CORNBEEF
Tahapan: 2
3 DINKES
4
PENYULUHAN PEMERIKSAAN
1. Penerimaan Pengajuan Permohonan KAB/KOTA SARANA
KEAMANAN PANGAN
2. Evaluasi dokumen permohonan
5 4.1
3. Penyelenggaraan Penyuluhan 3.1 SERTIFIKAT
PENYULUHAN
Keamanan Pangan KEAMANAN PANGAN PTSP REKOMENDASI
4. Pemeriksaan Sarana Produksi
Pangan IRT
5. Pemberian Nomor P-IRT SERTIFIKAT
P-IRT (SPP-IRT)
6. Penyerahan SPP-IRT
DINKES 6 BADAN POM/
PROV. BBPOM
PEMOHON
Langsung Tembusan
8
1. PENERIMAAN PENGAJUAN PERMOHONAN
(1) Permohonan SPP-IRT Diterima Oleh Bupati / Walikota
c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu / DPMPT-SP)
1.1. Formulir yang memuat informasi sebagai berikut :
(a) Nama jenis pangan (g) Nama, alamat, kode pos
(b) Nama dagang dan nomor telepon IRTP
(c) Jenis kemasan (h) Nama pemilik
(d) Berat bersih/isi bersih (i) Nama penanggung jawab
(mg/g/kg atau ml/l/kl) (j) Informasi tentang masa
(e) Komposisi simpan (kedaluwarsa)
(f) Tahapan produksi (k) Informasi tentang kode
produksi
1.2. Dokumen lain antara lain :
(a) Surat keterangan atau
izin usaha dari Instansi
yang berwenang
(b) Rancangan label
pangan
SPP-IRT berlaku 5 (lima) tahun terhitung sejak
diterbitkan dan dapat diperpanjang melalui
permohonan SPP-IRT
SPP-IRT diberikan kepada IRTP yang memenuhi
persyaratan sbb :
a. Memiliki sertifikat Penyuluhan keamanan
Pangan
b. Hasil pemeriksaan sarana produksi pangan
produksi IRTP memenuhi syarat
c. Label pangan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan
Penyuluhan Keamanan pangan wajib/harus
diikuti oleh pemilik atau penanggungjawab
produksi PIRT
Dalam pelatihan dan penyuluhan tersebut,
peserta akan mendapat bimbingan materi berupa
pengenalan peraturan perundang-undangan di
bidang pangan, penggunaan teknologi proses
pengolahan pangan, pemakaian bahan
tambahan, sanitasi pangan, dan cara produksi
pangan yang baik untuk industri rumah tangga
(CPPB-IRT).
Bila nilai post test minimal 60, peserta akan
mendapat Sertifikat Penyuluh Keamanan Pangan
(SPKP) sebagai salah satu persyaratan penerbitan
SPP-IRT.
2. PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN
Mayor :
◦ Ruang produksi sempit, sukar dibersihkan, dan digunakan
untuk memproduksi produk selain pangan
◦ Air bersih tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi seluruh kebutuhan produksi
◦ Sarana untuk pembersihan / pencucian bahan pangan,
peralatan, perlengkapan dan bangunan tidak tersedia dan
tidak terawat dengan baik.
◦ Karyawan bekerja dengan perilaku yang tidak baik (seperti
makan dan minum) yang dapat mengakibatkan
pencemaran produk pangan.
◦ Tidak ada Penanggungjawab higiene karyawan
◦ Lokasi dan lingkungan IRTP tidak terawat, kotor dan
berdebu
◦ Lantai, dinding, dan langit-langit, tidak terawat,
kotor, berdebu dan atau berlendir
◦ Ventilasi, pintu, dan jendela tidak terawat, kotor,
dan berdebu
◦ Peralatan tidak dipelihara, dalam keadaan kotor,
dan tidak menjamin efektifnya sanitasi.
◦ Tidak tersedia sarana cuci tangan lengkap
dengan sabun dan alat pengering tangan.
◦ Sarana toilet/jamban kotor tidak terawat dan
terbuka ke ruang produksi.
