Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN

Sejarah Indonesia
“Kerajaan Islam di Nusa Tenggara”

Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat


melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia

Kelompok : 7 (Tujuh)
Kelas : X MIPA 5
Anggota :
Chintia Maharani
Dwi Mufti
Hasna Mutiara Abdiah
Hifzhan Abdillah R
M Zaidan Zidna

SMA Negeri 1 Ciamis


Jl.Gn Galuh No.37
Kec.Ciamis,Kab.Ciamis
Tahun Pelajaran 2021/2022
Sunan Perapen merupakan orang yang berjasa dalam memperkenalkan Islam di Nusa Tenggara.
Dengan dakwahnya menjadikan Islam berkembang di daerah ini hingga adanya perkembangan
kerajaan Islam di Nusa Tenggara. Berikut uraian tentang perkembangan kerajaan Islam di Nusa
Tenggara.

Perkembangan Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Sejak abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, kawasan Asia Tenggara mulai berkenalanan
dengan “tradisi” Islam. Pengenalan ini berlangsung sejalan dengan munculnya para
saudagar Muslim di beberapa tempat di Asia Tenggara. Bukti tertua adanya “komunitas”
Muslim di Asia Tenggara adalah dua buah makam yang bertarikh sekitar abad ke-5
Hijriah/ke-11 Masehi di Pandurangga (kini Panrang, Vietnam) dan di Leran (Gresik,
Indonesia).

Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13 Masehi,
yaitu dengan adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan Ramadhan
696 Hijriah/1297 Masehi. Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi di Nusantara sudah ada
institusi kerajaan yang bercorak Islam.

Para saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi.
Beberapa kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara sudah melakukan hubungan dagang dan
diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah. Bukti-bukti arkeologis yang
mendukung ke arah itu ditemukan di Laut Jawa dekat Cirebon. Di antara komoditi
perdagangan yang asalnya dari Timur Tengah ditemukan indikator “keIslaman” yang berupa
sebuah cetakan tangkup (mould) yang bertulisan asma‘ul husnah. Pada kesempatan kali ini
kami akan membahas tentang kerajaan islam di nusa tenggara.

Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di
lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kemungkinan masuknya
Islam ke Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi, yaitu melalui dakwah para mubalig dari
Makasar antara tahun 1540-1550. Kemudian berkembang kerajaan Islam di Lombok, salah
satunya adalah Kerajaan Selaparang.

Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


1. Kerajaan Selaparang
Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Pusat
kerajaan ini pada masa lampau berada diSelaparang (sering pula diucapkan
dengan Seleparang), yang saat ini kurang lebih lebih berada di desa Selaparang, kecamatan
Swela, Lombok Timur.
Minim sekali yang dapat diketahui tentang sejarah Kerajaan Selaparang, terutama sekali
tentang awal mula berdirinya. Namun, tentu saja terdapat beberapa sumber objektif yang
cukup dapat dipercaya. Salah satunya adalah kisah yang tercatat di dalam daun Lontar yang
menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Selaparang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari
sejarah masuknya atau proses penyebaran agama Islam di Pulau Lombok.

Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah


Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itu Selaparang mengalami zaman keemasan,
memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya dari lombok terus
ke Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara Kerajaan Gowa dan
Lombok dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik,
dan Pemban Parwa.
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut. Laskar
lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar
tahun 1667-1668 Masehi. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan salah
satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih dahulu direbut
sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula
mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali). Selaparang pernah dua
kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616
dan 1624 Masehi, akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat
ditawan dalam jumlah yang cukup besar pula.

Disebutkan bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa
Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk ke
dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi
berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota Selaparang
bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik
di Sumbawa menjadi SulthanSelaparang yang memerintah seluruh wilayah Pulau
Lombok dan Sumbawa.
Setelah terjadinya Perjanjian Bongayana pada tanggal 18 November 1667, kerajaan-
kerajaan yang ada di Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC. Dengan keadaan
tersebut, maka pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada tahun 1673.
Tujuan pemindahan tersebut adalah untuk mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan
Islam di pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Alasan Kerajaan
Lombok dipindahkan ke Sumbawa adalah karena Sumbawa dipandang lebih strategis dari
pada pusat pemerintahan di Selaparang. Disamping itu juga mengingat adanya ancaman
dan serangan dari VOC yang terjadi terus menerus.

1. Kesultanan Bima
Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya yang pertama
masuk Islam ialah Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul
Khair(1611-1640).Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan terhadap
intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC.ketika VOC mau memperbaharui
perjanjian dengan Bima pada tahun 1668,Sultan Bima,Tureli Nggampo,menolaknya.ketika
Tambora merampas Kapal VOC pada 1675,raja Tambora,Kalongkong dan para pembesarnya
diharuskan menyerahkan  keris-keris pusakanya kepada Holsteijn.pada tahun 1691,ketika
permaisuri Kerajaan Dompu terbu.nuh,Sultan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar
sampai meninggal dalam Penjara.kerajaan-kerajaan di Lombok,Sumbawa,Bima,dan lainnya
selama abad 18 dan akhir abad itu terus melakukan pemberontakan dan peperangan karena
pihak VOC mencampuri urusan pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut,bahkan
menangkapi dan mengasingkan raja-raja yang melawan.

Pembicaraan mengenai sejarah Kesultanan Bima dapat diperkaya oleh gambaran terperinci
dalam Syair Kerajaan Bima yang menurut telaah filologi Henri Chambert-Loir diperkirakan
dikarang sebelum tahun 1833,sebelum Raja Bicara abdul Nabi meletakan Jabatan dan
digantikan oleh Putranya.Syair itu dikarang oleh Khatib Lukman,barang kali pada  tahun
1830.Syair itu ditulis dengan huruf Jawa dan berbahasa Melayu.Syair itu menceritakan
empat peristiwa yang terjadi di Bima pada awal abad 19, yaitu letusan Gunung
Tambora(1815) wafat dan pemakaman Sultan Abdul Hamid pada mei 1819. serangan bajak
laut dan Pemberontakan Sultan Ismail pada 26 November 1819.

Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar
yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali
memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain
Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari
Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa kata di suku-suku Lombok
banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.

Keruntuhan Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


1. Berdirinya kerajaan pagutan dan pagesangan sekitar tahun 1622 M di kawasan
mataram
2. Salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar
Getas berselisih paham dengan raja kerajaan selaparang, yaitu tentang posisi pasti
perbatasan antara wilayah selaparang dan pejanggik.
3. Kerajaan Mataram KarangAsem menggempur kerajaan selaparang yang pada
akhirnya berhasil menaklukan kerajaan selaparang sekitar tahun 1672 M.

Anda mungkin juga menyukai