4.1. Sistem Pengawasan Keamanan Pangan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM)
Pembentukan tugas dan fungsi Tim Penilai dan atau Komite Nasional
Penilai Produk Pangan ditetapkan oleh Kepala Badan POM. Berdasarkan
rekomendasi Penilai, Kepala Badan memberikan keputusan selambat-lambatnya
60 hari kerja terhitung sejak diterimanya berkas pendaftaran yang lengkap dan
benar.
pangan, b) produk pangan yang beredar tidak sesuai dengan data yang disetujui
pada waktu memperoleh surat persetujuan pendaftaran, c) produk pangan yang
dipromosikan menyimpang dari ketentuan yang berlaku, d) produk pangan tidak
diproduksi atau diimpor lagi, e) ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, f) nama dagang yang digunakan
telah terdaftar secara sah oleh pihak lain pada instansi yang berwenang, g)
berdasarkan penelitian dan atau pemantauan setelah beredar, produk pangan tidak
memenuhi kriteria yang diharuskan, h) tidak melaksanakan kewajiban, i) izin
industri pangan untuk memproduksi, izin importir, dan atau izin distributor
dicabut, dan j) pemilik surat persetujuan pendaftaran melakukan pendaftaran di
bidang produksi atau distribusi produk pangan. Pembatalan surat persetujuan
pendaftaran produk pangan dilakukan oleh Kepala Badan menggunakan formulir
P6 (Lampiran 10).
Formulir penilaian CPMB terdiri dari lembar data umum dan data khusus.
Form A ini dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu 1) kelompok A mengenai data
umum, 2) kelompok B mengenai data khusus, 3) kelompok C merupakan daftar
pengecekan CPMB sarana produksi pangan, 4) kelompok D mengenai hasil
penilaian, dan 5) kelompok E adalah lembar saran-saran, baik saran administratif,
saran fisik maupun saran operasional.
yang dilingkari dan jika penyimpangannya dinilai berat maka sebelah kanan yang
dilingkari.
atau tb ≥ 11 0 0
C (Kurang) tb ≥ 11 3-4 0
D (Jelek) tb tb ≥5 ≥1
Prioritas produk untuk sampling rutin yaitu produk dengan kriteria : produk
yang mempunyai kemungkinan resiko tinggi dan banyak diminati masyarakat,
sebagai tindak lanjut dari suatu produk yang terbukti TMS berdasarkan hasil
sampling sebelumnya, sebagai tindak lanjut dari hasil inspeksi sarana produksi
yang belum menerapkan CPMB dan program nasional (fortifikasi) (Gartini 2009).
Pelaksanaan sampling sekurang-kurangnya satu tahun sekali dilakukan pada
sarana produksi maupun sarana distribusi.
karyawan (makan dan minum di ruang produksi) dan tidak memakai masker
selama melakukan kegiatan produksi.
Kategori penilaian sarana produksi PIRT tidak sama dengan sarana produksi
MD. Untuk sarana produksi PIRT, nilai B dan C dikategorikan sebagai sarana
yang memenuhi syarat (MS) yaitu sebesar 61.35% dan nilai K sebagai sarana
yang tidak memenuhi syarat (TMS) sebesar 38.81%. Terdapat 326 sarana yang
tidak aktif sehingga tidak dilakukan penilaian.
Gambar 5. Jumlah sarana produksi produk PIRT yang diperiksa tahun 2006-
2010 dan hasil penilaian B =baik, C=cukup, K=kurang
dipenuhi oleh sarana produksi skala IRTP yaitu ruang pengolahan, hygiene
perorangan, pencegahan binatang pengerat dan serangga, dan peralatan produksi.
tetapi juga terhadap produsen industri rumah tangga pangan (IRTP) dan produsen
produk MD.
pangan rusak, pangan kadaluarsa, label yang tidak sesuai dengan ketentuan,
produk tanpa penandaan khusus, minuman keras tanpa ijin, pangan tanpa ijin edar
(illegal) dan lain-lain (penggunaan pewarna bukan untuk pangan dan penggunaan
BTP yang melebihi batas maksimum).
Total sampel produk yang diuji tahun 2006 s.d 2010 sebanyak 88,077
sampel produk yang terdiri dari produk pangan MD (41,355 sampel), ML (1,665
sampel), PIRT (24,355 sampel) dan sampel TTD (20,702 sampel). Persentase MS
dan TMS dari keseluruhan sampel MD, ML, PIRT dan TTD seperti pada Gambar
9 dan 10. Rata-rata persentase sampel produk yang MS tahun 2006-2010 yaitu
sebesar 82.66% dan sampel produk yang TMS sebesar 17.34%.
