Anda di halaman 1dari 26

REKOMEDASI PRODUK PANGAN OLAHAN

PADA DINAS KESEHATAN KOTA BANJARBARU

BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA

AMANKAN PANGAN
dan
BEBASKAN PRODUK
dari
BAHAN BERBAHAYA

BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

DINAS KESEHATAN BANJARBARU


Defenisi PANGAN
UU No. 18/2012 ttg Pangan

- segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk


pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air,
- baik yang diolah maupun tidak diolah
- yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia,
- termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman
2
Beberapa Pendekatan
UU No. 18/2012 ttg Pangan

- Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses


menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat,
mengawetkan, mengemas, mengemas kembali,
dan/atau mengubah bentuk Pangan
- Pangan Segar adalah Pangan yang belum
mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi
langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan
baku pengolahan Pangan
- Pangan Olahan adalah makanan atau minuman
hasil proses dengan cara atau metode
tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan
3
PERATURAN PEMERINTAH
DAN KEAMANAN PANGAN

• Tindak lanjut dari UU No.18 tahun 2012


tentang Pangan
• Ketentuan-ketentuan sebagai penjabaran UU
dalam Peraturan Pemerintah (PP)
• Meliputi:
a. keamanan, mutu & gizi pangan
b. label & iklan pangan
• Dalam pelaksanaannya saat ini telah
dihasilkan dua PP yang berhubungan
tentang pangan, yaitu :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan
Iklan Pangan
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan,
Mutu Dan Gizi Pangan
Pada PP No. 69 tahun 1999 tentang LABEL PANGAN
& IKLAN PANGAN
• Pada bagian Label Pangan di atur antara lain
tentang :
– Ketentuan bahwa setiap orang yang memproduksi atau
memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah
Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan
Label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.
– Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan : nama
produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau
isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi
atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia;
tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.
Pengawasan Keamanan Pangan pp 28 (lanjutan) :
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, Badan berwenang
untuk :
1. mengambil contoh pangan yang beredar; dan/atau
2. melakukan pengujian terhadap contoh pangan
• Hasil pengujian :
– untuk pangan segar disampaikan kepada dan
ditindaklanjuti oleh instansi yang bertanggung jawab di
bidang pertanian, perikanan atau kehutanan sesuai
dengan bidang tugas dan kewenangan masing-masing;
– untuk pangan olahan disampaikan dan ditindaklanjuti
oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang
perikanan, perindustrian atau Badan sesuai dengan
bidang tugas dan kewenangan masing-masing;
– untuk pangan olahan tertentu ditindaklanjuti oleh Badan;
– untuk pangan olahan hasil industri rumah tangga pangan
dan pangan siap saji disampaikan kepada dan
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
KETEANTUAN LAIN :
• Gubernur atau Bupati/Walikota berwenang melakukan
pemeriksaan dalam hal terdapat dugaan terjadinya
pelanggaran hukum di bidang pangan segar.
• Kepala Badan berwenang melakukan pemeriksaan dalam
hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran hukum di
bidang pangan olahan.
• Bupati/Walikota berwenang melakukan pemeriksaan
dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran hukum
di bidang pangan siap saji dan pangan olahan hasil
industri rumah tangga.
• WEWENANG DAN TINDAKAN ADMINISTRATIF
SEJALAN DENGAN UU PANGAN
Kriteria Pangan berdasarkan izin edar

1. Pangan Segar
2. Pangan Olahan :
a. Pangan olahan industri (MD / ML)
b. Pangan Produksi IRT-P (P-IRT)
c. Pangan pada Rumah Makan / Restoran
d. Jasaboga / Catering
e. Pangan Jajanan
PP No. 28/2004 ttg Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
Pangan olahan untuk diperdagangkan dalam kemasan
eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat
persetujuan pendaftaran (berdasarkan hasil penilaian
keamanan, mutu dan gizi pangan olahan)

Dikecualikan pangan olahan yang diproduksi oleh


industri rumah tangga (pangan olahan IRT wajib memiliki
sertifikat produksi pangan IRT)

jenis pangan
tata cara penilaian
tata cara Pemberian sertifikat
produksi pangan
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
Peraturan Kepala Badan POM 22 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tanggaa :
Pasal 1 :
- Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah perusahan
pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan
peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis
- Pangan Produksi IRTP adalah pangan olahan hasil produksi
IRTP dalam kemasan eceran dan berlabel
- Sertifikat Produksi Pangan Industri rumah Tangga (SPP-IRT)
adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota
terhadap pangan produksi IRT di wilayah kerjanya yang telah
memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka
peredaran Pangan Produksi IRTP
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
Pasal 2 :
- SPP-IRT diberikan oleh Bupati/Walikota c.q Unit Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
- SPP-IRT diberikan setelah IRTP memenuhi persyaratan :
a. Memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
b. Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi Memenuhi Syarat
c. Label pangan memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan
Pasal 4 :
- SPP-IRT berlaku selama 5 (lima) tahun
- Pangan yang SPP-IRT telah berakhir masa berlakunya dilarang
untuk diedarkan
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
Pedoman Pemberian SPP-IRT :
1. Pengajuan permohonan SPP-IRT oleh pelaku usaha, dilampiri :
a. Surat Keterangan atau Izin Usaha dari instansi berwenang
b. Rancangan label
2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan :
a. Dikoordinir oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan
b. Penyuluh oleh tenaga yang bersertifikat
c. Peserta dengan nilai minimal 60 dapat diberikan Sertifikat PKP
123 / 4567 / 12

