Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SEJARAH INDONESIA

KERAJAAN ISLAM DI PAPUA DAN NUSA TENGGARA

ANGGOTA :

1. IDA ROHIMA (13)


2. NADILA RIFADATUL K (22)

MADRASAH ALIYAH NEGERI TRENGGALEK


TAHUN 2016-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


taufiq serta hidayah-Nya sehingga kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ KERAJAAN ISLAM DI DAERAH
PAPUA DAN NUSA TENGGARA “ tepat dengan waktunya.

Makalah ini kami buat untuk mengetahui semua hal tentang


kerajaan- kerajaan yang ada di nusa tenggara dan papua. Makalah ini di buat
untuk memenuhi nilai mata pelajaran Sejarah wajib kelas 10 semester 2 tahun
pelajaran 2016/2017

Kami menyadarai bahwa dalam membuat makalah ini masih


banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan laporan penelitian ini.

Trenggalek ,19 Maret 2016


1. Kerajaan-Kerajaan Islam di Papua dan Nusa Tenggara
Islam masuk lebih awal sebelum agama lainnya di Papua. Dari catatan-catatan yang ada
menunjukkan bahwa kedatangan Islam di tanah Papua, sesungguhnya sudah sangat lama.
Islam datang ke sana melalui jalur-jalur perdagangan sebagaimana di kawasan lain di
nusantara. Sayangnya hingga saat ini belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi.
Aktivitas dakwah Islam di Papua merupakan bagian dari rangkaian panjang syiar Islam di
Nusantara.

Masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini
dengan daerah lain di Indonesia. Salah satu pegaruh masuknya Islam ke Papua adalah lewat
Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam berpengaruh di kawasan Indonesia
Timur, yakni kerajaan Bacan.

Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah


berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-
kerajaan Islam di Papua, yakni:

1. Kerajaan Waigeo
2. Kerajaan Misool
3. Kerajaan Salawati
4. Kerajaan Sailolof
5. Kerajaan Fatagar
6. Kerajaan Rumbati (terdiri dari Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan Wertuar)
7. Kerajaan Kowiai (Namatota)
8. Kerajaan Aiduma
9. Kerajaan Kaimana. Kaimana

Berdasarkan sumber tradisi lisan dari keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fakfak,
dan Teluk Bintuni-Manokwari, Islam sudah lebih awal datang ke daerah ini. Ada beberapa
pendapat mengenai kedatangan Islam di Papua.

Pertama, Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh,
Abdul Ghafar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra
bungsu Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali
Bauw). Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374) di Rumbati dan sekitarnya. Ia
kemudian wafat dan dimakamkan di belakang masjid kampung Rumbati tahun 1374.

Kedua, pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai
diperkenalkan di tanah Papua, tepatnya di jazirah Onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi
bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab.
Pengislaman ini diperkirakan terjadi pada abad pertengahan abad ke-16, dengan bukti
adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitar 400 tahun atau di bangun sekitar tahun
1587.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak
dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang
pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses
pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Mereka berhasil dalam khitanan tersebut
kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

Keempat, pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa
pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke
seluruh penjuru negeri termasuk Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama
kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521. Pada masa ini Bacan
telah menguasai suku-suku di Papua. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya
hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya
dan para pedagang muslim, para pemuka masyarakat di pulau-pulau kecil itu lalu memeluk
agama Islam.

Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku Utara
(Ternate-Tidore). Sumber sejarah Kesultanan Tidore menyebutkan bahwa pada tahun 1443
Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I) memimpin ekspedisi ke daratan
tanah besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat, kemudian Sultan
Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putera Sultan Bacan dengan gelar Komalo
Gurabesi (Kapita Gurabesi). Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan dengan putri Sultan Ibnu
Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan di Kepulauan Raja Ampat
tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool atau Kerajaan Sailolof, Kerajaan Batanta,
dan Kerajaan Waigeo.

Proses Islamisasi tanah Papua, terutama di daerah pesisir barat pada pertengahan abad ke-
15, dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Islam di Maluku (Bacan, Ternate dan Tidore). Hal ini
didukung karena faktor letaknya yang strategis, yang merupakan jalur perdagangan rempah-rempah
(silk road) di dunia.

Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua antara lain
sebagai berikut:

1. Terdapat monumen hidup yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa
lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa
Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.
2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut
ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di
beberapa masjid kuno.
4. Di Fakfak ditemukan delapan manuskrip kuno berhuruf Arab. Lima manuskrip
berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang berupa mushaf Al
Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai
menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya
bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan
doa.
5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak
yang dibangun oleh Raja Wertuer I.

2. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Kehadiran Islam ke daerah Nusa Tenggara antara lain ke Lombok diperkirakan terjadi
sejak abad ke-16 yang diperkenalkan Sunan Perapen, putra Sunan Giri. Islam masuk ke
Sumbawa kemungkinan datang lewat Sulawesi, melalui dakwah para mubalig dari
Makassar antara 1540-1550. Kemudian berkembang pula kerajaan Islam salah satunya
adalah Kerajaan Selaparang di Lombok.

a. Kerajaan Lombok dan Sumbawa


Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di lombok adalah kerajaan
Lombok. Dibawah kepemimpinan Prabu Rangkesari, sang prabu memindahkan
pusat kerajaan ke Desa Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan ini diambil
karena Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh, Pada
masa itulah Selaparang mengalami zaman keemasan dan memegang hegemoni
di seluruh Lombok. Dari Lombok, Islam disebarkan ke Pejanggik, Parwa, Sokong,
Bayan, dan tempat-tempat lainnya. Konon Sunan Perapen meneruskan
dakwahnya dari Lombok menuju Sumbawa. Hubungan dengan beberapa negeri
dikembangkan terutama dengan Demak.

Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun


di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki
wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Penyebab kehancuran
Selaparang adalah ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat
Kerajaan Selaparang rata dengan tanah dan sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem
menjadi penguasa tunggal di Lombok.

Kerajaan-kerajaan di Sumbawa Barat dapat dimasukkan kepada kekuasaan


Kerajaan Gowa pada 1618. Bima ditaklukkan pada 1633 dan kemudian
Selaparang pada 1640. Pada abad ke- 17 seluruh Kerajaan Islam Lombok berada
di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Gowa. Hubungan antara Kerajaan Gowa
dan Lombok dipererat dengan cara perkawinan seperti Pemban Selaparang,
Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Kerajaan-kerajaan di Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC setelah
terjadinya perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Pusat Kerajaan Lombok
dipindahkan ke Sumbawa pada 1673 dengan tujuan untuk dapat
mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut engan
dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Sumbawa dipandang lebih strategis
daripada pusat pemerintahan di Selaparang mengingat ancaman dan serangan
dari VOC terus-menerus.

b. Kerajaan Bima
Kerajaan Bima merupakan pusat pemerintahan atau kerajaan Islam
yang menonjol di Nusa Tenggara dengan nama rajanya yang pertama masuk
Islam ialah Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan
Abdul Kahir. Sejak itu pula terjalin hubungan erat antara Kerajaan Bima
dengan Kerajaan Gowa, lebih-lebih sejak perjuangan Sultan Hasanuddin
kandas akibat perjanjian Bongaya. Setelah Kerajaan Bima terus-menerus
melakukan perlawanan terhadap masuknya politik dan monopoli
perdagangan VOC akhirnya juga tunduk di bawah kekuasaannya.