◦ Karyawan di bagian produksi pangan tidak
mengenakan pakaian kerja dan / atau mengenakan
perhiasan
◦ Program higiene dan sanitasi tidak dilakukan secara
berkala
◦ Sampah di lingkungan dan di ruang produksi tidak
segera dibuang.
◦ IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan
alir produksi pangan.
◦ IRTP tidak menggunakan bahan kemasan khusus
untuk pangan.
◦ BTP tidak diberi penandaan dengan benar
◦ Alat ukur / timbangan untuk mengukur
/menimbang BTP tidak tersedia atau tidak teliti.
◦ IRTP tidak memiliki dokumen produksi
Permukaan yang kontak langsung dengan
pangan berkarat dan kotor
Air berasal dari suplai yang tidak bersih
Tidak tersedia tempat pembuangan sampah tertutup.
Karyawan di bagian produksi pangan ada yang tidak
merawat kebersihan badannya dan atau ada yang
sakit
Karyawan tidak mencuci tangan dengan bersih
sewaktu memulai mengolah pangan, sesudah
menangani bahan mentah, atau bahan/ alat yang
kotor, dan sesudah ke luar dari toilet/jamban.
Hewan peliharaan terlihat berkeliaran di sekitar dan
di dalam ruang produksi pangan.
Bahan pangan, bahan pengemas disimpan bersama-
sama dengan produk akhir dalam
satu ruangan penyimpanan yang kotor, lembab dan gelap dan
diletakkan di lantai atau menempel ke dinding.
Peralatan yang bersih disimpan di tempat yang kotor.
IRTP tidak memiliki catatan; menggunakan
bahan baku yang sudah rusak, bahan berbahaya, dan bahan
tambahan pangan yang tidak sesuai dengan persyaratan
penggunaannya.
Label pangan tidak mencantumkan nama produk, daftar bahan
yang digunakan, berat
bersih/isi bersih, nama dan alamat IRTP, masa kedaluwarsa,
kode produksi dan nomor P-IRT
Label mencantumkan klaim kesehatan atau klaim gizi
IRTP tidak mempunyai penanggung jawab yang memiliki
Sertifikat Penyuluhan Keamanan
Pangan (PKP)
Pemilik IRTP tidak melakukan penarikan produk pangan
yang tidak aman
IRTP tidak memiliki program pelatihan keamanan pangan untuk
karyawan
Level Jumlah Penyimpangan (maksimal)
IRTP Minor Mayor Serius Kritis
Level I 1 1 0 0
Level II 1 2–3 0 0
Level III NA* 4 1–4 0
Level IV NA NA 5 ≥1
Berbagai produk olahan makanan dan
minuman yang dapat diajukan untuk
penerbitan SPP-IRT adalah produk yang
mempunyai masa simpan minimal 7 (tujuh)
hari
1. Hasil olahan daging kering : abon daging, dendeng
daging, paru goreng kering, kerupuk kulit, rendang
daging/jeroan, dll
2. Hasil oalahan ikan kering : Abon, ikan kering, ikan asap,
keripik ikan, ebi, terasi kering, ikan goreng, dll
3. Hasil olahan unggas kering : abon unggas, unggas
goreng, dendeng, rendang unggas, dll
4. Hasil olahan sayur : acar, asinan sayur, jamur
asin/kering, sayur asin kering, sayur kering, keripik
sayur, emping, manisan rumput laut
5. Hasil olahan kelapa : kelapa parut kering, geplak,
serundeng kelapa, dll
6. Tepung dan hasil olahnya : bihun, biskuit, dodol,
kerupuk, kue kering, bakpia, mi, rempeyek, dll
7. Minyak dan lemak : minyak kacang tanah, minyak
kelapa, minyak wijen, minyak samin
8. Selai, jeli dan sejenisnya : selai, jeli buah, jeli agar, jeli bubuk,
konyaku, cincau
9. Gula, kembang gula dan madu : gula merah, gula batu, gula semut,
permen, kembang gula coklat, gulali, madu, sirup, coklat cetak, dll
10. Kopi dan teh kering : kopi biji kering / bubuk, teh/teh hijau/hitam
