu 2.
Bupati/wali kota c.q. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu menyerahkan SPP-IRT kepada
pemilik/penanggungjawab IRTP yang telah memenuhi persyaratan. Perpanjangan SPP–IRT
dan Perubahan Pemilik 1. Pengajuan perpanjangan SPP-IRT dapat dilakukan paling lambat
enam bulan sebelum masa berlaku SPP-IRT berakhir. 2. Perubahan pemilik/penanggung jawab
IRTP harus dilaporkan kepada bupati/wali kota c.q. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu 3.
Proses perpanjangan dan perubahan pemilik sama seperti proses permohonan SPP-IRT. 4.
Pemilik atau penanggung jawab IRTP yang sudah memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan
Pangan tidak diwajibkan mengikuti kembali Penyuluhan Keamanan Pangan. Baca juga: Cara
dan Syarat Mengurus Akta Kematian di Disdukcapil Syarat dan Cara Mengurus Akta Nikah di
Catatan Sipil Baca juga artikel terkait INDUSTRI RUMAH TANGGA atau tulisan menarik lainnya
Nur Hidayah Perwitasari (tirto.id - Sosial Budaya) Penulis: Nur Hidayah Perwitasari Editor:
Agung DH Subscribe Now SPP-IRT diterbitkan oleh bupati/wali kota melalui Dinas Kesehatan di
Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu tiap daerah.

Baca selengkapnya di artikel "Cara Mengurus Perizinan Produk Industri Rumah Tangga
(PIRT)", https://tirto.id/ej8K

Anda mungkin juga menyukai