Jumlah sampel produk yang memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi
syarat (TMS) menurut nomor pendaftaran periode tahun 2006—2010 dapat dilihat
pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Gambar 10. Persentase hasil pengujian produk pangan yang beredar yang
tidak memenuhi syarat (TMS) tahun 2006-2010
Gambar 12. Persentase jumlah sampel produk yang tidak memenuhi syarat
(TMS) berdasarkan nomor pendaftaran tahun 2006-2010
Parameter uji untuk penggunaan BTP yang berlebih yaitu pemanis buatan
(sakarin dan siklamat) dan pengawet (benzoat), bahan berbahaya yaitu formalin
dan boraks, uji pewarna bukan untuk makanan yaitu rhodamin B dan methanil
yellow, uji cemaran mikroba yaitu Angka Lempeng Total, MPN coliform dan
Angka Kapang-Khamir, sedangkan parameter uji lain-lain terdiri dari kadar abu,
kadar air, bobot tuntas, label dan BTP yang belum diijinkan. Pengujian cemaran
mikroba terhadap produk yang sudah ada SNI-nya, maka parameter yang diuji
mengacu pada SNI produk yang bersangkutan. Sedangkan produk yang belum
44
mempunyai SNI, parameter uji mengikuti tabel prioritas dalam petunjuk teknis
sampling rutin produk pangan yang disusun oleh Direktorat Inspeksi dan
Sertifikasi Pangan Badan POM.
Persyaratan Administrasi
5 Surat persetujuan
pendaftaran produk pangan
asli (untuk pelayanan ulang)
Persyaratan teknis
Persyaratan tambahan
8 Surat persetujuan
pencantuman tulisan halal
pada label (jika
mencantumkan tulisan halal
pada label (jika
mencantumkan tulisan/logo
halal)
Tanah)/surat kerjasama
dengan PDAM (untuk
AMDK);
Untuk fotokopi sertifikat SNI (untuk produk AMDK, tepung terigu, garam
beryodium, coklat bubuk, gula rafinasi) dan fotokopi nomor kontrol veteriner
(NKV) rumah pemotongan hewan (RPH) (untuk produk asal hewan); jaminan
keamanan pangan berkaitan dengan institusi lain yang mengeluarkan sertifikat
tersebut. Institusi yang terlibat memberikan jaminan bahwa sertifikasi yang
diberikan dapat menjamin keamanan pangan produk yang dimaksud. Jejaring
yang baik perlu dikembangkan antar Badan POM dan institusi lain yang
melakukan sertifikasi sehingga pangan dapat terjamin keamanannya. Untuk data
51
pendukung produk berklaim, data yang dimaksud tidak cukup jelas, sehingga
kaitannya dengan keamanan pangan diperlukan kejelasan data yang dimaksud dan
kategorisasinya terkait dengan keamanan pangan.
(CPPB-IRT)
• Petunjuk teknis
pemeriksaan sarana
distribusi
4 Piranti • Petunjuk penilaian Secara substansi sudah
penerapan CPMB mencakup aspek-aspek
Sarana Produksi penerapan CPMB (sudah
Pangan Form A: baik)
kelompok A s.d.
• Form RA :
rekapitulasi hasil
pemeriksaan sarana
produksi makanan
dan minuman
5 Pelaksana Petugas pengawas • Evaluasi terhadap jumlah
pangan tingkat petugas pengawas pangan
nasional (NFI) dan (NFI maupun DFI) apakah
tingkat daerah (DFI) sudah mencukupi untuk
area pengawasan industri
yang luas
NFI mengawasi industri
pangan MD sedangkan
DFI mengawasai IRTP.
• Peningkatan kompetensi
petugas pengawas pangan
NFI maupun DFI
6 Skala prioritas Prioritas • Disesuaikan dengan
pemeriksaan sarana anggaran
produksi diserahkan • Perlu adanya penyusunan
kepada Balai prioritas pemeriksaan
Besar/Balai POM sarana produksi pangan
setempat dan atau • Penyusunan anggaran
secara mendadak berdasarkan prioritas yang
berdasarkan kasus disusun
yang terjadi
Badan POM RI. Penentuan jenis sarana distribusi yang diawasi ditentukan oleh
Balai Besar/Balai POM masing-masing, belum ada program prioritas pemeriksaan
jenis sarana distribusi rutin secara nasional pertahunnya.
• Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
329/MEN.KES/PER/XI
I/76 tentang Produksi
dan Peredaran Makanan
terhadap produk
yang berpotensi
bermasalah
terhadap
kesehatan
konsumen