3. Pemeriksaan sarana Produksi :


a. Hanya dilakukan terhadap sarana yang telah memiliki sertifikat PKP
b. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga yang telah memiliki sertifikat
sebagai tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District Food
Inspector)
c. Yang memenuhi persyaratan CPPB-IRT dapat diberikan SPP-IRT
(Nomor P-IRT)
Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

4. Nomor P-IRT minimal 15 digit :


P-IRT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

5. Perpanjangan SPP-IRT : paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa


berlaku SPP-IRT berakhir
6. SPP-IRT dicabut :
a. Pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku
b. Terbukti sebagai penyebab KLB
c. Mengandung bahan berbahaya
d. Sarana tidak sesuai dengan kriteria IRTP.
7. Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan wajib melalukan monitoring
terhadap SPP-IRT yang telah diterbitkan minimal 1 (satu) kali
setahun
ALUR PENERBITAN P-IRT
PEMOHON
PEMOHON

2 1 3
DINKES
DINKES
PENYULUHAN
PENYULUHAN KAB/KOTA PEM.SARANA
PEM.SARANA
KAB/KOTA

SERTIFIKAT SERTIFIKAT 3.1


2.1 SERTIFIKAT SERTIFIKAT
PENYULUHAN
PENYULUHAN P-IRT
P-IRT
5

4
BALAI
BALAI BESAR/
BESAR/
DINKES
DINKES PROV.
PROV. PEMOHON BALAI
PEMOHON BALAI POM
POM

Langsung Tembusan Balai Besar POM di Banjarmasin


Formulir Pendaftaran P-IRT
(a) Nama jenis pangan
(b) Nama dagang
(c) Jenis kemasan
(d) Berat bersih/isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl)
(e) Komposisi
(f) Tahapan produksi
(g) Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP
(h) Nama pemilik
(i) Nama penanggungjawab
(j) Informasi tentang masa simpan (kedaluwarsa)
(k) Informasi tentang kode produksi

Dokumen lain, antara lain :


(a) Surat keterangan atau izin usaha dari Instansi yang berwenang
(b) Rancangan label pangan
16
HASIL OLAHAN YANG DIIJINKAN
01. Hasil Olahan Daging Kering
0.2 Hasil Olahan Ikan Kering
0.3 Hasil Olahan Unggas Kering
04 Hasil Olahan Sayur
0.5 Hasil Olahan Kelapa
0.6 Tepung dan Hasil Olahnya
0.7 Mimyak dan Lemak
0.8 Selai, Jeli dan Sejennisnya
0.9 Gula, Kembang gula dan Madu
10. Kopi dan Teh Kering
11. Bumbu
12 Rempah – Rempah
13 Minuman Serbuk
14 Hasil Olahan Buah
15 Hasil Olahan Biji-bijian, Kacang-
17 kacangan & Umbi-umbian
Sertifikat Produksi Pangan IRT
Level I – II dan
P-IRT No. 1234567890123-45 berlaku selama
5 tahun