Ketika VOC mau memperbaharui perjanjiannya dengan Bima pada


1668 ditolak oleh Raja Bima, Tureli Nggampo; ketika Tambora merampas
kapal VOC pada 1675 maka Raja Tambora, Kalongkong dan para
pembesarnya diharuskan menyerahkan keris-keris pusakanya kepada
Holsteijn. Pada 1691, ketika permaisuri Kerajaan Dompu terbunuh, Raja
Kerajaan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai meninggal
dunia di dalam penjara.
Di antara kerajaan-kerajaan di Lombok, Sumbawa, Bima, dan
kerajaan-kerajaan lainnya sepanjang abad ke-18 masih menunjukkan
pemberontakan dan peperangan, karena pihak VOC senantiasa memaksakan
kehendaknya dan mencampuri pemerintahan kerajaan-kerajaan, bahkan
menangkapi dan mengasingkan raja-raja yang melawan.
 Berikut ini daftar nama Sultan Bima :
1. 1640: Sultan Abdul Kahir I (Ma bata wadu).
2. 1640-1682: Sultan Abdul Khair Sirajuddin (Mantau Uma Jati)
3. 1682-1687: Sultan Nuruddin, kuburannya di Tolobali.
4. 1687-1696: Sultan Jamaluddin (Sangaji Bolo). Tewas di
penjara Batavia.
5. 1696-1731: Sultan Hasanuddin. Tewas di Tallo diberi gelar
Mambora di Tallo.
6. 1731-1742: Sultan Alauddin, Manuru Daha.
7. 1742-1773: Sultan Abdul Qadim, Ma Waa Taho.
8. 1773-1795:Sultanah Kumalasyah (Kumala Bumi Partiga).
9. 1795-1819: Sultan Abdul Hamid, Mantau Asi Saninu.
10. 1819-1854: Sultan Ismail, Ma waa Alu.
11. 1854-1868: Sultan Abdullah, Ma waa Adil.
12. 1868-1881: Sultan Abdul Azis, Ma Waa Sampela, meninggal
diusia muda.
13. 1881-1915: Sultan Ibrahim, Ma Taho Parange.
14. 1915-1951:Sultan Muhammad Salahuddin, Ma Kakidi Agama.
15. 1945-2001: Sultan Abdul Kahir II, Ma Busi Ro Mawo, Jena
Teke.
c. KERAJAAN-KERAJAAN DI PAPUA
kedatangan dan penerimaan islam menyangkut kedatangan islam di
nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai
tiga masalah pokok yaitu: tempat asal kedatangan islam, para pembawanya, dan
waktu krdatangannya.

penelusuran sejarah awal islamisasi di tanah papua,setidaknya dapat di gali


dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan islam di papua,setidaknya ada
5 versi yaitu: Versi Papua,Versi Aceh,Versi Arab,Versi Jawa,Versi Bacan.

Pengaruh Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di


daerah Papua sangat unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan ”agama
resmi” bagi kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin dan di
daerah Kowiai (Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan keluarganya telah
memeluk agama Islam, serta adanya institusi resmi yang berkaitan pengaturan
kehidupan masyarakat. Pengaruh raja umumnya sangat .

Pengaruh Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di


daerah Papua sangat unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan ”agama
resmi” bagi kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin dan di
daerah Kowiai (Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan keluarganya telah
memeluk agama Islam, serta adanya institusi resmi yang berkaitan pengaturan
kehidupan masyarakat. Pengaruh raja umumnya sangat berpengaruh .Keadaan sosial
politik keadaan sosial politik kerajaan di papua itu waktu bangsa Portugis masuk,
Portugis langsung memihak dan membantu Papua,karena Portugis mengira Papua
lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol memihakTidore akhirnya terjadilah
peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan
menciptakan Perjanjian Saragosa. sehingga mulai banyak penduduk yang mulai
beragama nasrani dan merayakan hari besar umat nasrani sampe sekarang.

Keruntuhan Kerajaan-kerajaan di Papua Penyebab runtuh kerajaan islam di


Papua itu karena terjadinya pertentangan diantara keluarga
kerajaan/bangsawan,kurangnya pemimpin yang berwibawa,masuknya kekuasaan
baru (masuknya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia) yang membawa agama nasrani
ke indonesia

Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial


budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek cultural mereka, karena
sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid
saja, oleh karena itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain
dikarnakan pada saat itu tidak ada generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam
di pulau Papua, dan merekapun tidak memiliki wadah yang bisa menampungnya

Untuk masa kejayaan masih sangat kurang di ketahui, akan tetapi banyak
kerajaan islam di papua berada di bawah kekuasaan kesultanan di maluku seperti
tidore dan bacan. Jadi mungkin masa kejayaannya sama dengan kejayaan dari
kesultanan di papua.

Anda mungkin juga menyukai