Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa anatara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan
Nusantara, di mana pada saat itu di tandai hegemoniMajapahit sebagai kerajaan Hindu-
Budha mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul zaman baru yang di tandai penyebaran
Islam melalui jalur perdagangan Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan itulah,
Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam
masih relative terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-
guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru. Sebagai kerajaan tangguh
masa itu, kekuasaan kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk
Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut dalam kitab Negara kertagama, sebagai
wilayah Yurisdiksinya.
Proses Islamisasi di Papua di lakukan melalui jalur perdagangan yang di
kembangkan oleh para pedagang-pedagang dari suku Bugis melalui Banda (Maluku
Tengah) dan di teruskan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui seram
Timur. Selain melalui jalur perdagangan, kedatangan Islam ke Papua pun bisa terjadi
melalui jalur pembuangan orang-orang yang beragama Islam oleh Belanda yang berasal
daru Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Karena pada saat itu Islam telah
berkembang pesat di Nusantara, dan daerah tersebut telah di kuasai oleh kerajaan-
kerajaan Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana masuknya islam di Irian Jaya (Papua)?
2. Bagaimana keadaan geografis kepulauan Irian Jaya (Papua)?
3. Bagaimana proses awal islamisasi di Irian Jaya (Papua)?
4. Apa saja bukti-bukti peninggalan islam di Irian Jaya (Papua)?
5. Bagaimana Peradaban Islam di Tanah Papua Saat ini?

1
C. TUJUAN MASALAH
1. Memahami masuknya Islam di Irian Jaya (Papua).
2. Mengetahui keadaan geografis kepulauan Irian Jaya (Papua)
3. Memahami Bagaimana proses awal islamisasi di Irian Jaya (Papua)
4. Mengetahui Apa saja bukti-bukti peninggalan islam di Irian Jaya (Papua)
5. Memahami Peradaban Islam di Tanah Papua Saat ini

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam di Irian Jaya (Papua)

Kajian oleh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan bahwa telah
terjadi saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha-
Islam) pada awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Melalui data-data tersebut, Habib
ingin menjelaskan bahwa sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum
keruntuhan total kerajaan Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan
Majapahit berada di puncak kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-
jalur perdagangan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala
(meliputi seluruh nusantara) hingga malaysia, Brunei Darussalam, hingga di seluruh
kepulauan Papua.

Kajian oleh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan bahwa telah
terjadi saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha-
Islam) pada awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Melalui data-data tersebut, Habib
ingin menjelaskan bahwa sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum
keruntuhan total kerajaan Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan
Majapahit berada di puncak kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-
jalur perdagangan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala
(meliputi seluruh nusantara) hingga malaysia, Brunei Darussalam, hingga di seluruh
kepulauan Papua.

Menurut Thomas W. Arnold : "The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit


runtuh, dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berikutnya adalah
Demak Islam. Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga
menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak. Dari sumber-sumber Barat diperoleh
catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-
wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan
di Maluku.

3
Bertolak dari kenyataan ini maka berdasarkan ceritera populer dari masyarakat Islam
Sorong dan Fak – fak, bahwa agama Islam masuk di Irian Jaya sekitar abad ke 15 yang di
lalui oleh pedagang – pedagang Muslim. Daerah – daerah yang sudah mengenal dan
memeluk Agama Islam itu tidak ada pembinaan terus menerus, cukup di tanamkan oleh
pedagang – pedagang muslilm yang singgah di tempat – tempat itu kemudian mereka
meninggalkan tanpa pembinaan seterusnya. Untuk daerah Merauke, Islam di kenal melalui
pembuangan – pembuangan yang beragama Islam oleh penjajahan Belanda yang berasal dari
Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa, sehingga sampai saat ini ada istilah yang populer
di Merauke dengan nama JAMER ( Jawa Merauke ).

Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa proses Islamisasi di Papua di lakukan
melalui jalur perdagangan yang di kembangkan oleh para pedagang – pedagang dari suku
Bugis melalui Banda ( Maluku Tengah ) dan di teruskan oleh para pedagang Arab dari
Ambon yang melalui Seram Timur. Selain melalui jalur perdagangan, kedatangan Islam ke
Papua pun bisa terjadi melalui pembuangan orang – orang yang beragama Islam oleh
Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Karena pada saat itu
Islam telah berkembang pesat di Nusantara, dan daerah – daerah tersebut telah di kuasai oleh
kerajaan – kerajaan Islam. Namun pada masa tersebut juga para penjajah Belanda telah
mengusai wilayah kepulauan Indonesia, dan siapa saja yang memberontak kepada belanda
akan di tangkap dan di penjarakan atau di buang dan di asingkan ke wilayah lain.

B. Keadaan Geografis Kepulauan Irian Jaya (Papua)

Pulau Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari
wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis,
dan telah mendorong bangsa – bangsa asing untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Pucuk
Jaya merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota
Merauke. Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban
udara relative lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini
mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk
di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada
tahun 2006.

4
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring
dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk
pula dengan bahasa-bahasa local dalam memaknai nama Papua.

Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya,
penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan
atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran rendah dan pesisir.

Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap ke segala
aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya
satu sama lain antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya
berfungsi bersama-sama.

C. Proses Awal Islamisasi di Irian Jaya (Papua)

Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang
di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok yaitu mengenai tempat asal kedatangan
Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.

Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara,
sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan
Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun
para keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, fak-fak, kaimana dan teluk Bintuni-
Manokwari, diantara mereka saling mengklaim bahwa Islam lebih awal dating kedaerahnya
yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis
maupun bukti-bukti arkelogis.

Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan
melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:

1. Versi Papua
Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat
asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat
(sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa
dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab,

5
Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau
Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat
di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa
dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada di daratan Papua.
2. Versi Aceh

Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten
Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360
M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama,
kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan
tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw)
dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah
selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di
makamkan di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.

3. Versi Arab

Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua,
yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama
Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan
terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang
berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587.

Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah
Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal 23
Juni 1997, dirumuskan bahwa:

 Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan
diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan
sekitarnya)
 Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

6
4. Versi Jawa

Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan
bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah
dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam
berganti nama menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika
dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga
Arfan yang pertama masuk Islam.

5. Versi Banda

Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan


oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram timur
oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di
ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka
oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses
pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat
yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya
mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun
masuk agama Islam.

6. Versi Bacan

Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang
dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan
Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui
keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina,
Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.

Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding yang
memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah
barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan
meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun
1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat

7
pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap
menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.

Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama
tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat.
Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan
bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk
kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.

7. Versi Ternate dan Tidore


Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun
1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke
daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja ampat, maka sultan
ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi
( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur
bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut
adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan
Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain –
lain.
Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad
pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan,
Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur
perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber
barat, Tome pires yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan
Antonio Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah
berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun
1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi
kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah
masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun yang lalu.
proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan
militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui
beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan

8
pesantren dan lain sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di
nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan
itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran
Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama
menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru itu.1

D. Bukti-Bukti Peninggalan Islam di Irian Jaya (Papua)

Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini,
sebagai berikut:
 terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang
masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo
di distrik Waigeo.
 tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut
tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
 Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa
masjid kuno.
 Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno berhuruf Arab. Lima
manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran
kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan
tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya,
yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan
kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1912 dibawa oleh Syekh
Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya
ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan
ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka
saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari
bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang
banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
hal.210-221

9
 Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang
dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.2

Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan social budaya
memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek cultural mereka, karena sasaran pertama
Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada
masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarnakan pada saat itu tidak
generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tiadak
memiliki wadah yang bias menampungnya.
Namun perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan dinamis sejak irian jaya
berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai
institusi atau individu-individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua
yang telah mendorong proses penyebArab Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua.
Hadir pula organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti muhammadiyah, nahdhalatu ulama,
LDII, dan pesantren-pesantren dengan tradisi ahli sunnah wal jamaah.