daun kering/bubuk, kopi campur
11. Bumbu : bumbu masakan kering, bumbu cabe, bawang goreng, cuka
fementasi, kecap asin/manis, saos cabe, saos tomat, saos ikan, tauco,
sambal, bumbu kacang, petis
12. Rempah-rempah : Cabe kering/bubuk, bawang putih kering/bubuk,
bawang merah kering/bubuk, jahe kering/bubuk, kayu manis
kering/bubuk, kunyit kering/bubuk, dll
13. Minuman serbuk : minuman serbuk kopi/kopi gula/ kopi gula susu/
serbuk tradisional/serbuk teh/serbuk kedele/serbuk kurma/serbuk
jahe dll
14. Hasil olahan buah :keripik buah, buah kering, asinan buah, pisang
sale, wajik buah dll
15. Hasil olahanbiji-bijian, kacang-kacangan dan umbi : keripik umbi,
rengginang, jipang kacang, jagung brondong, getuk goreng, kacang
goreng dll
Susu dan hasil olahannya
Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang
memerlukan proses dan atau penyimpanan beku
Pangan kaleng berasam rendah (PH> 4,5)
Pangan untuk bayi
Minuman beralkohol
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI
Pangan lain yang ditetapkan oleh Badan POM
Minimal 15
(lima belas) digit P-IRT No. 1234567890123 – 45
Digit ke-1 = Jenis kemasan
1. PENGAJUAN PERPANJANGAN
Pengajuan perpanjangan SPP-IRT dapat dilakukan
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku
SPP-IRT berakhir.
1. PENCABUT
Dicabut oleh Bupati / Walikota c.q. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota
2. ALASAN PENCABUTAN
Pemilik dan atau penanggung jawab perusahaan melakukan
pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku
Pangan terbukti sebagai penyebab Kejadian Luar Biasa
(KLB) keracunan pangan
Pangan mengandung Bahan Berbahaya/ atau bahan kimia
obat (BKO)
Pangan produksi IRTP mencantumkan klaim selain
peruntukannya sebagai Pangan Produksi IRTP
Lokasi sarana produksi pangan produksi IRTP tidak sesuai
dengan lokasi yang tercantum dalam dokumen
pendaftaran dan/atau
Sarana dan atau produk pangan olahan yang dihasilkan
terbukti tidak sesuai dengan kriteria IRT
Pencabutan sebagaimana dimaksud di atas juga dapat
JENIS PANGAN PRODUKSI IRTP YANG
DIIZINKAN
1. Tercantum pada Lampiran II Peraturan BPOM N0.22 Tahun 2018,
dan tidak termasuk:
a. pangan yang diproses dengan sterilisasi komersial atau
pasteurisasi
b. pangan yang diproses dengan pembekuan (frozen food) yang
penyimpanannya memerlukan lemari pembeku
c. pangan olahan asal hewan yang disimpan dingin/beku
d. Pangan diet khusus dan pangan keperluan medis khusus, antara
lain MP-ASI, booster ASI, formula bayi, formula lanjutan, pangan
untuk penderita diabetes.
2 Plastik pangan yang disterilisasi **) Kemasan Komposit adalah kemasan yang
komersial atau pasteurisasi terbuat dari dua atau lebih bahan kemasan
yang berbeda, misal plastik dengan
Karton /
3 alumonium foil, kertas dengan aluminium
Kertas
foil
Tidak digunakan untuk
***) Kemasan Ganda adalah kemasan yang
4 Kaleng pangan yang disterilisasi
terdiri dari dua atau lebih jenis kemasan
komersial
yang berbeda pada satu produk pangan,
Aluminium Termasuk aluminium foil
5 contoh: kemasan primer dan sekunder
Foil kombinasi plastik *)
pada satu produk, misalnya Aluminium
6 Lain-lain Misalnya daun Foil sebagai kemasan primer dan Karton
7 Komposit **) sebagai kemasan sekunder
8 Ganda ***)