Angka ke-1 = jenis kemasan

Angka ke-2, 3 = nomor urut jenis pangan

Angka ke-4,5,6,7 = provinsi dan kab/kota

Angka ke-8,9 = nomor urut pangan dari IRTP ybs

Angka ke-10,11,12 ,13 = nomor urut perusahaan IRT di Kab/Kota

Angka ke-14,15 = tahun berakhir masa berlaku

Balai Besar POM di Banjarmasin


Jasaboga (Catering)
Kepmenkes No. 1096/Menkes/SK/VI/2011
tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga
- Jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang
melakukan kegiatan pengolahan makanan yang disajikan di
luar tempat usaha atas dasar pesanan
- Jasaboga dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan :
a. Golongan A : melayani kebutuhan masyarakat
umum
b. Golongan B : melayani kebutuhan khusus, mis
Asrama Haji, asrama transito atau asrama lainnya,
Perusahaan, Angkutan umum dalam negeri dan Sarana
Yankes
c. Golongan C : melayani kebutuhan untuk alat
angkutan umum internasional dan pesawat udara
19
Jasaboga (Catering)
Keputusan Menkes No. 1096/Menkes/SK/VI/2003
- Setiap Jasaboga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Kab/kota
- Syarat untuk mendapatkan izin usaha adalah memiliki Sertifikat
Higiene Sanitasi Jasaboga yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
- Setiap jasaboga harus mempekerjakan seorang penanggung jawab
yang memiliki sertifikat higiene sanitasi
- Penjamah makanan (pekerja/karyawan) wajib memiliki sertifikat
kursus penjamah makanan
- Pembinaan teknis penyelenggaraan jasaboga dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota
- Dalam rangka pembinaan, Dinas kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mengikut sertakan Asosiasi Jasaboga
- Kepala Dinas Kesehatan dapat mengambil tindakan administratif
terhadap jasaboga yang melakukan pelanggaran

20
Rumah Makan dan Restoran
Keputusan Menkes No. 1098/Menkes/SK/VII/2003
Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
- Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya
- Restoran adalah salah jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian
atau seluruh bangunan permanen, dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
penjualan makanan bagi umum di tempat usahanya
- Rumah makan dan restoran wajib memiliki izin usaha dari Pemerintah
Kabupaten/Kota
- Untuk mendapat izin usaha, rumah makan dan restoran wajib mendapat
Sertifikat Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran dari Dinas Kesehatan
setempat
- Setiap rumah makan dan restoran, wajib mempekerjakan seorang Penanggung
jawab yang memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan
- Tenaga penjamah makanan (karyawan) wajib memiliki sertifikat kursus
penjamah makanan
Rumah Makan dan Restoran
Keputusan Menkes No. 1098/Menkes/SK/VII/2003

- Dinas Kesehatan melakukan pengujian mutu makanan dan


spesimen terhadap rumah makan dan restoran
- Hasil pengujian mutu merupakan dasar penetapan tingkat mutu
hygigiene sanitasi rumah makan dan restoran
- Tingkat mutu hygiene sanitasi dan rumah makan dibagi atas tiga
tingkatan :
1. Tingkat Mutu A ( Skore 901 – 1.000)
2. Tingkat Mutu B (skore 801 – 900)
3. Tingkat Mutu C (skore 700 – 800)
- Penilaian tingkat mutu hygiene sanitasi rumah makan dan
restoran diberikan dalam bentuk plakat dan wajib dipasang
oleh rumah makan/restoran ybs di tempat yang mudah dilihat
oleh pengunjung
Rumah Makan dan Restoran
Keputusan Menkes No. 1098/Menkes/SK/VII/2003
- Kepala Dinas Kesehatan melaporkan secara berkala hasil kegiatan
penetapan tingkat mutu kepada Bupati/Walikota dan
disebarluaskan kepada masyarakat
- Bupati/Walikota secara berkala setahun sekali dapat
mempublikasikan tingkat mutu yang diperoleh oleh rumah makan
dan restoran
- Pembinaan teknis penyelenggaraan rumah makan dan restoran
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
- Kepala Dinas Kesehatan dapat mengambil tindakan administratif
terhadap rumah makan dan restoran yang melanggar
- Tindakan administratif dapat berupa : teguran lisan, teguran
tertulis sampai dengan pencabutan sertifikat laik hygiene sanitasi
rumah makan dan restoran
MAKANAN JAJANAN

Keputusan Menkes No. 942/Menkes/SK/VII/2003


tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan

- Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah


oleh pengrajin makanan dan atau disajikan sebagai makanan
siap santap untuk dijual bagi umum, selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran dan hotel
- Sentra pedagang makanan jajanan adalah tempat sekelompok
pedagang yang melakukan penanganan makanan jajanan
- Pengelola sentra adalah orang atau badan yang bertanggung
jawab untuk mengelola tempat kelompok pedagang makanan
jajanan
- Penentuan lokasi sentra pedagang makanan ditetapkan oleh
Pemerintah kabupaten/Kota dan harus memiliki
pengelola/penanggung jawab
24
MAKANAN JAJANAN
Keputusan Menkes No. 942/Menkes/SK/VII/2003
- Pembinaan dan pengawasan makanan jajanan dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
- Pembinaan dan pengawasan dilakukan dengan melakukan
pendataan
- Sentra penjaja dan penjaja makanan (perorangan) dapat
diberikan tanda telah terdaftar atau stiker telah terdaftar
- Penjamah makanan wajib memiliki pengetahuan tentang hygiene
sanitasi makanan dan gizi serta menjaga kesehatan
- Pengetahuan tersebut diperoleh melalui kursus hygiene sanitasi
makanan
- Dinas kesehatan Kabupaten/kota secara berkala menyampaikan
laporan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota

25
Pangan sehat dan aman berperan
dalam mencerdaskan bangsa

Marilah kita sediakan pangan beragam, bergizi


seimbang dan aman

Terima kasih

26

Anda mungkin juga menyukai