E. Peradaban Islam di Tanah Papua Saat ini


Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan social budaya
memperoleh warna baru, Islam mengisi aspek budaya mereka. Walaupun masa dahulu
perkembangan Islam sangatlah lamban akan tetapi perkembangan Islam di Papua mulai
berjalan marak dan dinamis sejak irian jaya berintegrasi ke Indonesia.
Pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai institusi atau individu-
individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang telah mendorong
proses penyebaran Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Hadir pula organisasi
keagamaan Islam di Papua, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, LDII, dan pesantren-
pesantrendengan tradisi ahlusunnah-waljama’ah.
Selain itu yang menjadi perdaban baru di tanah Papua ialah masyarakat Wamena yang
dilarang oleh gereja dan misionaris tidak boleh pakai baju, hanya boleh mengenakan pakaian
telanjang atas nama kebudayaan, akan tetapi beberapa yang telah memeluk Islam sudah

2
Wanggai ,Toni Victor, Rekonstruksi Umat Islam di Tanah Papua, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Depag RI, 2009), hal.21

10
mengenakan baju sebagai pakaian mereka, koteka yang dulu mereka gunakan berangsur-
angsur mereka tinggalkan, meskipun penggunaan koteka tersebut masih digunakan bagi
masyarakat yang tinggal di pedalaman dan belum memeluk agama Islam.
Di tambah lagi perilaku mereka atas nama misionaris, mereka dilarang mandi
menggunakan air bersih dan hanya diperbolehkan mandi dengan minyak atau lemak babi
saja, sehingga wajar saja jika badan warga Wamena ialah berbau. Daging babinya mereka
makan dan minyak babinya digosok ke tubuh, dengan alasan untuk mengusir nyamuk dan
agar membuat badan hangat.
Perilaku lainnya ialah seorang ibu yang melahirkan dengan beranak dibawah pohon,
begitu bayinya keluar dari rahimnya, untuk memutuskan ari-ari dengan bayi menggunakan
ujung batu yang tajam. Sesudah itu sang ibu hanya boleh menyusui bayi dengan air susu
disebelah kiri, karena air susu di sebalah kanan dipersembahkan untuk anak babi. Setelah
Islam masuk ke tanah Papua, mereka mengerti dan senang dengan ajaran yang dibawa oleh
agama Islam sehingga mereka dengan suka rela mengubah perilaku mereka menjadi lebih
Islami dan lebih berdab.
Berdasarkan data yang ada bahwa Islam di Papua adalah agama minoritas yang dipeluk
oleh dari sekitar 16% dan meningkat menjadi 22% berdasarkan hasil sensus penduduk tahun
2010, dari keseluruhan 2.833.381, mayoritas umat Islam tersebut adalah dari suku pendatang
(439.337 jiwa, atau 15.51%), sedangkan sisanya adalah dari asli suku Papua (10.759 jiwa,
atau 0.38%).3

3
Al-Habib, Alwi bin Thahir, Al-Haddad, Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh, (Jakarta: Lentera,2007),
hal. 59-62

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Selama ini persepsi yang berkembang di masyarakat yaitu penduduk Papua identik
dengan penduduk yang memeluk agama Kristen dan katolik, padahal pada kenyataannya
Islamlah yang pertama datang ke Papua, yaitu sekitar abad XV, sedangkan Kristen dan
katolik baru dikenalkan oleh para zending dan misionaris pada pertengahan abad XIX di
tanah Papua. Sangat di sayangkan, pada saat itu agama Islam tidak memiliki wadah yang
dapat mengembangkan ajaran Islam lebih lama di tanah Papua sehingga tidak ada penerus –
penerusnya. Islam di Papua berkembang di sekitar pesisir, Fakfak, Sorong, Misool, Mimika,
dan lain – lain. Dalam hal dakwah Islam melalui beberapa jalur yaitu : perdagangan,
pendirian mesjid, perkawinan dan peperangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999).

Wanggai ,Toni Victor, Rekonstruksi Umat Islam di Tanah Papua, (Jakarta: Badan Litbang dan
Diklat Depag RI, 2009).

Al-Habib, Alwi bin Thahir, Al-Haddad, Sejarah masuknya Islam di Timur Jauh, (Jakarta:
Lentera,2007).

13

Anda mungkin juga menyukai